Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022 143
ORIGINAL RESEARCH
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN TERHADAP TERAPI HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
Mohamad Agus Tiar
1*,Wiwik Agustina
2*,Achmad Dafir Firdaus
31,2,3Ilmu Keperawatan Stikes Maharani
Malang
*Corresponding author:
Mohamad Agus Tiar
Ilmu Keperawatan Stikes Maharani Malang Email: [email protected]
Abstract
Hemodialysis undertaken by patients can maintain survival while changing the patient's lifestyle.
Adherence in hemodialysis is very necessary to maintain life. The purpose of this study was to determine the correlation between adherence to hemodialysis and quality of life in hemodialysis patients at Dr. Saiful Anwar Malang. This research is a descriptive analytic correlative research design with a cross sectional method approach. The sample in this study were 37 CKD patients who underwent hemodialysis in the Malahayati Hemodialysis Room, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
There is a relationship between the level of compliance and the level of quality of life of chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis in the Hemodialysis Room of RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (p value= 0.005). The relationship is positive by 0,451, the more positive the patient's compliance, the higher the quality of life of chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis in the Hemodialysis Room of RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Keywords : Chronic Kidney Failure, Hemodialysis, Adherence, Quality of Life
Abstrak
Hemodialisis yang dijalani oleh pasien dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus merubah pola hidup pasien. Kepatuhan dalam hemodialisa sangat diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan korelasi antar variabel yaitu kepatuhan menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini merupakan penelitian rancangan deskriptif analitik korelatif dengan pendekatan metode cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 37 pasien CKD yang menjalani hemodialis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria yang sudah ditetapkan. Serta menggunakan lembar kuesioner dengan skala data SF-36 (KDOQOL) untuk penilaian kualitas hidup pasien dengan 36 pertanyaan mengenai kualitas hidup.
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dan uji korelasi Pearson. Penghitungan dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows 21. Ada hubungan antara tingkat kepatuhan dan tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (p value= 0.005). Hubungan bersifat positif dan cukup kuat sebesar 0,451, dimana terdapat hubungan antara kepatuhan pasien dengan tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronis, Hemodialisis, Kepatuhan, Kualitas Hidup
ISSN (online) 2747-1136
© 2021 The Author(s). This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License.
which permits unrestricted non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
PENDAHULUAN
Penyakiti gagal ginjal kronik telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Penderita gagal ginjal kronik akan mengalami gangguan fungsi ginjaliyang meliputi pengaturan keseimbanganicairan dan elektrolit, ikeseimbangan asamibasa, produksi hormone serta sekresi zat metabolit yang dapat bersifat toksik. Kerusakan ginjal lebihilanjut dapat dicegah agar tidak mengarah kepada perburukanikondisi penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien sertaimemperpanjang usiaiharapan hidup melalui terapi pengganti ginjaliyang berkesinambungan. Gagal ginjalimerupakan penyakit Katastropik nomor duaiyang membutuhkan biaya tinggiidalam pengobatannya, serta berpotensi menimbulkanikomplikasi yang dapatimengancam jiwa.
Menurut (Berawi, 2016) Penyakit ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan dan pembuangan elektrolit tubuh, tidak mampu menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh, seperti sodium, kalium, dalam darah atau tidak mampu dalam memproduksi urin.
Berdasarkanidata World Healtth Organization (WHO) tahuni2016 penderita gagaliginjal baikiakut maupun kronik mencapai 50% isedangkan yangidiketahui dan mendapatkanipengobatan hanya 25%idan 12,5%iyang terobatiidengan baik. Di Indonesia, imenurut data dariiPERNEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia) padaitahun 2015idiperkirakan ada 70iribu penderita ginjaliyang terdeteksiimenderita gagaliginjal kronik tahapiakhir dan yang menjalaniiterapi hemodialisis hanyai4000 sampai 5000iorang. Pada tahuni2012 dalamisurvey komunitas yang dilakukan PERNEFRIididapatkan prevalensi populasi yang memiliki gangguan ginjal sudah ada 12,5%iyang diujikan terhadapi9.412 populasi di 4ikota Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, iSurabaya, Bali) iyang disampaikanioleh Dharmeizarisebagai Ketua
PERNEFRI. Pada tahun 2015 berdasarkan data survey yang dilakukan PERNEFRI mencapai 30,7 juta penduduk yang mengalami Penyakit Ginjal Kronik dan menurut data PT. ASKES ada sekitar 14,3 juta orang penderita Penyakit Ginjal Tingkat Akhir yang saat ini menjalani pengobatan (PERNEFRI,2015).
