• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, AKSES LAYANAN DAN PERILAKU SAKIT DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS PASIRKALIKI TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN KARAKTERISTIK, AKSES LAYANAN DAN PERILAKU SAKIT DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS PASIRKALIKI TAHUN 2018"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, AKSES LAYANAN DAN PERILAKU SAKIT DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI

PUSKESMAS PASIRKALIKI TAHUN 2018

Gunawan Irianto1, Ayu Laili Rahmiyati2, Zahra Fauziah3

1,2,3

Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Jln. Terusan Sudirman Cimahi

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang telah diselenggarakan dengan sendiri maupun bersama- sama dalam organisasi, untuk meningkatkan kesehatan dan memelihara kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit juga memulihkan kesehatan untuk peroragang, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik, akses layanan dan perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki Tahun 2018. Dampak Positifnya meningkatkan jumlah kunjungan puskesmas, seberapa besar masyarakat memanfaatkan puskesmas dan dampak negatifnya masih banyak masyarakat tidak memanfaatkan puskesmas sehingga menunda kesembuhan ketika sakit. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observasional dengan desain cross sectional. Sampel adalah responden yang datang ke Puskesmas Pasirkaliki dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner. Analisis data univariat dan bivariat untuk melihat hubungan (Chi-Square). Hasil penelitian ini bahwa ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan p value = 0,027 dan PR = 3,250 (95% CI : 1,243 – 8,499), ada hubungan antara akses layanan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan p value

= 0,001. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Responden di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki diharapkan dapat memanfaatan pelayanan kesehatan dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dengan cara menjaga lingkungan yang bersih juga olahraga ringan setiap pagi.

Kata Kunci : Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan dan Perilaku Sakit

(2)

ABSTRACT

Health care is an effort that has been held alone or together in the organization, to improve health and maintain health and prevent and cure various diseases also restore health for individuals, family, group or community. Factors that affect a person to take advantage of health service is predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. The purpose of this research is to know the relationship of characteristics, service access and sick behavior with the utilization of health services at Puskesmas Pasirkaliki in 2018. The positive impacts increase the number of visits to Puskesmas, the number of society use Puskesmas service and for the negative impacts there are still society who do not use Puskesmas service so it delays the heal process when they are ill. This research is a quantitative observational and cross sectional design. The sample is the respondent who came to at Puskesmas Pasirkaliki and collected by purposive sampling. The data was collected through interviews and questionnaire. Data analysis through two stages, i.e.

univariate to know frequency distribution and bivariat to see relations (Chi-Square). The results of this study that there is a relationship between age with health service utilization with p value = 0,027 and PR = = 3,250 (95% CI : 1,243 – 8,499), there is a relationship between service access with health service utilization with p value = 0,001. There is no relationship between sex, education, occupation, income and sick behavior with health service utilization. Respondent in the working area at Puskesmas Pasirkaliki are expected to utilize health services and improve health individuals, family, group and community by keeping the environment clean and exercise a little bit.

Keywords: Age, Sex, Education, Occupation, Income, service access and sick behavior

(3)

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan merupakan uapaya yang diselenggarakan sendiri maupun bersama-sama dalam organisasi, untuk meningkatkan kesehatan dan memelihara kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit untuk perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga, yaitu:

pelayanan sekunder, tersier dan primer (Depkes RI, 2009). Pelayanan kesehatan primer ini umumnya diberikan kepada masyarakat yang mengalami sakit ringan atau dalam kondisi yang sehat, mencakup pelayanan dengan populasi yang banyak, pelayanan primer ini merupakan pelayanan dasar kesehatan dan termasuk salah satu pelayanan yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.

Berdasarkan jumlah kunjungan tahun 2014 di Puskesmas Kota Cimahi dari 13 (Tiga Belas) Puskesmas, terlihat bahwa Puskesmas Cimahi Tengah ada pada posisi tertinggi dengan jumlah kunjungan 119.545 orang, sedangkan posisi terendah ada pada Puskesmas Pasirkaliki dengan jumlah kunjungan 24.246 orang. Laporan kunjungan pada tahun 2017, Puskesmas Pasirkaliki masih tetap ada diposisi terendah, hanya menurun dari 24.246 orang menjadi 20.889 orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo (2014) yang pertama faktor predisposisi (predisposing factor) atau mempermudah terjadinya perilaku yang ada pada diri seseorang atau masyarakat, yaitu pengetahuan dan sikap seseorang terhadap apa yang akan dilakukannya. Dalam faktor predisposisi terdapat karakteristik yang dapat digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena

adanya ciri-ciri seseorang yang digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu: ciri-ciri demografi seperti (umur, jenis kelamin, dan pendapatan), struktur sosial diantaranya (tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya), dan manfaat-manfaat dari kesehatan, yakni: keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit dari seseorang.

