See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/328801317
HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN GABUS (Channa striata) HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN PARUNG, JAWA BARAT
Article in BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi · January 2015
DOI: 10.24198/bjib.v13i1.10089
CITATIONS
7
READS
2,503 4 authors:
Irin Iriana Kusmini Brpbatpp
66PUBLICATIONS 255CITATIONS SEE PROFILE
Vitas Atmadi Prakoso
National Research and Innovation Agency 88PUBLICATIONS 357CITATIONS
SEE PROFILE
Deni Radona
National Research and Innovation Agency 50PUBLICATIONS 165CITATIONS
SEE PROFILE
Fera Permata Putri 26PUBLICATIONS 101CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Fera Permata Putri on 08 November 2018.
DI PERAIRAN PARUNG, JAWA BARAT
Irin Iriana Kusmini, Vitas Admadi Prakoso, Deni Radona, Fera Permata Putri Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar
Abstrak
Ikan gabus merupakan komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi, meskipun ikan gabus sudah dipelihara sebagai komuditas budidaya namun sebagian besar di Nusantara merupakan hasil tangkapan dari alam, baik berupa ukuran konsumsi maupun benih. Peningkatan kebutuhan ikan gabus dapat mempengaruhi stok di perairan umum dan dapat mengancam kelangsungan hidup di habitat asli. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keragaman hasil tangkapan ikan gabus diperairan rawa, Parung Jawa Barat dan untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan ikan gabus melalui analisis hubungan panjang-bobot dan aspek reproduksi. Koleksi data meliputi pengamatan indeks kematangan gonad, gonado indeks dan pengamatan pertumbuhan melalui pengukuran hubungan panjang-bobot ikan. Ikan sampel diambil sebanyak tiga puluh lima ekor untuk diukur panjang, bobot tubuh dan bobot gonad. Hasil penghitungan panjang–bobot diperoleh nilai koefisien regresi (b) 2,875, nilai ini menunjukan bahwa ikan bersifat allometrik negatif, dan faktor kondisi ikan berkisar 0,312-2,03 dengan nilai determinan (R2) 0,95. Jika dilihat dari nilai IG ikan betina yang berkisar 1,76- 66,42 dengan nilai IKG berkisar 0,22-6,94%, angka ini menunjukan bahwa hasil tangkapan cenderung ikan-ikan yang telah matang gonad dan terdapat hubungan yang erat antara bobot gonad dengan bobot tubuh ikan, dengan nilai keragaman ikan jantan 16,31 % dan ikan betina 19,99 %.
Kata kunci: aspek reproduksi, Channa striata, tangkapan, random, Parung, Jawa Barat
Irin Iriana Kusmini: Hubungan panjang-bobot dan aspek reproduksi ikan gabus (channa striata) hasil tangkapan di perairan parung, jawa barat
Pendahuluan
Kecamatan Parung merupakan satu dari 40 kecamatan yang ada di kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat, dimana kecamatan ini terdiri dari 9 desa dengan luas wilayah 26,22 Km2 yang secara geografis Kecamatan Parung terletak pada koordinat 6o25’49.2” S 106o 43’ 01.4” E. Desa ini memiliki pasar tradisional yang keberadaannya aktif 24 jam, pasar ini juga merupakan sentra penjualan berbagai jenis ikan budidaya air tawar termasuk ikan-ikan lokal hasil tangkapan petani ikan di alam. Banyak species ikan-ikan lokal yang diperdagangkan di pasar tradisional ini salah satunya adalah ikan gabus (Channa striata), ikan ini banyak digemari masyarakat karena rasanya yang gurih, dagingnya tebal dan bagus untuk kesehatan. Kandungan albumin dari ikan gabus sangat baik untuk pemulihan luka bekas operasi ataupun sehabis melahirkan.
Ikan gabus, channa striatus (bloch 1793), Satu dari sekian banyak komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Gabus dan kekerabatanya termasuk hewan dunia lama, yakni genus channa dari asia dan parachanna dari afrika.
Secara keseluruhan ada sekitas 30 spesies dari kedua genus tersebut diatas. Ikan ini tersebar luas mulai dari pakistan bagian barat, nepal bagian selatan, wilayah india, bangladesh, srilangka, tiongkok bagian selatan dan sebagian besar wilayah asia tenggara termasuk indonesia bagian barat. Di Indonesia ikan gabus awalnya hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatra, Jawa dan Kalimantan) yang kemudian seiring berjalannya waktu di introduksi ke Indonesia bagian Timur.