Banyakidari intervensiiyang dilakukan penderitaiPenyakit GinjaliKronik adalah Hemodialisa.
Hemodialisis merupakan proses terapi sebagai pengganti ginjal yang menggunakan selaput membrane semi permeabel berfungsi seperti nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolismei dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan maupun elektrolit pada pasien gagal ginjal. Hemodialisis yang dijalani olehipasien dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus merubah pola hidupipasien (mailani, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2020 di Ruang Hemodialisis RSUDiDr. Saiful AnwariMalang rata-rata setiapibulan terdapat 21ipasien yang tidak datang menjalani hemodialisis. Menuruti (zuriati, 2018), Kepatuhan dalam hemodialisa sangat diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Apabila pasien tidak patuh dalam menjalani hemodialisa akan berdampak sangat buruk karena akan berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi akut dan kronis. Ketidak patuhan melakukan hemodialisis memberikan dampak negatif yang luar biasa. Pasien dapat mengalami banyak komplikasi penyakit yang mengganggu kualitas hidupnya, gangguan-gangguan secara fisik, psikis maupun sosial, fatique atau kelelahan yang luar biasa sehingga menimbulkan frustasi. iHal ini menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang sudah tinggi pada pasien CKD menjadi semakin tinggi lagi (Hutagaol, 2017).
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa pasien yang tidak patuh dalam menjalani terapi hemodialisis biasanya datang dengan keluhan sesak napas dan
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
bengkak karena zat-zat hasil metabolisme tubuh dan cairan menumpuk di dalam tubuh, ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup pasien sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis adalah ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi hemodialisis. (Yuliati, 2014)
imengatakan Kualitas hidup mengartikan persepsi
individu mengenai posisi mereka dalam hidup dalam konteks budaya dan system nilai tempat mereka tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan kesenangan, dan perhatian. Keadaan ini didukung dengan beberapa aspek lain seperti aspek fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal.
Didapatkan data hasil wawancaraiyang dilakukan padai10 orang pasien yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati terdapat satu pasien pernah berhenti melakukan hemodialisis sehingga mengakibatkan kondisi pasien menurun kemudian setelah melakukan hemodialisis keluhan pasien berkurang. Ada salahiseorang pasien yang sudah menjalani terapi hemodialysis selama 6 bulanisecara rutinitapi masih merasakan rasa lemas, ipusing, gangguan tidur setelah melakukan hemodialisis.
Kemudian seorang pasien mengatakan saat pertamaikali melakukan hemodialisisipasien mengeluh sesak, ikaki bengkak, isakit kepala, ikram perut dan gatal gatal dikulit, isedangkan 7 dari 10ipasien yang melakukan hemodialysis tidak merasakan keluhan setelah melakukanihemodialisis.
METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian rancangan deskriptif analitik korelatif yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel yaitu kepatuhan menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup
pada pasien hemodialisis. Metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Jadi penelitian ini menekankan pada waktu pengukuran variabel independen yaitu kepatuhan menjalani hemodialisis dan dependen yaitu kualitas hidup yang dinilai pada waktu yang sama dan tidak ada follow up.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gagal ginjal kronik yang yang menjalani hemodialisis di ruang hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, sampai dengan bulan Oktober tahun 2021 jumlah pasien di hemodialisis Malahayati berjumlah 50 orang.
Sampel pada penelitian ini seluruh pasien CKD yang menjalani hemodialys di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu sebanyak 37 pasien CKD yang menjalani terapi hemodialysis.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria yang sudah ditetapkan.
Kriteria sampel yang dipilih yakni berdasarkan Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Dengan demikian besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 37 pasien.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Pasien gagal ginjal kronis berusia 17tahun – 45 tahun
b. Menjalani terapi hemodialisa minimal 3 bulan c. Pasien dengan terapi hemodialisa 2 kali seminggu d. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dapat
membaca dan menulis e. Bersedia menjadi responden
f. Pasien dengan jadwal HD di ruangan tidak sama dalam 1 minggu
g. Pasien dengan penurunan kesadaran
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepatuhan menjalani hemodialisis pasien gagal ginjal
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
kronik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.
Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Untuk pertanyaan dalam kuesioner ini menggunakan pertanyaan tertutup. Serta menggunakan lembar kuesioner dengan skala data SF-36 (KDOQOL) untuk penilaian kualitas hidup pasien dengan 36 pertanyaan mengenai kualitas hidup. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup adalah kuesioner Kidney Disease Quality of Life Short Form 36 (KDQoL-SF36) yang dikembangkan oleh Research and Development (RAND) dan Universitas Arizona.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan menjadi tiga bagian yaitu gambaran umum tempat penelitian,data umum, dan data khusus. Data umum akan disajikan karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama hemodialisi.
Data khusus berisi tentang kepatuhan menjalani hemodialisis dan kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Data Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. pada bulan November 2021 dengan populasi penelitian yaitu semua pasien yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel penelitian diperoleh sebanyak 37 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel.
Karakteristik responden dalam penelitian ini dikumpulkan untuk mengetahui gambaran responden yang dijaikan sebagai subjek penelitian.
Tabel Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi (n)
Persentase (%)
Usia
< 30 tahun 3 8.11
30-40 tahun 6 16.22
40-50 tahun 12 32.43
>50 tahun 16 43.24
Jenis Kelamin
Perempuan 15 40.54
Laki-laki 22 59.46
Karakteristik Frekuensi (n)
Persentase (%)
Pendidikan
SD 18 48.65
SMP 3 8.11
SMA 8 21.62
Perguruan Tinggi 8 21.62
Status Bekerja
Bekerja 6 16.22
Tidak Bekerja 31 83.78
Lama HD
< 2 tahun 16 43.24
2-5 tahun 18 48.65
> 5 tahun 3 8.11
Hampir separuh responden (43.24%) pada rentang usia >50 tahun. Sebagian besar responden yaitu sebesar 59.46% (22 orang) berjenis kelamin laki-laki.
Hampir separuh responden separuh responden yaitu sebesar 18 orang (48.65%) memiliki pendidikan terakhir SD. Sebagian besar responden yaitu sebesar 83.78% (31 orang) tidak bekerja. Hampir separuh responden yaitu 48.65% (18 orang) menjalani hemodialysis selama 2-5 tahun.
Data Khusus Kepatuhan
Data pengelompokkan kriteria kepatuhan ditampilkan pada Tabel 5.2.
Tabel Kriteria Kepatuhan
Kepatuhan Frekuensi Persentase Negatif (Tidak
Patuh) 4 10.81
Positif (Patuh) 33 89.19
Total 37 100.00
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar yaitu sebanyak 33 responden (89.19%) memiliki kepatuhan positif (patuh) dalam menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Kualitas Hidup
Kriteria kualitas hidup pasien hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati pada Tabel 5.3.
Tabel Kriteria Kualitas Hidup
Kualitas Hidup Frekuensi Persentase
Rendah 8 24.32
Tinggi 19 75.68
Total 37 100.00
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 29 responden (75.68%) memiliki kualitas hidup yang tinggi.
Analisis Data
Tabulasi Silang Tingkat Kepatuhan dan Tingkat Kualitas hidup Pasien Hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Data tingkat kepatuhan dan tingkat kualitas hidup pasien yang menjalaini hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ditampilkan pada Tabel 5.4.
Tabel Tabulasi Silang Tingkat Kepatuhan dan Tingkat Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Kepatuhan Kualitas Hidup Total
Rendah Tinggi
Negatif 3(75%) 1(25%) 4(100%)
Positif 5(15.15%) 28(84.85%) 33(100%) Total 8( 21.62%) 29 (78.38%) 37 (100%)
Tabel 5.4. menunjukkan bahwa dari 4 orang yang memiliki tingkat kepatuhan negative sebanyak 75% memiliki kualitas hidup rendah, sedangkan dari 33 orang yang memiliki kepatuhan positif, 84.85%
responden yaitu 28 orang memiliki kualitas hidup yang tinggi.
Uji Hipotesis Hubungan Antara Kepatuhan dan Kualitas hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Rumus yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang berskala ordinal yaitu menggunakan uji statistik korelasi
Rank Spearman.Hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel Hasil Uji Hipotesis
Variabel yang diamati
Koefisien
Korelasi P Value
Tingkat Kepatuhan
dan Kualitas hidup 0.451 0.00 5
Dari Tabel 5.5. menunujukkan p value sebesar 0.005<(0.05), yang artinya H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat kepatuhan dan tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Hubungan tersebut signifikan, bersifat positif dan cukup kuat sebesar 0,451, semakin positif kepatuhan pasien maka semakin tinggi tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal
Kepatuhan Kualitas Hidp Total 100%
Rendah Tinggi
Negatif 3(75%) 1(25%) 4
Positif 5(15.15%) 28(84.85%) 33 Total 8( 21.62%) 29 (78.38%) 37
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
kronis yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisis Malahayati RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
PEMBAHASAN
Hemodialisisiadalah suatuiproses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan daniproduk sisa dari tubuh ketika ginjal tidak mampu melakukaniproses tersebut (Relawati, et. al., 2015). iTerapi hemodialisis yang dilakukan seumurihidup menyebabkanipasien patuh menjalani hemodialisis. Ketidak patuhan terhadap hemodialysis memiliki dampak negatif yang luar biasa.
Pasien dapat mengalami berbagaiikomplikasi penyakit yang mengganggu kualitas hidupnya, igangguan fisik, psikologisidan sosial.
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai karakteristik responden yang menjadi subyek penelitian, tingkat kepatuhan oleh responden dan kualitas hidup serta hubungan keduanya pada pasien yang menjalaniihemodialisis diiRuang Hemodialisis RSUD Dr. iSaiful Anwar Malang.
IdentifikasiiKepatuhan Pasien GagaliGinjal Kronis YangiMenjalani Hemodialisis di
RuangiHemodialisis RSUD dr. iSaiful AnwariMalang
Hasilipenelitian menunjukkan sebagian besar yaitu sebanyak 33 responden (89.19%)imemiliki kepatuhan positif (patuh) idalam menjalani hemodialisisidi RSUD Dr. Saiful AnwariMalang.
Hasilipenelitian ini sejalan dengan penelitian Kusniawati (2018), responden yang mematuhi lebih banyak daripada yangitidak patuh. Responden yang patuh sebanyak 63,8%,idan sisanya yang tidak patuh sebesari36,2%. Butar (2019), ikepatuhan mengacuipada situasi ketika perilaku individu sepadan dengan tindakan yang direkomendasikan atau saran yang diajukan oleh praktisi kesehatan atau informasi
yangidiperoleh dari sumber informasi lain. Salah satu contoh kepatuhan mengikuti rangkaian pengobatan dimana pasien meminum obat sesuai dosis yang ditentukan pada waktu yangidianjurkan, contohilainnya adalah pasienigagal ginjal kronik yang rutin menjalaniiterapi hemodialisisisesuai anjuran dokter.
Iswaraidan Muflihatin (2021), imenyatakan bahwaikepatuhan terapiipada pasien gagal ginjal merupakan masalahpenting untuk kepentinganipasien itu sendiri, karena jika pasienitidak mematuhi terapiihemodialisis makaiakan terjadi akumulasiizat berbahaya dari produkimetabolisme dalamidarah. yang menyebabkan pasien merasakan nyeri pada darah.
Seluruh tubuh danijika dibiarkan akan mengakibatkan kematian. Hal ini sejalan dengan Widianyi (2017) kepatuhaniterhadap terapi hemodialisis merupakan salahisatu hal yang penting untuk diperhatikan, ijika pasien tidak patuh dapat menyebabkan penumpukan zat berbahayaidi dalam tubuh. Namun, ketidak patuhan dapat menimbulkan masalah dan dampak yang begitu besar pada pasieniyang bersifat komprehensif dan holistik. Menurut Naryati dan Nugrahan dari (2021), variable pengetahuan, motivasi dan keluargaimemiliki hubungan yangibermakna terhadapikepatuhan dietipasien gagaliginjal kronis.
Menurutiasumsi peneliti, itingginya kepatuhan pasien gagal ginjalikronik dalam menjalani hemodialisa disebabkan oleh kesadaran untuk berobat dan merawat masalah kesehatan yang dialaminya. Selain itu peneliti berasumsi bahwa pasien yang patuh adalah pasien yang dapat menerima kondisi penyakitnya, pasien menyadari sepenuhnya bahwa terapi hemodialisa sangat penting untuk kelangsungan hidupnya, dan dari hasil pengisian kuesioner dan wawancara masih terdapat pasieniyang tidak patuh karena jadwal yang bentrok dengan pekerjaan yang pasien jalani saat ini. Kualitas hidup juga dipengaruhi oleh status pekerjaan. Data menunjukkan sebagian besar 83,78% responden tidak
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
bekerja. Sedangkan sisanya 16,22% responden masih bekerja dan mempunyai kualitas hidup yang tinggi.
Ada yang mengatakan masih merasa segar sehingga tidak perlu cuci darah, dan ada juga pasien yang masih belum memahami proses hemodialisa dan penyakitnya karena baru menjalani hemodialisa beberapa bulan.
Dimana pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kurang dari 2 tahun sebanyak 43,24% dan 2-5 tahun sebanyak 48,65% lebih besar dibandingkan pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 8,11%. Tidak hanya pasien tidak patuh untuk datang menjalani terapi hemodialisa, pasien juga mengatakan bahwa dalam hal membatasi cairan atau makanan dan minum obat, terkadang mereka masih tidak meminumnyaisecara teratur sesuai anjuran dokteriatau perawat.
Identifikasi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisisidi Ruang HemodialisisiRSUD dr. SaifuliAnwar Malang.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar respondeniyaitu sebanyaki29 respondeni (75.68%) memilikiikualitas hidupiyang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspasari dan Nggobei (2018), sebagianibesar respondenimemiliki kualitasihidup yang baiki (75,7%). Butar-Butari (2019) dalam penelitiannya didapatkan bahwa dari jumlah 75 (100%) responden, yangimemiliki tingkat kualitas hidup tinggi sebanyak 55iorang (73,3%),idan respondeniyang memilikiitingkat kualitas hidup rendahisebanyak 20 orangi (26,7%).
Pada penelitian ini hampir separuh responden (43,24%) pada rentang usia >50 tahun. Usia merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi status kesehatan individu. Proses degenerative yang terjadi setelah usia 30 tahun akan mengakibatkan terjadinya perubahan fisik yang bias menurunkan kualitas hidup
penderita (Sudoyo, 2016). iPada usia 40-70i tahun, laju filtrasi glomerulus akan menurun secara progresif hingga 50%idari normal, terjadiipenurunan kemampuanitubulus ginjal untukimereabsorbsi danimemekatkan urin, idan penurunan asupan cairan merupakan faktoririsiko kerusakan ginjal (Brunner &
Suddart,2001).
Padaipenelitian ini jenisikelamin laki- lakiisebanyak 59,46%ilebih banyak dibandingka jenisiperempuan yaitiisebesar 40,54%.iHal ini disebabkanikarena jenis kelaminilaki-laki mempunyaiikebiasan buruk terkait dengan gaya hidupnya antara lain kurangnyaikebiasan minum atauikurangnya asupan cairanidan merokok.
