• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA REMAJA DI KELURAHAN BAKUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA REMAJA DI KELURAHAN BAKUNG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DI AJUKAN OLEH:

NAZRAH INDRASARI 4512091067

SKRIPSI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2017

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjanah Psikologi (S.Psi)

OLEH:

NAZRAH INDRASARI 4512091067

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2017

(3)
(4)

iv

antara Konformitas dengan Perilaku Membolos pada Remaja di Kelurahan Bakung” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya, bukan hasil karya plagiat atau manipulasi. Saya siap menanggung resiko apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar, 30September 2017

Nazrah Indrasari

(5)

v

detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang diberikan-Nya hingga saat ini saya dapat mempersembahkan karya saya kepada orang-orang tersayang.

Karya ini kupersembahkan kepada keluarga besarku terkhusus kedua orangtuaku dan kakak adikku, dosen-dosen tercinta, sahabat-sahabat tersayang, dan teman-teman yang saya cintai. Terima kasih buat kalian semua.

(6)

vi

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya yang keras dan disertai dengan doa, karena nasib manusia tidak

akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha”

RWH

“Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa pintar, akan tetapi ia adalah orang yang merasa bodoh, dengan begitu ia tak

akan pernah berhenti untuk terus belajar”

(7)

vii

Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga pada umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Bosowa Makassar. Judul yang penulis ajukan adalah “Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Membolos pada Remaja di Kelurahan Bakung”. Skripsi ini terselesaikan berkat adanya bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada :

1. Kepada kedua orang tua penulis “Ayahanda A. Imran S” dan “Ibunda St.

Khadijah” tercinta. Terima kasih atas doa, kasih sayang, nasehat dan dorongan moril serta materil selama menempuh pendidikan sampai saat ini. Semoga keikhlasan dan pengorbanan yang ayah dan ibu berikan kepada saya dibalas oleh Allah SWT.

2. Kepada keluarga besar penulis, Kakek H. Muh Yusuf Puang Bani, nenek Hj. Saripah Puang Tasa, tante Hj. Ernawati, om Syamsul Pawinru, om Mansyur Syukri, tante Juhriani, om Faisal Ahmad, tante Hj. Ismaniar, tante Hj. Irawati, om Faisal Yusuf, tante Harina, om Rahmat Yusuf, tante Filyasari, adik Muh Fadli Syamsul, adik Muh Farid Syamsul serta seluruh keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih telah

(8)

viii

Imran. Tetap semangat dan jangan putus asa untuk terus meraih impian kita bersama demi membanggakan kedua orang tua kita.

4. Ibu Minarni, S.Psi., MA selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar. Terima kasih atas bantuan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Ari Gunawan H.Z., M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing I.

Terima kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan dengan penuh ketelitian dan kesabaran dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Musawwir S.Psi., M.Pd selaku dosen pembimbing II sekaligus dosen penasehat akademik. Terima kasih atas waktu, dukungan, masukan dan arahan yang sangat berguna sehingga penulis bisa sampai pada titik ini.

7. Bapak Syamsul Bahri mantan Dekan Fakultas Psikologi. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan dan keramahan bapak setiap bertemu dengan penulis.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Bapak Andi Budhy Rakhmad, M.Psi., Psikolog, Ibu St. Syawaliah, G. M.Psi., Psikolog, Ibu Titin Florentina, M.Psi., Psikolog, Ibu Sri Hayati, M.Psi., Psikolog, Ibu Patmawaty Taibe, S.Psi., MA, Ibu Hasniar AR, S.Psi., M.Si, Ibu Sulasmi Sudirman, S.Psi., MA serta seluruh Bapak dan Ibu dosen yang tidak

(9)

ix

banyak membantu penulis selama menjadi mahasiswi.

10. Sahabat seperjuangan Dian Anugerah S. Terima kasih telah menemani penulis dari maba sampai sekarang (semoga selamanya) baik dalam keadaan susah ataupun senang, yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu memberikan motivasi untuk terus mengerjakan skripsi ini.. “iloveyoumybestfriend”.

11. Si ratu galau Hasni M. Syakur, terima kasih atas waktu dan kesetiaannya mendengarkan curhatan penulis dan selalu memberikan motivasi disaat penulis merasadown,sayangkamuu…

12. Teman-teman Sylvester Anhy, Amma, Yuli, Suar, Incy, Mutma, Fatin, Sri, Diana, Lily, Ulfah, Jum, Cunul, Fitri, Lia, Ana, kak Atin, kak Rin, Fhia, Amy, Anggi, Tira, Tirta, Adit, Taqwa, Nughi, kak Token, Yardi, Tian, Fadh, Uun, Mawan, dan Abdi. Terima kasih untuk 5 tahun kebersamaan kita, semoga silaturahmi kita akan terus terjalin..

13. Sahabat terbaikku Maulinda dan Ekariana, terima kasih atas dukungan dan motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Untuk Akbar Ramadhan dan Rakhmat Wiwin Hisbullah. Terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi, kalian yang terbaik.

15. Teman-teman KKN Bantaeng Kecamatan Ulu Ere, posko 1, posko 3 posko 4 dan terkhusus posko 2 : Takdir, Robby, Fathur, Uly, Rani, Lia, Jeni, Eva, Netti, Fauzi, Sir dan teman-teman yang lain yang tidak dapat

(10)

x

16. Semua subjek dalam penelitian ini, terima kasih telah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Makassar, 22 September 2017

Penulis

(11)

xi

Nazrah Indrasari 4512091067

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos pada remaja di Kelurahan Bakung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan instrument penelitian berupa skala yaitu skala konformitas dan skala perilaku membolos. Teknik non probability sampling dalam penentuan populasi dan dalam penentuan sampel, penelitian ini menggunakansampling insidental. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konformitas yang ada di Kelurahan Bakung dan skala perilaku membolos yang ada di Kelurahan Bakung yang disebarkan sebanyak 200 subyek penelitian. Subyek pada penelitian ini berada pada Kelurahan Bakung yang terdiri dari 2 sekolah dengan menggunakan sampling insidental.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi Spearman Rank dengan bantuan SPSS 21.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari gambaran tingkat konformitas remaja di Kelurahan Bakung berada pada kategori sedang dengan presentase 40%, dan gambaran tingkat perilaku membolos pada remaja di Kelurahan Bakung berada pada kategori sedang dengan presentase 36%. Dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos pada remaja di Kelurahan Bakung, jadi hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

