• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT LANSIA HIPERTENSI DI KELURAHAN KARANGAYU SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT LANSIA HIPERTENSI DI KELURAHAN KARANGAYU SEMARANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT LANSIA HIPERTENSI DI KELURAHAN KARANGAYU

SEMARANG Inarotul Ulya*).,

Ns. Suhadi, Mkep., Sp.Kep.Kom**), Purnomo, SKM, M.kes. (Epid)***) *) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES St. Elisabeth Semarang

***)Dosen Program Studi D3, D4 Ilmu Keperawatan Poltekes Semarang ABSTRAK

Peningkatan jumlah lansia di negara berkembang jauh lebih banyak dibandingkan negara maju. Peningkatan jumlah lansia di negara berkembang akan mencapai 80%. Hipertensi merupakan faktor risiko penting bagi penyakit kardiovaskuler yang banyak diderita lansia. Keluarga sangat berperan penting dalam kehidupan lansia, hampir 80 % keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak dewasa yang menjadi support bagi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi di Kelurahan Karangayu. Desain penelitian ini adalah analitik, jumlah sampel 70 responden dengen teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden sebagian besar jenis kelamin perempuan, hubungan keluarga dengan lansia sebagai anak, pendidikan responden sebagian besar SD, umur responden sebagian besar 36-45 tahun, pengetahuan keluarga sebagian besar cukup, Sebagian besar kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi kategori cukup, dan ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dengan ρ value sebesar 0,000. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar lansia menaati pola diet hipertensi dan memeriksakan tekanan darah secara rutin ke tenaga kesehatan terdekat.

Kata Kunci : Pengetahuan, keluarga, lansia, hipertensi ABSTRACT

Total enhanced old age at far developing countries more many is compared developed countries. Total enhanced old age at developing countries will achieve 80%. Hypertension is important risk factor for disease cardiovascular many is suffered old age. Family so central important in life old age, almost 80 % family will support old age and usually adult child that is support for old age. This research will aim to detect erudition level connection ably family cares old age hypertension at sub-district Karangayu. This research design analytic, sample total 70 respondents with technique proportionate stratified random sampling. Research result shows that respondent sex a large part woman sex, blood relation with old age as child, respondent education a large part elementary school, respondent age a large part 36-45 year, family erudition a large part enough, a large part family ability cares old age category hypertension enough, and there connection between family erudition ably family cares old age hypertension with p Value as big as 0,000. This research result recommendation study is that elderly obeying diet hypertension and blood pressure checked on a regular basis to the nearest health worker.

(2)

PENDAHULUAN

Peningkatan Jumlah lansia sekarang ini semakin meningkat, peningkatan jumlah lansia di negara berkembang jauh lebih banyak dibandingkan negara maju. Menurut Kompas edisi tanggal 3 Februari 2012 mengemukakan bahwa setiap tahun, jumlah lansia bertambah rata-rata 450.000 orang, pada tahun 2050, diperkirakan ada 60 juta lansia, peningkatan jumlah lansia di negara berkembang akan mencapai 80%. Mereka menghadapi risiko kematian dan disabilitas karena penyakit tidak menular 4 kali lebih banyak dibandingkan penduduk lansia di negara maju.

Pada usia lanjut terjadi penurunan elastisitas atau kekakuan pembuluh darah arterinya sehingga respons pembuluh darah untuk membesar atau mengecil menjadi berkurang. Gangguan elastisitas pembuluh darah ini menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat sehingga volume darah di aorta (pembuluh darah dari jantung ke seluruh tubuh) berkurang yang pada akhirnya menyebabkan tekanan darah diastolik menjadi menurun. Semakin besar perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik, semakin besar pula risiko komplikasi ke pembuluh darah jantung dan akibatnya akan mempengaruhi organ-organ seperti jantung, otak, dan ginjal (Hutapea, 2012,¶2).

Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada usia lanjut adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung pulmonik. Hipertensi merupakan faktor risiko penting bagi penyakit kardiovaskuler yang lain. Dahulu hipertensi pada lansia pernah diabaikan karena dianggap bukan masalah, tetapi sekarang telah diakui bahwa hipertensi pada lansia memegang peranan besar sebagai faktor risiko baik untuk jantung maupun otak yang berakibat pada munculnya stroke dan penyakit jantung koroner (Boedhi Darmojo, 2006, hlm. 275).Keluarga sangat berperan penting dalam kehidupan lansia, hampir 80 % keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak dewasa yang menjadi support bagi lansia tetapi kecenderungan karena meningkatnya jumlah anak wanita yang bekerja diluar rumah. (Fatimah, 2010, hlm.22).

