• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI

IKAN PARI (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)

YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PAOTERE MAKASSAR

SKRIPSI

MUH.

IMRAN

JAYADI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

ABSTRAK

MUH. IMRAN JAYADI. L211 07 019. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841) di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Dibimbing oleh JOEHARNANI TRESNATI sebagai Pembimbing Ketua dan SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR sebagai Pembimbing Anggota.

Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841 merupakan spesies ikan pari (Chondrichthyes: Dasyatidae) yang paling umum ditemukan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. banyaknya manfaat dari ikan ini membuatnya rentan akan eksploitasi berlebihan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi ikan pari yang kemudian digunakan sebagai bahan informasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841)

(3)

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI

IKAN PARI (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)

YANG DIDARATKAN DITEMPAT PELELANGAN IKAN

PAOTERE MAKASSAR

Oleh

:

MUH. IMRAN JAYADI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar

Nama Mahasiswa : Muh. Imran Jayadi

Nomor Stambuk : L211 07 019

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perikanan

Skripsi telah diperikasa dan disetujui oleh pembimbing:

Ketua Anggota

Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc NIP. 196509071989032001 NIP. 195902231988111001

Mengetahui :

Dekan, Ketua Program Studi,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan

Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, M.P Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc NIP. 196112011987032002 NIP. 195902231988111001

Tanggal Lulus: 24 Oktober 2011

(5)

Muhammad Imran Jayadi, dilahirkan di Jayapura pada tanggal 21 Mei 1989. Anak kelima dari lima bersaudara ini merupakan putra dari pasangan H. M. Amir Halim Yahya dan Hj. Asiah. Pada tahun 2001 lulus SD Inpres Mamajang 1 Makassar, tahun 2004 lulus SPMN 24 Makassar, lalu penulis melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMAN 03 Makassar dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Universitas Hasanuddin Makassar melalui jalur SPMB dan sejak itu terdaftar sebagai Mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan penulis melaksanakan penelitian dengan judul ”Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar”.

(6)

Alhamdulillahirabill Alamin, tiada kata yang pantas diucapkan selain

mengucap syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran nikmat dan

karunianya, tak lupa kami panjatkan salawat dan salam bagi junjunganku

Muhammad Rasulullah SAW.

Teriring do’a dan syukur yang tiada henti atas segala cinta dan sayang

kepada: keluarga besar H. M. Amir Halim Yahya (Ayahanda, Ibunda, dan

Saudara-saudaraku), Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA dan Prof. Dr. Ir. H.

Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc selaku pembimbing atas segala bimbingan

dan waktu yang diberikan, Prof. Dr. Ir. Hj. Farida G. Sitepu, MS, Dr. Ir. Dody

Dh. Trijuno, M.App.Msc dan Ir. Suwarni, M.Si selaku penguji atas segala waktu

yang diberikan, Seluruh Staf/Pegawai Fakultas Ilmu Kelutan dan Perikanan

atas segala bantuan yang diberikan, Keluarga Besar Manajemen Sumberdaya

Perairan (MSP) khususnya Angkatan Tahun 2007, HMP MSP UH, BEM

Jurusan Perikanan, Keluarga Besar Mahasiswa Perikanan khususnya

Angktan 2007 ”julung-julung” dan Keluarga Besar Mahasiswa Ilmu

Kelautan dan Perikanan. atas dorongan semangat dan kasih sayang serta

semuanya yang tidak dapat penulis ucapkan satu per-satu.

Begitu banyak kekurangan disadari atas penulisan Skripsi ini, sehingga

masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran menjadi harapan tersendiri demi

perbaikannya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal Alamin”

P e n u l i s,

Muh. Imran Jayadi

(7)

Halaman

B. Tujuan dan Kegunaan... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistematika dan Morfologi Ikan Pari... 3

B. Habitat dan Persebaran Ikan Pari ... 5

C. Aspek Biologi Reproduksi Ikan... 5

1. Nisbah Kelamin……….. 5

2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)………... 6

3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad………. 7

4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)………. . 8

5. Fekunditas……….. 8

6. Diameter Telur………. . . 9

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat... 11

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Metode Pengambilan Sampel... 11

D. Analisis Data... 13

1. Nisbah Kelamin………. 13

2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)………... 13

3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad………. 14

4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)……….. 14

5. Fekunditas……….. 15

6. Diameter Telur……….. . 15

(8)

DAFTAR PUSTAKA………... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Par (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)i menurut Eber dan Cowley (2009) ……..

Jumlah (ekor) Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan Betina yang diperoleh selama peneliti………..

Persentase Komposis Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) Jantan dan Betina Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad………..

Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian ………...

Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin……….

Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin……….

Fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada berbagai kisaran panjang total………

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1

2

3

4

5

Morfologi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle,1841)...

Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian……….

Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian……….

Hubungan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) berdasarkan panjang total tubuh……….

Histogram sebaran diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad (TKG) II dan III……….

4

19

20

23

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot Gonad (gram), panjan klasper (mm), tingkat matang gonad (TKG) dan indeks Kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan………..

Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot Gonad (gram), tingkat matang gonad (TKG) dan ideks Kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina……….

Uji Chi-square dengan menggunakan Koreksi Yates nisbah kelamin ikan pari (D.kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makakssar………..

Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan ……….

Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina………..

Uji Statistik indeks kematangan gonad (IKG) berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhli Müller & Henle, 1841) jantan……….

Uji Statistik indeks kematangan gonad (IKG) berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina………..

Hasil pengukuran panjang tubuh dan fekunditas ikan pari (D. kuhlii Mülle & Henle, 1841)……….

Persentase diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) berdasarkan kematangan gonad………...

(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perairan Selat Makassar merupakan salah satu daerah yang memilki

potensi sumberdaya laut ikan demersal yang cukup besar, salah satu di

antaranya adalah ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841). Ditinjau dari

aspek biofisik maupun kimia airnya, perairan Selat Makassar memungkinkan

untuk spesies ini dapat hidup dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu,

keberadaan spesies ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya

sebagai sumber pendapatan dan bahan makanan (Anonim, 2011).