Padaifaktor statusipendidikan pasien, ididapatkan data pasienipendidikan perguruan tinggi dan SMAiyaitu 21,62%,ipendidikan SMPisebanyak 8,11% sedangkan pendidikan SDisebesar 48,65%.
Menurut teori makin tinggi pendidikan akanimakin tinggiikualitas hidupnya, hal ini karena pendidikan merupakan faktor penting sebagai dasar untuk mengerti tentang penyakit dan perawatannya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Kualitas hidup juga dipengaruhi oleh status pekerjaan Data menunjukkan sebagian besar 83,78%
responden tidak bekerja. Sedangkanisisanya 16,22%
respondenimasih bekerjaidan mempunyaiikualitas hidup yang tinggi. Responden yang tidak bekerja kebanyakan telah pension dan ada pula keluar dariipekerjaannya.
Kegagalan organ pada pasien yang menjalani hemodialisis mengakibatkan perubahan fisik berupa ketidakmampuan melakukan pekerjaaniseperti biasa dan ketergantungan pada orang lain karena keterbatasan dan kelemahan fisik. Penderita hemodialisa sebagian besar mengalami masalah keuangan dan sulit mempertahankan pekerjaannya.
Sedangkanipada pasien yangimenjalani hemodialysis kurang dari 2itahun sebanyak 43,24%
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
dani2-5 tahun sebanyaki48,65% lebih besar dibaningkan pasien yang menjalaniihemodialisis lebih dari 5itahun yaitu sebanyak 8,11%.iHal ini sejalan dengan penelitian (L.S Wahyuni Sri; Purwati 2016) imenjelaskan bahwaipasien yang sudahilama menjalani hemodialisis lebih dari 12ibulan memilikiikualitas hidup yang cukup karena pasien sudahiterbiasa dengan terapi beserta gejalaidan komplikasiiyang dirasakannya.
Iswara dan Muflihatin (2021), pasieniyang menjalani hemodialisisiterkadang jugaidihadapkan padaibeberapa masalahibaik secara fisik maupun mental Masalah fisik yang terjadiiseperti rasa mual, muntah, mulas, pusing, tekananidarah rendah, kram pada otot dan lain-lain. Sedangkan masalah kesehatan mental yang terjadi seperti merasa terlalu cemasidengan kondisiimereka saat ini, imerasa bosan, masalah keuangan yang tidak terkendali, dan penurunan kualitas hidup. Karena masalah tersebut mengakibatkan pasienitidak bersemangatimenjalani hidupnya. Perawat sebagai kontributor pelayanan yang paling banyak kontak dengan pasien dihadapkan pada keunikan perannyaiyaitu selalu membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritualnya sehingga pasien termotivasi untuk selalu menjalani terapi hemodialisa. iSebagai penderita penyakit kronis, penderita gagaliginjal harus menjalani banyak hal dalam kesehariannya. Penyesuaian kesehatan pasien memiliki hubungan yang erat dengan kualitas hidup.
Kualitas hidup merupakan suatu multi dimensial yang terdiri dari empat bidang kehidupan utama yaitu kesehatan dan fungsi, sosial ekonomi, ipsikologik dan spiritualiserta keluarga. iKualitas hidup merupakan suatu penilaian subyektif yang hanya dapat ditentukanimenurut pasien itu sendiri, idan bersifat multidimensiiyang mencakupiseluruh aspekikehidupan pasienisecara holistiki (bio-psiko-sosial-kultural- spiritual) (Kusniawati, 2018). iPenilaian kualitas hidup merupakan faktor penting karena kualitas hidup
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas padaipasien gagaliginjal.
Karundeng (2015) imengatakan bahwa pasienihemodialisis dengan kualitas hidup yang rendah akan meningkat mortalitasnya dibandingkan dengan populasi normal. Penilaian tentang kualitas hidup merupakan indicator penting untuk menilai keefektifan tindakan hemodialysis yang diberikan, sehingga kualitasi hidup juga menjadi tujuan penting dalam pengobatan penyakit ginjal tahap akhir. Menurut asumsi peneliti, ikualitas hidup sangat subjektif tergantung pada apa yang didefinisikan oleh individu ituisendiri dan terkait dengan pengalaman yang bermakna dan berharga bagi individi tersebut. Masih terdapat responden yang memiliki kualitas hidup yang kurang baik dikarenakan kondisiiresponden yang lemah karena penyakit yang dideritanya sehingga sangat menghambat responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ikondisi yang lemah tersebut juga membuat banyak responden yang berhentiidari pekerjaannyaidan memilihiuntuk beristirahat. isepenuhnya di rumah. Dariihasil wawancara, ibanyak pasien mengakuijarang keluar rumah untuk sekedar berkumpul dengan tetangga karena pasien cepatimerasa lelah jikaibanyak beraktivitas di luarirumah dan terkadang pasien juga mengalami gangguan tidur.
Analisis Tingkat Kepatuhan dan Tingkat Kualitas Hidup Pasien Hemodialisisidi Ruang
HemodialisisiRSUD dr. Saiful AnwariMalang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 orang yang memiliki tingkat kepatuhan negative sebanyak 75% memiliki kualitas hidup rendah, sedangkan dari 33 orang yang memiliki kepatuhan positif, 84.85%
responden yaitu 28 orang memiliki kualitas hidup yang tinggi. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh p value sebesar 0.005 <(0.05), yang artinya H0 ditolak
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat kepatuhan dan tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisisidi Ruang Hemodialisis RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
Hubungan tersebut signifikan, bersifat positif dan cukup kuat sebesar 0,451, semakin positif kepatuhan pasien maka semakin tinggi tingkat kualitas hidup pasieni gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusniawati (2018) menunjukkan terdapat hubungan yangibermakna antara kepatuhanimenjalani hemodialisisidengan kualitas hidupi (ɑ=0,05).
Kepatuhan pasien dalam menjalani hemodialysis terkait dengan restriksi cairan, nutrisi, konsumsi obat- obatan dan kunjungan setiap sesi hemodialisis dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, khususnya kepatuhan dalam jadwal hemodialisis. Menurut Puspasari & Wahyuni (2018), dijelaskan bahwa terapi hemodialysis tidak dapat mengobati gagal ginjal kronik, tetapi hanya memperlambat perkembanganipenyakit dan bertujuan untuk memelihara fungsi ginjal, menunda kebutuhan transplantasi selama dapat dilakukan, meringankan manifestasi dan gejala sebanyak mungkin, memperbaiki nilai kimia tubuh, dan untuk memberikanikualitas kehidupanioptimal bagi pasien.
Pada pasien GGK dengan hemodialisis, banyak penelitian menyimpulkan bahwa secara umum ketidakpatuhan meliputi empat aspek yaitu ketidakpatuhan terhadap program hemodialisis (0%- 32,2%), ketidakpatuhan pada program pengobatan (1,2%-81%), ketidakpatuhan pembatasan cairan (3,4 % - 74%) dan ketidakpatuhan terhadap program diet (1,2%-82,4%) (Kim dalam Kusniawati, 2017).
Ketidakpatuhan dikategorikan menjadi dua jenis yaitu ketidakpatuhan pasif dan ketidakpatuhan aktif, yang pertama mengacu pada ketidakpatuhan yang disengaja, yang disebabkan oleh kesalahpahaman nasihat
pengobatan. untuk mengikuti suatu tindakan.
pengaturan pengobatan. Sementara pengukuran obyektif kepatuhan atau ketidakpatuhan bukan tanpa kesulitan, ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa peningkatan kepatuhan dikaitkan dengan hasil kesehatan yang positif dan ketidakpatuhan terhadap hasil kesehatan yang negatif.