Kelurahan Karangayu terdapat jumlah lansia sebanyak 601 lansia dan lansia yang menderita hipertensi sebanyak 233 lansia . Hasil wawancara dengan Ketua posyandu RW 05 Kelurahan Karangayu mengemukakan bahwa keluarga yang memiliki lansia yang menderita hipertensi kurang memperhatikan asupan garam yang harus dikonsumsi per hari. Hal ini karena keluarga tidak mengetahui bagaimana merawat lansia yang menderita hipertensi.Berdasarkan hasil wawancara 3 dari 5 keluarga yang tinggal bersama dengan lansia menderita hipertensi mengatakan bahwa dalam melakukan tugas sebagai anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan cara merawat lansia yang baik belum terpenuhi dengan baik, karena keluarga masih kurang mengetahui dalam perawatan yang seharusnya dilakukan oleh keluarga, keluarga belum mengetahui masalah apa yang dialami. Memutuskan tindakan yang tepat masih kurang karena keluarga kurang mengkomunikasikan masalah yang ada. Memberikan rasa aman dan nyaman pada lansia belum terlaksana dengan baik, misalnya seperti kebisingan dan benda – benda yanga ada di sekitarnya seperti peralatan makan, pakaian yang tidak tertata rapi, kamar mandi yang jauh dari lansia sehingga menyulitkan lansia yang sudah mengalami penurunan biologis.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi di Kelurahan Karangayu

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian adalah penelitian analitis, penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antarvariabel (Dahlan, 2010,hlm.11) pada penelitian ini peneliti menghubungkan variabel tingkat pengetahuan dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi sedangkan desain penelitian menggunakan desain Cross Sectional, mengambil tempat di Kelurahan Karangayu Semarang pada bulan maret 2013. Populasi penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai lansia yang menderita hipertensi berdasarkan data di Kelurahan Karangayu yaitu sebesar 233 orang, berdasarkan rumus slovin sampel yang diperoleh

(3)

berjumlah 70 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Dalam pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu kuesionerpengetahuan tentang hipertensi dan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi . Tujuannya untuk mengukur pngetahuan dan kemampuan keluarga merawat lansia yang menderita hipertensi , dan terdiri dari 21 item pertanyaan pengetahuan tentang hipertensi dan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dengan pilihan jawaban ya dan tidak.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square (X2) menggunakan tingkat kemaknaan 5% (0.05).digunakan uji statistik

chi-square.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden

1) Jenis kelamin Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamindi Kelurahan Karangayu Semarang

Barat bulan April tahun 2013 (n=70) Jenis Kelamin F Persentase (%) Laki-laki 30 42,9 Perempuan 40 57,1

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dari 70 responden menunjukan bahwa jenis kelamin sebagian besar jenis kelamin perempuan sebanyak 40 responden (57,1%), sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 responden (42,9%).

2) Hubungan keluarga dengan lansia Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan keluarga dengan lansia di

Kelurahan Karangayu Semarang Barat bulan April 2013

(n=70)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dari 70 responden menunjukan bahwa sebagian besar hubungan keluarga dengan lansia sebagai anak sebanyak 36 responden (51,4%), sedangkan hubungan keluarga dengan lansia sebagai suami sebanyak 3 responden (4,3%).

3) Pendidikan

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Kelurahan Karangayu semarang

barat bulan April 2013 (n=70)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dari 70 responden menunjukan bahwa pendidikan responden sebagian besar SD sebanyak 34 responden (48,6%), sedangkan pendidikan SMP sebanyak 7 responden (10,0%).

4) Umur

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Kelurahan Karangayu Semarang Barat

bulan April 2013(n=70) Umur F Persentase 25-35 tahun 8 11,4 36-45 tahun 39 55,7 46-55 tahun 19 27,1 56-65 tahun 4 5,7 Jumlah 70 100,0 Hubungan dengan keluarga F Persentase Istri 9 12,9 Suami 3 4,3 Anak 36 51,4 Menantu 22 31,4 Jumlah 70 100,0 Pendidikan F Persentase SD 34 48,6 SMP 7 10,0 SMA 21 30,0 Perguruan Tinggi 8 11,4 Jumlah 70 100,0

(4)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dari 70 responden menunjukan bahwa umur responden sebagian besar dalam kategori umur 36-45 tahun sebanyak 39 responden (55,7%), sedangkan sebagian kecil dalam kategori umur 56-65 tahun sebanyak 4 responden (5,7%).