Ikan pari merupakan tangkapan utama nelayan di Sulawei Selatan karena

ikan ini sangat digemari khususnya masyarakat Kota Makassar. Selain

dagingnya yang enak, kulit ikan pari dapat dijadikan bahan baku dalam

pembuatan tas bagi sebagian masyarakat di Indonesia sehingga membuat ikan

ini benilai ekonomis tinggi. Ikan ini mudah ditangkap dan dapat ditangkap

sepanjang tahun (Anonim, 2010). Berdasarkan data Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan (2009), produksi tangkapan ikan pari dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2009,

produksi ikan pari mencapai lebih kurang 5.186 ton.

Untuk memenuhi permintaan ikan pari yang meningkat setiap tahunnya,

maka para nelayan sering melakukan penangkapan tanpa memperhatikan

kelestarian sumberdaya salah satunya yaitu, seringnya nelayan menangkap ikan

(13)

pengelolaan pada aspek biologi reproduksi ikan pari guna mempertahankan

kelestarian spesies tersebut.

Informasi tentang biologi reproduksi ikan tersebut merupakan salah satu

faktor yang menunjang pengelolaan komoditas perikanan. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai aspek biologi reproduksi ikan

pari.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi

reproduksi ikan pari (D. kuhlii Muller & Henle, 1841) di perairan Selat Makassar,

Sulawesi Selatan, yang meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad

(TKG), ukuran pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad (IKG),

fekunditas, dan diameter telur.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi

bagi pengelolaan sumberdaya ikan pari (D. kuhlii Muller & Henle, 1841), yang

meliputi informasi data perbandingan jumlah ikan pari jantan dan betina, masa

pemijahan berdasarkan data tingkat kematangan gonad (TKG), ukuran terkecil

ikan pari yang dapat ditangkap, aktifitas yang terjadi di dalam gonad berdasarkan

data IKG, jumlah telur yang akan dikeluarkan dalam kelas umur/ukuran tertentu,

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Ikan Pari

Sistematika ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) menurut Allen

(2000) sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Chondrichthyes

Sub kelas : Elesmobranchii

Kohor : Neoselachii

Ordo : Rajiformes

Famili : Dasyatidae

Genus : Dasyatis

Specific name : kuhlii

Spesies : Dasyatis kuhlii

Common name in England : Blue Spotted Stingray

Common name in Indonesia : Pari Kukul, Pari Totol, Pari Kotak

Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas

Elasmobranchii. Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid, yaitu kelompok ikan

bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki celah

insang yang terletak di sisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai

sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh

(15)

seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di

bagian ventral dan dorsal (Allen, 2000).

Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa ikan pari (rays) termasuk

ikan bertulang rawan dalam grup Cartilaginous. Ikan pari mempunyai bentuk

tubuh gepeng melebar (depressed), sepasang sirip dada (pectoral fins) melebar

dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya, sehingga tampak atas atau

tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari umumnya mempunyai ekor

yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai cemeti (Gambar 1). Pada

beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut

‘sting-rays’. Mata ikan pari umumnya terletak di bagian samping kepala. Posisi

dan bentuk mulutnya adalah terminal dan umumnya bersifat predator. Ikan ini

bernapas melalui celah insang (gill openings atau gill slits) yang berjumlah 5-6

pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian bawah (ventral). Ikan

pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut “clasper” letaknya di

pangkal ekor. Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak

(16)

Gambar 1. Morfologi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)

B. Habitat dan Persebaran Ikan Pari

Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa Ikan pari (famili Dasyatidae)

mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik.

Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan kadang masuk ke daerah

pasang surut. Ikan pari biasa ditemukan di perairan laut tropis. Di perairan tropis

Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Papua Nugini) dan Amerika Selatan (Sungai

Amazon).

Di perairan laut, ikan pari mempunyai peran ekologis yang sangat

penting, terutama sebagai predator bentos. Namun beberapa aspek biologi

(misalnya: reproduksi, diet dan fisiologi) ikan pari belum dikaji secara menyeluruh

(17)

Jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pari adalah

jaring dogol (danish seine), jaring liongbun (big mesh size bottom gillnet) dan

pancing senggol (bottom long line without bait). Jaring dogol termasuk alat

tangkap yang tidak selektif menangkap ikan pari. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

tangkapan yang umumnya (50 % dari total hasil tangkapan) berukuran kecil dan

belum dewasa. Jaring liongbun dan pancing senggol tergolong alat tangkap yang

selektif terhadap ikan pari yang ditunjukkan dengan 50 % total tangkapan berupa

ikan ukuran besar dan telah dewasa (Anonim, 2003).

C. Aspek Biologi Reproduksi Ikan

1. Nisbah kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan

jumlah ikan betina yang dinyatakan dalam persen dari jumlah total individu.

Nisbah kelamin menunjukkan banyaknya individu yang menyusun suatu populasi

(Fonteneau dan Marcilla, 1993 dalam Talaohu, 2003).

Seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk

membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan

yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang

dapat menghasilkan sel telur atau ovum (Effendie, 1997).

Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri

seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara

langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder

adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan

bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis

kelamin pada ikan. Testis beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan

jantan, sedangkan ovari beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan

(18)

betina diperkirakan mendekati 1 : 1, berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap

relatif sama banyaknya dengan jumlah ikan betina yang tertangkap.

2. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan

gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Tingkat kematangan gonad

diperlukan untuk menentukan perbandingan antara organisme yang telah

matang gonad dengan yang belum matang, ukuran atau umur organisme pada

saat pertama kali matang gonad, untuk menentukan apakah organisme tersebut

sudah memijah atau belum, masa pemijahan, dan frekuensi pemijahan. Effendie

(1997) mengemukakan bahwa bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan

sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan

komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari berbagai tingkat dengan

persentase yang tidak sama, dan tingkat kematangan yang tertinggi akan

didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.