Kedua faktor pendukung (Enabling Factor) atau pemungkin dari perilaku seseorang adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang dapat mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang maupun masyarakat. Pengetahuan dan sikap belum tentu menjamin terjadinya perilaku, jadi masih diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk dapat memungkinkan agar mendukung perilaku tersebut. Diamati dari segi kesehatan masyarakat, masyarakat perlu mempunyai perilaku sehat harus dapat terakses atau terjangkau sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan(Notoatmodjo, 2010).

Ketiga faktor kebutuhan (Need Factor) Jadi faktor predisposisi dan faktor penguat atau pemungkin yang dapat memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud dalam tindakan jika dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan adalah dasar dari stimulus yang langsung untuk dapat menggunakan pelayanan kesehatan. Bilamana di tingkat predisposisi dan pendukung ada, maka kebutuhan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: dirasa atau preceived dan evaluated.

Selain ketiga faktor tersebut ada faktor akses layanan, yaitu Akses layanan ini merupakan pelayanan kesehatan harus dapat dicapai oleh semua masyarakat dan tidak terhalang oleh letak atau keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis ini diukur dengan: jauh atau dekatnya (jarak), lamanya diperjalanan, biaya perjalanan, jenis

(4)

transportasi dan hambatan fisik lain yang mampu menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diharapkan (Pohan, 2003).

Perilaku kesehatan Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skener tersebut, maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkenal masalah kesehatan.

Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dalam membedakan nya menjadi tiga, yaitu: 1).

Perilaku Sehat, perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain: makan dengan menu seimbang, kegiatan fisik secara teratur dan cukup, tidak merokok dan meminum-minuman keras serta mengguna kan narkoba, istirahat yang cukup, pengendalian atau manajemen stres, dan perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan. 2) perilaku sakit, perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan individu maupun keluarga yang sakit atau terkena dengan masalah kesehatan, perlu mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Empat elemen komponen dasar dalam perilaku sakit (Content (isi) Sequence

(urut-urutannya) Spacing (jarak) Varabiality (variabilitas) perilaku sakit. Lima konsep analisis perilaku sakit, dari ke empat elemen tersebut dikembangkan menjadi lima konsep yang berguna untuk analisis perilaku sakit, yaitu: a) shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk beberapa persoalan, b) fragmentation, proses pengobatan yang dilakukan beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama, c) procastination, proses penundaan pencarian pengobatan ketika gejala dirasakan, d) self-medication, mengobati dengan cara sendiri mengguna kan ramuan atau membelinya di warung atau apotek, dan e) discontunity, proses menghentikan pengobatan (Notoatmodjo, 2007).

Ketika saat seseorang sakit, ada berbagai macam tindakan atau perilaku yang muncul, diantaranya: didiamkan saja tetapi individu tersebut tetap menjalankan kegiatan sehari-harinya, mengambil tindakan dengan pengobatan sendiri (tradisional dan modern), dan mencari penyembuhan atau pengobatan keluar dengan datang ke fasilitas pelayan kesehatan tradisional maupun modern.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan adalah upaya yang telah diselenggarakan sendiri atau secara bersama- sama dalam suatu organisasi memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003).

Pemanfaatan pelayanan puskesmas yaitu pelayanan yang diterima atau pemberi pelayanan kesehatan, sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah salah satu upaya dalam organisasi agar dapat memelihara dan meringankan derajat kesehatan masyarakat, juga mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan setiap keadaan kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat .

(5)

METODE

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan studi cross sectional. Penelitian melakukan variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, akses layanan dan perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada responden di Puskesmas Pasirkaliki dikumpulkan secara serentak. Jumlah populasi penelitian ini adalah 20.889 orang.

Besar sampel yang digunakan adalah 100

responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Peneliti mengambil sampel pada responden yang datang berobat ke Puskesmas Pasirkaliki.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah seseorang yang sudah memiliki KTP dan bersedia dijadikan subjek penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square.