2. Pengetahuan keluarga tentang hipertensi Tabel 5.5

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan keluarga di Kelurahan Karangayu

Semarang Barat bulan April 2013 (n=70)

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dari 70 responden menunjukan bahwa pengetahuan keluarga baik sebanyak 31 responden (44,3%) sedangkan pengetahuan keluarga kurang sebanyak 2 responden (2,9%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga sebagian besar cukup. Pengetahuan keluarga dalam penelitian ini diukur menggunakan kueisioner pengetahuan tentang hipertensi yang terdiri dari pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, klasifikasi hipertensi, faktor resiko, tanda dan gejala serta pengobatan hipertensi. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden mengetahui bahwa jalan santai dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi adalah sebanyak 56 responden (80%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik bahwa jalan santai dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi sesuai dengan kuesioner yang diisi responden di poin 17 pada kuesioner pengetahuan.

Notoatmodjo, (2010, hlm. 27) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu

terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengetahuan cukup. Hal ini dikarenakan berdasarkan informasi dari responden menyatakan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Karangayu Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang telah memberikan penyuluhan secara aktif tentang pentingnya menjaga kesehatan bagi lansia yang disampaikan pada saat posyandu lansia. Informasi yang diperoleh tidak disampaikan kepada keluarga karena lansia tidak didampingi oleh keluarga. Program bina keluarga lansia sudah mulai terbentuk di Kelurahan Karangayu, namun tidak di semua RW, baru aktif di RW 3. Informasi yang diperoleh keluarga hanya sebatas mengenal penyakit hipertensi pada lansia, keluarga cukup mengetahui cara merawat lansia hipertensi dan belum dapat memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi lansia.

Hasil pengetahuan responden baik terjadi karena sebagian besar responden mampu menjawab pertanyaan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, klasifikasi hipertensi, faktor resiko, tanda dan gejala serta pengobatan hipertensi. Pengetahuan keluarga baik dapat diperoleh dari informasi yang didapatkan melalui media massa seperti TV, koran radio, dan sebagainya. Hal ini pula yang mempengaruhi pengetahuan dari responden. Dalam teori dijelaskan bahwa faktor eksternal berupa lingkungan akan mempengaruhi seseorang berarti sejalan dengan hasil penelitian karena lingkungan dari responden yang baik karena tenaga kesehatan yang sudah memberikan penyuluhan tentang cara merawat lansia hipertensi menjadikan responden memiliki kemampuan merawat lansia hipertensi dengan baik. Sedangkan pengetahuan responden kurang terjadi karena responden tidak mendapatkan informasi tentang perawatan lansia hipertensi, responden tidak memahami perawatan lansia hipertensi.

Pengetahuan Keluarga F Persentase Kurang 2 2,9 Cukup 39 55,7 Baik 31 44,3 Jumlah 70 100,0

(5)

Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian Nugroho (2011) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi sebagian besar adalah tidak baik sebesar (55,1%) dan perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi adalah sebagian besar tidak baik pula yaitu (51,3%), dengan statistik berakmakna (p value=0,0000).

3. Kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi berdasarkan Kemampuan keluarga Merawat Lansia Hipertensi di Kelurahan Karangayu

Semarang Barat bulan April 2013 (n=70)