Kata Kunci : Perilaku Membolos, Konformitas

(12)

xii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN...iv

PERSEMBAHAN...v

HALAMAN MOTTO...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...xi

DAFTAR ISI... ....xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10

A. Perilaku Membolos...10

1. Pengertian Perilaku Membolos ...10

2. Faktor-Faktor Perilaku Membolos ...11

3. Jenis-Jenis Perilaku Membolos...13

4. Ciri-Ciri Perilaku Membolos...14

B. Konformitas ...15

1. Pengertian Konformitas ...15

(13)

xiii

5. Jenis-Jenis Konformitas...20

C. Remaja...21

1. Pengertian Remaja...21

2. Ciri-Ciri Masa Remaja ...22

3. Tahap Perkembangan Masa Remaja ...24

4. Tugas Perkembangan Remaja ...26

D. Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Membolos Pada Remaja ...27

E. Hipotesis ...30

BAB III METODE PENELITIAN...31

A. Variabel Penelitian... ...31

B. Definisi Operasional Penelitian... ...32

C. Populasi dan Sampel... ...32

1. Populasi Penelitian... ...32

2. Sampel Penelitian... ...32

D. Teknik Pengumpulan Data... ...33

1. Skala Perilaku Membolos...33

2. Skala Konformitas...34

E. Uji Instrumen...36

1. Uji Validitas... ...36

2. Uji Reliabilitas...38

F. Teknik Analisa Data... ...40

(14)

xiv

H. Persiapan Penelitian... ...42

I. Pelaksanaan Penelitian... ....43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...44

A. Hasil Penelitian ...44

1. Deskriptif Data Penelitian ...44

2. Uji Hipotesis ...47

B. Pembahasan...48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... ...55

A. Kesimpulan...55

B. Saran... ...56

DAFTAR PUSTAKA...58

LAMPIRAN-LAMPIRAN...60

RIWAYAT HIDUP...117

(15)

xv

Tabel 3.2 :Blue Print Skala Konformitas……….. 35

Tabel 3.3 :Blue Print Perilaku Membolos setelah Uji Coba………37

Tabel 3.4 :Blue Print Konformitas setelah Uji Coba………... 38

Tabel 3.5 :Uji Reliabilitas Perilaku Membolos………. 39

Tabel 3.6 :Uji Reliabilitas Konformitas………... 39

Tabel 3.7 :Tabel Kategorisasi yang Digunakan dalam Penelitian………… 40

Tabel 3.8 :Jadwal Penelitian……….. 41

Tabel 4.1 :Hasil Analisis Deskriptif Data Empirik……….………... 44

Tabel 4.2 :Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Membolos pada RemajaBerdasarkan Kategor………...……….. 45

Tabel 4.3 :Distribusi Frekuensi Skor Konformitas pada Remaja Berdasarkan Kategori………... 46

Tabel 4.4 :Korelasi Skala Konformitas dengan Skala Perilaku Membolos……….….. 47

(16)

1 A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dimana sudah banyak terjadi perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, baik secara fisik maupun psikologis. Dimana perubahan fisik pada remaja meliputi organ- organ seksual dan alat-alat reproduksi yang sudah mulai berfungsi dengan baik dan sudah mencapai kematangan. Sedangkan perubahan psikologis pada remaja mencakup kehidupan sosial, kehidupan emosi dan intelektual (Hurlock, 2003).

Sarwono (2006) menyatakan, masa remaja memang adalah masa yang paling indah dan paling berkesan dalam hidup, karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang hanya ingin sekedar coba-coba untuk melakukan hal-hal positif maupun negatif. Oleh sebab itu dari masa remaja ini yang menentukan kepribadian individu yang dituntut untuk memahami kondisi yang dialami, memenuhi tugas-tugas dimasa perkembangan remaja dan siap untuk menjalani masa selanjutnya. Selain itu, masa remaja adalah masa pencarian kebebasan yang dapat memberi kecemasan terhadap orang tua atas diri anaknya yang sudah mulai beranjak remaja. Jadi, hal ini juga harus menjadi perhatian bagi seorang individu.

Dengan pengetahuan, pemahaman dan kecerdasan yang dimiliki, remaja dapat dikatakan sebagai generasi bangsa yang dapat meneruskan/ menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan

(17)

menentukan kualitas Negara kita dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, sebagai seorang remaja seharusnya dituntut untuk lebih fokus terhadap pendidikan yang dijalaninya.

Kenyataan yang ada banyak remaja yang tidak mementingkan pendidikan sekolah, mereka hanya datang kesekolah untuk nongkrong atau berkumpul dengan teman-temannya karena perilaku dan kebiasaan remaja yang memang tidak suka atau tidak memiliki motivasi untuk belajar. Hal ini bisa saja membuat remaja melakukan perilaku kenakalan remaja seperti merokok, membolos dari sekolah, mencuri, berbohong, sampai pada tahap kenakalan remaja yang bersifat kriminal seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan pemakaian obat- obatan terlarang (Kartono, 2011).

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja barusia 10 sampai 24 tahun, dan sebagian dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat. Kasus kenakalan remaja mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sebesar 36,66 persen. Pada tahun 2011 tercatat ada 30 kasus, sementara tahun 2012 terjadi 41 kasus. Kasus-kasus kenakalan remaja yang sering terjadi di Indonesia meliputi: penyalahgunaan narkoba, miras, tawuran pelajar, seks bebas, aborsi dan membolos dikalangan pelajar. (Kompasiana.com).

Perilaku menyimpang sudah bisa disebut sebagai kenakalan remaja, hal ini disebabkan oleh remaja yang cenderung kurang mampu untuk menahan diri dari dorongan-dorongan yang bersifat negatif. Jadi, tidak bisa dipungkiri bahwa dikalangan remaja semakin hari semakin tinggi

(18)

tingkat kenakalan remaja yang terjadi salah satunya yaitu perilaku membolos dikalangan pelajar. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos merupakan perilaku yang mencerminkan pelanggaran aturan sekolah yang ada.