Sjafei et al. (1991) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi

kematangan gonad ikan di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada

suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung

walaupun kedua induk telah matang gonad.

Eber dan Cowley (2009) menyatakan bahwa TKG untuk ikan pari dibagi

menjadi tiga klasifikasi yaitu ikan juvenile (TKG I), ikan muda (TKG II) dan

Dewasa (TKG III). Untuk ikan jantan, dianggap juvenile (TKG I) apabila memiliki

klasper yang pendek yaitu tidak melampaui tepi posterior sirip dubur. Ikan muda

(TKG II) adalah ikan yang panjang klasper melampaui tepi posterior sirip dubur,

tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan

dewasa (TKG III) ketika panjang klasper mencapai 6-9 cm melampaui tepi

(19)

terminal. Ikan betina dianggap juvenile (TKG I) apabila kurang memiliki

diferensiasi ovarium atau tidak terlihat jelas, dan kelenjar oviducal tidak terlihat di

dalam rahim. Ikan muda (TKG II) memiliki telur yang lebih kecil dan terlihat jelas

tetapi tidak memiliki oosit matang. Kelenjar oviducal itu belum berkembang, uteri

sempit dan terbatas. Ikan dewasa (TKG III) yaitu terdapat oosit yang berwarna

kuning, berdiameter 1,5 - 2,0 cm, kelenjar oviducal yang terlihat jelas, ataukah

sudah terdapat embrio yang berkembang di dalam rahim.

3. Ukuran pertama kali matang gonad

Ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu parameter

yang penting dalam penentuan ukuran terkecil ikan yang dapat ditangkap. Awal

kematangan gonad biasanya ditentukan berdasarkan umur atau ukuran ketika

50% individu di dalam suatu populasi sudah matang gonad (King, 1995 dalam

Andy Omar, 2004).

Lagler et al. (1977 dalam Syamzam, 2006) menyatakan bahwa beberapa

faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad antara lain

adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi individu

yang berbeda jenis kelamin dan juga tempat berpijah yang sesuai.

4. Indeks kematangan gonad

Effendie (1997) mengemukakan bahwa indeks kematangan gonad (IKG)

adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan nilai dari perbandingan antara

bobot gonad dan bobot ikan dikalikan 100%. Indeks kematangan gonad

diperlukan sebagai salah satu pengukuran aktifitas yang terjadi di dalam gonad.

Selanjutnya dikatakan bahwa bobot gonad akan mencapai maksimum sesaat

sebelum ikan memijah kemudian bobot gonad akan menurun dengan cepat

(20)

Indeks Kematangan Gonad ikan betina lebih tinggi dari ikan jantan pada

TKG yang sama, disebabkan karena IKG sangat dipengaruhi oleh bobot gonad

dan bobot tubuh. Gonad yang berisih telur (betina) lebih berat dibandingkan

gonad yang berisih sperma (jantan), sehingga IKG ikan betina lebih tinggi

dibanding ikan jantan (Galib, 2002).

5. Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata

masa hidupnya. Pada umumnya fekunditas meningkat dengan meningkatnya

ukuran ikan betina. Semakin banyak makanan maka pertumbuhan ikan semakin

cepat dan fekunditasnya semakin besar (Nikolsky, 1963 dalam Syamzam, 2006).

Effendie (1997) menyatakan bahwa fekunditas secara tidak langsung

digunakan untuk menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan

menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam

hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan

sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka

mempertahankan kehadiran spesies itu di alam.

Ikan vivipar dan ovovivipar biasanya berfekunditas kecil dan

keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan dari induk untuk

dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman. Sebaliknya ikan ovipar

biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya banyak

disebabkan untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang

tidak lazim, terutama dari serangan predator. Hal ini menunjukkan bahwa ikan

vivipar dan ovovivipar lebih modern dari pada ikan ovipar dalam

mempertahankan eksistensi spesies. Dalam proses biologisnya yaitu pada waktu

terjadi pemijahan, ikan ovipar lebih banyak mengeluarkan energi daripada ikan

(21)

6. Diameter telur

Semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin

besar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan

pembentukan butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring

dengan perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola

pemijahan ikan tersebut. Effendie (1997) menyatakan bahwa masa pemijahan

tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya berlangsung dalam

waktu singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan

pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner/heterochronal) yang

berlangsung sampai beberapa hari

.

Tresnati dan Tuwo (1994) mengemukakan bahwa pada ikan maupun

avertebrata sering dijumpai distribusi diameter telur bimodal atau dua modus,

yaitu modus pertama terdiri dari telur yang matang dan modus kedua terdiri dari

telur tidak matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial. Selanjutnya

Nikolsky (1963, dalam Syamzam, 2006) menyatakan bahwa frekuensi pemijahan

digambarkan dari bentuk sebaran frekuensi diameter telur, dimana kelompok

telur yang telah matang digambarkan dari kelompok ukuran diameter telur yang

terlepas dari kelompok yang berukuran kecil yang akan dikeluarkan pada musim

pemijahan berikutnya.

Ukuran telur bervariasi tergantung pada jumlah kandungan kuning telur

dan fekunditas. Fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur,

ukuran spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan pakan, suhu air dan

musim) (Lagler et al., 1977 dalam Syamzam, 2006). Menurut Fujaya (2001),

ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan

(22)

jumlah telur yang banyak, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang

rendah.

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 di

Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Pengamatan ikan sampel dilakukan

di Laboratorium Biologi Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar ukur untuk

mengukur panjang total tubuh dan klasper ikan, timbangan elektrik untuk

menimbang bobot gonad, timbangan gantung (Kg) untuk menimbang bobot ikan,

scalpel untuk membedah ikan, botol sampel sebagai wadah telur ikan, jangka

sorong yang berketelitian 1 mm untuk mengukur diameter telur, cawan petri

(23)

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan pari sebagai

sampel yang diteliti, larutan Gilson untuk mengawetkan telur, dan kertas label

untuk memberi tanda pada gonad.