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, dari 70 responden menunjukan bahwa kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi kategori baik 31 responden (44,3%), sedangkan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi kategori kurang sebanyak 2 responden (2,9%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi kategori cukup. Kemampuan keluarga dalam penelitian ini diukur menggunakan kueisioner kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi yang terdiri dari 5 fungsi kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, modifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden pada kueisioner kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dalam mengenal masalah sebagian

besar keluarga mengetahui penyebab hipertensi yaitu stress dan merokok sebanyak 48 responden (68,6%) sesuai dengan kueisioner yang diisi responden di poin 3. Responden pada kueisioner kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dalam memutuskan tindakan yang tepat sebagian besar keluarga yakin hipertensi dapat disembuhkan sebanyak 53 responden (75,7%) sesuai dengan kueisioner yang diisi keluarga lansia di poin 3. Responden pada kueisioner kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dalam merawat anggota keluarga yang sakit sebagian besar keluarga mengetahui minum obat secara teratur penting untuk kesembuhan klien hipertensi sebanyak 54 responden ( 77,1%) sesuai dengan kuesioner di poin 1. Responden pada kueisioner kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dalam modifikasi lingkungan sebagian besar keluarga melakukan modifikasi lingkungan sebanyak 52 responden (74,2%) sesuai dengan kuesioner di poin 2, dan responden pada kueisioner kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagian besar keluarga percaya dengan pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah sebanyak 51 responden (72,8%) sesuai dengan kuesioner di poin 2.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Luthfiyani ( 2012 ) menyatakan bahwa 77, 4% keluarga selalu merawat sendiri anggota keluarga yang sakit, 73,6% keluarga selalu memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit, 88,7 % keluarga selalu membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan 84, 9% keluarga selalu memperhatikan perkembangan keluarga yang sakit.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Amigo (2012) didapatkan nilai p

value 0,004 yang menunjukkan bahwa ada

hubungan tugas keluarga mengenal masalah hipertensi dengan status kesehatan pada

aggregate lansia dengan hipertensi dan keluarga

yang mempunyai kemampuan yang baik dalam mengenal hipertensi mempunyai peluang 2, 65 kali meningkatkan status kesehatan pada aggregate lansia dengan hipertensi menjadi lebih

Kemampuan Keluarga Merawat Lansia Hipertensi F Persentase Kurang 2 2,9 Cukup 39 55,7 Baik 31 44,3 Jumlah 70 100,0

(6)

baik dibandingkan dengan keluarga yang kurang mengenal masalah hipertensi, hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai kemampuan baik dalam mengenal masalah hipertensi memberikan kontribusi yang baik pula terhadap meningkatnya status kesehatan lansia dengan hipertensi.

Fatimah, (2010, hlm.22) mengatakan bahwa keluarga sangat berperan penting dalam kehidupan lansia, hampir 80% keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak dewasa yang menjadi support bagi lansia tetapi kecenderungan karena meningkatnya jumlah anak wanita yang bekerja diluar rumah.

Keluarga mempunyai hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan, peran serta aktif keluarga merupakan suatu pendekatan penting, keterlibatan keluarga dalam implementasi sering diartikan dengan melibatkan keluarga dalam menyelesaikan masalah secara bersama. Melibatkan sebanyak mungkin keluarga dalam pendidikan dan konseling akan sangat membantu, Hal ini memungkinkan anggota keluarga mengungkapkan dan memberi dukungan satu sama lain (Friedman, 2010, hlm. 176) .

Kemampuan keluarga merawat hipertensi meliputi: mengenal masalah tentang hipertensi, memutuskan tindakan yang tepat dalam menangani hipertensi, merawat keluarga yang menderita hipertensi, modifikasi lingkungan yang tepat untuk lansia yang menderita hipertensi dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Suprajitno, 2004, hlm. 11).

Sebagian besar kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi kategori cukup, hal ini terjadi karena sebagian besar responden cukup dalam menjawab pertanyaan tentang kemampuan keluarga dalam merawat lansia hipertensi yang meliputi: mengenal masalah, memutuskan tindakan yang tepat bagi lansia, merawat keluarga yang sakit, modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Pengetahuan keluarga baik terjadi karena keluarga sudah mampu merawat lansia hipertensi dengan baik seperti keluarga sudah dengan baik mengenal masalah kesehatan lansia,

dengan baik dapat memutuskan tindakan yang tepat bagi lansia, mampu merawat lansia dengan baik, mampu memodifikasi lingkungan dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik. Kemampuan merawat lansia hipertensi cukup terjadi karena keluarga tidak dapat mengenal masalah lansia hipertensi, tidak dapat memutuskan tindakan yang tepat bagi lansia, dan keluarga belum dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Amigo (2012) menyatakan bahwa kemampuan keluarga yang mampu merawat lansia Hipertensi sebagian besar masuk dalam kategori “baik” sebesar 74,8% dan keluarga yang masuk dalam kategori “kurang” sebesar 25,2%.