Gunarsa (2006), menyatakan bahwa membolos adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang terjadi karena anak absen dari sekolah atau meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas dan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Membolos juga bisa saja dikatakan hal yang wajar, karena sifat dasar pelajar yang juga manusia yang selalu mempunyai sedikit rasa bosan yang timbul dari dalam dirinya. Tetapi perilaku membolos tidak patut untuk dicontoh karena dapat merugikan diri sendiri dan orang terdekat seperti orang tua yang sudah membiayai pendidikan dan kebutuhan anaknya serta memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk mendapatkan ilmu.

Melihat berbagai macam kasus kenakalan remaja yang sudah banyak terjadi, salah satu kasus yang sering dilakukan remaja adalah membolos sekolah. Membolos tidak hanya terjadi pada daerah perkotaan saja, bahkan sekolah yang letaknya jauh dari perkotaan pun sudah banyak ditemukan pelajar yang sering membolos, salah satunya di Kelurahan Bakung Kecamatan Biringkanaya. Dimana Kelurahan Bakung sudah sangat padat dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya semakin meningkat, jumlah penduduk sekarang ini sudah mencapai kurang lebih 3.800 jiwa dan sebanyak 760 kepala keluarga. Selain itu sudah terdapat tiga sekolah yaitu, 1 Sekolah Dasar (SD) dan 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP).

(19)

Data dari sekolah yang berada di Kelurahan Bakung pada tahun 2016 menunjukkan bahwa, pada sekolah A dengan jumlah keseluruhan 895 siswa dengan jumlah siswa yang sering membolos sudah mencapai 35%

dan sekolah B jumlah keseluruhan 847 siswa dengan jumlah siswa yang sering membolos mencapai 20%. Berdasarkan jumlah keseluruhan siswa tersebut diperoleh data bahwa jumlah siswa yang sering/biasa melakukan perilaku membolos semakin meningkat tiap tahunnya, baik yang membolos pada jam mata pelajaran tertentu maupun yang membolos seharian penuh.

Membolos bukan hal yang asing lagi dikalangan pelajar, karena hampir setiap harinya terdapat siswa yang masih memakai seragam berkeliaran diluar sekolah pada jam sekolah. Sesuai dengan pernyataan beberapa siswa yang sering membolos dari hasil wawancara awal yang peneliti lakukan bahwa, mereka bolos disebabkan karena hanya ikut- ikutan dengan temannya yang sering membolos, selain itu mereka kadang merasa bosan berada dikelas dan tidak senang dengan gurunya.

Awalnya mereka hanya membolos pada jam pelajaran tertentu saja, tetapi karena semakin banyaknya godaan yang mebuat mereka terpengaruh sehingga mereka menjadi terbiasa melakukan perilaku membolos sampai tidak masuk sekolah satu hari penuh.

Perilaku membolos sampai saat ini masih menjadi salah satu faktor kegagalan siswa dalam belajar. Sesuai dengan pernyataan salah satu guru dari hasil wawancara awal yang peneliti lakukan bahwa, sudah terdapat 6 siswa yang dikeluarkan dari sekolah karena sering membolos.

Ini disebabkan karena semakin banyaknya siswa yang saling

(20)

mempengaruhi dan saling mengajak setiap ingin melakukan perilaku membolos, sehingga siswa yang lain tidak berfikir panjang untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya.

Perilaku membolos bisa saja menjadi sumber masalah baru, tetapi sebagian besar siswa tidak bisa menyadari akibat dari perilaku membolos bahwa mereka akan mengalami kegagalan dalam pelajaran yang bisa menyebabkan siswa tidak naik kelas bahkan bisa saja dikeluarkan dari sekolah, selain itu rasa disiplin yang dimiliki dari siswa yang sering membolos akan berkurang, dan siswa akan mengalami perasaan yang tersisihkan, karena sebagian besar taman-temannya menganggap bahwa anak yang sering membolos sekolah adalah anak yang nakal sehingga perlu menjaga jarak.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Damayanti (2013) menentukan bahwa, membolos akan menyebabkan gagal dalam pelajaran, mengganggu kegiatan belajar teman-teman sekelas dan masih banyak akibat yang ditimbulkan. Diantara akibat dari membolos yaitu, dia akan bergaul dengan teman-teman yang tidak baik atau terjerumus dalam pergaulan bebas yang akan menyebabkan banyak lagi kenakalan- kenakalan remaja yang lain.

Kartono (2003) menyatakan bahwa, perilaku membolos di kalangan pelajar disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang biasa menjadikan alasan membolos karena kecenderungan pelajar mengikuti perilaku yang dilakukan teman sebayanya, sedangkan faktor eksternal alasan membolos karena mata pelajaran yang tidak diminati atau disenangi. Tapi sebagian remaja belum dapat mengenali

(21)

sesuatu yang dapat menjadi tujuan hidupnya, sehingga mereka mencari hal-hal yang terjadi disekitarnya dengan mencontoh teman-temannya yang membolos disekolah, padahal peniruan membolos itu dapat merugikan dirinya sendiri. Teman sebaya dapat mempengaruhi hal positif maupun hal yang negatif terhadap siswa, tergantung bagaimana siswa itu bisa menyikapi dengan positif atau negatif. Perilaku membolos merupakan salah satu dampak negatif dari konformitas teman sebaya.

Hurlock (2014) menyatakan bahwa, pada masa remaja biasanya lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah bersama kelompok teman sebaya, sehingga bisa dikatakan bahwa kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan dan perilaku remaja. Besarnya pengaruh konformitas yang bersifat negatif dalam pencarian identitas diri yang bisa menimbulkan perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat dan lingkungan sosial. Kebanyakan remaja yang tidak bisa membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima bisa saja terjerumus dalam kenalakan remaja.

Kelompok teman sebaya menjadi sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja karena menjadi tempat untuk belajar, kemampuan sosial serta mengambil berbagai peran. Didalam kelompok teman sebaya, remaja menjadi sangat bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya dan keterkaitannya begitu kuat. Kecenderungan keterkaitan ini akan meningkat sehingga diikuti dengan adanya perilaku konformitas, dimana remaja berusaha menyesuaikan dan menyatu dengan kelompok agar remaja dapat diterima oleh kelompoknya (Baron, 2005).

(22)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2012), menyatakan bahwa konformitas memiliki hubungan positif dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Artinya semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan pada remaja, sebaliknya semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka semakin rendah pula kecenderungan kenakalan pada remaja.