HASIL

Tabel 1. Distribusi frekuensi umur, jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan Variabel Frekuensi Persentase

Umur 1. Dewasa 2. Lansia Jenis Kelamin

1. Perempuan 2. Laki-laki

77 23 86 14

77 23 86 14

Tabel 2. Distribusi frekuensi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

Variabel Frekuensi Persentase Pendidikan

1. Tinggi 2. Rendah Pekerjaan

1. Wiraswasta 2. PNS

3. Tidak Bekerja Pendapatan

1. Rendah 2. Tinggi

54 46

35 7 58

82 18

54 46

35 7 58

82 18

Tabel 3. Distribusi frekuensi akses layanan dan perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayana kesehatan

Variabel Frekuensi Persentase Akses layanan

1. Dekat 2. Sedang 3. Jauh Perilaku sakit

1. Salah 2. benar

32 40 28

48 52

32 40 28

48 52

(6)

Tabel 4. Hubungan umur dan jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

Variabel

PP

Total Nilai p ya tidak

n n

% %

Umur 1. dewasa

2. lansia

Jenis Kelamin 1. perempuan

2. laki-laki

55 71,4

10 43,5

47 61,8

18 75,0

22 28,6

13 56,5

29 38,2

6 25,0

77 100

23 100

76 100

24 100

0,027

0,351

Tabel 5. Hubungan pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan peman- faatan pelayanan kesehatan

Variabel

PP

Total Nilai p ya Tidak

n n

% %

Pendidikan 1. Tinggi

2. Rendah

Pekerjaan 1. Wiraswasta

2. PNS

3. Tidak Bekerja

Pendapatan 1. Rendah

2. Tinggi

26 57,8

39 70,9

22 62,9

5 71,4

38

65,5

53 69,7

12 50,0

19 42,2

16 29,1

13 37,1

2 28,6

20

34,5

23 30,3

12 50,0

45 100

55 100

35 100

7 100

58

100

76 100

24 100

0,246

0,901

0,128

(7)

Tabel 6. Hubungan akses layanan dan perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

Variabel

PP

Total Nilai p ya Tidak

n n

% %

Akses Layanan 1. Dekat

2. Sedang

3. Jauh

Perilaku Sakit 1. Salah

2. Benar

19 59,4 34 85,0 12 42,9

38 69,1 27 60,0

13 40,6 6 15,0 16 57,0

17 30,9 18 40,0

32 100 40 100 28 100

55 100 45 100

0,001

0,461

PEMBAHASAN

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang telah diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mecegah dan menyembuhkan penyakit seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang yang menjadi responden di Puskesmas Pasirkaliki dapat diketahui bahwa dengan kategori umur dewasa yang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah 55 orang, dan kategori lansia yang memanfaatakan pelayanan kesehatan adalah 10 orang. Bertambahnya umur, maka resiko terkena penyakit juga akan semakin tinggi, kemampuan tubuh untuk melawan suatu penyakit akan semakin berkurang menyebabkan banyak individu yang terserang oleh penyakit, sehingga semakin cukup umur individu maka akan semakin baik individu berfikir dan bertindak dalam melakukan pencegahan dari berbagai penyakit. Karena semakin umur bertambah maka daya tahan tubuh berkurang juga sedikit-sedikit merasa sakit, seperti (pegal linu, sakit pingganng dan lain-lain), maka dari itu umur dewasa menuju lansia lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis, didapatkan responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu dengan persentase 76%. Responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki dikarenakan wanita lebih banyak memiliki waktu dirumah sebagai ibu rumah tangga dibandingkan dengan laki-laki yang harus bekerja diluar rumah sebagai kepala keluarga.

Hal ini juga dilihat karena wanita memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih besar dibandingkan laki-laki yang sedikit lebih tidak peduli sehingga wanita lebih memperhatikan kondisi kesehatan dengan pergi ke pelayanan kesehatan (Puskesmas) apabila sakit.

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan pendidikan rendah lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi yaitu 55%. Menurut

Notoatmodjo (2010) pendidikan merupakan upaya pembelajaran mau melakukan berbagai tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan tindakan pemeliharaan dan peningkatkan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasari oleh pengetahuan juga kesadarannya

(8)

melalui proses pembelajaran. Sehingga, perilaku tersebut dapat berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran, kelemahan dan pendekatan pendidikan kesehatan ini umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hasil analisis responden dengan pekerjaan wiraswasta 35,0%, responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 7,0% dan responden yang tidak bekerja sebanyak 58,0%. Keragaman dan variasi untuk memiliki tuntutan kebutuhan yang berbeda dan harus dipenuhi melalui berbagai kegiatan dan terkadang mempengaruhi tatanan kehidupan (Sari, 2015).