C. Metode Pengambilan Sampel

Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang beroperasi di

perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan, yang didaratkan di Tempat

Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Pengambilan sampel tersebut dilakukan

sebanyak delapan kali dimana tiap minggu dilakukan pengambilan sampel pada

saat hasil tangkapan nelayan meningkat selama dua bulan. Pengambilan sampel

dilakukan dengan mengambil seluruh hasil tangkapan nelayan dengan kondisi

ikan yang masih segar dan telah mati karena jumlah hasil tangkapan nelayan

untuk ikan pari sangat kurang. Jumlah sampel yang diperoleh selama penelitian

adalah 72 ekor. Pengukuran sampel dilakukan di laboratorium meliputi bobot

tubuh dengan menggunakan timbangan gantung (kg) yang berketelitian 10 g dan

panjang total tubuh yang diukur dimulai dari ujung terdepan bagian kepala

sampai ujung ekor yang paling belakang dengan menggunakan mistar ukur yang

berketelitian 1 mm.

Untuk penentuan jenis kelamin ikan pari yaitu dengan memperhatikan

kehadiran klasper pada setiap inividu. Individu yang memiliki klasper digolongkan

sebagai ikan jantan sedangkan yang tidak memiliki klasper adalah betina. Nisbah

kelamin diduga dengan uji Chi-square menggunakan Koreksi Yates (Sudjana,

1992).

Selanjutnya, ikan dibedah untuk menentukan tingkat kematangan gonad

(TKG). Tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan metode klasifikasi

yang dibuat Eber dan Cowley (2009). Ukuran pertama kali matang gonad

(24)

indeks kematangan gonad (IKG) dianalisis dengan cara yang dilakukan oleh

Johnson (1971 dalam Effendie, 1997).

Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina

yang matang yaitu TKG II dan III. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan

metode langsung karena jumlah telur relatif sedikit (Effendie, 1997). Gonad ikan

diambil kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, kemudian

dimasukkan ke dalam wadah (botol sampel) dan direndam dengan larutan Gilson

selama 24 jam. Larutan Gilson ini dapat melarutkan jaringan-jaringan

pembungkus telur sehingga butiran telur terlepas satu demi satu. Butiran telur

dihitung secara lansung tanpa menggunakan mikroskop karena telur ikan pari

berukuran besar sehingga dapat dilihat secara kasat mata.

Diameter telur dihitung dengan mengukur seluruh telur pada setiap

gonad. Telur-telur tersebut diletakkan di cawan petri kemudian diukur dengan

menggunakan jangka sorong yang berketelitian 1 mm

D. Analisis Data

1. NIsbah kelamin

Nisbah kelamin ditentukan dengan uji Chi-square menggunakan Koreksi

Yates (Sudjana, 1992). Hasil pengamatan dapat dicantumkan dalam daftar

kontingensi 2x2 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar kontingensi 2x2

Faktor kedua

Taraf 1 Taraf 2 Total

Faktor kesatu

Taraf 1 a b a+b

Taraf 2 c d c+d

(25)

x

2

=

n

(

|

ad−bc

|

1

2

n

)

2

(a+b) (a+

c

)(b+d

)(

c+d

)

Hipotesis yang diuji adalah:

 Ho = Jumlah ikan jantan dan betina tidak berbeda (nisbah kelamin 1:1)

 H1 = Jumlah ikan jantan dan betina berbeda (nisbah kelamin bukan 1:1)

Pengambilan Keputusan:

 Jika X2

hitung < X2tabel maka terima Ho tolak H1

 Jika X2

hitung > X2tabel maka terima H1 tolak Ho

2. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan dan ikan betina ditentukan

berdasarkan metode klasifikasi yang di buat Eber dan Cowley. (2009) dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) menurut Eber dan Cowley (2009)

TKG Betina Jantan

I

Ovarium kurang memiliki diferensiasi atau tidak terlihat jelas dan kelenjar oviducal tidak terlihat dalam rahim.

Memiliki klasper yang pendek yaitu tidak melampaui tepi posterior sirip dubur.

II

Ovarium terlihat jelas tetapi tidak memiliki oosit matang, kelenjar oviducal itu belum berkembang.

Klasper melampaui tepi posterior sirip dubur (3-6 cm), tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terlihat jelas, ataukah sudah

terdapat embrio yang

berkembang di dalam rahim.

(26)

3. Ukuran pertama kali matang gonad

Pendugaan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad menggunakan

metode Spearman-Karber (Udupa, 1986) dengan menggunakan rumus sebgai

berikut :

Log m = xk +

X

2

(

X

pi

)

Dengan selang kepercayaan 95% maka

anti log m =

1,96

x

2

(

pi−qi

n

i

1

)

dimana : xk = logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad, X = selisih

logaritma nilai tengah, M = logaritma nilai tengah, pi = ri/ni, ri = jumlah ikan

matang gonad pada kelas ke-I, ni = jumlah ikan pada kelas ke-I, qi = 1-pi

4. Indeks kematangan gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) ditentukan sebagaimana cara yang

dilakukan oleh Johnson (1971 dalam Effendie, 1997) dengan rumus:

IKG

¿

BG

BT

×

100

Dimana, IKG = Indeks kematangan gonad, BG = Berat gonad (gr), BT = Bobot

tubuh (gr)

(27)

Fekunditas ikan pari (D. kuhlii) dianalisis dengan menggunakan data

fekunditas (TKG II dan III) dan dihubungkan dengan panjang dan bobot Ikan

(Effendie, 1997).