Hasil penelitian juga dilakukan oleh Hidayati (2016), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan pada remaja. Artinya semakin tinggi konformitas teman sebaya maka kenakalan remaja juga akan semakin tinggi, begitupun sebaliknya semakin rendah konformitas teman sebaya maka kenakalan remaja juga akan semakin rendah.

Berdasarkan dari uraian diatas dan melihat masalah yang ada, maka penulis terdorong untuk melakukan suatu penelitian yang sistematis dan mendasar mengenai topik “Hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos sekolah pada remaja di Kelurahan Bakung”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : apakah ada hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos sekolah pada remaja di Kelurahan Bakung ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu : untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos sekolah pada remaja di Kelurahan Bakung.

(23)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan bidang ilmu psikologi, khususnya pada psikologi sosial mengenai konformitas agar dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh negatif dari pergaulan remaja, terutama perilaku yang mengarah pada kenakalan remaja.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran pengembangan pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi remaja, psikologi keluarga, psikologi konseling dan psikologi sosial, khususnya menyangkut peran utama keluarga dalam memberikan pendidikan dan mengamati perkembangan remaja.

2. Secara Praktis a. Bagi Remaja

Agar para remaja mampu untuk menahan dirinya dalam berperilaku sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan yang bersifat negatif yang ada dilingkungannya agar dapat terhindar dari perilaku kenakalan remaja salah satunya yaitu perilaku membolos sekolah .

b. Bagi Orang Tua

Agar orang tua mampu untuk mendidik, memotivasi dan memberikan perhatian yang lebih serius kepada anaknya

(24)

sehingga tidak mudah terjerumus pada perilaku kenakalan remaja, salah satunya yaitu perilaku membolos sekolah.

c. Bagi Pihak Sekolah

Diharapkan untuk lebih meningkatkan kedisiplinan peraturan sekolah dan memberikan sanksi yang tegas pada pelajar yang melanggar peraturan sekolah.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi acuan dan sumber untuk para peneliti selanjutnya untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

(25)

10 A. Perilaku Membolos

1. Pengertian Perilaku Membolos

Azwar (2003), menyatakan bahwa perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang bersifat sederhana maupun kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan reaksi seorang individu terhadap adanya stimulus guna mencapai suatu tujuan. Sedangkan Heilbrun (Bye, 2010), menyatakan bahwa perilaku membolos (truant behavior) adalah pembolosan yang tidak disetujui dari sekolah, biasanya tanpa diketahui oleh orang tua.

Perilaku membolos adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang terjadi karena anak absen dari sekolah atau meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas dan tanpa sepengetahuan orang tuanya (Gunarsa, 2006). Sedangkan Kartono (2003), menyatakan membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk.

Jadi dari beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku membolos adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

(26)

2. Faktor-Faktor Perilaku Membolos

Menurut Albert (Bye, 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membolos meliputi :

a. Faktor Internal

1) Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit.

2) Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran disekolah.

3) Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman- temannya.

4) Dari banyaknya kasus disekolah, ternyata faktor pada anak yaitu kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Keluarga

Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anaknya.

2) Faktor Sekolah

a) Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang menyebabkan ia tidak senang disekolah, lalu membolos.

b) Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya.

(27)

Sedangkan menurut Kartono (2003), faktor penyebab perilaku membolos yaitu :

a. Faktor Personal

Terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol atau minuman keras.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang beresiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

c. Faktor Keluarga a) Keadaan keluarga

Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya.

Banyak keluarga yang masih memerlukan bantuan anak- anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas dirumah, bahkan tidak jarang pula terlihat ada anak didik yang membantu orang tuanya mencari nafkah.

b) Sikap Orang Tua

Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang tentunya kurang membantu mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua dengan mudah memberi surat keterangan

(28)

sakit kesekolah, padahal anak membolos untuk menghindari ulangan.

d. Faktor Lingkungan

a) Hubungan anak dengan teman sebaya begitu kuat

b) Keinginan anak untuk mengikuti norma yang ada pada kelompoknya agar dapat diterima dengan baik.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas mengenai faktor-faktor perilaku membolos, maka peneliti menggunakan faktor- faktor yang dikemukakan oleh Kartono sebagai alat ukur.

3. Jenis-Jenis Perilaku Membolos

Jenis-jenis perilaku membolos menurut Keiter (Kartono, 2011) sebagai berikut :

a. Anak absen disekolah tanpa sebab yang sah dan tanpa izin orang tua atau pimpinan sekolah. Mereka pergi sesuka hati tanpa terlihat orang tua, tetangga, atau guru dan kepala sekolah.

Mereka mungkin meninggalkan pelajaran pada jam sekolah sambil mengeluh bahwa mereka “merasa tidak enak badan” atau bahwa orang tua menyuruh mereka pulang cepat. Karena adanya kemungkinan bahwa orang tua akan diberitahu bila seorang anak meninggalkan sekolah pada waktu jam sekolah, maka siswa yang membolos biasanya tidak masuk sekolah sepanjang hari.

b. Seorang anak meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dan izin orang tua. Ini seringkali terjadi dengan anak yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah, yang orang tuanya hanya membantu dirumah atau meninggalkan sekolah untuk segera

(29)

mungkin mencari pekerjaan. Sebagian besar anak putus sekolah berasal dari kelompok ini.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis perilaku membolos meliputi anak absen disekolah tanpa sebab yang sah dan tanpa izin orangtua atau pimpinan sekolah. Seorang anak meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dan izin orangtua.

4. Ciri-Ciri Perilaku Membolos

Kartono (2003) menyebutkan ada beberapa ciri-ciri siswa yang suka membolos, yaitu :

a. Sering tidak masuk sekolah

b. Tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan pelajaran

c. Mempunyai perilaku yang berlebih-lebihan atau antara lain dalam berbicara maupun dalam cara berpakaian

d. Meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran usai e. Tidak bertanggung jawab pada studinya

f. Kurang berminat pada mata pelajarannya g. Tidak memiliki cita-cita

h. Suka datang terlambat ke sekolah dan tidak mengikuti pelajaran i. Tidak mengerjakan tugas

j. Tidak menghargai guru dikelas

(30)

B. Konformitas

1. Pengertian Konformitas

Sarwono (2006), menjabarkan konformitas sebagai bentuk perilaku sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri. Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh- sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Sedangkan Santrock (2003), menyatakan konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka.

Cialdini & Goldstein (Taylor, 2012), menyatakan konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Sedangkan Baron & Byrne (2005), menyatakan konformitas (conformity) adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang mengatur cara remaja berperilaku.