4. Hubungan pengetahuan dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi

Tabel 5.7

Hubungan pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi di Kelurahan Karangayu Semarang Barat bulan

April 2013 (n=70)

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi diperoleh bahwa ada sebanyak 30 (96,8%), baik sedangkan cukup sebanyak 1 (2,6%). Hasil statistik diperoleh nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pengetahuan keluarga baik dan cukup dalam kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi ( ada hubungan yang signifikan

Penget ahuan Keluar ga Kemampuan Keluarga Merawat Lansia Hipertensi Total ρ value Cukup Baik F % F % n % Cuk up 3 8 97, 4 1 2,6 39 100,0 0,000 Bai k 1 3,2 30 96, 8 31 100,0 Total 3 9 55, 7 31 44, 3 70 100,0

(7)

dalam kejadian pengetahuan keluarga dalam merawat lansia dengan hipertensi).

Berdasarkan uji statistik menggunakan

Chi-Square dengan fisher exact test diketahui

bahwa nilai ρ value sebesar 0,000 dan nilai ρ < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Notoatmodjo, 2010, hlm. 27). Kemampuan keluarga merawat hipertensi merupakan kemampuan keluarga dalam hal mengenal masalah tentang hipertensi, memutuskan tindakan yang tepat dalam menangani hipertensi, merawat keluarga yang menderita hipertensi, modifikasi lingkungan yang tepat untuk lansia yang menderita hipertensi dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengetahuan keluarga baik dengan kemampuan keluarga cukup terjadi karena pengetahuan keluarga baru sebatas tahu atau memahami namun belum sampai pada tahap aplikasi, sehingga keluarga belum mampu merawat lansia yang menderita hipertensi. Pengetahuan keluarga cukup dengan kemampuan keluarga baik terjadi karena keluarga mendapat pengalaman dari orang lain dalam merawat lansia hipertensi. Pengetahuan keluarga baik dengan kemampuan keluarga baik terjadi karena keluarga sudah tahu, sudah memahami dan mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam merawat lansia hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan keluarga, maka semakin baik pula kemampuan

keluarga dalam merawat lansia hipertensi. Hal ini terjadi karena dengan pengetahuan yang dimilikinya keluarga mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dalam merawat lansia.

Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian Amigo (2012) menyatakan bahwa kemampuan keluarga yang memiliki kemampuan merawat lansia hipertensi sebagian besar masuk dalam kategori baik sebesar 52,5% dan keluarga yang masuk dalam kategori kurang sebesar 48,8%. Namun secara statistik tidak bermakna (ρ = 0.820 ), meskipun tidak ada hubungan namun terlihat bahwa keluarga yang baik dalam merawat anggota keluarga menunjukkan status kesehatan lansia baik (52,5%) lebi tinggi dibandingkan dengan keluarga yang kurang dalam merawat anggota keluarga yang memiliki lansia dengan status kesehatan baik (48,8%), bahkan keluarga yang baik dalam merawat anggota keluarga mempunyai 1,16 kali dapat meningkatkan status kesehatan pada aggregate lansia dengan hipertensi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang melaksanakan tugas perawatan kesehatan keluarga yaitu merawat anggota keluarga yang sesuai dengan kebutuhan lansia dengan hipertensi maka akan meningkatkan status kesehatan pada lansia.

SIMPULAN

Jenis kelamin responden sebagian besar jenis kelamin perempuan sebanyak 40 responden (57,1%), sebagian besar hubungan keluarga dengan lansia sebagai anak sebanyak 36 responden (51,4%), pendidikan responden sebagian besar SD sebanyak 34 responden (48,6%) dan umur responden sebagian besar 36-45 tahun sebanyak 39 responden (55,7%). Pengetahuan keluarga sebagian besar cukup sebanyak 37 responden (52,9%),

Sebagian besar kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi kategori cukup sebanyak 37 responden (52,9%)

Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi dengan ρ value sebesar 0,000.

(8)

SARAN

1. Bagi Institusi terkait

Puskesmas Karangayu disarankan untuk dapat memberikan tugas sesuai dengan peran puskesmas dan memberikan banyak waktu untuk melakukan supervisi ke keluarga atau masyarakat.