Di Sumatera dilaporkan terdapat delapan jenis ikan gabus yaitu; Channa bankanensis, C. eyanospilos, C.
Lucius, C. marulioides, C. melasoma,C. micropeltes, C. pleurophthalama, dan C. striata (Putri,D.2006).
Habitat Ikan Gabus menempati perairan tenang seperti rawa, sawah, selokan dan mampu juga hidup pada perairan payau bahkan ikan ini mampu hidup di perairan yang ekstrim atau anaerobic karena dilengkapi dengan system pernafasan tambahan pada bagian atas insangnya, (Allington, 2002). Ikan ini bersifat bentopelagis dan dapat hidup dan berkembang dengan baik pada pH 7-8 dengan kedalaman perairan 1-2 m dengan suhu 23-27oC. Meskipun ikan gabus sudah mulai dipelihara sebagai komuditas budidaya seperti di Kalimantan tengah dan Kalimantan selatan (Mandiangin) namun sebagian besar di Nusantara ini ikan gabus masih merupakan tangkapan dari alam, baik berupa ukuran konsumsi maupun benih ikan.
Bila kita lihat dari tinggkat produksi pertahun produksi ikan gabus dari perairan umum tercatat mengalami peningkatan 27.67 % dari Rp.371.6 milyar pada th 2007 menjadi Rp.474.4 milyar pada th 2008, dengan rata-rata tangkap- an pertahun dari 1998-2008 sebesar 2.75 % pertahun. Berdasarkan data BPS hasil survey social ekonomi nasional konsumsi ikan gabus tertinggi adalah Kalimantan tengah 5,21 Kg/kap sedangkan harganya tergantung daya serap pasar dan produksi. Peningkatan kebutuhan akan ikan gabus akan mempengaruhi ketersediaan stok di perairan umum dan hal ini dapat mengancam kelangsungan hidupnya di habitat asli. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keragaman hasil tangkapan ikan gabus diperairan rawa, Parung Jawa Barat dan untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan ikan gabus melalui analisis hubungan panjang- bobot dan aspek reproduksi. Dengan adanya analisis ini kita dapat mengetahui rataan ukuran hasil tangkapan dan keragaman hasil tangkapan petani serta dampaknya terhadap ketersediaan dan kelangsungan hidup populasi ikan gabus di alam. Selain itu analisis hubungan panjang-bobot ini dapat mengukur variasi bobot harapan ikan untuk ukuran panjang tertentu, baik secara individu maupun kelompok sebagai petunjuk tentang kemontokan ikan (Ayoade dan Ikulala, 2007).
Bahan dan Metode
Kegiatan ini dilakukan di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Jawa Barat. Dengan lokasi pengambilan ikan sample dilakukan di wilayah Parung, Bogor Jawa Barat.
Ikan Sampel diperoleh dari hasil tangkapan petani di rawa-rawa yang diambil pada malam dan pagi hari, jumlah ikan sampel sebanyak 35 ekor dalam rentang waktu pengambilan sample pertengahan bulan Februari sampai pertengahan bulan Maret 2014. Koleksi data seperti pengukuran panjang total, bobot tubuh dilakukan terhadap semua ikan sample yang diperoleh guna mengetahui keragaman hasil tangkapan. Untuk mengetahui tingkat perkembangan organ reproduksinya dilakukan pembedahan ikan-ikan sampel, setiap ikan sampel yang telah mengalami perkembangan/
tingkat kematangan gonad dilakukan pengangkatan organ tersebut yang kemudian dilakukan penimbangan bobotnya. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01. Selanjutnya gonad
yang diperoleh dikelompokan berdasarkan tingkat kematangan gonadnya. Pengelompokan tingkat kematangan gonad dilakukan berdasarkan warna dan bentuk fisik dari gonad tersebut, sedangkan untuk mengetahui sifat pertumbuhan ikan gabus dilakukan pengitungan hubungan Panjang-bobot dan Faktor kondisi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Hubungan Panjang-bobot, (Effendie,
1975):
W= aL
b(1)
Keterangan : W=bobot ikan (g), L=
panjang ikan (mm), a dan b= Konstanta
Faktor Kondisi, (Effendie, 1979)Kn = W/ aL
b(2)
Keterangan : Kn= Faktor Kondisi, W= bobot hasil pengukuran, aLb atau W= bobot rata dugaan
Berat prediksi (Ws), (Rypel dan Richter,
2008) :
Ws = aL
b(3)
Sedangkan untuk mengetahui keragaman hasil tangkapan dilakukan dengan meng
guna kan rumus Singh dan Chaudary, (1977) : Koefisien variasi :
(4)
Keterangan : CV= Koefisien variasi (%),
= Ragam fenotip, X= Ratarata umum. Untuk menentukan nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) dan indeks gonad (IG) menggunakan rumus : (Effendie, 1997):
Indeks Kematangan Gonad (IKG) :
IKG = Bg/ Bt x 100 (5)
Keterangan : IKG = Indek Kematangan Gonad (%), Bg = Berat gonad (g), Bt = Berat tubuh (g)
Gonado Index/Indeks gonad :
IG = W/L
3X 10
8(6)
Keterangan : IG= Indeks gonad, W=
Berat gonad (g), L= Panjang ikan (mm)
Hasil dan Pembahasan
Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi, analisis dilakukan terhadap 35 ekor ikan sampel yang diperoleh dari hasil tangkapan. Sebaran ukuran panjang total ikan sample 208-408 mm dan kisaran bobot 96-560 g, sedangkan nilai faktor kondisi ikan berkisar 0,31-1,89 (Tabel 1).