6. Diameter Telur

Diameter telur dianalisis dalam bentuk histogram.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nisbah Kelamin

Jumlah sampel ikan pari yang diperoleh selama penelitian sebanyak 72

ekor yang terdiri dari 29 ekor ikan jantan dan 43 ekor ikan betina, dengan

demikian, nisbah kelamin ikan pari jantan dan betina adalah 1,00 : 1,48 dapat

dilihat pada Tabel 3, Lampiran 1, dan Lampiran 2. Hasil penelitian Eber dan

Cowley (2009) diperoleh 153 ekor ikan pari jantan dan 204 ekor ikan pari betina

(28)

Tabel 3. Jumlah (ekor) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina yang diperoleh selama penelitian

Waktu Pengambilan

Sampel Jantan(ekor) Betina(ekor) Jumlah(ekor)

Juni 2011 14 19 33

Juli 2011 15 24 39

Jumlah 29 43 72

Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat diperoleh nisbah kelamin ikan pari

jantan dan betina yang tertangkap selama penelitian yaitu 0,01 sedangkan X2 (0,05)

(1) sebesar 3,84 dan X2(0,1)(1) sebesar 6,63 (Lampiran 3). Berdasarkan hasil

tersebut maka diketahui nilai X2 hitung < X2 tabel, sehingga dapat dikatakan

bahwa jumlah ikan pari jantan dan betina tidak berbeda nyata pada setiap bulan.

Hal ini menunjukkan kemungkinan bagi ikan pari untuk melakukan pembuahan

lebih besar karena persaingan untuk memperoleh pasangan jauh lebih besar.

B. Tingkat Kematangan Gonad

Selama penelitian (Juni-Juli 2009) didapatkan ikan-ikan dengan tingkat

kematangan gonad (TKG) I sampai III untuk jantan dan betina. Persentase ikan

pari jantan dan betina pada masing-masing TKG dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase komposisi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan gonad

Waktu pengambilan

sampel TKG

Jantan Betina

n (ekor

) Frekuensi(%) (ekor)n Frekuensi(%)

Juni

(29)

Berdasarkan Tabel 3, tampak bahwa ikan pari jantan yang tertangkap

pada saat matang gonad (TKG II dan III) lebih sedikit jika dibandingkan dengan

ikan pari betina. Ikan pari betina yang belum matang gonad (TKG I) sebanyak

48.83% dan yang telah matang goonad (TKG II dan III) sebanyak 51.17%,

sedangkan ikan pari jantan yang belum matang gonad (TKG I) sebanyak 37,93%

dan yang telah matang gonad (TKG II dan III) sebanyak 62,07%. Hal ini

menunjukkan ikan pari yang telah matang gonad mendominasi (>50%) hasil

tangkapan. Sama halnya yang didapatkan oleh Capape (1993) dimana ikan pari

yang telah matang gonad mendominasi (>50%) hasil tangkapan pada bulan April,

Juni, Juli dan Agustus. Berkaitan dengan kelas Chondrichthtyes,

Chavert-Almeida et al. (2005) juga menyatakan Freswater stingrays (Patomatrygonidae)

yang telah matang gonad mendominasi (>50%) dari hasil tangkapan pada bulan

Juli, Agusutus, September dan Okrober. Berdasarkan hasil analisis ini, pada saat

pengambilan sampel (Juni – Juli) ikan pari memasuki musim puncak untuk

melakukan pemijahan. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian dimana

didapatkan ikan yang matang gonad (TKG II dan III) lebih banyak. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa ikan yang mempunyai satu musim

pemijahan yang pendek dalam setahun atau saat pemijahannya panjang, akan

ditandai dengan peningkatan presentase tingkat kematangan gonad yang tinggi

pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Oleh karena itu, dari segi aspek

pengaturan pengelolaannya penangkapan ikan pari sebaiknya dikurangi pada

bulan Juni – juli karena telah memasuki musim puncak pemijahan dimana

terdapat banyak ikan yang telah matang gonad.

Tingkat kematangan gonad ikan jantan maupun betina pada setiap waktu

pengambilan sampel tidak sama atau beragam sehingga memungkinkan ikan

pari memijah lebih dari satu kali setahun. Akan tetapi masa kehamilan ikan pari

(30)

ikan pari memerlukan waktu yang cukup lama dalam merawat embrio sehingga

embrio berkembang dan dapat dilahirkan. Hal ini berarti ikan pari mempunyai

siklus pemijahan tahunan dengan masa mengandung sembilan bulan.

C. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Kisaran ukuran ikan pari jantan pertama kali matang gonad yang didapat

selama penelitian adalah panjang total tubuh 506 - 784 mm dan panjang total

tubuh 599 - 784 mm pada ikan betina (Tabel 5.).

Tabel 5. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian

Panjang total

Berdasarkan analisis metode Spearman-Karber diperoleh ukuran pertama

kali matang gonad pada panjang tubuh 569 mm untuk ikan jantan dengan

kisaran panjang 506 - 784 mm (Lampiran 4) dan panjang tubuh 617 mm dengan

kisaran 599 - 784 mm untuk ikan pari betina (Lampiran 5). Nilai tersebut

menunjukkan bahwa ikan pari jantan berukuran lebih kecil pada saat matang

gonad dibandingkan ikan betina (Gambar 4. Dan 5). Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Eber dan Cowley (2009) yang menyatakan ikan pari jantan ukurannya

lebih kecil pada saat matang gonad dibanding ikan betina, yaitu Dw 392 - 395 mm

pada ikan jantan dan Dw 500 - 505 mm untuk ikan betina. Hal ini diduga karena

(31)

dikarenakan ukuran diameter telur ikan pari yang besar sedangkan ikan jantan

hanya mengikuti panjang klasper sehingga tidak memerlukan ukuran porsi tubuh

lebih besar pada saat matang gonad.

Dari segi aspek pengaturan pengelolaannya, ukuran terkecil panjang total

tubuh ikan pari yang dapat ditangkap dimana untuk jantan adalah 572 mm dan

untuk betina 617 mm perlu disesuaikan dengan alat tangkap yang digunakan

dalam menangkap ikan pari dimana ukuran mata jaring yang digunakan harus

disesuakan dengan ukuran terkecil ikan yang dapat ditangkap.

580 600 620 640 660 680 700 720 740 760 780 0

Gambar 2. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian

200 300 400 500 600 700 800 900

0

(32)

Hasil penelitian yang menunjukkan ukuran rata-rata pertama kali matang

gonad untuk ikan jantan dan betina berbeda. Hal ini berkaitan dengan perbedaan

jenis kelamin dan pertumbuhan ikan itu sendiri. Lagler et al. (1997) menyatakan

beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad

antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi

individu yang berbeda jenis kelamin dan juga berpijah yang sesuai.

D. Indeks Kematangan Gonad

Kisaran nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari berdasarkan

tingkat kematangan gonad (TKG) dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 serta

Lampiran 1 dan 2.

Tabel 6. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin.

TKG Jantan

Kisaran Rataan Jumlah

I 0.0455 - 0.5818 0.2085 ± 0.1840 8

II 0.2862 - 0.4079 0.3374 ± 0.0631 3

III 0.2167 - 1,0167 0.3994 ± 0.2261 18

Jumlah 29

Tabel 7. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin.

TKG Betina

Kisaran Rataan Jumlah

I 0.0383 - 0.1393 0.1136 ± 0.0917 21

II 0.0209 - 0.2453 0.1160 ± 0.0709 16

III 0.2417 - 0.5243 0.1398 ± 0.1095 6

(33)

Berdasarkan Tabel 5 dan 6 diperoleh nilai kisaran IKG ikan pari yang

tertinggi pada TKG III yaitu 0,2167 - 1,0467% dengan nilai rataan 0,3994 ±

0,2261 untuk ikan jantan dan 0,2417 – 0.5243% dengan nilai rataan 0,1398 ±

0,1095 untuk ikan betina. Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa

nilai kisaran IKG ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina pada TKG

yang sama. Hai ini sesuai dengan hasil penelitian Chavert-Almeida et al. (2005)

dan White (2003) yang menyatakan bahwa, ikan Freshwater stingrays

(Patomatrygonidae) dan Nervous shark (Carcharhinus cautus) pada kelas

chondrichthyes, IKG ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina. Diduga

karena oosit yang berada didalam ovari memiliki endapan kuning telur yang

sudah sangat tereduksi, disebabkan ketika telur telah dibuahi sperma kemudian

menjadi embrio tidak memiliki cadangan makanan dari kuning telur melainkan

langsung dari induknya.

E. Fekunditas

Fekunditas ikan pari dianalisis dengan menggunakan data fekunditas

(TKG II dan III) dapat dilihat pada Tabel 8 dan Lampiran 8.

Tabel 8. Fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada berbagai kisaran panjang total.

Kisaran panjang

total ikan (mm) Jumlah ikan(ekor)

(34)

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat diduga bahwa

fekunditas ikan pari berkisar 4 – 9 butir pada kisaran panjang total 570 – 784

mm. Ukuran panjang tubuh cukup mempengaruhi fekunditas suatu individu

betina. Pada Gambar 7 dapat dilihat, semakin besar ukuran panjang tubuh maka

semakin besar pula fekunditasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Capape

(1993) yang menduga fekunditas Thorny stingrays (Dasyatis centroura) berkisar

1 - 13 butir pada kisaran lebar cakram/tubuh Dw 170 – 720 mm. Eber dan Cowley

menyatakan fekuditas ikan pari memiliki kolerasi positif berdasarkan panjang

tubuh. Selanjutnya Effendie (1997) menyatakan, fekunditas sering dihubungkan

dengan panjang dari pada bobot tubuh ikan karena panjang penyusutannya

relatif kecil sekali tidak seperti bobot tubuh yang dapat berkurang dengan mudah.

Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Fujaya (2001) bahwa, ukuran dan

jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat

telur dan anak.

550 600 650 700 750 800

0

Gambar 4. Hubungan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) berdasarkan panjang total tubuh

(35)

Hasil pengukuran diameter telur ikan pari berdasarkan frekuensi jumlah

telur dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada histogram menunjukkan bahwa

diameter telur ikan pari yang telah matang gonad (TKG II dan III) berkisar 1,0 –

22,4 mm. Kisaran diameter telur pada TKG II 1,0 – 9.5 mm. Kisaran diameter

pada TKG III berkisar antara 5,3 – 22,4 mm. Kisaran diameter telur tersebut

menunjukkan bahwa pada fase ini gonad ikan semakin berkembang besar. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa semakin berkembang

gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya,

sebagian hasil dari hidrasi dan pembentukan butir telur minyak berjalan secara

bertahap terliput dalam perkembangan tingkat kematangan gonad.

Berdasarkan Gambar 8 dan 9. dapat dilihat bahwa distribusi diameter

telur dalam ovari ikan pari yang telah matang gonad (TKG II dan III) terdapat satu

puncak atau mempunyai satu modus. Hasil penelitian Eber dan Cowley (2009)

menyatakan bahwa kelahiran ikan pari terjadi seluruhnya di satu musim

pemijahan yaitu pada bulan Januari hingga April. dengan demikian dapat

dikatakan bahwa ikan pari memijah secara total spawner. Effendie (1997)

menyatakan bahwa, pememijahan yang berlangsung sekali atau dua kali dalam

(36)

1 - 5.2 5.3 - 9.5 9.6 - 13. 8 13.9 - 18. 1 18.2 - 22.4

Gambar 5. Histogram sebaran diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad (TKG) II dan III

V. KESIMPULAN DAN SARAN

(37)

Berdasarkan hasil analisis dari beberapa aspek biologi ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere

Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa:

 Nisbah kelamin ikan pari (D. kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina

yang didaratkan di TPI Paotere Makassar tidak berbeda nyata pada setiap

bulan.

 Ikan pari telah memasuki musim puncak pemijahan pada bulan Juni – Juli

dan memiliki siklus pemijahan tahunan dimana masa kehamilan sembilan

bulan.

 Ukuran pertama kali matang gonad ikan pari jantan adalah 569 mm dengan

kisaran panjang total tubuh 506 - 784 mm sedangkan untuk ikan pari betina

adalah 617 mm dengan kisaran panjang total tubuh 599 - 784 mm

 Indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya TKG.

 Fekunditas ikan pari semakin meningkat dengan meningkatnya panjang

tubuh.

 Ikan pari memijah secara keseluruhan atau satu kali dalam satu musim

pemijahan (total spawner).

B. Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang aspek biologi reproduksi ikan

pari (D. kuhlii Müller & Henle, 1841) dengan jangka waktu yang lebih lama (satu

tahun), guna mengetahui musim pemijahan dan puncak pemijahan.

(38)

Allen, G. 2000. Marine Fishes of South and East Asia. A Field Guide for Anglers 3832faba4 (artikel online, 14 Maret 2011).

Anonim. 2010. Dasyatis. http://www.google.com/20g?search=dasyatis (artikel online, 5 Maret 2011).

Anonim. 2011. Potensi Selat Makassar.http.//www.zwani.com/graphics/welcome (artikel online, 3 Maret 2011)

Capape, C. 1993. New data on the reproductive biology of thr thorny stingrays (Dasyatis centroura) from of the Tunisian coasts. Environmental Biology of Fishes, 38:73-80

Chavert-Almeida, P., M. L. G. DE Araujo, and M. P. De Almeida. 2005. Reproducitive aspects of freshwater stingrays (Chondrichthyes : Patamotrygonidae) in the Brazilian Amazon Basin. Journal of Northwest Atlantic Fishery Science, 35:165-171.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan. Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selata. Makassar.

Eber. D.A and P.D. Cowley. 2009. Reproduction and embryonic development of the blue stingray, Dasyatis chrysonotan, in Southern African Waters. Journal of Marine Biological Association of the United Kingdom, 89:80-81.

Effendie, M.I 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusataman. Yogyakarta

Fujaya, Y. 2001. Biologi dan Teknologi Reproduksi Teleostei. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Galib, A.S. 2002. Aspek Reproduksi Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis) di Sekitar Perairan Pulau Kodingareng. Kecamatan Ujung Tanah. Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Unuversitas Hasanuddin. Makassar.

Last, P.R. & J.D. Stevens. 2009. Sharks and Rays of Australia Second Edition. CSIRO. Victoria Asutralia

Sjafei, D.S, M.F. Raharjo, R. Affandi, M. Brojo, dan Sulistino. 1991. Fisiologi ikan II Reproduksi Ikan. IPB. Bogor. 210 hal.

(39)

Syamzam. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Kuniran (Upeneus asymmetricus Lachner, 1954) Di Perairan Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung tanah Kota Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Talaohu, N. 2003. Analisis Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus russelli Ruppel) yang Tertangkap pada Bagan Rambo di Perairan Barru Selat Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tresnati, J. dan A. Tuwo. 1994. Metode Baru Untuk Estimasi Fekunditas (Aplikasi pada Ikan Sebelah (Pleuronectes platessa). Torani. Buletin dan Jurnal Teknologi Kelautan Vol. IV. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first matury in fishes. Fishbyte, 4(2): 8 – 10.

(40)

LAMPIRAN

(41)
(42)

5 26

Lampiran 2. Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot Gonad (gram), tingkat matang gonad (TKG) dan Ideks

21 600 1100 0.44 I 0.0400

(43)

23 670 1260 2.63 II 0.2087

24 615 800 0.52 II 0.0650

25 640 1110 1.38 II 0.1243

26 640 1200 1.41 II 0.1175

27 645 1000 2.40 II 0.2400

28 665 1100 0.23 II 0.0209

29 670 1200 0.84 II 0.0700

30 680 1060 2.60 II 0.2453

31 685 1110 0.50 II 0.0450

32 690 1340 1.16 II 0.0866

33 720 1600 0.70 II 0.0438

34 700 1160 1.60 II 0.1379

35 710 1260 1.00 II 0.0794

36 720 1800 1.00 II 0.0556

37 700 1220 1.70 II 0.1393

38 670 1260 3.84 III 0.3048

39 770 1120 3.54 III 0.3161

Lampiran 2. Lanjutan

40 740 1110 5.82 III 0.5243

41 770 1240 3.16 III 0.2548

42 710 1640 5.86 III 0.3573

(44)

Lampiran 3. Uji Chi-square dengan menggunakan Koreksi Yates nisbah kelamin ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina

yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makakssar

Waktu Pengambilan Sampel

Jantan (ekor)

Betina (ekor)

Jumlah (ekor)

Juni 2011 14 19 33

Juli 2011 15 24 39

Jumlah 29 43 72

X

2

=

72

(

|

(

14

) (

24

)−(

19

)(

15

)

|

1

2

72

)

2

(

33

)(

29

)(

39

)(

43

)

=

0,01

Nilai chi-square X2

(0.05)(1) = 3,84 dan X2(0.01)(1) = 6,63

Karena X2

hitung < X2tabel, maka terima H0 (jumlah ikan jantan dan ikan betina tidak

(45)

Lampiran 4. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad Ikan pari (Dasyatis kuhli Müller & Henle, 1841) jantan

Kelas Panjang

Jumlah Tengahkelas tengahLog matangBelum Matanggonad Proporsi ikanmatang sampel

(ni) (mm)

kelas

(Xi) gonad (ri) gonad (pi)

41 5

50

0 3.0000 457.5 2.6604 3 0 0.0000

50

1 586 7.0000 543.5 2.7352 5 2 0.2857

58

7 672 13.0000 629.5 2.7990 0 13 1.0000

67

3 758 6.0000 715.5 2.8546 0 6 1.0000

(46)

Lampiran 4. Lanjutan

Jantan kelas panjang

m=xk

+

X

2

(

X ×

pi

)

m=

2,8556

+

0,0556

2

(

(

0.0556

(

2,2857

)

)

m=2,8546+0,0278−0,1271

m=

2,7553

m=antilog2,7577=569mm

Dengan selang kepercayaan 95% maka:

anti

log

[

m ±

1,96

X

2

(

pi−qi

¿

1

)

]

anti

log

[

2,7553

±

1,96

0,0031

×

0,0340

]

anti

log

[

2,7553

±

1,96

0,0001

]

anti

log

[

2,7553

±

1,96

×

0,0103

]

anti

log

[

2,7553

±

0,0201

]

Jadi batas atas adalah

anti

log

[

2,7553

+

0,0201

]

=anti

log2,7753

=

596

mm

Batas bawah

(47)

Lampiran 5. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad ikan pari (Dasyatis kuhli Müller & Henle, 1841) betina

Kelas Panjang

Jumlah Tengahkelas tengahLog matangBelum Matanggonad Proporsi ikanmatang sampel

(ni) (mm) kelas(Xi) gonad (ri) gonad (pi)

320 432 376.0 2.5752 4 4 0 0.0000

433 545 489.0 2.6893 8 8 0 0.0000

546 658 602.0 2.7796 14 9 5 0.3571

659 771 715.0 2.8543 17 0 17 1.0000

Jumla

(48)

Lampiran 5. Lanjutan

Betina kelas panjang

m=xk

+

X

2

(

X ×

pi

)

m=

2,8543

+

0,0747

2

(

(

0.0747

(

1,3571

)

)

m=2,8443+0,0374−0,1014

m=

2,7903

m=antilog2,5650=617mm

Dengan selang kepercayaan 95% maka:

anti

log

[

m ±

1,96

X

2

(

pi−qi

¿

1

)

]

anti

log

[

2,7903

±

1,96

0,0056

×

0,0177

]

anti

log

[

2,7903

±

1,96

0,0001

]

anti

log

[

2,7903

±

1,96

×

0,0100

]

anti

log

[

2,7903

±

0,0195

]

Jadi batas atas adalah

anti

log

[

2,7903

+

0,0195

]

=

anti

log2, 8098

=

645

mm

Batas bawah

(49)

Lampiran 6. Analisis regresi ikan pari jantan berdasarkan TKG

Residual 27 18,03826501 0,668083889

Total 28 19,73286108

Coefficients StandardError t Stat P-value Lower 95% Upper95% 95,0%Lower 95,0%Upper

Intercept 0,110466711- 0,431183685

(50)

736 2 29 0,079034841 96 0,07903484 6

Lampiran 7. Analisis regresi ikan pari betina berdasarkan TKG

SUMMARY OUTPUT Regression Statistics

Multiple R 0,549854819

R Square 0,302340322 Adjusted R

Square 0,28182092 Standard

Error

0,09878375 8 Observation

s 36

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 0,143781316 0,143781316 14,73436299 0,000513076

Residual 34 0,331779849 0,009758231

Total 35 0,475561164

(51)

Intercept

X Variable 1 0,088828138 0,023141147 3,838536569 0,000513076 0,04179967 0,135856606 0,04179967 0,135856606

Lampiran 8. Hasil pengukuran panjang tubuh dan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Mülle & Henle, 1841)

No L F Log L Log F Log L+LogF Log2 F

1 580 4 2.7634 0.6021 3.3655 7.6365

2 600 4 2.7782 0.6021 3.3802 7.7181

3 615 7 2.7889 0.8451 3.6340 7.7778

4 640 4 2.8062 0.6021 3.4082 7.8746

5 640 6 2.8062 0.7782 3.5843 7.8746

6 645 4 2.8096 0.6021 3.4116 7.8936

7 665 5 2.8228 0.6990 3.5218 7.9683

8 670 5 2.8261 0.6990 3.5250 7.9867

9 680 7 2.8325 0.8451 3.6776 8.0231

10 685 5 2.8357 0.6990 3.5347 8.0411

11 690 5 2.8388 0.6990 3.5378 8.0591

12 725 8 2.8603 0.9031 3.7634 8.1815

13 740 5 2.8692 0.6990 3.5682 8.2325

14 750 7 2.8751 0.8451 3.7202 8.2660

(52)

16 780 9 2.8921 0.9542 3.8463 8.3642

17 570 6 2.7559 0.7782 3.5340 7.5948

18 595 6 2.7745 0.7782 3.5527 7.6979

19 640 6 2.8062 0.7782 3.5843 7.8746

20 680 7 2.8325 0.8451 3.6776 8.0231

21 710 8 2.8513 0.9031 3.7543 8.1297

22 770 9 2.8865 0.9542 3.8407 8.3318

Jumla

h 134 62.2012 16.95585 79.1570 175.8981

Lampiran 9. Persentase diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad II dan III

Diameter telur Jumlah Frekuensi (%)

(53)

5.3-9.5 15 11.1940

9.6-13.8 23 17.1642

13.9-18.1 9 6.7164

18.2-22.4 5 3.7313

Gambar

Gambar 1. Morfologi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)
Tabel 1. Daftar kontingensi 2x2
Tabel 2. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii  Müller &Henle, 1841) menurut Eber dan Cowley (2009)
Tabel 4. Persentase komposisi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan gonad
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan atas berkat dan karunia-Nya karena skripsi dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional, Komitmen Organisasi, Motivasi,

Sesuai batas-batas hasil review dan penilaian dalam penelitian ini, produk lectora inspire dapat digunakan sebagai media pembelajaran sains berbasis

Dewi Anjasmoro Nurbani Afifi/ UIN Malang/ 2013 Penentuan Nisbah Bagi Hasil pada Akad Mudharab ah Deposito Plus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang

- Manfaat langsung (direct benefit); merupakan hasil return yang diperoleh dari kegiatan - kegiatan yang dilaksanakan, dalam hal ini dari penawaran atau penjualan output

Bentuk dapat mempengaruhi kemungkinan dicernanya mikroplastik oleh organisme pelagis (Boerger et al. Untuk kandungan mikroplastik berdasarkan tipe mikroplastik yang

In this chapter, we described how digital processing is used to capture rich media components in the handset (voice, image, and video), to preprocess, compress, and multiplex

PENGARUH PEMADATAN TANAH DIBAWAH STANDAR 95% MDD TERHADAP PERILAKU TANAH EKSPANSIF DI KAWASAN LIPPO CIKARANG, BEKASI, JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran diukur dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yaitu 70 dan skor..