• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN KELUARGA,

N/A
N/A
Nona Lusia

Academic year: 2024

Membagikan " HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN KELUARGA, "

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

“HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN KELUARGA, NASEHAT BIDAN DAN NASEHAT DOKTER DENGAN PEMANFAATAN

BUKU KIA DI KELURAHAN SAIGON”

NAMA: HELDA GARDIS BRIGITA MAWARNI NIM: 212510035

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Hubungan pengetahuan ibu dukungan keluarga,nasehat bidan, dan nasehat dokter dengan pemanfaatan buku kia di kelurahan saigon” dengan baik dan tepat waktu.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi dan saran selama menyusun makalah ini. Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pontianak, 5 Mei 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penulisan...3

1.4 Manfaat Penulisan...3

1.5 Keaslian Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...1

2.1 Buku KIA...1

2.1.1 Pengertia Buku KIA...1

2.1.2 Isi Buku KIA...2

2.1.3 Tujuan Buku KIA...3

2.1.4 Manfaat Buku KIA...3

2.1.5 Sasaran Buku KIA& Juknis Penggunaan Buku KIA...4

2.1.5.1 Sasaran Buku KIA...4

2.1.5.2.Sasaran Petunjuk Teknis Penggunaan Buku KIA...5

2.2 Pengetahuan Ibu...5

2.2.1 Pengertian Pengetahuan...5

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...6

2.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu...8

2.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaat Buku KIA...9

2.3 Dukungan Keluarga...11

2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga...11

2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga...12

2.3.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga...13

2.4 Nasehat Bidan dan Dokter...14

2.4.1 Peran tenaga kesehatan...15

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL...19

(4)

3.1 Kerangka Konsep...19

3.1.1. Variabel Penelitian...19

3.1.2. Gambar Bagan Kerangka Konsep...19

3.1 Hipotesis...20

3.4 Definisi Operasional...20

BAB IV METODE PENELITIAN...22

4.1 Metode Penelitian...22

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...22

4.3 Populasi dan Sampel...22

DAFTAR PUSTAKA...26

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dilaksanakan guna tercapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian dan anak yang cukup tinggi. Penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

Derajat kesehatan suatu Negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah satunya adalah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Indonesia sendiri memiliki program Sustainable Development Goal (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan 2015-2030. SDGs terdiri dari 17 tujuan (goals) terbagi menjadi 169 target dan sekitar 300 indikator. Ukuran atau indikator ini sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara dan masih dalam proses pembahasan. Pada tujuan ketiga yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia yang memiliki 13 target pencapaian. Mengurangi angka kematian ibu secara global menjadi kurang dari 70/100.000 kelahiran hidup adalah salah satu target tujuan dari SDGs (SDGs, 2015).

Angka kematian ibu membuat adanya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanyagangguan atau

(6)

masalah kesehatan ibu dan anak. Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (Hanum, 2018).

Kementerian Kesehatan mengatakan tingkat pemanfaatan dan penggunaan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) di Indonesia masih belum sesuai dengan harapan.

Tingkat keterisian buku tersebut hanya sebatas pelayanan kesehatan pada masa kehamilan hingga masa persalinan. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2016, 81,5 persen ibu hamil memiliki buku KIA, tetapi hanya 60,5 persen yang bisa menunjukkannya. Itu pun dengan tingkat keterisian paling banyak pada pelayanan kesehatan pada masa kehamilan dan bayi baru lahir.

Hasil analisis data riskesdas 2013 dan sirkesnas 2016 menunjukkan terdapat keterkaitan antara kepemilikian buku KIA dengan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu yang memiliki buku KIA lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilan, lebih banyak bersalin dengan pertolongan tenaga kesehatan, dan lebih banyak bersalini difasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang tidak memiliki. Buku KIA secara umum adalah agar ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun.

Sedangkan fungsi secara khusus adalah Untuk mencatat atau memantau kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakattentang kesehatan, gizi dan paket pelayanan KIA.

Buku KIA adalah alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya.

Terdapat data 30% ibu hamil di Indonesia yang tidak memiliki buku KIA, dan 10% tidak dapat menunjukkan buku KIA, kondisi ini mengakibatkan risiko peningkatan angka kematian ibu. Beberapa faktor terkait dengan pemanfaatan buku KIA diantaranya adalah dukungan keluarga dan tenaga kesehatan (Kemenkes, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Nasehat Bidan dan Nasehat Dokter Dengan Pemanfaatan Buku KIA Di Kelurahan Saigon”.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan permasalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Nasehat Bidan dan Nasehat Dokter Dengan Pemanfaatan Buku KIA Di Kelurahan Saigon.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :

a. Tujuan Umum : menganalisis bagaimana hubungan pengetahuan ibu, dukungan keluarga, nasehat bidan dan nasehat dokter dengan pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

b. Tujuan Khusus :

1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

2. Mengetahui pengaruh dukung keluarga terhadap pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

3. Mengetahui pengaruh nasehat bidan terhadap pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

4. Mengetahui pengaruh nasehat dokter terhadap pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Lembaga Pendidikan

Memberikan data bagi lembaga pendidikan mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Nasehat Bidan dan Nasehat Dokter Dengan Pemanfaatan Buku KIA Di Kelurahan Saigon.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini bisa dijadikan sarana untuk menambah wawasan ilmu

(8)

pengetahuan serta mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah didapat penulis selama di bangku kuliah.

3. Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kinerja program kerja pemerintah untuk menekan AKI dan AKB.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.5 Keaslian Penelitian

No Judul/Nama/Tahun Metodologi Hasil Penelitian Perbedaan dengan

Penelitian sebelumnya 1 Hubungan

Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemanfaatan Buku KIA/ Tjut Alini/

2021

Penelitian ini menggunakan cross sectional (belah lintang), karena data penelitian (variabel indepen dan variabel

independen) dilakukan pengukuran pada waktu yang sama /sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan peneliti tergolong penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2019).

Tingkat pengetahuan ibu mayoritas

kurang baik sebanyak 18 orang (60,0%) dan sikap responden yang mempunyai sikap negatif sebanyak 19 orang (63,3%).

Sedangkan hubungan pengetahuan dengan sikap berdasarkan tabel diatas sebanyak 16 orang (53,3%) responden

mempunyai pengetahuan kurang baik dan sikapnya positif sebanyak 2 orang (6,7%). Responden yang mempunyai

pengetahuan baik dan sikap negatif sebanyak 3 orang (10%), dan responden yang mempunyai pengetahuan baik dan sikap

positif sebanyak 9 orang (30%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap responden

tentang pemanfaatan buku KIA, dengan p=value sebesar 0,002.

Terdapat perbedaan variabel bebas, sampel dan populasi penelitan

2

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Buku KIA dengan Kunjungan K4/ Apriyanti Sihole / 2020

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan dengan metode survey.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang ditentukan dengan teknik simple random sampling dengan sistem cabut undian.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 65,7%

responden mempunyai pengetahuan yang baik, sedangkan 34,3% responden mempunyai pengetahuan kurang. Sebanyak 40% responden melakukan kunjungan K4 dan 60% responden tidak melakukan kunjungan K4. Uji statistik menggunakan chi square dengan hasil nilai t hitung 19,22 lebih besar dari t tabel 3,841 pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang buku KIA dengan kunjungan K4 di puskesmas Teluk Belengkong.

Terdapat perbedaan variabel bebas, sampel dan populasi penelitan

3

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang

Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Namu Ukur/ Rina Hanum & Mey

Penelitian ini menggunakan metode survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 548 ibu yang memiliki balita,, sampel diperkecil menggunakan rumus slovin sehingga sampel dalam penelitian ini

Hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0,001 pada variabel pengetahuan, nilai p = 0,017 pada variabel sikap dimana p < α (0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Namu Ukur.

Terdapat perbedaan variabel bebas, sampel dan populasi penelitan

(9)

Elisa Safitri/ 2018

adalah 84 Ibu hamil.

Pengumpulan data diambil dari primer, sekunder, dan tersier. Analisis data menggunakan analisis univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis bivariat mengguakan uji chi- squre pada tingkat

kepercayaan 95%.

4 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pada Informasi Mp-Asi Di Buku KIA dengan Pemberian Mp-Asi Balita Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara

Metode : observasional dengan desain cross- sectional dengan sampel para ibu yang memiliki balita usia 6 – 24 bulan yang tinggal di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara dengan jumlah sampel minimun 46 responden

Hasil : Setelah dilakukan uji regresi logistik didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan (p=0,910) dan sikap ibu (p=0,904) pada informasi MP-ASI di buku KIA dengan pemberian MP-ASI.

Simpulan : Pengetahuan dan sikap ibu pada informasi MP-ASI di buku KIA tidak berhubungan dengan pemberian MP-ASI.

Data sampel, variabel dan lokasi

penelitiannya berbeda

5 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang

Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Kelurahan Wanasari RW. 013 Kabupaten Bekasi/

Karminingsih/ 2021

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang . Sampel penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Wanasari RW. 013 pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan responden dalam kriteria inklusi berjumlah 30 responden.pengambilan data menggunakan data primer

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan karakteristik yaitu usia yang lebih banyak 26-30 tahun sebanyak 15 responden (50,0%).

Berdasarkan karakteristik pendidikan adalah pendidikan rendah (tamat SD, tamat SMP) sebanyak 17 responden (56,7%). Berdasarkan menurut karakteristik pekerjaan yaitu yang tidak bekerja sebanyak 19 responden (63,3%).

Berdasarkan Pengetahuan ibu yaitu

berpengetahuan cukup sebanyak 12 responden (40,0%). Dan untuk pemanfaatan buku KIA sebanyak 19 responden (63,3%).

Kesimpulannya di Kelurahan Wanasari RW.013 tahun 2020 responden memanfaatkan buku KIA dan memiliki pengetahuan dengan baik.

Data sampel dan variabel penelitiannya berbeda serta metode penelitian yang berbeda

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buku KIA

2.1.1 Pengertia Buku KIA

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) telah dirintis sejak 1997 dengan dukungan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita). Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) juga memuat informasi tentang cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak mulai dari bayi baru lahir hingga balita, serta berbagai informasi cara merawat kesehatan ibu dan anak. (Depkes RI, 2015).

Buku KIA memuat informasi MP-ASI yang sederhana namun lengkap.

Sayangnya penggunaan buku KIA sebagai media edukasi dan informasi masih kurang. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu pada informasi MP-ASI di buku KIA dengan pemberian MP-ASI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan alat yang digunakan untuk memantau perkembangan ibu dan anak sampai usia 6 tahun. Masyarakat awam lebih mengenal buku ini dengan sebutan buku pink dikarenakan warna dominan adalah warna pink. Buku ini pertama kali digunakan di negara Jepang yang dikenal dengan sebutan Boshi techo (buku ibu).

Pada Tahun 1980 pemerintah Indonesia bekerjasama dengan JICA (Japan International Coorporation Agency) dalam satu program internship untuk melakukan uji coba penggunaan buku KIA di Salatiga. Pada Tahun 2006 penggunaan buku KIA menjadi program nasional dalam upaya pemerintah untuk menekan angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Indonesia.

Buku KIA merupakan sarana awal yang dimanfaatkan untuk mengetahui adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, sebagai media komunikasi dan edukasi yang memberikan informasi yang penting bagi ibu dan keluarga dan

(11)

masyarakat mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk berkaitan dengan rujukannya. Tujuan penggunaan buku ini adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Pemerintah berharap dengan penggunaan buku KIA secara efektif dapat menekan angka kematian ibu dan anak.

Sebagai buku yang telah digunakan di 30 negara di dunia, WHO (World Health Organization) dalam konferensi Maternal and Child Handbook yang diadakan di Bangkok Tahun 2018 memberikan rekomendasi penggunaan buku KIA sebagai alat dasar rekam medis keluarga di seluruh dunia. Hal yang sama juga di nyatakan oleh World Medical Assosiation mendukung pengembangan dan meningkatkan promosi penggunaan buku KIA di seluruh dunia (Nakamura, 2019).

2.1.2 Isi Buku KIA

Menurut Depkes RI (2015), pada dasarnya isi buku KIA terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama untuk ibu dan selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu berisi tentang identitas keluarga, catatan pelayanan kesehatan ibu hamil, penyuluhan pemeriksaan kehamilan secara teratur, penyuluhan perawatan kehamilan sehari-hari dan makanan ibu hamil, tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan melahirkan, tanda kelahiran bayi dan proses melahirkan, cara menyusui dan perawatan ibu nifas, tanda bahaya pada ibu nifas, cara ber-KB, catatan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, dan yang terakhir blangko surat keterangan lahir. Bagian untuk anak berisi tentang identitas anak, tanda bayi lahir sehat dan perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, tanda bayi dan anak sehat serta perawatan anak sehari-hari, perawatan anak sakit, cara pemberian makan pada anak, caramerangsang perkembangan anak, cara membuat MP-ASI (Makanan Pengganti Air Susu Ibu), catatan pelayanan kesehatan anak, catatan imunisasi mencakup Hepatitis B, BCG, DPT, Polio dan Campak termasuk catatan pemberian vitamin A, serta di bagian belakang buku juga terdapat kartu Menuju Sehat (KMS).

(12)

2.1.3 Tujuan Buku KIA

Buku KIA adalah buku yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA sehingga dapat menekan AKI dan AKB di Indonesia. Selain itu, beberapa tujuan buku KIA adalah untuk memudahkan keluarga dalam memahami informasi kesehatan tentang ibu dan anak yang tercantum dalam buku KIA, memudahkan tugas Ibu untuk dapat memahami kondisi kesehatannya sendiri dan bayinya secara mandiri, serta untuk meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat dalam memelihara/merawat kesehatan ibu dan anak (Depkes RI dan JICA, 2015).

2.1.4 Manfaat Buku KIA

Secara garis besar manfaat buku KIA dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat umum dan khusus. Manfaat buku KIA secara umum yaitu ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap. Sedangkan manfaat secara khusus yaitu pertama untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak, yang kedua adalah alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang paket (standar) pelayanan KIA. Ketiga merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dananak. Keempat yaitu sebagai catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya (Depkes RI dan JICA, 2015).

Menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) manfaat buku KIA yaitu:

a. Sebagai media KIE

Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman ibu, suami dan keluarga/pengasuh anak di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak akan perawatan kesehatan ibu hamil sampai anak usia 6 tahun. Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu dan anak yang sangat lengkap termasuk imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi pertumbuhan dan perkembangan, serta upaya promotif dan pereventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak. Bilamana

(13)

diperlukan tenaga kesehatan dapat menggunakan media KIE lain sebagai alat bantu untuk lebih memperjelas penyampaian pesan-pesan yang disampaikan pada Buku KIA. Media tersebut dapat berupa poster, leaflet, flipchart, audio visual, dan sebagainya.

b. Sebagai dokumen pencatatan pelayanan KIA

Buku KIA selain sebagai media KIE juga sebagai alat bukti pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dan berkesinambungan yang dipegang oleh ibu atau keluarga.Oleh karena itu semua pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk imunisasi, SDIDTK serta catatan penyakit dan masalah perkembangan anak harus tercatatdengan lengkap dan benar.

Karena pencatatan pada Buku KIA digunakan sebagai bahan bukti:

1) Memantau kesehatan ibu dan anak termasuk mendeteksi secara dini masalah kesehatan ibu dan anak.

2) Memastikan terpenuhinya hak mendapat pelayanan kesehatan ibu dan anak secara lengkap dan berkesinambungan.

3) Yang digunakan pada sistem jaminan kesehatan pada saat mengajukan klaim pelayanan.

4) Untuk menerima bantuan bersyarat pada program pemerintah atau swasta.

Selain fungsi yang telah disebutkan, Buku KIA juga sebagai sarana komunikasi antara pemberi pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan.Adapun Manfaat Buku KIA dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Tenaga Kesehatan adalah pemberi pelayanan KIA (antara lain dokter, bidan, perawat, pengelola gizi, penanggung jawab imunisasi, petugas laboratorium dan lainnya), dapat dikatakan bahwa Buku KIA mendorong tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar (Kemenkes RI, 2015).

2.1.5 Sasaran Buku KIA& Juknis Penggunaan Buku KIA 2.1.5.1 Sasaran Buku KIA

1) Sasaran langsung Buku KIA:

a) Setiap ibu hamil mendapat Buku KIA, menggunakan sampai masa nifas

(14)

dilanjutkan penggunaanya sampai anak usia 6 tahun.

b) Sejak kehamilan ibu diketahui kembar maka ibu hamil diberi Buku KIA sejumlah janin yang dikandungnya (jika kembar 2 diberi tambahan 1, jika kembar 3 diberi tambahan Buku KIA 2 dst).

c) Jika buku KIA hilang maka selama persediaan masih ada, ibu/anak mendapat Buku KIA baru.

2) Sasaran tidak langsung Buku KIA:

a) Suami/anggota keluarga lain, pengasuh anak di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak.

b) Kader.

c) Tenaga kesehatan yang berkaitan langsung memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (antara lain dokter, bidan, perawat, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas laboratorium).

d) Penanggung jawab dan pengelola program KIA Dinkes Kabupaten/Kota selain memfasilitasi penerapan buku KIA di wilayahnya juga memastikan kesinambungan ketersediaan dan pemanfaatan buku KIA.

2.1.5.2.Sasaran Petunjuk Teknis Penggunaan Buku KIA

Sasaran dari Petunjuk Teknis Penggunaan Buku KIA ini adalah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak baik di fasilitas kesehatan primer ataupun rujukan (Kemenkes RI, 2015).

2.2 Pengetahuan Ibu

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(15)

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).

Notoadmojo (2012) menyatakan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahansikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

b. Informasi / Media Massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

(16)

c. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik makapengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi timbalbalik ataupun tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu.Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik makapengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.

e. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.

f. Usia

Semakin bertambahnya usia makaakan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.

(17)

2.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehaviour). Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

(18)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaat Buku KIA

Penelitian yang dilakukan Iryani (2020) di Puskesmas Pasir Putih Manokwari menyatakan bahwa faktor pengetahuan, sikap, umur dan pekerjaan mempengaruhi keteraturan kunjungan K1 dan K4. Peneltian lain yang dilakukan oleh Salamah (2019) di Puskesmas Teupin Raya menunjukkan hasil bahwa ada hubungan umur, pengetahuan, jarak dan kualitas pelayanan serta dukungan suami terhadap kunjungan kehamilan K4.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rejeki, dkk (2019) menyatakan hasil yang berbeda bahwa tidak ada hubungan antara pemanfaatan buku KIA dengan kepatuhan antenatal care. Hasil yang sama dinyatakan oleh Oktarina (2013) yang melakukan penelitian di Jawa Timur. Kunjungan K4 dapat digolongkan sebagai suatu tindakan karena merupakan suatu perbuatan, aksi atau perilaku yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya untuk tujuan tertentu. Ibu hamil melakukan kunjungan K4 dengan tujuan memantau kesehatan kehamilan untuk meminimalisir resiko saat melahirkan.

Pengetahuan akan kunjungan K4 dapat diperoleh ibu melalui berbagai cara baik melalui media informasi (cetak atau elektronik), tenaga kesehatan maupun orang- orang dilingkungan sekitar. Informasi yang diperoleh akan meningkatkan pengetahaun ibu tentang pentingnya melakukan kunjungan K4. Domain perilaku menurut Bloom terdiri dari pengetahuan (domain kognitif), sikap (domain afektif)

(19)

dan tindakan (domain psikomotor). Pengetahuan atau domain kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap pengetahuan yang diperoleh. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Tindakan (domain psikomotor) merupakan suatu perbuatan nyata yang dapat diamati atau dilihat. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Sikap ibu yang sudah positif terhadap kunjungan K4 harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut melakukan kunjungan K4. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung tindakan ibu melakukan kunjungan k4.Masih rendahnya pemanfaatan buku KIA masih terkendala oleh rendahnya pengetahuan dan sikap ibu tentang manfaat dari buku KIA dan sebagian ibu juga menganggap hal-hal yang berhubungan dengan buku KIA hanya sekedar buku catatan pemeriksaan (Yayu, dkk,2015).

(20)

2.3 Dukungan Keluarga

2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan oleh keluarga (suami, istri, saudara, mertua, orang tua) kepada ibu (Hidayat, 2011). Menurut Ayuni (2020), anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Menurut teori Friedman dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. (Psychologymania, 2012).

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan dimana sifat dan jenis dukungannya berbeda-beda dalam berbagai tahap dalam siklus kehidupan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain (orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai.

Keluarga dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu (Psychologymania, 2012) : a. Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, suami,

istri, anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin, atau ibu dengan anak-anak yang belum kawin b. Keluarga luas (extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak- anak (baik yang sudah kawin atau belum), cucu, orang tua, mertua maupun kerabat- kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat anaknya termasuk dalam hal pemberian imunisasi. Dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu karena suami merupakan keluarga inti dan orang yang paling dekat dengan ibu, sehingga dukungan suami saat ini menjadi hal yang sangat perlu dilakukan Friedman (2013).

(21)

2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mempunyai peranan sangat penting, karena keluarga bisa memberikan dorongan fisik maupun mental. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu (Ayuni, 2020) :

a. Dukungan Informational

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Menurut friedman dukungan instrumental merupakan dukungan keluarga untuk membantu secara langsung dan memberikan kenyamanan serta kedekatan.

d. Dukungan Emosional

(22)

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin diperdulikan dan dicintai oleh keluarga. Dukungan emosional meliputi ungkapan rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap individu. Dukungan ini diperoleh dari pasangan atau keluarga, seperti memberikan pengetian terhadap masalah yang sedang dihadapi atau mendengarkan keluhannya.

2.3.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2019) dengan Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 yang dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan cakupan imunisasi campak rubella. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR (Odd ratio) =3,379 artinya ibu yang berumur 20- 35 tahun, akan berpeluang memberikan imunisasi campak rubella pada bayinya sebesar 3,379 kali dibandingkan dengan ibu yang umurnya < 20 tahun dan > 35 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa usia ideal untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak, harus mempersiapkan tiga hal yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial atau ekonomi, secara umum seorang perempuan dikatakan siap secara fisik sekitar usia 20 tahun bila

(23)

dijadikan pedoman kesiapan fisik. Friedman (2013) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu 13 hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi.

Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliani (2019) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penghasilan ekonomi ibu dengan cakupan imunisasi campak rubella. Tingkat ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap cakupan imunisasi. Pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan seseorang dari pekerjaan yang dilakukan. Keluarga yang penghasilannya berkecukupan akan memenuhi kebutuhan hidupnya, itu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut untuk melakukan pemberian imunisasi campak terhadap bayi nya.

Sebaliknya, keluarga yang penghasilan rendah, mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutahan hidupnya. Faktor lainnya adalah adalah tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan mengubah tingkah laku sasaran pendidikan. Tingkah laku baru (hasil perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan (educational objective), sehingga tujuan pendidikan pada dasarnya adalah suatu deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya yang diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan pada periode tertentu (Triana, 2015).

2.4 Nasehat Bidan dan Dokter

Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di

(24)

bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Tenaga kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya saling berkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan ketenagaan medis lainnya (Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996).

Selain dukungan keluarga, terdapat juga dukungan oleh tenaga medis, nasehat dokter merupakan salah satu bentuk dari dukungan tenaga medis. Pada setiap kunjungan, dokter memberikan nasehat dan pesan kepada orangtua ataupun calon orang tua bagaimana pentingnya pemanfaatan buku KIA.

2.4.1 Peran tenaga kesehatan

Macam-macam peran tenaga kesehatan Menurut Potter dan Perry (2007) macam-macam peran tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa, yaitu :

1) Sebagai komunikator

Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang menerimanya. Menurut Mundakir (2006) komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tersebut memberikan respons terhadap pesan yang diberikan.

Proses dari interaksi antara komunikator ke komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir secara utuh, karna tidak cukup hanya dengan mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga sangat penting untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi. Sebagai seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian

(25)

informasi sangat diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat yang salah terhadap kesehatan dan penyakit.

Komunikasi dikatakan efektif jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas kepada pasien, sehingga dalam penanganan anemia selama kehamilan diharapkan tenaga kesehatan bersikap ramah dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil (Notoatmodjo, 2007). Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi yang diberikan, dan juga memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulangi sendiri segera datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan (Mandriwati, 2008).

2) Sebagai motivator

Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.

Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Syaifudin (2006) motivasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012).

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapi, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah tersebut (Novita, 2011). Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk patuh dalam mengkonsumsi tablet besi dan menanyakan apakah ibu hamil sudah

(26)

mengkonsumsi tablet besi sesuai dengan aturan yang diberikan. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi (Notoatmodjo, 2007).

3) Sebagai fasilitator

Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga kesehatan dilengkapi dengan buku pedoman pemberian tablet zat besi dengan tujuan agar mampu melaksanakan pemberian tablet zat besi tepat pada sasaran sebagai upaya dalam menurunkan angka prevalensi anemia (Santoso, 2004).

Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja, tetapi seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, sepertimenyediakanwaktu dan tempat ketika pasien ingin bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Sardiman, 2007)

4) Sebagai konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan- perasaan klien (Depkes RI, 2006). Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum dari pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan yang optimal dalam menentukan batas-batas potensi yang dimiliki, sedangkan secara khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan

(27)

membimbing ibu hamil mencegah timbulnya masalah selama proses kehamilan (Mandriwati, 2008).

Seorang konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dapat menyimpan rahasia, mendorong pengambilan keputusan, memberi dukungan, membentuk dukungan atas dasar kepercayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien (Simatupang, 2008).

(28)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep 3.1.1. Variabel Penelitian

Variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah faktorfaktor yang mempengaruhi variabel terikat yaitu dukungan orang tua, dukungan teman sebaya dan paparan iklan. Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) pada penelitian ini adalah perilaku merokok pada remaja usia 15-19 tahun.

3.1.2. Gambar Bagan Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Nasehat Bidan

Pengetahuan Ibu

Dukungan Keluarga

Pemanfaatan Buku KIA

Nasehat Dokter

(29)

3.1 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmojo, 2012). Adapun jawaban sementara yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

2. Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

3. Ha : Ada hubungan antara nasehat bidan dengan pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

4. Ha : Ada hubungan antara nasehat dokter dengan pemanfaatan buku KIA di Kelurahan Saigon.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional disusun untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel (Notoatmojo, 2009). Adapun definisi operasional dari penelitian ini diuraikan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Pengetahuan Ibu Pengetahuan dan

edukasi yang dimiliki oleh ibu dalam

pemanfaatan Buku KIA

Wawancara Kuesioner 1= Sangat Rendah 2= Rendah 3= Sedang 4= Tinggi

Ordinal

Dukungan Keluarga Keluarga termasuk suami dan/atau Orang tua memberikan dukungan kepada

Wawancara Kuesioner 0 =

mendukung jika skor T ≥ mean skor T 1 = tidak

Ordinal

(30)

ibu dalam pemanfaatan buku KIA Nasehat bidan Peran Bidan

kesehatan untuk membantu ibu dalam pemanfaatan buku KIA

Wawancara Kuesioner 0 =

mendukung jika skor T ≥ mean skor T 1 = tidak mendukung jika skor T <

m

Ordinal

Nasehat dokter Peran Dokter kesehatan untuk membantu ibu dalam pemanfaatan buku KIA

Wawancara Kuesioner 0 =

mendukung jika skor T ≥ mean skor T 1 = tidak mendukung jika skor T <

m

Ordinal

Pemanfaatan Buku KIA

Buku berisi catatan kesehatan ibu dan anak

Wawancara Kuesioner 0= tidak lengkap Jika skor T <

mean 1= lengkap Jika skor T ≥ mean

Ordinal

(31)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan cross sectional (belah lintang), karena data penelitian (variabel indepen dan variabel independen) dilakukan pengukuran pada waktu yang sama /sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan peneliti tergolong penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2019).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan dengan metode survei. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang telah mendapat persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Perguruan Tinggi. Kuesioner berisi pertanyaan terbuka kepada ibu hamil yang menjadi sampel, pengecekan lembar cheklist di buku KIA, dan data pencatatan kunjungan ibu hamil di Puskemas lingkungan Kelurahan Saigon.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelItian adalah lingkungan Puskesmas Kelurahan Saigon yang mempunyai capaian K1 dan K4 terendah di wilayah Kota Pontianak. Waktu penelitian adalah tanggal 5 Juli dan 6 Juli 2023.

4.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan kita lakukan (Sutanto dan Sabri, 2013).

a. Populasi kasus

Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kota Pontianak..

b. Populasi kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memiliki catatan lengkap buku KIA di Lingkungan Puskesmas SaigonKota Pontianak.

(32)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya diukur dan yang nantinya akan dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sutanto dan Sabri, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden ibu hamil yang melakukan pelayanan kesehatan di Puskesman Saigon Kota Pontianak.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan karena peneliti sengaja memilih sampel kepada siapapun yang ditemui peneliti atau by accident pada tempat, waktu dan cara yang telah ditentukan (Sukardi, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden ibu hamil yang melakukan pelayanan kesehatan di Puskesman Saigon Kota Pontianak.

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka dalam penelitian ini ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut

a. Kriteria Inklusi

1) Berdomisili di Kota Pontianak

2) Memiliki kriteria yang sama dengan kelompok kasus atau kriteria kontrol matching dengan kasus. Adapun matchingnya adalah sebagai berikut :

a) Ibu Hamil

b) Memiliki Buku KIA

3) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

2) Tidak berdomisili di Kota Pontianak.

(33)

3) Tidak memenuhi kriteria matching.

4.4 Pengumpulan Data 4.4.1. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian oleh peneliti perorangan ataupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Adapun data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden, yaitu 30 ibu hamil yang melakukan pelayanan kesehatan di Puskesman Saigon Kota Pontianak.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal dokumen laporan riset kesehatan dasar (Riskesdaas 2013).

4.4.2 Instrument Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data adalah alat yang digunakan peniliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian alat yang dignakan adalah lembar kuesiner berupa pertayaan tertutup yang sudah disediakan jawabnya sehingga responden hanya memilih jawaban yang sesuai agar mempermudah pengisian bagi responden pada waktu penelitian.

4.4.3 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti menyampaikan kepada responden surat persetujuan menjadi respon.

b. Menjelaskan tentang pengisian kuesioner.

c. Responden mengisi kuesioner.

d. Kuesioner dikumpulkan kembali kepada peniliti.

(34)

4.5 Analisis Data

Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan nilai p (p value) dengan tingkat signifikan 95% dan α sama dengan 0,05, yaitu :

a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dab variabel terikat.

b. Jika nilai p > 0,05 maka Ho gagal diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti Sihole. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Buku KIA dengan Kunjungan K4. Jurnal Kesehatan. Volume 11, Nomor 3.

Karminingsih, dkk. 2021. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Kelurahan Wanasari RW. 013 Kabupaten Bekasi. Jurnal Kesmas Prima Indonesia. P-ISSN: 2355-164XVol. 3 No.1.

Pancarani, Lantip, M, dkk. 2017.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pada Informasi Mp-Asi Di Buku KIA dengan Pemberian Mp-Asi Balita Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Volume 6, Nomor 2.

Rina Hanum & Mey Elisa Safitri. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Namu Ukur. Jurnal Bidan Komunitas. Vol. 1 No. 3 Hal. 152-160 I e-ISSN 2614-7874.

Tjut Alini. 2021. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Pemanfaatan Buku KIA. Jurnal Ilmiah Maksitek. ISSN. 2655-4399. Vol. 6 No. 3.

Gambar

Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
3.1.2. Gambar Bagan Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (2010), dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Sikap

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap ibu dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap ibu dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI

Analisis Univariat 1 Distribusi Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Fe Tabel 1 Ditribusi Frekuensi Responden menurut Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama: TAUFIQ ADI SUDRAJAD NPM: 191560112020 Program Studi: S1 Ilmu Keperawatan Judul Skripsi : Hubungan

Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul Perbedaan Persamaan 1 Ni Luh Putu Devhy dan Anak Agung Gede Oka Widana 2019 Analisis Kelengkapan Rekam

1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Penelitia n Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Dian Berdhika Sari

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square, tidak ada hubungan antara pengetahuan P-value = 1.000, sikap P-value = 1.000, usia ibu P-value = 0,548 dan dukungan suami