Tabel 1. Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi Channa striata hasil tangkapan
Parameter Ikan Gabus Parung
Rataan panjang (mm) & Stdev 298,49 ± 5,511 Rataan bobot (g) & Stdev 238,291 ± 13.468
Rataan Ws & Stdev 234,762 ± 12,412
Rataan biass koreksi & Stdev 236,529 ± 12,505 Rataan faktor kondisi & Stdev 0,871 ± 0,495
R² 0,9488
a 1,65E-05
b 2,875
Irin Iriana Kusmini: Hubungan panjang-bobot dan aspek reproduksi ikan gabus (channa striata) hasil tangkapan di perairan parung, jawa barat
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertum- buh an ikan gabus (Channa striata) bersifat allometrik negatif dimana nilai b=2,875, nilai ini menunju kan bahwa pertumbuhan panjang ikan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bobot.
Sama halnya dengan hasil penelitian Khan et al., (2011) dari hasil pengamatannya ia melaporkan bahwa hubungan panjang bobot ikan gabus yang ditangkap di sungai Gangga utara India memiliki nilai b=2,93. Sedangkan hasil penelitian Umar dan Astuti, (2006) terhadap ikan gabus hitam (Glossogobius giurus) di danau Sentani Papua memiliki nilai b=2,96 dan hasil penelitian (Muthmainnah, 2013) nilai b ikan gabus yang dibesarkan di rawa lebak Sekayu adalah 2,81 dan nilai b untuk ikan gabus yang dipelihara di rawa lebak Mariana 2,54.
Pertumbuhan allometrik negatif menggambar- kan bahwa energi yang diperoleh dari asupan nutrisi yang diberikan pada ikan cenderung lebih banyak digunakan untuk aktifitas fisiologis maupun mobile dan disesuaikan pula dengan kondisi lingkungan bernaungnya. Seperti halnya aktifitas ikan gabus yang suka memangsa hewan- hewan kecil, kebiasaan ini memerlukan energi yang lebih besar bila dibanding ikan-ikan yang memanfaatkan pakan pasif. Dan dengan sifatnya yang kanibal dan dapat hidup di daerah ekstrim akan memperluas luas lingkup tempat ia bernaung, kondisi ini akan menyebabkan semakin besar pula energi yang dipergunakan untuk pergerakan tersebut dalam upaya pencarian mangsa dan reaksi fisiologis yang terjadi diluar kondisi normal akan menguras energi yang cukup besar pula, sehingga penyerapan nutrisi untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Selain itu Froese, (2001) mengatakan bahwa nilai b dapat dipengaruhi oleh kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan.
Hubungan panjang-bobot ikan sample memiliki nilai determinan (R2) 0,949, ini cukup besar dan mendekati 1. Hal ini menunjukan bahwa variabel lain penyebab keragaman pada ikan cukup kecil, dan hubungan antara panjang dan bobot ikan sangat erat. Menurut Schneider et al., (2000) jenis kelamin dan perkembangan gonad juga memberikan variasi hubungan panjang. Bentuk tubuh ikan dapat berubah sesuai dengan pertambahan umur dan kondisi daya dukung lingkungan tempat ia bernaung,
Ikan bisa saja menjadi kurus jika daya dukung lingkungannya menurun atau bertambah gemuk seiring dengan pertambahan
panjang ikan. Meretsky et al., (2000) mengatakan bahwa perubahan berat ikan dapat dihasilkan dari perubahan pakan dan alokasi energi untuk tumbuh dan reproduksi, yang mengakibatkan berat ikan berbeda walaupun panjangnya sama. Pengamatan hubungan panjang- bobot terhadap ikan berguna untuk mengetahui pertumbuhan ikan, sebab pertumbuhan ikan umumnya ditinjau dari penambahan panjang dan berat, (Jobling, 2002).
