• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL DI KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL DI KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DOI:

Homepage: https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/jps:

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL DI KOTA YOGYAKARTA

1*Mita Fani Tri Mutya

1Psikologi, Psikologi, Universitas Islam Indonesia, Indonesia [email protected]

Received: 30 Juli 2022 Revised: 14 September 2022 Accepted: 12 November 2022

Abstract

During pregnancy there are changes that occur in a woman. Pregnancy can be a source of anxiety. The increasing age of the womb, sometimes makes pregnant women become restless and anxious. Anxiety, fear, worry, and other negative feelings can affect the condition of the mother and fetus in the womb. So that the anxiety that occurs should receive special attention and it is important to be investigated further so that pregnant women can control their emotional conditions and other things. Emotionally intelligent mothers will view pregnancy and the changes that occur as positive things so that they will pass the pregnancy well and comfortably. The study was conducted to determine the relationship between emotional intelligence and anxiety of the first pregnant woman in facing childbirth in Yogyakarta. This type of research is quantitative research. Subjects in the study amounted to 35 pregnant women. The method used for data analysis is Pearson's Product Moment technique. The results obtained show that the correlation obtained is - 0.048 at a significance level of 0.009 with probability (p<0.05). This means that there is a negative relationship between emotional intelligence and maternal anxiety in dealing with childbirth.

Keywords: emotional intelligence, mother, pregnant, Yogyakarta

Abstrak

Pada masa kehamilan terdapat perubahan yang terjadi pada seorang Wanita. Kehamilan dapat merupakan sumber kecemasan. Semakin bertambahnya usia kandungan, terkadang membuat ibu hamil menjadi gelisah dan cemas. Kondisi cemas, takut, khawatir, dan perasaan negatif lainnya dapat membuat kondisi ibu dan janin dalam kandungan menjadi terpengaruh. Sehingga kecemasan yang terjadi harus mendapat perhatian khusus dan penting untuk diteliti lebih lanjut agar ibu hamil dapat mengendalikan kondisi emosi dan hal lainnya. Ibu yang cerdas secara emosi akan memandang kehamilan dan perubahan yang terjadi merupakan hal positif sehingga akan melewati kehamilan dengan baik dan nyaman. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan ibu hamil pertama dalam menghadapi persalinan di Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek dalam penelitian berjumlah 35 ibu hamil. Metode yang digunakan untuk analisa data adalah teknik Product Moment Pearson. Hasil yang diperoleh menunjukan korelasi yang didapat adalah -0.058 pada taraf signifikansi 0.009 dengan probabilitas (p<0.05). Hal tersebut berarti ada hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

Keywords: kecerdasan emosi, ibu, hamil, Yogyakarta

Pendahuluan

Pada masa dewasa awal, seseorang dianggap telah mampu untuk menjalin hubungan lebih serius dan memulai rumah tangga, karena dari segi fisik dan emosi telah berkembang dengan baik. Pasangan yang telah menikah pasti menghendaki

(2)

kehadiran seorang anak, karena mempunyai keturunan merupakan salah satu tugas perkembangan dewasa awal (Santrock, 2012). Kehadiran seorang anak dianggap sebagai keharusan untuk penerus keturunan dan sebagai wujud cinta kasih yang menimbulkan kepuasan interpersonal. Kehadiran seorang anak juga diyakini mampu memperkuat ikatan pasangan suami-istri. Pada umumnya, sebagian besar pasangan perempuan yang baru menikah mengharapkan kehamilan. Kehamilan merupakan salah satu dari tiga perubahan hormonal yang penting dalam proses hidup wanita.

Periode pertama adalah menarche, yaitu masa pertumbuhan hingga usia mengandung; kedua adalah masa kehamilan (yang biasa juga terjadi pada usia muda);

ketiga adalah masa menopause (Widdowson, 2004).

Kehamilan dan kelahiran anak merupakan pengalaman yang luar biasa dalam kehidupan seorang wanita. Pada umumnya, bagi wanita yang telah membina rumah tangga, kelahiran anak pertama merupakan suatu peristiwa yang sangat istimewa dan diharapkan oleh setiap keluarga. Pada umumnya, kehamilan bagi seorang wanita merupakan bukti bahwa kodratnya sebagai seorang wanita telah lengkap dan dengan kelahiran seorang anak akan membuat semakin lengkapnya kebahagiaan sebuah keluarga (Wulandari, 2006). Peran sebagai orang tua bagi orang dewasa pada umumnya, direncanakan dengan baik, namun bagi sebagian orang dewasa lainnya kesadaran menjadi orang tua merupakan sebuah kejutan dalam hidupnya (Santrock, 2012).