Soekanto (2009), menyatakan konformitas adalah proses menyesuaikan diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sedangkan Saloman Asch (Sears, 2005), konformitas hanya terjadi pada situasi yang ambigu, yaitu dimana seseorang merasa tidak pasti mengenai apa standar perilaku yang benar. Dan Myers (1991) mengemukakan bahwa, konformitas suatu perubahan sikap percaya sebagai akibat tekanan dari kelompok.

(31)

Jadi, dari beberapa penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa konformitas adalah suatu perilaku atau sikap yang diikuti oleh individu dikarenakan individu tersebut berusaha untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dalam kelompoknya, dengan alasan karena individu tersebut ingin diterima dalam kelompok tersebut.

2. Aspek-Aspek Konformitas

Sears (2005), menjelaskan bahwa aspek-aspek dalam konformitas pada kelompok teman sebaya terdiri dari perilaku, penampilan, dan pandangan. Aspek tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.

1) Penyesuaian diri

2) Perhatian terhadap kelompok

(32)

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

1) Kepercayaan

2) Persamaan pendapat

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga.

1) Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman 2) Harapan orang lain

Sedangkan Baron & Byrne (2005), membagi konformitas menjadi dua aspek yaitu :

a. Aspek Normatif

Aspek ini disebut juga pengaruh sosial normatif, aspek ini mengungkap adanya perbedaan atau penyesuaian persepsi, keyakinan, maupun tindakan individu sebagai akibat dari pemenuhan penghargaan positif kelompok agar memperoleh persetujuan, disukai dan terhindar dari penolakan.

b. Aspek Informatif

Aspek ini disebut juga pengaruh sosial informatif, aspek ini mengungkap adanya perubahan atau penyesuaian persepsi,

(33)

keyakinan, maupun perilaku individu sebagai akibat adanya kepercayaan terhadap informasi yang dianggap bermanfaat yang berasal dari kelompok.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas mengenai aspek-aspek konformitas, maka peneliti menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Sears sebagai indikator alat ukur.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

Menurut Sears (2004), menyebutkan ada 4 faktor yang mempengaruhi konformitas, antara lain :

a. Rasa Takut terhadap Celaan Sosial

Alasan utama konformitas yang kedua adalah demi memperoleh persetujuan, atau menghindari celaan kelompok. Misalnya, salah satu alasan mengapa tidak mengenakan pakaian bergaya Hawai ke tempat ibadah adalah karena semua umat yang hadir akan melihat dengan rasa tidak senang.

b. Rasa Takut terhadap Penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai individu yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Setiap individu menduduki suatu posisi dan individu menyadari bahwa posisi itu tidak tepat. Berarti individu telah menyimpang dalam pikirannya sendiri yang membuatnya merasa gelisah dan emosi terkadang menjadi tidak terkontrol. Individu cenderung melakukan suatu hal yang sesuai dengan nilai-nilai kelompok tersebut tanpa memikirkan akibatnya nanti.

(34)

c. Kekompakan Kelompok

Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat dengan anggota kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakui dan semakin menyakitkan bila mereka mencela.

d. Ketertarikan pada Penilaian Bebas

Ketertarikan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat. Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlawanan.

4. Ciri-Ciri Konformitas

Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan adanya ciri-ciri yang khas. Sears (2005) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas remaja ditandai dengan hal sebagai berikut :

a. Besarnya kelompok, kelompok yang kecil lebih memungkinkan melakukan konformitas dari pada kelompok yang besar.

b. Suara bulat (kesepakatan), lebih mudah mempertahankan pendapat jika banyak kawannya.

c. Keterpaduan, semakin besar keterpaduan maka akan tinggi keinginan individu untuk melakukan konformitas terhadap kelompok.

(35)

d. Tanggapan umum perilaku yang terbuka sangat dapat didengar atau dilihat secara umum lebih mendorong konformitas dari pada perilaku yang dapat didengar atau dilihat oleh orang-orang tertentu.

e. Komitmen umum, konformitas akan lebih mudah terjadi pada orang yang tidak mempunyai komitmen apa-apa.

f. Status, bila status individu dalam kelompok tidak ada maka individu akan melakukan konformitas agar dirinya dapat memperoleh status sesuai harapannya.

5. Jenis-Jenis Konfomitas

Bentuk konformitas seseorang terhadap orang yang mempengaruhinya berbeda-beda bergantung pada siapa dan bagaimana proses pengaruh sosial itu dilakukan (Sears, 2004). Ada beberapa tipe konformitas, yaitu :

a. Tipe konformitas membabi buta. Jika konformitas itu diwarnai sikap masa bodoh dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran dan/atau persamaan.

b. Tipe konformitas identifikasi. Jika konformitas diwarnai dengan charisma dari orang yang mempengaruhi sehingga seseorang yang dipengaruhi percaya, mengakui, menerima, tanpa rasa takut akan sanksi atas sikap non-konformitasnya, dan juga tanpa harapan akan imbalan atas sikap konformitasnya.

(36)

c. Tipe konformitas internalisasi. Jika konformitas diwarnai sikap kebebasan untuk menentukan konformitas atau non-konformitas dengan didasarkan pertimbangan rasio, perasaan, pengalaman, hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja dikenal juga dengan “adolescence” yang berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Desmita (2010), memandang remaja sebagai suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan- perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah 12 hingga 21 tahun.

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Santrock (2003), menyatakan masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan menusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Sedangkan Muagman (Sarwono, 2006), mendefinisikan remaja remaja berdasarkan defenisi konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan tiga kriteria, yaitu : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

(37)

a. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa antara usia 12 hingga 21 tahun, dimana terjadi perubahan yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, kematangan sosial dan emosional.

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Santrock (2003), menyebutkan ciri-ciri masa remaja yaitu :

a. Peningkatan emosional. Ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.

b. Perubahan fisik dan kematangan seksual.

c. Perubahan nilai, merasa tidak penting lagi apa yang dianggap penting sewaktu anak-anak.

(38)

d. Remaja berada dalam situasi yang ambivalen, yakni mereka menginginkan kebebasan, tetapi mereka juga takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut.

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan- perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status tidak jelas, keadaan ini member waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku

(39)

yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita- cita.

g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

3. Tahap Perkembangan Masa Remaja

Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir (Hurlock, 2003).