Jika ditinjau dari nilai faktor kondisi ikan yang rataannya 0,871 menunjukan bahwa nilai ini berada dalam rataan ikan gabus pada umumnya, bila dibanding dengan faktor kondisi ikan gabus yang dipelihara di rawa lebak sekayu 0,84 dan faktor kondisi ikan gabus di rawa lebak Mariana 0,88 (Muthmainnah, 2013). Menurut (Effendie, 2002) faktor kondisi merupakan penunjuk keadaan baik dari ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Faktor kondisi dapat menggambarkan ketebalan daging ikan, dengan diketahui faktor kondisi suatu populasi ikan kita dapat memprediksi kondisi fisik ikan tersebut (kurus/gemuk). Faktor kondisi suatu jenis ikan bisa saja berubah/tidak bersifat permanen, apabila terjadi perubahan dalam perairan seperti kualitas perairan dan kepadatan populasi, maka hal ini dapat mempengarugi faktor kondisi ikan.
Jika kepadatan populasi menurun sedangkan ketersediaan jumlah makanan tetap maka nilai faktor kondisi dapat naik dan sebaliknya, jika jumlah populasi tetap tapi ketersediaan pakan berkurang maka nilai faktor kondisi jadi turun.
Menurut Araneda et al., (2008) informasi tentang faktor kondisi sangat penting dalam pengelolaan system budidaya karena menunjukan kondisi spesifik yang terjadi pada ikan budidaya.
Indeks Kematangan Gonad (IKG), Indeks Gonad (IG) dan Koefisien variasi, untuk mengetahui kondisi reproduksi ikan hasil tangkapan dilakukan pengamatan terhadap perkembangan gonad ikan melalui pembedahan ikan sampel yang kemudian dapat menentukan nilai IKG dan IG. Dari 35 ekor ikan sample terdapat 19 ekor betina, 17 ekor diantaranya dalam tahap pematang gonad dan 16 ekor merupan ikan gabus jantan, hanya 3 ekor dalam tahap pematangan gonad, (Table 2 dan 3).
Tabel 2. Indeks Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata) hasil tangkapan di rawa, Parung Jawa Barat pada bulan Februari-Maret 2014
Sample ikan IKG (%) Jumlah Ikan (ekor)
♀ 0,22-0,86 2
0,89 1
1,55-2,72 4
2,44-6,94 10
♂ 0,17-0,41 3
Tabel 3. Indek Gonad ikan gabus (Channa striata) hasil tangkapan di perairan Parung, Jawa Barat pada bulan Februari-Maret 2014
Sample ikan IG pengukuran jumlah ikan
♀ - -
1,76-4,80 2
6,63 1
13,11-19,88 4
28,90-66,42 10
♂ 1,18-3,22 3
Gambaran kedekatan hubungan antara bobot ikan dengan bobot gonad dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 1. Grafik IKG, bobot tubuh dan bobot gonad ikan betina
Irin Iriana Kusmini: Hubungan panjang-bobot dan aspek reproduksi ikan gabus (channa striata) hasil tangkapan di perairan parung, jawa barat
Gambar 2. Grafik panjang tubuh, bobot gonad ikan betina dan IG Dari hasil tangkapan ikan gabus di perairan
parung Bogor, Jawa Barat yang diambil pada pertengahan bulan Februari sampai pertengahn bulan Maret diperoleh nilai koefisien variasi panjang total yang cukup kecil yaitu berkisar 17.03-19.99%, (Table 4).
Penentuan indek kematangan gonad berdasar- kan perbandingan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan dan dinyatakan dalam persen. Catatan terhadap tingkat kematangan gonad sangat penting dikatahui guna untuk mengetahui ikan- ikan yang telah matang gonad atau belum yang ada diperairan. Dari data penelitian di atas, hasil penghitungan IKG dan IG ikan gabus hasil tangkapan di perairan Parung Jawa Barat, nilai IKG nya berkisar 0,22-6,94% dan nilai IG 1,76-66,42%
untuk ikan betina dan IKG ikan jantan berkisar
0,17-0,41% dengan IG 1,18-3,22%. Nilai tersebut diperoleh dari kisaran bobot induk betina 86-560 g dengan panjang 208-408 mm. Bila ditinjau dari ikan sample, 19 ekor diantaranya merupakan ikan betina dan sekitar 89,47% atau 17 ekor diantaranya dalam fase perkembangan dan pematangan gonad.