Kehamilan dan kelahiran anak termasuk salah satu periode krisis dalam proses kehidupan seorang perempuan dan merupakan masa yang sulit, khususnya pada kehamilan pertama (Yanita, 2001). Menurut Brooker (2005) kehamilan dimulai dari periode menstruasi sampai sebelum persalinan (40 minggu atau 280 hari) yang terbagi menjadi tiga periode yang masing-masing berlangsung tiga bulan. Dalam menghadapi masa kehamilan setiap perempuan mempunyai respon yang berbeda- beda. Wanita yang bahagia dengan kehamilannya akan memandang perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada dirinya adalah sesuatu hal yang wajar dan merupakan pemenuhan biologis serta bagian dari rencana dalam hidupnya, meskipun secara

(3)

umum terlihat baik, akan tetapi sering dijumpai ketidakstabilan emosi yang terlihat pada perubahan mood pada ibu hamil (Kusmiyati, Wahyuningsih, & Sujiyatini, 2010).

Pada masa kehamilan dan mendekati masa kelahiran anak akan terjadi banyak perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis sebagai akibat terjadinya perubahan hormon dalam diri ibu hamil tersebut (Wulandari, 2006). Perubahan ibu hamil secara fisiologis dapat terlihat dari perubahan fisik yang dialami meliputi mual, muntah, bertambahnya berat badan, perut membuncit, sering buang air kecil, dan kelelahan. Perubahan psikologis pada wanita hamil terlihat pada perubahan emosi yang dialami baik itu perasaan sensitif, perubahan mood, depresi, cemas, takut (Constance, 2010). Menurut Huliana (2007) umumnya reaksi fisiologis dan psikologis wanita yang pertama kali hamil ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan, kegusaran, ketakutan, dan kepanikan.

Meskipun pada usia dewasa seseorang dianggap telah matang secara emosi, akan tetapi banyak wanita yang mengalami gangguan emosi pada saat hamil, saat melahirkan, dan setelah melahirkan. Gangguan emosi yang dialami wanita saat hamil dan mendekati masa kelahiran anak biasanya akan mempengaruhi perilaku atau sikap dalam menjaga kesehatan selama kehamilan, menjadi malas makan, gangguan tidur, serta kelelahan dan muntah-muntah (Suparmi & Goeritno, 2009). Hal senada juga diungkapkan oleh Andriana (2007) bahwa banyak orang yang mengatakan proses melahirkan itu rasanya sakit, oleh karena itu muncul ketakutan dan akhirnya menyebabkan kecemasan yang muncul dalam pikiran mengenai rasa nyeri ketika melahirkan, akan menyebabkan peningkatan kerja syaraf simpatetik, dan meningkatkan hormon adrenalin, sehingga muncul ketegangan fisik pada diri ibu hamil.

Menurut Prato dan Caroline (2013) kecemasan merupakan kondisi emosi yang tidak menyenangkan dan dapat terjadi pada setiap orang dalam kehidupannya.

Kecemasan dapat menjadi kondisi emosi yang bersifat positif dan bermanfaat untuk mencegah seseorang dari bahaya, karena kecemasan merupakan emosi yang dapat memperingatkan seseorang untuk melakukan perubahan maupun penyesuaian

(4)

terhadap munculnya bahaya baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ohman dan Soares (1998) disebutkan bahwa sistem emosi akan mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan dengan rasa cemas menimbulkan reaksi bahwa akan terjadi hal yang buruk. Rasa cemas yang muncul, seharusnya dapat mempersiapkan individu mengantisipasi datangnya hal yang tidak menyenangkan dan mungkin akan terjadi. Individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa cemas. Hal tersebut terjadi pada kondisi individu yang dapat mengatasi kecemasannya dengan baik, tetapi seseorang biasanya larut dalam kecemasan yang dirasakan sehingga tidak dapat mengendalikan emosinya.

Kecemasan menurut Beck (Clark & Beck, 2010) merupakan suatu keadaan perasaan yang berupa kelemahan dalam diri seseorang. Kecemasan merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya yang ditujukan pada kondisi akan adanya bahaya, yang bersumber dari dalam diri seseorang ataupun dari luar diri seseorang, yang menyebabkan seseorang merasa kurangnya memiliki kontrol dan merasa kurang mampu menyelamatkan diri dari kondisi yang membahayakan atau mengancam tersebut. Kecemasan merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan seseorang, tetapi kecemasan dapat meningkat pada masa kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Misri dkk (2004) pada studi longitudinal pada sample yang berjumlah 8.323 wanita hamil di Inggris, sebanyak 21 (9%) memiliki gejala klinis yang signifikan pada kecemasan dan meningkat masa kehamilan, dan sebanyak 64% mengalami peningkatan mendekati masa kelahiran anak. Menurut Cohen, Nonacs, dan Oldham (2007) kecemasan yang dibiarkan menyebabkan munculnya depresi pada usia kehamilan 8 bulan mendekati persalinan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhtasor (2003) menunjukkan bahwa kecemasan pada ibu hamil mendekati persalinan meningkat dibandingkan dengan kondisi sebelum hamil. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 32 orang pasien RS bersalin yang diamati, sebanyak 23 orang (71,9%) ibu hamil memiliki kondisi

(5)

emosional berupa cemas, tidak tenang, banyak mengeluh, berkeringat dingin, jarang senyum, kadang berteriak, berkata tidak jelas, memarahi orang lain, menyalahkan orang lain termasuk suaminya, kecemasan yang terjadi meningkat pada masa kehamilan dan menjelang kelahiran anak. Sebanyak 9 orang (28,1%) mengalami kondisi emosional yang tenang, dengan kata lain mudah diarahkan, mudah diajak komunikasi dan sabar.

Kecemasan merupakan perasaan khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam dan membahayakan rasa aman (Prasodjo, 2008). Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil mendekati masa kelahiran anak, termasuk dalam kecemasan yang bersifat trait anxiety. Trait anxiety merupakan seseorang yang memiliki karakteristik pencemas, namun memungkinkan seseorang mengalami kenaikan yang lebih tinggi pada saat seseorang berada pada situasi yang dianggapnya membahayakan atau mengancam dirinya (Spielberger, 2004).

Kecemasan yang telah ada pada diri ibu hamil, namun meningkat ketika akan menghadapi kehamilan dan kelahiran anak (Huliana, 2007).

Kecemasan pada ibu hamil mendekati kelahiran anak disebabkan karena adanya perasaan takut terhadap kesehatan, usia kehamilan, keuangan, dan masalah-masalah pokok lainnya dalam kehamilan. Rasa takut dan kecemasan yang berlebihan jelas akan mengganggu konsentrasi dalam melakukan persiapan untuk menghadapi persalinan, sehingga persiapan tidak dapat dilakukan secara optimal oleh calon ibu yang akan melahirkan anak pertama (Huliana, 2007). Ibu hamil yang sewaktu hamil pertama berada pada usia di bawah dua puluh tahun dan di atas tiga puluh tahun memiliki faktor resiko yang tinggi dalam kehamilannya yang menyebabkan munculnya kecemasan, meskipun pada setiap kehamilan usia berapapun kehamilan mempunyai resiko masing-masing (Nurbaeti & Rosidati, 2008).

Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada kecemasan pada subjek penelitian yaitu ibu hamil yang akan menjalani persalinan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adewuya, Ola, Aloba, dan Mapayi (2006) terhadap 172 wanita hamil di Nigeria menunjukkan bahwa sebanyak 83,7% wanita hamil mengalami kecemasan,

(6)

dan hanya 16,3% yang tidak mengalami kecemasan. Demikian juga hasil penelitian Cury dan Menezes (2007) terhadap 432 orang wanita dengan kehamilan normal di kota Osasco, Sau Paulo menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan depresi pada subjek dalam kondisi hamil dan menjelang masa kelahiran anak tergolong tinggi.

Kecemasan pada ibu hamil yang hendak hendak melahirkan sangat penting mendapatkan perhatian. Apabila rasa ketidaknyamanan fisik yang meningkat dan kecemasan pada wanita hamil dibiarkan akan mengancam kesehatan dan keselamatan janin (Susanti, 2009). Menurut Kartono (2006) kondisi psikis ibu hamil yang mengalami kecemasan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan janin baik fisik dan psikis janin didalam kandungan dan perkembangan setelah dilahirkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Glover (2011) menunjukkan bahwa ibu hamil mendekati masa kelahiran anak yang mengalami gangguan emosi sewaktu hamil berupa tegang, khawatir dan mengalami kecemasan mempengaruhi perkembangan bayi setelah dilahirkan, yaitu tumbuh dan berkembangan menjadi mudah cemas dan mengalami gangguan perhatian (ADHD).

Kecemasan pada ibu yang akan menghadapi kelahiran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain dukungan sosial, status perkawinan, status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, dan faktor lain yang mempengaruhi adalah kecerdasan emosi dan usia ibu sewaktu hamil (Aprianawati & Sulisyorini, 2007).

Faktor dari dalam individu antara lain adalah kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang. Banyak sekali faktor penyebab munculnya kecemasan, sehingga hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut, untuk dapat membantu dan mengatasi kecemasan tersebut, agar tidak tinggi dan membahayakan seseorang, khususnya dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan janin dalam kandungannya. Kecemasan yang tinggi juga dapat menyebabkan ibu hamil mengalami hipertensi ketika akan melahirkan anak, hal tersebut sangat membahayakan kondisi ibu hamil dan juga janinnya, bahkan dapat menyebabkan kematian. Angka kematian tinggi salah satu faktor penyebabnya adalah hipertensi yang tinggi pada ibu hamil.

(7)

Angka kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi di Kota Yogyakarta.

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan di Yogyakarta tahun 2018 didapatkan angka kematian ibu mencapai 126 per 100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi 105 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka kematian ibu hamil dan kematian masih tergolong tinggi di Indonesia, oleh sebab itu perlu dipahami apa yang menjadi penyebab, dan bagaimana cara mengatasi untuk menurunkan bahkan mengurangi angka kematian baik pada ibu, maupun pada bayi. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan, yaitu kecerdasan emosi. Cury dan Menezes (2007) menyebutkan bahwa faktor munculnya kecemasan adalah ketidakmampuan mengendalikan emosi, kecerdasan emosi yang dimiliki kurang, tidak mampu beradaptasi dengan kondisi dan perubahan yang terjadi pada wanita hamil menjelang masa kelahiran anak dan pada umumnya kehamilan tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dibayangkan, sehingga ibu hamil mendekati masa kelahiran menjadi stress dan penyebab lainnya adalah faktor lingkungan, karena ibu hamil mendekati kelahiran anak tidak mendapatkan dukungan sosial dari tempat tinggal maupun lingkungan kerjanya.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai dampak kecemasan terhadap kesehatan ibu dan janinnya, kecemasan terjadi tidak hanya secara biologis, tetapi ada keterlibatan faktor sosial, dan psikologis (Sarafino & Smith, 2006). Konsep faktor dari dalam diri individu meliputi kecerdasan emosi, dan dari luar individu meliputi faktor sosial yang melibatkan masyarakat, kelompok, dan keluarga berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (Casmini, 2007).

Menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai peran kecerdasan emosi terhadap kecemasan yang terjadi pada ibu yang akan menghadapi kelahiran, dan seberapa besar kontribusi kecerdasan emosi dapat mempengaruhi naik dan turunnya kecemasan pada ibu yang akan menghadapi kelahiran.

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang ibu hamil pada masa dewasa. Teknik pengambilan sampel yang

(8)

digunakan adalah metode purposive sampling. Kecemasan cara pengukurannya didalam penelitian menggunakan skala kecemasan yang disusun peneliti berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon (1984). Dimensi kecemasan yang digunakan dalam penelitian terdiri atas empat dimensi. Dimensi kecemasan meliputi dimensi kognitif, dimensi motorik, dimensi somatis dan dimensi afektif. Skala kecemasan menggunakan model skala Likert. Skala likert umumnya menggunakan lima alternatif jawaban, tetapi skala likert juga dapat menggunakan empat alternatif jawaban dan menghilangkan jawaban netral pada setiap pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2010., Djaali, 2008). Setiap pilihan jawaban diberi skor sehingga subjek penelitian harus menggambarkan, mendukung pernyataan sebagai jawaban yang dipilih ketika mengisi skala penelitian (Sugiyono, 2010). Pada skala ini aspek dan indikator tersebut kemudian disusun menjadi aitem-aitem yang berupa pernyataan positif (favorable) yang memiliki rentang nilai 4-1, dan pernyataan negatif (unfavorable) dengan rentang nilai 1-4. Subjek dalam skala diminta untuk memilih satu dari empat alternatif pernyataan yang ada pada skala. Jumlah aitem pada skala ini adalah 71 aitem dengan empat alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Kecerdasan emosi pada penelitian diukur dengan menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Goleman (2000), yang terdiri dari aspek kesadaran diri (self-awareness), aspek pengaturan diri (self- regulation), aspek motivasi (motivation), aspek empati (empathy), dan aspek keterampilan sosial (social skills). Skala kecerdasan emosi bertujuan untuk mengungkapkan seberapa jauh tinggi dan rendahnya kecerdasan emosi ibu hamil. Skala ini menggunakan model skala Likert, yang terdiri atas empat alternatif jawaban atau pernyataan. Pada skala ini aspek dan indikator tersebut kemudian disusun menjadi aitem- aitem yang berupa pernyataan positif (favorable) yang memiliki rentang nilai 4-1, dan pernyataan negatif (unfavorable) dengan rentang nilai 1-4. Subjek dalam skala diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban atau pernyataan yang ada pada skala.

Jumlah total aitem pada skala ini adalah 65 aitem yang mempunyai empat alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

(9)

Di dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan teknik analisi regresi berganda. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) version 21 for Windows.

Hasil dan Pembahasan

1. Deksripsi Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Klinik bersalin yang ada di Yogyakarta. Sebelum peneliti melakukan penelitian dan menggunakan alat ukur pada subjek yang sebenarnya, terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang alat ukur, menentukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk atau administrasi tes dan menyeleksi aitem mana yang valid dan reliable agar dapat dipergunakan dalam penelitian yang sebenarnya.

Uji coba alat ukur dilaksanakan di Klinik bersalin kota Yogyakarta. Uji coba alat ukur dilakukan pada skala kecemasan, dan kecerdasan emosi. Meskipun terdapat karakteristik yang sama antara subjek uji coba alat ukur dengan subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti juga tidak memungkiri perbedaan yang ada seperti budaya dan situasi. Peneliti berfokus pada karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian, yaitu ibu hamil, dengan usia ibu hamil 20-30 tahun. Uji coba alat ukur penelitian dilakukan peneliti dengan mengikutsertakan sebanyak 30 ibu hamil.

Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui tahap uji coba alat ukur, selanjutnya dilakukan uji validitas yaitu dengan menggunakan validitas isi dan uji reliabilitas. Aitem yang sahih saja yang dipergunakan dalam penelitian, sedangkan aitem yang gugur dihilangkan pada alat ukur. Setelah mendapatkan alat ukur yang layak dan teruji, maka peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Peneliti melakukan penelitian di Klinik bersalin di Kota Yogyakarta.

Mekanisme pelaksanaan penelitian dilakukan peneliti dengan mendatangi satu persatu klinik bersalin, dan memberikan surat izin penelitian pada pihak klinik bersalin.

Setelah disetujui untuk pelaksaan penelitian, peneliti melakukan penelitian dengan menanyakan deskripsi subjek berupa usia kehamilan, kehamilan keberapa, dan apabila

(10)

karakteristik subjek sesuai dengan yang hendak diteliti, peneliti kemudian meminta kesediaan subjek untuk mengisi skala. Skala diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari subjek.

2. Deskripsi dan Reliabilitas Data

Menurut Azwar (2012) pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang bersifat akurat dan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur. Subtansi yang terpenting dalam skala psikologi adalah membuktikan bahwa struktur dari seluruh aspek keperilakuan, indikator keperilakuan dan aitem- aitemnya membentuk suatu konstrak yang akurat bagi atribut yang diukur. Hal senada juga diungkapkan oleh Jackson (2009) bahwa validitas mengarah pada apakah alat ukur sesuai dengan fungsinya untuk mengukur yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity).

Validitas isi dilakukan untuk mengetahui apakah isi skala telah sesuai dan mendukung konstrak teoritik yang diukur dalam penelitian. Penilaian pada alat ukur dalam penelitian tidak hanya dilakukan oleh penulis saja, tetapi penelitian dilakukan secara mendalam dengan ahli yang berkompeten dengan penelitian, yaitu dilakukan professional judgement, agar alat ukur sesuai dengan apa yang hendak diukur sebenarnya.

Sebelum aitem-aitem pada skala kecemasan, kecerdasan emosi digunakan pada penelitian sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba skala untuk mengetahui daya diskriminasi atau daya beda aitem dengan cara mengkorelasikan butir aitem dengan aitem total pada skala yang diuji cobakan. Penelitian ini menggunakan batas indeks daya beda aitem sebesar rix ≥ 0,30. Aitem yang memiliki daya beda dibawah 0,30 dianggap memiliki skor yang rendah dan aitem yang mempunyai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memenuhi syarat dan memuaskan digunakan dalam penelitian (Azwar, 2012). Aitem yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah aitem yang mempunyai daya diskriminasi rix ≥ 0,30, sedangkan yang memiliki daya diskriminasi dibawah 0,30 dianggap tidak sahih dan gugur sehingga tidak diikutkan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

(11)

Hasil analisis regresi sederhana menujukkan bahwa diperoleh nilai F sebesar 14,528. Sedangkan nilai koefisien signifikan sebesar 0,000 (p<0,005). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan pada ibu hamil. Hasil ujii regresi juga menunjukkan nilai R square yang diperoleh sebesar 0,058 (5,8%). Tanda negatuf menyatakan arah hubungan, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X) akan mengakibatkan kenaikan/ penurunan variabel terikat (Y). Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki oleh ibu hamil, maka ibu hamil memiliki kecemasan yang rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki ibu hamil, maka semakin tinggi kecemasan pada ibu hamil tersbut. Uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan

Hasil analisis regresi sederhana menujukkan bahwa diperoleh nilai F sebesar 19,216.

Sedangkan nilai koefisien signifikan sebesar 0,000 (p<0,005). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis diterima yaitu terdapat hubungan kecerdasan emosi secara sangat signifikan terhadap kecemasan pada ibu hamil.

Hasil uji regresi juga menunjukkan nilai R square yang diperoleh sebesar 0,085 (8,5%). Menyatakan arah hubungan, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X) akan mengakibatkan kenaikan/ penurunan variabel terikat (Y). Artinya, apabila semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki ibu hamil, maka semakin rendah kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil. Demikian sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki ibu hamil, semakin tinggi kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil.

Tabel 2. Hasil Uji Linearitas

F Sig. (p) Keterangan

Kecemasan * Kecerdasan Emosi

Linearity Deviation from Linearity

33,802 1,695

<0,05

>0,05

Linear Linear

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi terhadap kecemasan pada ibu hamil di Kota Yogyakarta. Berdasarkan kategorisasi data penelitian terhadap variabel kecemasan pada 35 orang ibu hamil yang akan menghadapi kelahiran

F Signifikansi R Square

19,216 0,000 0,085

(12)

anak di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek, yaitu sebanyak 21 orang ibu hamil mengalami kecemasan. Kategorisasi kecemasan terdiri atas tiga kategori kecemasan, yaitu kategori kecemasan tinggi, sedang, dan sangat tinggi.

Berdasarkan kategorisasi kecemasan pada ibu hamil yang akan menghadapi kelahiran terdapat sebanyak 10 orang ibu hamil berada pada kategorisasi tinggi. Ibu hamil anak pertama dengan tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang. Ibu hamil anak pertama yang mempunyai tingkat kecemasan sangat tinggi yaitu sebanyak 4 orang.

Kecemasan pada masa kehamilan dan menjelang proses kelahiran merupakan hal yang terjadi pada sebagian besar subjek penelitian. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa ibu hamil mengalami kecemasan menjelang masa kelahiran anak pertama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arafah dan Aizar (2010) menunjukkan bahwa ibu hamil anak pertama cenderung mengalami kecemasan menghadapi persalinan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Maharani dan Fakhrurrozi (2010) juga menunjukkan bahwa ibu hamil pada trimester ketiga yang mendekati masa kelahiran anak pertama, juga mengalami kecemasan.

Kecemasan pada ibu hamil anak pertama merupakan hal yang sering terjadi dikarenakan ibu hamil anak pertama belum mempunyai pengalaman mengenai kehamilan dan persalinan sebelumnya. Sebagian besar ibu hamil anak pertama menanti kelahiran bayinya dengan tidak sabar dan diwarnai dengan kecemasan dan ketakutan.

Menurut Kusmiyati dkk (2010) kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang timbul karena adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu. Kecemasan pada masa kehamilan merupakan hal yang dapat terjadi pada ibu hamil. Menurut Stoppard (2002) pada masa menghadapi kelahiran bayi merupakan situasi yang dapat mengancam ibu hamil sehingga ibu hamil menjadi tegang, khawatir, dan takut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Zanden dan Crandel (2007) bahwa dalam menghadapi masa kelahiran anak merupakan kondisi yang bersifat konkrit dan dapat mengancam diri ibu hamil, sehingga menyebabkan perasaan tegang, khawatir, dan takut yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Ibu hamil diharapkan dapat berhasil dalam

(13)

menghadapi situasi tersebut dengan sebaik-baiknya. Perubahan fisiologis pada ibu hamil menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kondisi psikologis selama masa kehamilan sehingga menumbuhkan kekhawatiran yang terus menerus dalam menghadapi kelahiran anak pertama. Proses kelahiran anak sebenarnya merupakan proses biologis yang wajar dan sederhana (Kartono, 2006) sehingga sudah selayaknya proses kelahiran anak yang normal dapat berlangsung lancar dan alami (Priantono, 2003). Meskipun demikian, ibu hamil biasanya merasa khawatir dan cemas yang sebenarnya merupakan situasi yang wajar mengingat kondisi hamil adalah masa yang berarti bagi seorang calon ibu yang belum mempunyai pengalaman hamil dan melahirkan, sehingga muncul rasa cemas yang menyertai proses tersebut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan pada ibu hamil yaitu, kecerdasan emosi, dukungan sosial (Zanden & Crandel, 2007), selain itu usia juga mempengaruhi munculnya kecemasan pada ibu hamil (Stuart, 2006). Dari hasil analisis data pada ibu hamil yang akan menghadapi kelahiran anak pertama, menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berhubungan dengan kecemasan pada ibu yang akan menghadapi kelahiran anak pertama. Dalam setiap masa kehamilan terutama pada masa kehamilan pertama dibutuhkan sebuah perencanaan dalam menghadapi masa kehamilan dan kelahiran anak. Perencanaan dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran anak membutuhkan kemampuan emosi yang baik, dengan kecerdasan emosi yang baik akan membuat seseorang lebih siap menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi sewaktu masa kelahiran anak termasuk menekannya kecemasan.

Menurut Goleman (2000) seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi mampu mengendalikan dan memotivasi diri, mampu mengelola emosi dengan tepat sehingga merasa nyaman dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan sosialnya sehingga bisa mengatasi dan mengelola kecemasan, stress yang terjadi. Goleman (2000) juga mengemukakan bahwa menurut pandangan secara kognitif, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik maka dapat memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam penilaian atau persepsi positif. Menurut Gardner (2006) kecerdasan emosi yang baik dapat mengarahkan seseorang sehingga mampu membedakan dan

(14)

menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat, sehingga terarah pada perasaan yang dirasakan serta memanfaatkannya untuk menuntun ke arah tingkah laku, dengan kata lain seseorang yang memiliki kecerdasan emosi memiliki perkembangan kognitif yang baik, dan mampu mengendalikan emosi dengan baik, sehingga dengan kemampuan kognitif yang baik dapat mempersepsikan emosinya menjadi hal positif.

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik mampu mempersepsi yang negatif menjadi positif serta lebih mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berbeda-beda, berpikir jernih secara matang, baik dan objektif, sehingga mampu mengatasi dan menurunkan kecemasan yang terjadi pada ibu hamil yang akan menghadapi kelahiran anak pertama. Hal senada juga diungkapkan oleh Hartati (2006) bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk menguasai situasi yang penuh tantangan yang biasanya menimbulkan ketegangan dan kecemasan. Bila seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka seseorang tersebut akan mampu secara efektif mengendalikan reaksi dan perilaku sedemikian rupa sehingga tidak terpengaruh oleh kegagalan atau keadaan yang mencekam, seperti dalam kondisi menunggu kelahiran anak. Kecerdasan emosi mempunyai peran terhadap kecemasan pada ibu yang akan menghadapi kelahiran anak pertama di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dalam penelitian ini sebanyak 9,9%.

Kelemahan penelitian ini adalah aitem yang terlalu banyak dari kedua skala penelitian, sehingga membuat subjek mengalami kelelahan dalam mengisi skala penelitian apalagi dikarenakan sedang hamil mudah sekali mengalami kelelahan.

Diharapkan peneliti berikutnya dalam membuat skala penelitian memperhatikan jumlah aitem pernyataan agar subjek tidak mengalami kejenuhan dan kelelahan, tetapi tetap sesuai dengan aspek dan indikator dari skala yang ingin diukur. Peneliti berikutnya diharapkan dapat melihat kontribusi variabel lain diluar kecerdasan emosi, dukungan sosial dan usia terhadap kecemasan pada ibu yang akan menghadapi kelahiran anak pertama di Pekanbaru, Riau yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

(15)

Penutup

Kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif dengan kecemasan pada ibu yang akan menghadapi kelahiran anak di Kota Yogyakarta. Pada penelitian menunjukkan semakin rendahnya kecerdasan emosi pada ibu hamil, maka kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki oleh ibu hamil, kecemasan yang dirasakan ibu hamil semakin rendah.

Sumbangan efektif dari variabel kecerdasan efektif, dukungan sosial, dan usia ibu hamil secara bersama-sama sebesar 42,0% terhadap kecemasan pada Ibu hamil di Kota Yogyakarta. Deskripsi data penelitian menunjukkan bahwa kecemasan ibu hamil mempunyai kecemasan pada kategori rendah, tetapi sebagian besar lainnya menunjukkan kecemasan terjadi dari mulai sangat tinggi, tinggi dan sedang. Deskripsi subjek penelitian dapat dikelompokkan dalam beberapa kategorisasi yaitu usia ibu hamil, tingkat pendidikan, dan tingkat pekerjaan subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pendidikan, yaitu SMA/SMK, D1, D3, S1, S2 dengan kecemasan pada ibu hamil. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pekerjaan, yaitu IRT, PNS, Wirausaha, dan karyawan dengan kecemasan pada ibu hamil di Kota Yogyakarta.

Penelitian ini masih banyak sekali kekurangannya, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang dapat menjadi penurun atau mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil. Saran bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk mengukur kecemasan pada subjek penelitian yang berbeda. Peneliti selanjutnya dapat mencermati faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kecemasan pada ibu hamil yang akan menghadapi kelahiran.

Faktor tersebut seperti menggali lebih dalam mengenai tingkat pendidikan, status pernikahan, lamanya pernikahan dan memperoleh keturunan, kehamilan tidak dikehendaki, sehingga penelitian-penelitian mengenai kecemasan pada ibu hamil yang akan menghadapi kelahiran semakin beragam dan semakin kaya sumber-sumbernya.

Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggabungkan beberapa variabel

(16)

pendukung lainnya mengenai penyebab munculnya kecemasan, yang nantinya juga dapat dijadikan kajian dalam menyusun penelitian lanjutan oleh peneliti lainnya.

Daftar Pustaka

Adewuya, A. O., Ola, B. A., Aloba, O. O., & Mapayi, B. M. (2006). Anxiety disorders among Nigerian woman in late pregnancy : A controlled study.

Archieves of Women’s Mental Health, 9(4), 325-328.

Aprianawati, R. B., & Sulistyorini, R. I R. (2007). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga. Arkhe, 12(12), 107-118.

Arafah, C. T., & Aizar, E. (2010). Kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di klinik HJ. Hadijah Medan setelah menonton video proses persalinan normal. Jurnal Universitas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 12(2), 12-20.

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Brooker, C. (2005). Ensiklopedia keperawatan: churhill livingstone’s mini ensiklopedia of nursing first edition (A. Hartono, Trans.). Jakarta: EGC.