(40)

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan, yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan 3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak 5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1) Pengungkapan identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta 5) Mampu berpikir abstrak

Stanley (Santrock, 2003), masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkambangan

(41)

karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu diluar keluarga.

4. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (Hurlock, 2003), mengemukakan beberapa tugas perkembangan selama masa remaja, yaitu :

a. Mencari hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang- orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

Sedangkan menurut Santrock (2012), tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut :

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figure-figur yang mempunyai otoritas

(42)

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

D. Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Membolos Pada Remaja

Keterangan : : Hubungan Kedua Variabel : Sebab Akibat

: Contoh Variabel REMAJA

KONFORMITAS PERILAKU

MEMBOLOS

Aspek Konformitas:

1. Aspek kekompakan 2. Aspek Kesepakatan 3. Aspek Ketaatan

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Membolos :

1. Faktor Personal 2. Faktor Sekolah 3. Faktor Keluarga 4. Faktor Lingkungan Contoh :

1. Ikut-ikutan 2. Kewajiban

memakai seragam

Contoh :

1. Tidak mengikuti pelajaran tanpa keterangan 2. Meninggalkan

sekolah sebelum jam pelajaran usai

(43)

Selain bersosialisasi dilingkungan keluarga, remaja melakukan salah satu bentuk sosialisasi yang sangat dikenal dalam masa remaja adalah konformitas. Pada umumnya remaja mementingkan konformitas dengan tujuan penerimaan kelompok, apapun akan dilakukan asalkan diterima oleh kelompok akan diutamakan dan ditaati. Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan kemana remaja yang bersangkutan akan dibawa. Perilaku yang dimunculkan oleh kelompoknya memungkinkan berperan dalam pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya salah satunya yaitu perilaku membolos (Sears, 2005).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartono (2003), bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku membolos salah satunya yaitu pengaruh dari luar yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang pengaruh teman-temannya sangat besar dalam membolos sekolah. Teman sebaya dapat mempengaruhi hal positif maupun hal yang negatif terhadap siswa, tergantung bagaimana siswa itu bisa bisa menyikapi dengan positif atau negatif. Perilaku membolos merupakan salah satu dampak negatif dari konformitas teman sebaya.

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Baron (2005), mengemukakan bahwa kelompok teman sabaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.

(44)

Oleh sebab itu, ketika remaja melihat bahwa teman-teman kelompoknya memiliki perilaku dan sikap tertentu, mereka akan mungkin untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan teman-temannya.

Dalam hal ini, remaja sedang melakukan konformitas terhadap teman sebaya, dengan alasan menghindari penolakan, demi memenuhi harapan kelompok, karena melihat adanya daya tarik kelompok, memiliki kepercayaan tertentu terhadap kelompoknya dan adanya pendapat pribadi terhadap kelompok tersebut.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayati (2016), yaitu meneliti tentang Hubungan Harga Diri dan Konformitas Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja dapat disimpulkan bahwa variabel konformitas remaja berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja.

Hal ini berarti semakin tinggi konformitas seorang remaja, maka tingkat kenakalannya pun semakin tinggi begitu pula sebaliknya, ini menunjukkan bahwa memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko remaja untuk menjadi nakal.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saputro (2012), yaitu Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Kecenderungan Kenakalan Pada Remaja dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Artinya semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka akan semakin tinggi pula kecenderungan kenakalan pada remaja, begitu pula sebaliknya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asih (2012), dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara

(45)

konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Koefisien korelasi bertanda negatif artinya semakin tinggi konformitas teman sebaya maka semakin rendah kenakalan remaja, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang pertama ditolak.

Kenakalan remaja biasa terbentuk karena adanya konformitas remaja terhadap teman sebayanya.

Kuncoro (2011) juga melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara konformitas dengan perilaku minum-minuman beralkohol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas terhadap kelompok dengan perilaku minum- minuman beralkohol pada remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas terhadap kelompok, maka semakin tinggi perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja, begitu pula sebaliknya.

Penelitian yang sama yang juga dilakukan oleh Zhafarina (2015) bahwa, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif remaja. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa perilaku agresif dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kelompok, yaitu konformitas.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos pada remaja.

(46)

31 A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2013). Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi. (Creswell, 2016).

Variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Sedangkan variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013).

Adapun variabel yang diuji dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel (X) : Konformitas 2. Variabel (Y): Perilaku membolos

Adapun desain lain hubungan antara variabel

Keterangan : X : Konformitas

Y : Perilaku Membolos

X Y

(47)

B. Defenisi Operasional Penelitian

1. Konformitas merupakan suatu perilaku atau sikap yang diikuti oleh individu dikarenakan individu tersebut berusaha untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dalam kelompoknya, dengan alasan karena individu tersebut ingin diterima dalam kelompok tersebut.

2. Perilaku membolos adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini mencakup siswa laki-laki dan siswa perempuan, berusia remaja (12- 15 tahun), yang melakukan perilaku membolos pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) A dan B di Kelurahan Bakung.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. (Sugiyono, 2013). Adapun sampel pada penelitian ini berjumlah 200 orang.

(48)

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2013). Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Non Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013). Teknik penentuan sampel ini menggunakan Sampling Insidental, adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yang siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2013).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan skala konformitas dan skala perilaku membolos yang disusun langsung oleh peneliti.

a. Skala Perilaku Membolos

Skala perilaku membolos disusun berdasarkan faktor-faktor perilaku membolos yang dikemukakan oleh Kartono (2003), yang menyebutkan bahwa faktor perilaku membolos ada 4 yaitu faktor personal, faktor sekolah, faktor keluarga dan faktor lingkungan. Skala perilaku membolos ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi perilaku siswa. Aitem-aitem pada skala

(49)

perilaku membolos menggunakan dua kategori pilihan jawaban. Pada pernyataanfavoriablejawaban yang sesuai (YA) diberikan nilai 2 dan untuk jawaban yang tidak sesuai (TIDAK) diberikan nilai 1.