Kondisi ini juga menggambarkan bahwa saat pengambilan/koleksi ikan-ikan sample dari alam dapat dipastikan bahwa ikan tersebut bukan saja berada dalam fase pematangan gonad tetapi juga dalam masa pemijahan. Hal ini terbukti dari pengamatan dilapangan mudahnya para pengepul menyediakan permintaan benih dalam jumlah banyak. Jadi dapat dipastikan bahwa waktu pengambilan ikan-ikan sample merupakan musim pemijahan ikan gabus, dimana kondisi cuaca pada saat itu musim hujan.
Tabel 4. Rataan panjang standar (PS),panjang total (PT), bobot total (BT) dan Koefisien variasi (CV) ikan gabus parung hasil tangkapan
Nilai
Gabus (Channa striata)
♂ ♀
PS (cm) PT (cm) BT (g) PS (cm) PT (cm) BT (g)
Rata-rata 24,62 29,63 218,56 25,09 30,03 254,91
Stdev 4,01 5,05 104,02 5,02 6 156,86
CV (%) 16,31 17,03 47,59 20 19,99 61,54
Menurut Muslim, (2007) pada umumnya ikan-ikan perairan umum (termasuk sungai, rawa, lebak lebung dan sebagainya), memasuki musim penghujan mulai melakukan aktifitas pemijahan. Ikan gabus termasuk ikan rawa yang melakukan pemijahan dimusim penghujan. Ikan gabus yang tertangkap diawal musim kemarau sampai puncak musim kemarau 75-80% berada pada fase perkembang gonad, Bijaksana (2006).
Dalam Bijaksana, (2008) juga dijelaskan bahwa pemijahan alami ikan gabus di perairan rawa Bangkau terjadi antara bulan Agustus sampai pebruari dengan masa puncak terjadi di bulan Desember. Sedangkan di Thailand musim pemijahan ikan gabus antara bulan mei-oktober dengan puncak pada bulan Juli sampai September (Wee, 1982). Dan menurut (Long ed al., 2002) di delta sungai Mekong ikan gabus betina lebih dulu matang.
Dengan demikian besar harapan ikan-ikan yang tertangkap pada musim kemarau merupakan ikan-ikan dalam masa pematangan gonad, dan dari kejadian ini dapat dipastikan akan semakin besar kemungkinan kelangkaan ikan gabus di masa yang akan datang akibat banyaknya induk-induk ikan yang tertangkap pada musim pemijahan dan kecilnya angka keragaman hasil tangkapan pada penelitian ini menunjukan bahwa tingginya angka keseragaman hasil tangkapan yang berdampak terhadap kelangsungan hidup ikan gabus di habitat aslinya. Dalam kurun waktu tertentu kondisi ini dapat berakibat hilangnya populasi ikan gabus di alam.
Kesimpulan
Hasil tangkapan diperoleh bahwa ukuran panjang cukup homogen sedangkan ukuran bobot sangat beragam. Hubungan panjang-bobot dan aspek reproduksi Ikan Gabus bersifat allometrik negatif dimana nilai b=2,875 dengan fase perkembangan dan kematangan gonad sekitar 89,47%. dan 17,03% untuk ikan jantan, angka ini menunjukan bahwa ikan yang tertangkap pada bulan Februari - Maret ukurannya homogen, dan besar kemungkinan kalau ikan-ikan yang tertangkap berada pada tahap perkembangan reproduksi yang sama. Jika dilihat dari hubungan panjang- bobot terdapat hubungan yang lebih erat antara bobot gonad dengan bobot tubuh ikan, dibanding dengan panjang tubuh ikan dan pertumbuhan panjang pada ikan Gabus (Channa striata) hasil tangkapan di rawa Parung, Jawa Barat bersifat
disarankan, untuk menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian ikan gabus di alam sebaiknya dihindari penangkapan ikan-Sebaiknya dihindari penangkapan ikan gabus ukuran besar pada bulan Februari dan Maret, sebab diperkirakan pada bulan ini memasuki musim pemijahan.
Ucapan Terimakasih
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno M.S yang telah banyak memberikan bimbingan teknis dalam penulisan karyatulis ilmiah dan kepada teknisi yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai.
Daftar Pustaka
1. Allington, N.L. 2002. Channa striatus; Fish Capsule Report for Biology of Fishes. http://
www.umich.edu/bio440/fishcapsule96/channa html.
2. Araneda, M., E.P. Peres dan L.E Gasca.
2008. White shrimp Penaeus vannamei culture in freshwater at three densities:
condition state base don length and weight. Jornal Aquaculture, 283:1318 3. Ayoade, A.A and A.O.O. Ikulala. 2007.
Length-weight relationship, conditions factor and stomach contents of Hemichromis bimaculatus, Sarotherodon melanotheronand Chromidotilapia guentheri (preciformes:
Cichilidae) in Eleiyele Lake, Southweatern Nigeria. Rev. Biol. Trop. International Journal Tropical Biologi 55 (3-4), 696-697
4. Bijaksana, U. 2006. Studi Pendahuluan bio- eko reproduksi snakehead di rawa Bangkau Propinsi Kalimantan Selatan. Simposium Nasional Bioteknologi dalam akuakultur.
Institut Pertanian Bogor.
5. Bijaksana, U. 2008. Kajian perubahan ketinggian air pada perkembangan gonad ikan gabus, Channa striata Blkr di dalam wadah budidaya. Simposium Nasional Bioteknologi dalam akuakultur II. Institut Pertanian Bogor.
6. Effendie, M.I. 1975. Metoda Biologi Perikanan. Bagian Ichtyologi. Fakultas Perikanan, IPB. Bogor. 81 hal.
7. Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi
Irin Iriana Kusmini: Hubungan panjang-bobot dan aspek reproduksi ikan gabus (channa striata) hasil tangkapan di perairan parung, jawa barat
BIOTIKA, Volume 13 No. 1 43
hal
8. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
163 hal
9. Froese, R. 2006. Cube law, condition factor and weightlength relationships: history, metaanalysis and recommendations.
Journal of Applied Ichthyology, 22: 241253.
10. Jobling, M. 2002. Enviromental factor and rates of development and growth. In handbook of fosh biology and fisheries,
1. Hart, PJB and Reynalds, JD. (eds).
Blackwell Publishing, Oxford. Pp:107-109 11. Khan, S., M.A. Khan., K. Miyan and M
Mubark. 2011. Lengthweight relationship for nine freshwaterteleoosts collected from River Gangga, India. International Journal of Zoological Research, 7(6):401405 12. Long, D.N. Nguyen VT. and Lee ST. 2002.
Technical aspects for artificial propagation of snakehead, Ophiocephalus striatus in Mekong delta. Vietnam : Fisheries Sciences Institut Cantho University.
13. Meretsky, V.J., R.A. Valdez., ME Douglas., MJ Brouder., OT Gorman and PC Marsh.
2000. Spatiotemporal variation in length- weight relationships of endangered humpback chub: implications for conservasi and management. Transactions of the American Fisheries Society, 129:419428.
15. Muslim. 2007. Tingkat Perkembangan Gonad (TKG) Ikan Gabus (Channa striatus Blkr) Di Sekitar Sungai Kelekar. Agria. Vol 3. No.2 : 25-27
16. Muthmainnah, D. 2013. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan gabus (Channa striata, Bloch 1793) yang dibesarkan di rawa lebak, Provinsi Sumatera Selatan. Depik, 2(3):184-190
17.Putri, D. 2006. Jenis-jenis dan Variasi Morfometrik Ikan Gabus (Channa spp.).
[Skripsi]. Padang: Universitas Andalas
18. Rypel, A.L. and T.J. Richter. 2008. Emperical percentile standard Weight equation fot the Blacktail Redhorse. North American Journal of Fisheries management, 28 : 1843-1846 19. Schneider, J.C., P.C. Laarman and H. Gowing.
2000. Length-weight relationship. Chapter 17 in Schneider JC. (ed) 2000. Manual of fisheries survey methods II. With periodic update.
Michigan Department of Natural Resources, Fisheries Special Report 25. Ann Arbor.
20. Singh, R.K., B.D. Chaudary. 1997. Biometrical Methotds In Quantitative Genetics Analysis.
Kalyani Publishers. Indiana New Delhi. 304p 21. Umar, C. & Lismining. 2006. Analisis
hubungan panjang-berat beberapa jenis ikan asli Danau Sentani Papua. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV, 8-9 Juni 2010, Bogor.
22. Wee, K.L. 1982. The biology and culture of snakeheads. Recent advances in aquaculture, Westview Press, Boulder, Colorado.