2. Bagi kader posyandu lansia

Hasil penelitian disarankan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan dalam upaya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama mengenai pengetahuan dengan kemampuan keluarga merawat lansia hipertensi di Kelurahan Karangayu dengan mengadakan bina keluarga lansia yang dilaksanakan setiap RW.

3. Bagi Keluarga

Pada hasil penelitian ini keluarga diharapkan mampu :

a) Mengetahui secara mendalam masalah hipertensi pada lansia seperti tanda dan gejala hipertensi, penyebab hipertensi, faktor resiko hipertensi, akibat lanjut dari hipertensi ketika tidak diberi perawatan dan cara merawat lansia dengan hipertensi

b) Keluarga memperhatikan dan mengatur pola diet lansia seperti menghindari makanan asin setiap hari

c) Membantu dalam pengaturan pengobatan yang dijalankan oleh lansia yang berkaitan dengan masalah hipertensi

4. Bagi lanjut usia

Lansia disarankan untuk menaati pola diet hipertensi dan memeriksakan tekanan darah secara rutin ke tenaga kesehatan terdekat. 5. Bagi masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat memberikan edukasi dan motivasi pada lansia tentang masalah hipertensi melalui kegiatan posyandu lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Amigo, Thomas. (2012). Hubungan Karakteristik dan Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga dengan

Status Kesehatan pada Aggregate Lansia dengan Hipertensi Di Kecamatan Jetis Yogyakarta.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/2030

4853-T30693%20-%20Hubungan%20karakteristik.pdf diperoleh 1 Juni 2013

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia

Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta : CV. Trans Info Media

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar

keperawaan keluarga : riset, teori & Praktik Edisi 5. Jakarta : EGC

Hamid, Almisar. (2007). Penduduk Lanjut Usia

Di Indonesia Dan Masalah Kesejahteraannya.

http://www.kemsos.go.id//modules.php?n ame=News&file=article&sid=522 diperoleh 24 november 2012

Hidayat, A.A. (2008). Riset Keperawatan dan

Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Hutapea, nurmalianti Ruth. (2012). Hipertensi

Sistolik Terisolasi pada lansia.

http://www.tanyadok.com/kesehatan/hiper tensi-sistolik-terisolasi-hipertensi-pada-lansia diperoleh tanggal 25 november 2012

Kompas. (2012). Jumlah Lansia Melonjak. http://health.kompas.com/read/

2012/02/03/09080640 /Jumlah. Lansia. Melonjak diakses 25 november 2012. Luthfiani, Shandra. 2012. Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Melayu Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. http: // jurnal.usu. ac.id/index. php/ jkh/ article / download/ 316/190 diakses 17 desember 2012

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian

(9)

_______.(2002). Metode penelitian kesehatan,

edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

_______. (2010a). Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

_______. (2010b). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik

Edisi 2.jakarta : EGC

Ratna, Niken. (2010). Pola diet bagi penderita

hipertensi. http://www.rsi sultanagung. co.

id /v1 .1/index.

php?option=com_content&view=article& id=525:pola-diet-bagi-penderita - hipertensi&catid =6:berita& Itemid=23 diakses 26 november 2012

Saryono & badrushshahalih, Muhammad. (2010). Andropause Menapouse Pada

Lelaki Plus Penyakit Pada Lansia.

Yogyakarta : Nuha medika

Smeltzer C Suzanne & Bare G Brenda (2001)

Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat sikap siswi SMKN 8 Medan tentang faktor resiko kanker serviks paling banyak berada pada kategori sedang yaitu sebanyak

They will heat, circulate and safely control the temperature of the liquid in the bath within precise limits suitable for routine laboratory applications..

Ilustrasi insisi yang mencakup perluasan jabir dan hubungan antara insisi pada rostrum sinus sfenoid dengan a.nasoseptal pada gambaran endoskopi kavum nasi dekstra.. Panah:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data pada kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan berpikir dan

Sehubungan dengan kegiatan Prakualifikasi e-Lelang Terbatas (Ulang) Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Peningkatan Kapasitas Lajur KM.28+200 A s.d KM.30+600 A Pada

HPP /kg.. Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas yang

IPM adalah indeks komposit yang dipengaruhi oleh tiga indikator dasar meliputi indikator kesehatan yang diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH), indikator pendidikan

Un aumento en los impuestos desplaza la curva IS a la izquierda, y lleva a una caída en la producción de equilibrio y en el tipo de interés de equilibrio.. O, mirándolo desde