Sebaliknya pada pernyataan unfavorable jawaban sesuai (YA) diberikan nilai 1 dan untuk jawaban yang tidak sesuai (TIDAK) diberikan nilai 2. Adapun blue print perilaku membolos dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1Blue PrintPerilaku Membolos

Faktor Indikator Item Jumlah

Total Item

Bobot

F UF

Faktor Personal

- Motivasi belajar - Ketidakmampuan

mengikuti pelajaran

13,26,34,48 29,37,45

5,17,42,51 22,38,53

14 23%

Faktor Keluarga

- Keadaan keluarga - Pola asuh orang tua

2,14,30 8,11,56

33,46,58 25,41,54

12 20%

Faktor Sekolah

- Suasana belajar - Peraturan sekolah - Pemberian hukuman

4,18,32,47 6,20,31,44 15,28,40

9,16,23,50 1,27,39,43 19,35,57

22 37%

Faktor Lingkungan

- Pengaruh teman - Keakraban

7,21,55 10,24,59

3,12,52 36,49,60

12 20%

Jumlah 60 100%

b. Skala Konformitas

Skala konformitas disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Sears (2005), yang akan menjadi pedoman dalam pembuatan aitem. Skala konformitas akan mengungkapkan seberapa tinggi atau seberapa rendah konformitas kelompok teman

(50)

sabaya pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) A dan B di Kelurahan Bakung.

Aitem-aitem pada skala konformitas menggunakan empat kategori pilihan jawaban. Pada pernyataan favoriable jawaban Sangat Sesuai (SS) di berikan nilai 4, Sesuai (S) di berikan nilai 3, Tidak Sesuai (TS) di berikan nilai 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) di berikan nilai 1.

Sebaliknya pada pernyataan unfavorable jawaban Sangat Sesuai (SS) di berikan nilai 1, Sesuai (S) di berikan nilai 2, Tidak Sesuai (TS) di berikan nilai 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) di berikan nilai 4.

Adapunblue printdukungan sosial dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2Blue PrintKonformitas

Aspek Indikator Item Jumlah

Total Item

Bobot

F UF

Aspek

Kekompakan

- Penyesuaian diri - - Perhatian terhadap

kelompok

6,14,27,32 3,20,36,43

9,18,21,45 7,23,40,48

16 32%

Aspek

Kesepakatan

-Kepercayaan terhadap pendapat kelompok

- Persamaan pendapat

11,25,39

10,15,28

22,34,41

4,12,37

12 24%

Aspek Ketaatan

- Tekanan/ancaman - Mematuhi norma yang berlaku

- Mengikuti keinginan kelompok

16,29,33 2,17,30

1,24,31,42,49

8,44,50 13,35,46

5,19,26,38,47

22 44%

Jumlah 50 100%

(51)

E. Uji Instrumen a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran dengan tepat (Azwar, 2012).

Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas rupa(face validity),validitas isi(content validity)dan validitas konstruk (construct validity). Validitas rupa (face validity) merupakan validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan ukur tes. Validitas isi(content validity) merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgment. Sedangkan validitas konstruk merupakan validitas yang menunjukkan sejauhmana suatu tes mengukur trait atau konstruk teoritik yang hendak diukurnya (Azwar, 2012).

Uji validitas dengan menggunkan program Lisrel 87,0 memiliki ketentuan valid jika faktor loading benilai positif dan nilai t-value

>1,96. Skala perilaku membolos yang disusun oleh peneliti berjumlah 60 aitem pernyataan. Berdasarkan uji validitas skala, dari jumlah tersebut terdapat 38 aitem yang tidak valid dan 22 aitem pernyataan yang dianggap valid. Adapun aitem yang tidak valid yaitu aitem 1, 3, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 38, 39, 43, 45, 46, 47, 48, 50, 53, 54, 55, 57, 59, 60.

(52)

Rincian distribusi aitem-aitem valid yang telah di ujicobakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3Blue PrintPerilaku Membolos setelah Uji Coba

Faktor Indikator Item Jumlah Total

F UF Item Faktor

Personal

- Motivasi belajar 5,17,42,51 4

-Ketidakmampuan mengikuti pelajaran

29,37 2

Faktor Sekolah

- Suasana belajar 4 1

- Peraturan sekolah 20,44 2

- Pemberian hukuman 28,40 2

Faktor Keluarga

- Keadaan keluarga 2 58 2

-Pola asuh orang tua 8,11,56 41 4

Faktor Lingkungan

- Pengaruh teman 12,52 2

- Keakraban 24 36,49 3

Jumlah 22

Sedangkan untuk skala konformitas peneliti menyusun berjumlah 50 aitem pernyataan. Berdasarkan uji validitas skala, dari jumlah tersebut terdapat 24 aitem yang tidak valid dan 26 aitem pernyataan dianggap valid. Adapun aitem yang tidak valid yaitu aitem 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 14, 15, 18, 21, 23, 25, 27, 28, 32, 34, 37, 39, 40, 41, 43, 45, 46, 50

(53)

Rincian distribusi aitem-aitem valid yang telah di ujicobakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4Blue PrintKonformitas setelah Uji Coba

Aspek Indikator Item Jumlah

Total Item

F UF

Aspek

Kekompakan

- Penyesuaian diri 6,14,27,32 9,18,21,45 8

- Perhatian terhadap kelompok

3,43 23,40 4

Aspek

Kesepakatan

- Kepercayaan terhadap kelompok

11,25,39 34,41 5

- Persamaan pendapat 10,15,28 4,37 5

Aspek Ketaatan

- Tekanan/ ancaman 50 1

- Mematuhi norma yang berlaku

46 1

- Mengikuti keinginan kelompok

1 5 2

Jumlah 26

b. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability, suatu pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.

Reliabilitas menunjukkan kemampuan alat ukur untuk mengukur sesuatu secara konsisten dari waktu ke waktu. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila diperoleh hasil yang sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (Azwar, 2014).

(54)

Uji reliabilitas yang akan digunakan perlu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (error measurenment). Semakin besar koefisien reliabilitas, berarti berarti semakin kecil kesalahan pengukuran, maka semakin reliabel alat ukur yang di gunakan.

Sebaliknya apabila semakin kecil koefisien maka semakin besar kesalahan pengukuran dan semakin tidak reliabel alat ukur yang di gunakan (Azwar 2014). Hasil analisis uji reliabilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS 21.0 for windows. Adapun hasil uji reliabilitas untuk skala perilaku membolos dan konformitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Uji Reliabilitas Perilaku Membolos

Cronbach's Alpha N of Items

.980 22

Tabel 3.6

Uji Reliabilitas Konformitas Cronbach's Alpha N of Items

.973 26

Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel perilaku membolos dengan jumlah aitem sebanyak 22 diperoleh koefisien alpha sebesar 0,980. Hal ini menunjukan bahwa skala perilaku membolos sangat reliabel. Sedangkan variabel konformitas dengan jumlah aitem sebanyak 26, di peroleh koefisien alpha 0,973. Hal ini menunjukan bahwa skala konformitas sangat reliabel.