Berdasarkan hasil analisis responden dengan jarak dekat 32 orang (32,0%), jarak sedang 40 orang (40,0%), dan jarak jauh sebanyak 28 orang (28,0%). Menurut Pohan (2003), akses layanan atau jarak merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dicapai oleh semua masyarakat dan tidak terhalang oleh letak atau keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jauh atau dekatnya, lamanya diperjalanan dan hambatan lain yang mampu menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil analisis responden perilaku sakit yang salah sebanyak 55 orang (55,0%) dan perilaku sakit yang benar sebanyak 45 orang (45,0%). Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku sakit merupakan perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan individu maupun keluarga yang sakit atau terkena dengan masalah kesehatan, perlu mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatan yang lain.

Berdasarkan hasil analisis uji statistik hubungan umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan didapatkan bahwa kategori umur dewasa yang memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak 71,4%

responden, sedangkan kategori umur lansia yang memanfaatkan pelayanan kesehatan

sebanyak 43,5% responden. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,027 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Budi (2016) dalam hubungan umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh p value = 0,041. Karena semakin umur bertambah maka daya tahan tubuh berkurang juga sedikit- sedikit merasa sakit, seperti (pegal linu, sakit pingganng dan lain-lain), maka dari itu umur dewasa menuju lansia lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pasirkaliki tahun 2018 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustina Logen (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemulung di TPA Tamangapa.

Karena dengan jenis kelamin wanita, mereka lebih memperhatikan kesehatan jika sakit memperoleh kesembuhan, berbeda dengan laki-laki, karena perempuan memiliki rasa khawatir yang berlebih dibandingkan dengan laki-laki. jika mereka merasa sakit ringan mereka akan membiarkannya begitu saja dan menunggu sembuh dengan sendirinya.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value = 0,351 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil uji statistik didapatkan p value

= 0,246 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Biasanya dengan orang yang berpendidikan tinggi mereka akan lebih menjaga kesehatannya, dan jika sakit mereka akan memperoleh kesembuhan dengan berobat ke pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2012) bahwa berdasarkan hasil analisis tingkat

(9)

pendidikan rendah sebanyak 64,2% tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value = 0,901 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Responden dengan yang bekerja mereka akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan, karena dengan bekerja mereka mendapatkan upah atau uang untuk membayar pelayanan kesehatan ketika mereka datang ke pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Noviana (2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD Lakipadada Toraja dengan p value = 0,065.

Besar kecilnya tingkat pendapatan pada umumnya sangat terkait dengan jenis pekerjaan dan ada kalanya berkaitan dengan tingkat pendidikan. Dikatakan adakalanya, oleh karena itu dalam kehidupan masyarakat kita sering menjumpai bahwa seorang pelaku usaha yang berhasil tidak selalu berkorelasi dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Karena yang tidak bekerja lebih banyak waktu untuk datang ke puskesmas berbeda dengan yang bekerja, seseorang yang bekerja ketika ingin datang ke puskesmas mereka harus ijin atau meminta cuti pada saat sakit.

Hasil uji statistik didapatkan p value

= 0,128 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah untuk membayar pelayanan kesehatan ketika keluarganya ada yang sakit dengan kategori pasien umum, mereka akan membayarnya dengan uang tunai. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratna (2014) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Puskesmas oleh pasien hipertensi dengan p value = 0,965. Adanya pelayanan bagi peserta askeskin dan juga adanya kerjasama dengan asuransi yang melayani anggota dewasa beserta seluruh keluarganya menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut sehingga walaupun sebagian besar masyarakat mempunyai pendapatan yang kurang, mereka tetap memilih memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Meskipun seseorang memiliki kartu berobat gratis namun seseorang perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi juga biayanya masih terjangkau.

Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara akses layanan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Biasanya dengan jarak rumah dekat orang akan mudah memanfaatkan pelayanan kesehatan, mereka bisa berjalan kaki menuju ke Puskesmas. hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2014), bahwa rendahnya penggunaan (utilisasi) fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Balai Pengobatan dan sebagainya.

Seringkali kesalahan atau penyebabnya adalah faktor akses layanan antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh.

Jarak tempuh responden dari tempat tinggal ke Puskesmas Pasirkaliki mulai dari <

500M hingga dengan > 1KM. Canggihnya jaman sekarang memudahkan peneliti untuk melihat seberapa jauh atau dekatnya jarak responden ke puskesmas dengan bantuan google map. Contohnya, jika responden dari kelurahan Sukaraja jarak tempuh yang dilalui ke Puskesmas sejauh 950 meter saja. Hasil analisis menunjukkan bahwa masih ada responden dengan tempat tinggal dekat yang masih tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan karena responden atau keluarga responden tidak sakit dalam 3 bulan terakhir sehingga tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan atau tidak datang ke puskesmas. Akan tetapi pada

(10)

responden dengan akses layanan jauh dari Puskesmas Pasirkaliki telah memanfaatkan pelayanan kesehatan karena responden merasa berobat di Puskesmas Pasirkaliki murah dibandingkan ke rumah sakit atau klinik dokter setempat.