Peneliti berasumsi bahwa pasien yang patuh adalah pasien yang dapat menerima kondisi penyakitnya, pasien menyadari sepenuhnya bahwa terapi hemodialisa sangat penting untuk kelangsungan hidupnya, dan dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara masih terdapat pasien yang tidak patuh dikarenakan jadwal yang berbenturan dengan pekerjaan mereka. Pasien yang sedang menjalani hemodialisis ada yang mengatakan masih merasa segar sehingga tidak perlu cuci darah, dan ada juga pasien yang masih belum memahami proses hemodialisis dan penyakitnya karena baru beberapa bulan menjalani hemodialisis. Tidak hanya pasien tidak patuh untuk datang menjalani terapi hemodialisa, pasien juga mengatakan bahwa dalam hal membatasi cairan atau makanan dan minum obat, terkadang mereka masih tidak meminumnya secara teratur sesuai anjuran dokter atau perawat.
Kepatuhan menjalani terapi hemodialisis sangat mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, karena terbukti banyaknya pasien yang patuh menjalani terapi hemodialisis dan memiliki tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adanya motivasi dari dalam diri pasien itu sendiri dan yakin bahwa penyakitnya sembuh serta dukungan yang kuat dari keluarga maupun sahabat terdekat. Dibandingkan dengan yang tidak patuh dalam menjalani terapi hemodialisis dimana ini disebabkan oleh keputusasaan pasien yang beranggapan bahwa dalamimenjalani terapi hemodialisisiyang rutin namun penyakitnyaitetap tidakipernah sembuh.
Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
DAFTAR RUJUKAN
Annisa, H. (2016). Hubungan Kepatuhan Diet Dan Asupan Kalium Dengan Kadar Kalium Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Kabupaten Sukoharjo.Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/40578/29/hala man%20depan.pdf
Berawi, K. 2016. Fisiologi Ginjal Dan Cairan Tubuh.
Universitas Lampung.
Butar-Butar, M. H. (2018). Hubungan Kepatuhan Menjalani Terapi Hemodialisa Dengan Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Ginjal Rasyida Medan. Journal Of Nursing Update, Volume 1 Nomor 1
Hutagaol, E. .. 2017. “Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan Tahun 2016.” Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan 42–59.
Indrasari, Denita N. U. R. 2015. “Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
‘aisyiyah Yogyakarta 2015.”
Iswara, L dan Mufihatin, S.K. (2021). Hubungan Kepatuhan Menjalani Terapi Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis: Literature Review. Vol 2. No 2
Karundeng, Y. (2015). Hubungan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Keteraturan Tindakan Haemodialisa Di Blu Rsup Prof Dr.
R.D Kandou Manado. JUIPERDO, VOL 4, N0. 1 Kusniawati (2015). Hubungan Kepatuhan Menjalani
Hemodialisis Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. JUrnal Medikes. Volume 5, Edisi 2 mailani, Fitri. 2015. “Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis.” Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik YangMenjalani Hemodialisis.
Martini, Endang W. (2015) Mutalazimah. Hubungan Tingkat Asupan Protein Dengan Kadar Ureum Dan Kreatinin Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/129056794 Naryati, N. & Nugrahandari (2021). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Melalui Terapi Hemodialisa. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 7, No 2 Notoadmojo, (2017). Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2017). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
PERNEFRI. 2018. “10 Th Report Of Indonesian Renal Registry 2017 10 Th Report Of Indonesian Renal Registry 2017.”
Puspasari, S & Nggobe, I.W. (2018) Hubungan Kepatuhan Menjalani Terapi Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Di Unit Hemodialisa Rsud Cibabat – Cimahi. Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 12, No.3.
Relawati, A, Hakimi, M., dan Huriah, T (2015)
Windarti, Mei. (2017) Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik dalam Menjalani Terapi Hemodialisa. Jombang Yuliati, dkk. 2014. “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
Yang Tinggal Di Komunitas Dengan Di Pelayanan Sosial Lanjut Usia.” Jurnal Pustaka Kesehatan.
Zuriati, zuriati. 2018. “Hubungan Motivasi Dan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsup. Dr. M.Djamil Padang Tahun 2016.” Jik- Jurnal Ilmu Kesehatan 2(1):136–42