(Naskah asli diterbitkan tahun 2004).

Casmini. (2007). Emotional parenting. Yogyakarta: Pilar Media.

Charly, D. (2006). Faktor-faktor kecemasan dalam kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Constance, S. (2010). Buku saku kebidanan (R. Komalasari, Trans.). Jakarta:

Buku kedokteran EGC. (Naskah asli diterbitkan tahun 2009).

Cury, A. F., & Menezes, P. R. (2007). Prevalance of anxiety and depression during pregnancy in a private setting sample. Journal of Woman Mental Health,10(7), 25-32.

Glover, V. (2011). The effect of prenatal anxiety on child behavioural and cognitive outcomes start at the beginning. United State: Encyclopedia on Early Childhood Development.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi (T.

Widodo, Trans.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. (Naskah asli diterbitkan tahun 1999).

Haber, A., & Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjusment. New York: The Dorsey Press.

Huliana, M. (2007). Panduan melayani kehamilan sehat. Jakarta: Puspaswara.

Jackson, S. L. (2009). Research method and statistic: a critical thinking approach (3rd ed.). Belmont: Thomson Wadsworth.

(17)

Kusmiyati, Y., Wahyuningsih, H. P., & Sujiyatini. (2010). Perawatan ibu hamil (asuhan ibu hamil). Yogyakarta: Fitrimaya.

Maharani, T. I., & Fakhrurrozi, M. (2010). Hubungan dukungan sosial dan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester ketiga.

Jurnal Fakultas Psikologi Gunadarma Depok, 16(12), 20-28.

Misri, D., Shaila, M., Oberlander., Tim F., Fairbrother, G., Nichole, D., Carter, B.

N., & Diana, F. F. (2004). Relation between prenatal maternal mood and anxiety and neonatal health. Canadian Journal of Psychiatry, 10(2), 12-18.

Muhtasor, G. (2003). Hubungan kecemasan dengan gangguan emosional pada ibu pasien rumah sakit bersalin graha medika. Jurnal Psikologi Malang, 34(20), 10-16.

Nurbaeti, I., & Rosidati, C. (2008). Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kecemasan menghadapi persalinan di poliklinik kebidanan dan kandungan rumah sakit X Jakarta. Jurnal Institut Pembangunan Indonesia, 10(6), 38- 42.

Prasodjo, W. (2008). Kesehatan mental, kajian sudut pandang agama dan sosial kemasyarakatan. Jakarta: Tsaqafah.

Priantono, H. (2003). Terapi hypnobirthing, melahirkan tanpa rasa sakit. Jakarta:

Mitra Utama.

Santrock, J. W. (2012). Life-span development: perkembangan masa hidup edisi ketiga belas (B. Widyasinta, Trans.). Jakarta: Erlangga. (Naskah asli diterbitkan tahun 2011).

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interactions (5th ed.). New York: John Wiley and Sons.

Spielberger, C. D. (2004). State trait anxiety inventory STAI. Canada: Consulting Psychologists Press.

Stoppard, M. (2002). Panduan mempersiapkan kehamilan dan persalinan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suparmi., & Goeritno, H. (2009). Stres pada ibu hamil ditinjau dari dukungan sosial suami dan frekuensi pertemuan dengan suami. Jurnal Manasa Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya, 16(2), 51-60.

Susanti, N. N. (2009). Psikologi kehamilan. Jakarta: EGC.

Widdowson. (2004). Yoga untuk kehamilan. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Wulandari, P. Y. (2006). Efektivitas senam hamil sebagai pelayanan prenatal dalam menurunkan kecemasan menghadapi persalinan pertama. Jurnal Insan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, 2(6), 136-145.

(18)

Yanita, A., & Zumralita. (2001). Persepsi perempuan primipara tentang dukungan suami dalam usaha menanggulangi gejala depresi pascapersalinan.

Phornesis. Jurnal Ilmiah dan Terapan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, 3(1), 23-30.

Zanden, J. V., Crandell, T. L., & Crandell, C. H., (2007). Human development (8th ed.). New York: McGraw Hill.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan kecerdasan emosi dan perilaku seksual pranikah pada remaja yang berpacaran.. Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang

kecerdasan emosi yang baik dapat berperilaku asertif, karena remaja tersebut mampu. mengendalikan emosi dan mampu menempatkan diri dimana remaja

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kecemasan terhadap status lajang dengan kecerdasan emosi pada wanita

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi masa pension pada karyawan swasta. Sumbangan efektif

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki remaja akhir maka akan semakin tinggi pula perilaku asertif yang dimiliki, begitu juga

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengenali emosi yang muncul,

Hasil penelitian ini mene- memiliki regulasi emosi yang baik akan gaskan kembali pendapt Sill &amp; Barlow m elakukan penilaian kembali pada emosi dan (2007) bahwa

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan para atlet bolavoli STKIP PGRI Pacitan sebelum menghadapi