Hasil uji statistik didapatkan p value

= 0,461 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Nayegi (2015) menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Cimareme, dengan p value = 0,000, serta teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa responden seseorang apabila sakit beragam yang erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, serta mempengaruhi

atas dipakai atau tidaknya fasilitas kesehatan yang disediakan.

Penelitian yang dilakukan saat ini belum dapat menunjukkan hubungan yang bermakna antara perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, hal ini mungkin disebabkan karena responden dengan pendidikan tinggi memilih berobat ke pelayanan kesehatan, akan tetapi pada responden dengan pendidikan rendah sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) masih mempunyai perilaku yang muncul ketika sakit, diantaranya: didiamkan saja dan tetap menjalankan kegiatan sehari-harinya, mengambil tindakan dengan pengobatan sendiri (kerokan, minum jamu, obat gosok dan sebagainya), juga dengan cara meminum obat yang dibeli dari (warung, toko obat atau apotek), mencari penyembuhan ke fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe dan paranormal).

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki tahun 2018, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur dan akses layanan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan perilaku sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, M. M. (2014). Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi Pada Siswa SDN II Tenggong Rejotangan Tulungagung. 2,564-568 Ayuningtyas, D. (2014). Kebijakan

Kesehatan Prinsip dan Praktik.

Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan (E.3). Jakarta: Binarupa Aksara.

Bastian, I. (2008). Akuntansi Kesehatan.

Jakarta: Eerlangga.

Buchbinder, H. B., & Shanks, N. H. (2014).

Manajemen Pelayanan Kesehatan.

Jakarta: EGC.

Ilyas, Y. (2003). Mengenal Asuransi Kesehatan. Depok: UI.

Munijaya, A. A. G. (2004). Manajemen Kesehatan (E.2). Jakarta: EGC.

Napirah, M. R., Rahman, A., Tony, A., Administrasi, P., Kesehatan, I., &

Tadulako, U. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfataan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso Pesisir

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(11)

. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.

Jakarta: Rineka Cipta.

. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. jakarta: Rineka Cipta.

Noviana, S. B., & Asiah. H. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja, 22-28.

Nugrahaeni, D. K. (2015). Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC.

Permenkes. (2016). Pedoman Manajemen Puskesmas.

Pohan, I. S. (2003). Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kesaint Blanc.

Prasetyo, B. (2016). Volume 3 , Nomor 1 Juli 2016 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Mandiri pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Puri Tahun 2015 3, 81–89.

Ratna, D. H., & Musiana (2014). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Puskesmas oleh Pasien Hipertensi, 33-39.

Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rumengan, D. S. S., & Kandou, J. M. L. U. G.

D. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado, 88–100.

Ryanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Ryanto, A. (2013). Statistik Inferensial.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, F. P. (2015). Persespsi Masyarakat Pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Mandiri dalam Pelayanan RSUD Lubuk Basung Kabupaten Agam, 2(2), 1–15.

Swarjana, I. K. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Konsep, Strategi dan Praktik. (A. A. C., Ed.). Yogyakarta:

Andi.

Wahyuni, N. S. (2012) Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.

Yustina, L., Balqis, & Darmawansyah.

(2015). Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Pemulung di TPA Tamangapa.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penilaian tenaga kesehatan terhadap perilaku pasien masih belum sesuai, hal ini disebabkan karena masih banyak pasien yang melanggar aturan yang ada dirumah sakit

Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap orang tua dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di Wilayah kerja Puskesmas Pemancungan

Pengaruh Persepsi Pasien Umum tentang Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan.. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Sedangkan penilaian tenaga kesehatan terhadap perilaku pasien masih belum sesuai, hal ini disebabkan karena masih banyak pasien yang melanggar aturan yang ada dirumah sakit

Sedangkan penilaian tenaga kesehatan terhadap perilaku pasien masih belum sesuai, hal ini disebabkan karena masih banyak pasien yang melanggar aturan yang ada dirumah sakit

Tujuan: Meningkatkan pemanfaatan Pusat Kesehatan Masayarakat (Puskesmas) dalam memberikan pelayanan persalinan di kota Solok. Metode: Penelitian ini merupakan bentuk

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku sehat sakit dan pemilihan pelayanan kesehatan masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten

Maros adalah agar mempertahankan dan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan termasuk dengan memperhatikan faktor yang berhubungan dalam pemanfaatan pelayanan