(55)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan veriabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2013).

1. Analisis Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012). Adapun norma kategorisasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.7

Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian

µ ≥ -1,5 Kategori Sangat Rendah

- 1,5 < µ ≤ - 0,5 Kategori Rendah - 0,5 <µ ≤ + 0,5 Kategori Sedang + 0,5

<

µ≤ + 1,5 Kategori Tinggi

+ 1,5

<

µ Kategori Sangat Tinggi

Ket µ : Mean Standar Deviasi

Sumber: Azwar (2012)

(56)

2. Uji Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi Korelasi Spearman Rank, dengan data yang berdistribusi tidak normal. Analisis data menggunakan program SPSS 21.0 for windows (Azwar 2012). Adapun hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini yaitu :

Ho : tidak ada hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos pada remaja di Kelurahan Bakung.

Ha : ada hubungan antara konformitas dengan perilaku membolos pada remaja di Kelurahan Bakung.

Penentu pengujian :

Bila r hitung (r pearson) > r tabel : maka Ha diterima Bila r hitung (r pearson) < r tabel : maka Ho ditolak

G. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.8 Jadwal Penelitian

Kegiatan

Tahun 2017

April Juli Agustus September

Minggu ke Minggu ke

Minggu ke

Minggu Ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pembuatan Skala

Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Skripsi dan Konsultasi

(57)

H. Persiapan Penelitian

Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat skala penelitian. Dimana peneliti membuat sendiri skala penelitian yang akan digunakan. Adapun skala yang akan digunakan adalah skala konformitas dan skala perilaku membolos. Setelah pembuatan skala penelitian selesai, dilanjutkan dengan pemeriksaan skala yang disebut dengan expert review, oleh 2 dosen. Sebelum melakukan expert review, terlebih dahulu peneliti meminta kesediaan dari dosen untuk menjadi dosen expert, dan jika dosen yang bersangkutan bersedia untuk menjadi dosen expert, lalu dilanjutkan dengan pembuatan surat perizinan dari pihak Fakultas Psikologi Universitas Bosowa. Setelah pengurusan surat selesai, barulah skala penelitian diberikan kepada dosen yang bersedia untuk memeriksa penggunaan kalimat dalam skala penelitian, proses expert review ini berlangsung sekitar kurang lebih 1 bulan. Dan setelah skala sudah diperiksa oleh dosen, kemudian dilakukan analisis melalui perhitunngan aiken.

Setelah melakukan perhitungan aiken dan melakukan konsultasi mengenai hasil dari analisis perhitungan aiken tersebut, lalu dilanjutkan dengan uji keterbacaan skala penelitian. Uji keterbacaan skala dilakukan untuk memeriksa apakah kalimat yang digunakan peneliti mudah di pahami oleh responden atau tidak. Uji keterbacaan ini diberikan kepada 5 orang berdasarkan dari karakteristik subyek penelitian. Hasil dari uji keterbacaan kemudian dianalisis kembali melalui perhitungan aiken.

(58)

I. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan adanya persetujuan dari pembimbing 1 dan pembimbing II, setelah kedua pembimbing memberi izin untuk melaksanakan penelitian barulah peneliti turun lapangan untuk melakukan penelitian yang berlangsung pada 2 sekolah yang ada Kelurahan Bakung.

Pelaksanaan penelitian berlangsung dari tanggal 24 Juli sampai dengan 11 Agustus 2017 dengan jumlah subyek yang diperoleh 200 orang yang berusia remaja (remaja putra dan remaja putri, sesuai dengan kriteria subyek penelitian).

(59)

44 A. Hasil Penelitian

1. Deskriptif Data Penelitian

Analisis data dilakukan dengan cara mendeskriptifkan dan menginferensialkan data penelitian. Peneliti mengolah analisis data deskriptif dengan menggunakan SPSS 21.00 for windows,sedangkan pada statistik inferensial menggunakan non parametrik untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi atau data yang tidak harus normal. Adapun untuk mengetahui tingkat perilaku membolos dan konformitas, peneliti menggunakan lima kategorisasi yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma kategorisasi yang di gunakan menurut Azwar (2012), yaitu:

Adapun hasil analisis deskrptif di peroleh pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil analisis deskriptif data empirik

Variabel Ni Mean Skor SD

Min Max

Perilaku Membolos 200 16,74 14,21 19,22 1,22

Konformitas 200 45,28 31,44 54,6 5,59

Analisis deskriptif pada variabel perilaku membolos di peroleh skor minimal 14,21 dan skor maksimal 19,22. Mean di peroleh 16,74 dengan standar deviasi 1,22. Sedangkan pada variabel konformitas skor minimal 31,44 dan skor maksimal 54,6. Mean di peroleh 45,28 dengan standar deviasi 5,59.

Gambar

Tabel 3.1 Blue Print Perilaku Membolos
Tabel 3.2 Blue Print Konformitas
Tabel 3.3 Blue Print Perilaku Membolos setelah Uji Coba
Tabel 3.4 Blue Print Konformitas setelah Uji Coba
+6

Referensi

Dokumen terkait

HALAMAN MOTTO ... Latar Belakang Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Perilaku membolos ... Pengertian membolos .... Pengertian perilaku membolos ... Faktor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan pembelian impulsif pada remaja putri, tingkat konformitas pada remaja putri,

Mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku merokok pada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dihasilkan dalam hubungan konsep diri dan konformitas dengan perilaku merokok pada remaja, dapat diambil kesimpulan bahwa

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dan perilaku minum-minuman keras pada remaja laki-laki di Kelurahan Pekuncen RT 31 RW 07

Sedangkan dalam hasil analisis kecenderungan perilaku kenakalan remaja pada subjek juga memiliki kategorisasi yang tergolong tinggi juga.maka dalam hal ini subjek memiliki

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada remaja.Populasi penelitian ini adalah remaja

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEMBELI IMPULSIF PADA REMAJA PUTRI Atika Rani Astasari Alimatus Sahrah Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta