HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III
DI RSUD A. W. SJAHRANIE SAMARINDA
Anis Agustina 1), Supriadi 2), Arsyawina 2)
1) Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2) Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
Abstrak
Latar belakang: Perilaku caring perawat merupakan inti atau fokus dalam keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional dan perilaku caring merupakan salah satu indikator kepuasan klien. Berdasarkan laporan hasil survey IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) semester II tahun 2017 di Rumah Sakit A.W. Sjahranie Samarinda diruang rawat inap kelas III didapatkan pelayanan rawat inap pada ruang cempaka dan Bougenvil menunjukkan bahwa masyarakat merasa cukup puas terhadap pelayanannya, namun nilai IKM mengalami penurunan dari semester sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD A. W. Sjahranie Samarinda.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi berjumlah 385 yang tersebar di 7 unit pelayanan. Sampel sebanyak 79 orang dengan purposive sampling.
Perilaku caring perawat merupakan variabel bebas sedangkan kepuasan pasien rawat inap kelas III adalah variabel terikat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Caring Behavior Inventory (CBI) dan kuisioner Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ). Kemudian data dianalisis menggunakan uji Chi Square
Hasil Penelitian: Sebagian besar perawat berperilaku caring (53.2%) dan sebagaian besar pasien puas (51,9%). Berdasarkan uji Chi Square, didapatkan nilai p value=0,001. Hasil p value < 0,05 (Sig. 95%) maka Ho ditolak sehingga Ha diterima, sehingga ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit A.W. Sjahranie samarinda
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD A. W. Sjahranie Samarinda. Dari hasil analisis didapatkan juga nilai OR sebesar 7,609 yang artinya perawat yang berperilaku caring akan menimbulkan kepuasan pasien 7,609 kali lebih besar dibandingkan dengan perawat yang berperilaku kurang caring. RSUD A.W. Sjahranie Samarinda diharapkan dapat terus meningkatkan pelayanan keperawatan yang optimal dan professional dengan menerapkan perilaku caring perawat sebagai landasannya dalam melakukan setiap tindakan praktik keperawatan. Seiring terus berjalannya perawat berperilaku caring kepada pasien, tingkat kepuasan pasien akan semakin baik dan positif. Sehingga nantinya tercipta mutu pelayanan yang terstandar dan terjamin pelayanannya.
Kata Kunci: Caring Perawat, Kepuasan Pasien .
RELATIONSHIP NURSES CARING BEHAVIOR AND SATISFACTION OF CLASS III INPATIENTS IN A.W. SJAHRANIE HOSPITAL SAMARINDA
Anis Agustina 1), Supriadi 2), Arsyawina 2)
1Applied Nursing Student, Health Polytechnics East Borneo
2Nursing Studies, Health Polytechnics East Borneo
Abstract
Background: Nurse caring behavior is the focus in nursing as a form of professional nursing practice and caring behavior is one indicator of client satisfaction. Based on the survey results of the IKM (Community Satisfaction Index) in semester II of 2017 at the A.W Hospital.
Sjahranie Samarinda in the class III inpatient room found inpatient services in the Cempaka and Bougenvil rooms showed that the community felt quite satisfied with the service, but the IKM value decreased from the previous semester. This study aims to analyze the relationship between nurses' caring behavior and satisfaction of class III inpatients at AW Sjahranie General Hospital Samarinda.
Methods: Type of quantitative research with cross-sectional design. The population is 385 spread in 7 service units. The sample was 79 people with purposive sampling. The nurse's behavior is independent variable while the satisfaction of class III inpatients is the dependent variable. Data collection uses the Caring Behavior Inventory (CBI) questionnaire and the Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ) questionnaire. Then the data were analyzed using Chi Square test
Results: Most nurses behave caring (53.2%) and most patients are satisfied (51,9%). Chi Square test results obtained p value = 0.001. Results of p value <0.05 (Sig. 95%) then Ho is rejected so that Ha is accepted, so there is a relationship between behavior of caring nurses with satisfaction of class III inpatients in AW Sjahranie General Hospital Samarinda.
Conclusion: There was a significant relationship between behavior of caring nurses with satisfaction of class III inpatients in AW Sjahranie General Hospital Samarinda. The results of the analysis also obtained an OR value of 7,609, which means nurses who behave caring will lead to patient satisfaction 7,609 times greater than nurses who behave less caring. AW Sjahranie Hospital in Samarinda is expected to continue to improve optimal nursing services and professionals by applying nurse behavior as a basis for carrying out every action in nursing practice. As the nurses continues to behave caring to patients, the level of patient satisfaction will be better and positive. So that later standardized service quality will be created and services guaranteed.
Keywords: Nurse Caring, Patient Satisfaction.
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah suatu tempat dimana masyarakat menjalani pengobatan maupun pemeriksaan yang didalamnya banyak sekali terdapat pelayanan dan pasien mempunyai suatu hak untuk mendapatkan layanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar operasional prosedur (Depkes, 2009).
Pelayanan yang bermutu merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap rumah sakit agar menjadi rumah sakit anjuran bagi banyak orang. Semakin berkembangnya jaman dan teknologi saat ini, banyak rumah sakit swasta yang berdiri sehingga persainganpun akan semakin ketat. Setiap orang pasti akan lebih memilih kualitas rumah sakit yang baik dalam pelayanannya, dimana hal tersebut akan sangat berpengaruh untuk kelangsungan hidupnya walaupun ia harus mengeluarkan uang lebih, Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk terus melakukan peningkatan kualitas pelayanannya (Depkes, 2007).
Mutu suatu pelayanan kesehatan ditentukan oleh berbagai aspek, salah satu diantaranya yaitu tingkat kepuasan pasien dan salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan yaitu apakah pelayanan keperawatan yang diberikan memuaskan pasien atau tidak (Nursalam, 2011). Adapun aspek-aspek kepuasan menurut (Gadalean, Chepte, & Constantin,
2011) yaitu dari pelayanan medis, informasi, makanan, fasilitas akomodasi, lingkungan, pelayanan keperawatan, dan jadwal visit kepasien. Dengan tingginya Kepuasan yang didapatkan oleh pasien maka akan semakin bagus citra rumah sakit tersebut.
Kepuasan klien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kenerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2007). Menurut Kepmenkes 129 tahun 2008 standar kepuasan pasien rawat inap yaitu ≥90 % (Depkes, 2007). Oleh karena itu suatu kualitas pelayanan akan menentukan besar tingginya kepuasan klien.
Berdasarkan penelitian sebelumnya di RSUD A.W Sjahrani Samarinda oleh (Ishaq Yaqub, 2013) didapatkan bahwa Kualitas Pelayanan Pasien Jasa Rawat Inap Kelas III dapat dikatakan sudah terlaksana dengan baik, namun masih saja terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya kesalahan dalam memahami prosedur yang kurang dipahami oleh pasien, keluarga pasien atau masyarakat.
Dan berdasarkan laporan hasil survey IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) semester II tahun 2017 di RSUD A.W Sjahranie Samarinda diruang rawat inap kelas III didapatkan pelayanan rawat inap
pada ruang Cempaka dan Bougenvil menunjukkan bahwa masyarakat merasa cukup puas terhadap pelayanannya namun nilai IKM mengalami penurunan dari semester sebelumnya dengan kategori Baik (B). (Sjahranie, 2017).
Menurut (Anjaswarni, 2002) pelayanan keperawatan yang perlu mendapat perhatian yaitu perilaku caring perawat yang merupakan inti atau fokus dalam keperawatan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional dan perilaku caring merupakan salah satu indikator kepuasan klien (Wiyana, 2008).
Perilaku Caring perawat akan memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat-pasien, dapat membantu dan memenuhi kebutuhan pasien yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan pada pasien. Perilaku Caring terhadap pasien merupakan esensi keperawatan yang dapat memberi kontribusi positif terhadap kepuasan pasien dalam menerima layanan keperawatan (Perry & Potter, 2009).
Caring merupakan sikap peduli, hormat dan menghargai orang lain. Dalam Theory Of Human Care, Watson mengungkapkan bahwa Caring diperlukan antara pemberi dan peneriman asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh. Terdapat 10 faktor caratif atau
sifat yang semestinya dimiliki dan ditunjukkan perawat yang dapat mencerminkan perilaku Caring dari seorang perawat. Jika dilakukan dengan benar maka akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien (Watson, 1999).
Perawat selalu berada bersama klien selama 24 jam dan dalam waktu itu perawat banyak memberikan care griver kepada pasien, sehingga perawat adalah wajah dari rumah sakit dimana pelayanannya akan selalu dilihat dan diamati oleh klien untuk menentukan kepuasan pasien dari yang didapat dan yang diharapkan. Namun semakin berkembangnya dan meningkatnya kemajuan teknologi yang digunakan dalam menentukan diagnosis secara cepat dan pengobatan sering menyebabkan perawat melihat hubungan klien sebagai sesuatu yang kurang penting sehingga rasa care perawat kepada pasien berkurang.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18 Januari 2019 dijumpai adanya pasien yang menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang dilakukan perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda. Didapatkan 2 orang pasien dari 5 orang pasien yang diwawancarai secara acak menyatakan kurang puas dengan pelayanan yang diterimanya dengan alasan perawat kurang memperhatikan pasien dan apabila
memerlukan bantuan harus ke nurse station terlebih dahulu.
Berdasarkan penelitian di RSUD A.W.Sjahranie Samarinda oleh (Ishaq Yaqub, 2013) kualitas pelayanan pasien rawat inap kelas III masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya dan berdasarkan survey IKM 2017 di RSUD A.W Sjahranie diruang rawat inap kelas III terdapat beberapa ruang rawat inap yang mengalami penurunan IKM serta berdasarkan hasil wawancara ditemukan pasien yang kurang puas terhadap pelayanan keperawatan sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan perilaku Caring perawat dengan kepuasan pasien.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada Februari 2019.
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian kuantitatif dengan studi analitik dan desain cross sectional.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda berjumlah 385 orang dengan sampel sebanyak 79 orang menggunakan teknik purposive sampling.
Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner caring perawat dengan menggunakan kuesioner Caring Behavior Inventory (CBI) dan kuisioner Kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ).
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara univariat, dan bivariat menggunakan uji chi square untuk mengetahui adanya hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit A.W. Sjahranie samarinda
HASIL PENELITIAN Analisa Univariat
Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Jaminan Kesehatan
Tabel 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Jaminan Kesehatan Pasien Rawat Inap Kelas III
RSUD A. W. Sjahranie Samarinda Tahun 2019 Klasifikasi
Karakteristik Responden
Frekuensi (n)
Persentase (%) Jenis Kelamin
Laki – Laki Perempuan Total
43 36 79
54,4 45,6 100 Usia
17 – 25 Th 26 – 35 Th 36 – 45 Th
>45 Th Total
8 7 13 51 79
10,1 8,9 16,5 64,6 100
Pendidikan SD SMP SMA Diploma Total
34 21 23 1 79
43 26,6 29,1 1,3 100 Pekerjaan
Swasta Wirausaha IRT Mahasiswa Total
33 14 31 1 79
41,8 17,7 39,2 1,3 100 Jaminan
Kesehatan Umum Jamkesmas Bpjs KIS Total
3 1 68
7 79
3,8 1,3 86,1
8,9 100 Sumber : Analisa Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki berjumlah 43 orang (54,4%), sebagian besar berumur >45 tahun berjumlah 51 orang (64,6%), hampir sebagian berpendidikan SD sebanyak 34 orang (43%), hampir sebagian responden bekerja Swasta sebanyak 33 orang (41,8%) dan sebagian besar pengguna BPJS sebanyak 68 orang (86,1%).
Distribusi Variabel
a. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat RSUD A.W.Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan perilaku Caring perawat sebagian besar adalah Caring sebanyak 42 orang (53,2%).
b. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat Disetiap Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat Disetiap Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Tahun 2019
Ruang Distribusi perilaku caring
perawat
Fre kue nsi
(n)
Pre sen tase (%) Flamboyan Caring
Kurang Caring
Total
7 5 12
58,3 41,7 100
Mawar Caring
Kurang Caring Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Aster
Caring Kurang Caring Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Dahlia
Caring Kurang Caring Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Angsoka Caring
Kurang Caring Total
6 6 12
50,0 50,0 100
Seruni Caring
Kurang Caring Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Bougenvile Caring
Kurang Caring Total
7 4 11
63,6 36,4 100 Sumber : Analisa Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan perilaku caring perawat disetiap ruang rawat inap kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda yaitu: Ruang Flamboyan sebagian besar adalah caring Distribusi
Perilaku Caring
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Caring 42 53,2
Kurang Caring 37 46,8
Total 79 100
sebanyak 7 orang (58,3%). Sedangkan Ruang Mawar, Aster, Dahlia dan Seruni sebagian besar adalah caring sebanyak 6 orang (54,5%). Ruang Angsoka setengahnya adalah caring sebanyak 6 orang (50,0%). Dan ruang Bougenvile sebagian besar adalah caring sebanyak 7 orang (63,6%).
c. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie
Samarinda Tahun 2019
Distribusi Kepuasan Pasien
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Puas 41 51,9
Kurang Puas 38 48,1
Total 79 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan kepuasan pasien sebagian besar adalah puas sebanyak 41 orang (51,9%).
d. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat Disetiap Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien Disetiap Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Sumber : Analisa Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan kepuasan pasien disetiap ruang rawat inap kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda yaitu: Ruang Flamboyan sebagian besar adalah puas sebanyak 7 orang (58,3%). Sedangkan ruang Mawar, Dahlia dan Bougenvile sebagian besar adalah puas sebanyak 6 orang (54,5%). Ruang Aster dan Seruni sebagian besar adalah puas sebanyak 7 orang (63,6%). Dan ruang Angsoka setengahnya adalah puas sebanyak 6 orang (50,0%).
e. Distribusi Responden Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien ruang rawat inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie
Samarinda Tahun 2019
Distribusi kepuasan pasien
Frekuesi (n) = 79
Presen tase
(%)
Tangible
Puas 41 51,9
Ruang Distribusi Kepuasan Pasien
Fre kue nsi
(n)
Pre sen tase (%) Flamboyan Puas
Kurang Puas
Total
7 5 12
58,3 41,7 100
Mawar Puas
Kurang Puas Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Aster Puas
Kurang Puas Total
7 4 11
63,6 36,4 100
Dahlia Puas
Kurang Puas Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Angsoka Puas
Kurang Puas Total
6 6 12
50,0 50,0 100
Seruni Puas
Kurang Puas Total
7 4 11
63,6 36,4 100
Bougenvile Puas
Kurang Puas Total
6 5 11
54,5 45,5 100
Kurang Puas 38 48,1 Reliability
Puas
Kurang Puas
44 35
55,7 44,3 Responsivennes
Puas
Kurang Puas
40 39
50,6 49,4 Assurance
Puas
Kurang Puas
55 24
69,6 30,4 Empati
Puas Kurang Puas
55 24
69,6 30,4 Citra Merek
Puas Kurang Puas
47 32
59,5 40,5 Sumber : Analisa Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa pada faktor tangible
sebagian besar responden sebanyak 41 orang (51,9%) masuk kategori puas.
Sementara itu, untuk faktor reliability sebagian besar puas terhadap pelayanan rumah sakit sebanyak 44 orang (55,7%).
Pada faktor responsiveness sebagian besar puas terhadap pelayanan rumah sakit sebanyak 40 orang (50,6%). Pada variabel assurance dan empathy sebagian besar puas sebanyak 55 orang (69,6%). Dan pada faktor citra merek sebagian besar responden puas sebanyak 47 orang (59,5%)
Analisa Bivariat
a. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III di RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Tabel 7
Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III di RSUD A.W.Sjahranie Tahun 2019
Kepuasan Pasien
Perilaku Puas Kurang Total
Caring OR Perawat Caring
Puas
N % N % N %
P Value
(95% CI)
7,609
31 73,8 11 26,2 42 100,0 ,001
Kurang
Caring 10 27,0 27 73,0 37 100,0 Sumber : Analisa Data Primer, 2019
(2,800-20,679)
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa perawat yang berperilaku caring memberikan kepuasan tinggi sebanyak 31 responden (73,8%), sedangkan perawat yang kurang caring diperoleh hasil kepuasan pasien lebih rendah yaitu sebanyak 10 responden
(27,0%). Dan perawat yang berperilaku caring namun memberikan ketidakpuasan didapatkan hasilnya rendah yaitu sebanyak 11 responden (26,2%), sedangkan perawat yang berperilaku kurang caring memberikan ketidakpuasan yang tinggi yaitu sebanyak 27 responden (73,0%).
Hasil analisis menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p value=0,001 yang artinya secara statistik ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD A. W.
Sjahranie Samarinda. Dari hasil analisis didapatkan juga nilai OR sebesar 7,609 yang artinya perawat yang berperilaku caring akan mengakibatkan kepuasan pasien 7,609 kali lebih besar dibandingkan dengan perawat yang berperilaku kurang caring.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian (Dewi Ningsih, 2014) bahwa sebagian besar responden yang dirawat dirumah sakit ialah laki-laki sebanyak 22 responden (64,7) dan juga didukung oleh penelitian (Abdul, 2013) bahwa sebagian besar responden yang dirawat dirumah sakit ialah laki-laki sebanyak (57,8%).
Asumsi peneliti laki-laki memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi untuk sakit dari pada perempuan. Hal tersebut dikarenakan laki-laki berevolusi untuk memiliki sitem kekebalan tubuh lebih lemah dan rendah karena kecenderungan perilaku yang senang mengambil risiko.
b. Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur >45 tahun. Hasil penelitian ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh (Hutabarat & Monica, 2013) dan (Yulianti, 2013) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan terbanyak ada pada umur yang lebih tua (lansia). Asumsi peneliti hal ini karena seiring pertambahan usia, usia sel dalam tubuh tentu akan mengalami penuaan sehingga mengalami penurunan fungsi organ dan akan berefek pada kesehatan tubuh seseorang, dimana daya tahan tubuh/imunitas akan menurun. Oleh sebab itu, mereka yang berusia lanjut pun menjadi lebih mudah terserang penyakit.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SD. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Niken,2013) yang mendapatkan bahwa sebagian besar yang dirawat dirumah sakit ialah responden berpendidikan rendah sebanyak (69,2%) dan penelitian oleh (Yasmini,2015) didapatkan bahwa sebagian besar responden yang dirawat dirumah sakit ialah yang berpendidikan rendah sebanyak (53,1%). Dan hasil penelitian ini juga didukung oleh (Julinty, 2013) bahwa
terdapat hubungan positif antara status kesehatan dengan tingkat pendidikan.
Dan Menurut Gary Lee Cloud (2003) pasien dengan pendidikan rendah memiliki kepuasan lebih tinggi dari pada pasien dengan pendidikan tinggi dan Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan, juga akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tuntutan, juga harapan yang lebih tinggi (Yulianti, 2013).
d. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden ialah swasta.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Titik Juwariyah, 2014) yang mendapatkan bahwa responden yang dirawat dirumah sakit pekerjaannya sebagian besar yaitu swasta sebanyak 22 orang (44%).
Asumsi peneliti Karyawan swasta adalah seseorang yang bekerja disuatu perusahaan/badan usaha milik swasta atau bukan milik pemerintah. Beberapa alasan pekerjaan ini banyak diminati karena gajinya bisa lebih besar, pegawai dimudahkan dalam memngembangkan diri, jaminan pensiun juga disediakan bagi yang terdaftar BPJS dan ada beberapa perusahan/badan usaha yang tidak memerlukan pendidikan tinggi.
e. Jaminan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan jaminan BPJS. Hasil penelitian ini didukung oleh Badan Penyelenggara Jamninan Sosial yang mengungkapkan hasil peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1 Maret 2019 yaitu sejumlah 218.132.478. Jumlah ini mengalami peningkatan dari sebelumnya. Asumsi peneliti BPJS adalah suatu program pemerintah yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
Program BPJS ini memiliki manfaat dan kelebihan yang dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia, diantara berobat menjadi lebih mudah karena sistem gotong royong melalui iuran perbulan sesuai kelas yang dipilih.
Distribusi Variabel
a. Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda sebagian besar perawat berperilaku caring. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilkafah dan Harniah (2017) yang menunjukkan bahwa hampir seluruhnya perawat berperilaku caring baik kepada pasiennya sebanyak 33 orang (82,5%) dan
juga penelitian oleh Eka Putri Umayah (2017) juga menunjukkan bahwa mayoritas caring perawat yang baik dalam klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 44 orang (77,2%).
Meskipun persentase yang mempresentasikan perawat berperilaku caring lebih tinggi dari pada perawat yang berperilaku kurang caring, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan perawat berperilaku kurang caring. Asumsi peneliti jumlah ini relatif banyak, hal ini menandakan bahwa belum seluruh perawat diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda berperilaku caring kepada pasiennya. Perlu ditekankan pula factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat salah satunya diantaranya menurut (Gibson, John & James, 2000) yaitu factor individu. Adapun factor individu yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat diantaranya yaitu: Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja.
Dari beberapa faktor diatas bisa jadi hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku caring seorang perawat, baik dalam hal perawat berperilaku caring ataupun kurang caring . Oleh kerena itu rumah sakit harus meninjau kembali faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap caring seorang perawat kepada pasiennya. Dari 7 ruang rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda yang diantaranya yaitu Ruang Flamboyan,
Mawar, Aster, Dahlia, Angsoka, Seruni dan Bougenvil memiliki persentase perawat berperilaku caring yang berbeda- beda, asumsi peneliti hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas.
Dan dari 42 pertanyaan di kuisioner perilaku caring perawat kepada pasien, nilai terendah berada pada pertanyaan kuisioner nomor 29 yaitu perawat meyakinkan kehadiran kembali.
Menyampaikan tindakan selanjutnya kepada pasien dan menyatakan kehadiran selanjutnya kepada pasien merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh perawat kepada pasien sebagai bentuk caring kepada pasien. Dengan hal tersebut maka pasien akan merasa aman dan merasa kondisinya selalu dipantau dan diperhatikan oleh petugas sehingga kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit akan semakin tinggi. Oleh karena itu perawat di setiap ruangan yang ada di Rumah Sakit harus lebih menekankan kembali Caring perawat yang merupakan inti/jantung dalam asuhan praktik keperawatan. Persentase caring perawat harus tinggi untuk menunjukkan bahwa pelayanan dirumah sakit dilakukan secara optimal dan professional.
b. Kepuasan Pasien Rawat Inap
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pasien rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie
Samarinda sebagian besar adalah puas.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilkafah dan Harniah (2017) yang menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pasien puas sebanyak 30 orang (75,0%) dan juga penelitian oleh Eka Putri Umayah (2017) juga menunjukkan bahwa mayoritas kepuasa pasien dalam klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 50 orang (87,7%).
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan pasien rawat inap kelas III puas lebih tinggi dari pada kepuasan pasein yang kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan kurang puas dan dari 7 ruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda memiliki persentase kepuasan yang berbeda-beda namun setiap
ruangan hampir sebagian
mempresentasikan kurang puas.
Asumsi peneliti jumlah ini relatif banyak, hal ini menandakan bahwa belum semua pasien rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda puas terhadap pelayanan yang diberikan dirumah sakit RSUD A.W Sjahranie Samarinda. Perlu ditekankan pula factor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien diantara menurut (Gonzales, 1976 dalam Lizarmi, 2000) tingkat kepuasan pasien dipengaruhi oleh factor konsumen yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan jaminan kesehatan.
Dari beberapa faktor diatas bisa jadi hal tersebut berpengaruh terhadap kepuasan pasien, baik puas maupun kurang puas. Oleh kerena itu rumah sakit harus terus meningkatkan pelayanan yang ada dirumah sakit terutama perawat yang ada disetiap ruangan sehingga kepuasan pasien dapat semakin tinggi.
Dan dari 26 pertanyaan di kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, nilai terendah berada pada pertanyaan kuisioner nomor 2 yaitu perawat memberi penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya. Rumah sakit harus lebih meningkatkan peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasiennya atau sebagai educator, seperti contohnya memberikan informasi mengenai pencegahan-pencegahan agar penyakit pasien tidak kambuh lagi. Hal tersebut sangat berguna dan bermanfaat bagi pasien dan dapat meningkatkan angka kepuasan pasien.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan
Menurut Parasurahman, Zeithalin
& Berry (1999) terdapat beberapa dimensi kepuasan pasien yang dapat diukur yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien diantaranya yaitu Tangible, reliability, responsiveness, assurance, empaty dan menurut Moison, Wlater dan White (dalam Haryanti,2000) faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan yaitu Image/Citra.
Tangible
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden puas pada faktor tangible.. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kalsum (2016) yang menunjukkan hasil kepuasan Tangible yaitu sebagian besar puas sebesar 72,8 %. Dan juga didukung oleh penelitian Ilkafah dan Harniah (2017) menunjukkan hasil kepuasan Tangible yaitu hampir seluruhnya puas sebesar 77,5 %.
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan faktor Tangible puas lebih tinggi dari pada kepuasan faktor Tangible kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan faktor Tangible kurang puas. Dan dari faktor Tangible ini, 7 ruang rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda memilki persentase puas yang berbeda-beda. Terdapat ruangan yang respondennya seluruhnya puas terhadap faktor ini dan ada juga ruangan yang sebagian besar puas terhadap faktor ini.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan tidak semua ruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda bersih, rapi dan nyaman dan sebagian responden mengeluh mengenai fasilitas AC yang tidak berfungsi. Bisa saja hal ini terjadi
karena petugas kebersihan kurang maksimal dalam melakukan tugasnya atapun terlalu banyak penunggu dan pengunjung pasien yang dapat membuat lingkungan kurang bersih dan kurang nyaman ataupun terdapat kendala dalam perbaikan fasilitas rumah sakit yang rusak.
Reliability
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden puas pada faktor Reliability. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kalsum (2016) yang menunjukkan hasil kepuasan Reliability yaitu sebagian besar puas sebesar 58 %. Dan juga didukung oleh penelitian Ilkafah dan Harniah (2017) menunjukkan hasil kepuasan Reliability yaitu sebagian besar puas sebesar 70 %.
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan faktor Reliability puas lebih tinggi dari pada kepuasan faktor Reliability kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan faktor Reliability kurang puas. Dan dari faktor Reliability ini, 7 ruang rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda memilki persentase puas yang berbeda-beda.
Terdapat ruangan yang respondennya seluruhnya puas terhadap faktor ini dan ada juga ruangan yang sebagian besar puas terhadap faktor ini.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan tidak semua petugas pelayanan kesehatan diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda melakukan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan dengan baik. Bisa saja hal ini terjadi dikarenakan terlalu banyak pasien yang dirawat sehingga petugas pelayanan kesehatan tidak bisa maksimal dalam melakukan pelayanan, pemeriksaan dan pengobatan.
Responsivenness
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden puas pada faktor responsiveness. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kalsum (2016) yang menunjukkan hasil faktor kepuasan responsivenness yaitu hampir seluruhnya puas sebesar 81,5
%. Dan juga didukung oleh penelitian Ilkafah dan Harniah (2017) menunjukkan hasil kepuasan responsiveness yaitu sebagian besar puas sebesar 72,5 %.
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan faktor responsivenness puas lebih tinggi dari pada kepuasan faktor responsivenness kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan faktor responsivenness kurang puas. Dan dari faktor responsivenness ini, 7 ruang rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda memilki persentase puas yang berbeda-beda. Terdapat ruangan yang
respondennya seluruhnya puas terhadap faktor ini dan ada juga ruangan yang sebagian besar puas terhadap faktor ini.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan tidak semua petugas pelayanan kesehatan diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda cepat dan tanggap pada pasien membutuhkan dan memberikan informasi yang jelas serta mudah dimengerti. Bias jadi hal ini terjadi karena jumlah perawat yang tidak proporsional dengan jumlah pasien, serta beban kerja yang terlalu berat.
Assurance
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden puas pada faktor Assurance. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kalsum (2016) yang menunjukkan hasil faktor kepuasan Assurance yaitu hampir seluruhnya puas sebesar 77,8 %.
Dan juga didukung oleh penelitian Ilkafah dan Harniah (2017) menunjukkan hasil kepuasan Assurance yaitu sebagian besar puas sebesar 70 %.
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan faktor Assurance puas lebih tinggi dari pada kepuasan faktor Assurance kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan faktor Assurance kurang puas. Dan dari faktor Assurance ini, 7 ruang rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda memilki
persentase puas yang berbeda-beda.
Terdapat ruangan yang respondennya yang hampir seluruhnya puas terhadap faktor ini dan ada juga ruangan yang sebagian besar puas terhadap faktor ini.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan tidak semua petugas pelayanan kesehatan diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda sopan dan ramah.
Bisa jadi hal ini terjadi karena beban kerja yang tidak sesuai yang ditanggung oleh petugas pelayanan kesehatan dan faktor psikologis seperti motivasi dari diri petugas pelayanan kesehatan yang kurang baik.
Empathy
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden puas pada faktor empathy.. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kalsum (2016) yang menunjukkan hasil faktor kepuasan empathy yaitu sebagian besar puas sebesar 71,6 %. Dan juga didukung oleh penelitian Ilkafah dan Harniah (2017) menunjukkan hasil kepuasan empathy yaitu hampir seluruhnya puas sebesar 85 %.
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan faktor empathy puas lebih tinggi dari pada kepuasan faktor empathy kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang mempresentasikan faktor empathy kurang puas. Dan dari faktor empathy ini, 7 ruang
rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda memilki persentase puas yang berbeda-beda. Terdapat ruangan yang respondennya seluruhnya puas terhadap faktor ini dan ada juga ruangan yang sebagian besar puas terhadap faktor ini.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan tidak semua petugas pelayanan kesehatan diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda memberikan perhatian dan mendengarkan keluhan pasien dengan baik serta memperlakukan pasien tanpa status social. Bisa saja hal ini terjadi dikarenakan terlalu banyak pasien yang dirawat sehingga petugas pelayanan kesehatan tidak bisa maksimal dalam melakukan pelayanan dan faktor psikologis seperti motivasi dari diri petugas pelayanan kesehatan yang kurang baik.
Citra Merek
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden puas pada faktor citra merek.. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2013) yang menunjukkan responden hampir sebagian besar sangat setuju bahwa rumah sakit memiliki citra merek yang baik.
Meskipun persentase yang mempresentasikan kepuasan faktor citra merek puas lebih tinggi dari pada kepuasan faktor citra merek kurang puas, namun masih ada hampir sebagian yang
mempresentasikan faktor citra merek kurang puas. Dan dari faktor citra merek ini, 7 ruang rawat inap kelas III di RSUD A.W Sjahranie Samarinda memilki persentase puas yang berbeda-beda.
Terdapat ruangan yang respondennya hampir seluruhnya puas terhadap faktor ini dan ada juga ruangan yang sebagian besar puas terhadap faktor ini.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan tidak semua pasien diruang rawat inap kelas III RSUD A.W Sjahranie Samarinda setuju bahwa rumah sakit memiliki kualitas yang baik dan memberikan rasa aman dan nyaman. Citra memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah sakit tersebut.
Analisa Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dengan diperoleh nilai p value=0,001 (p<0,05) yang artinya secara statistik ada hubungan antara perilaku
caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD A. W.
Sjahranie Samarinda. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilkafah dan Harniah (2017) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Dan penelitian oleh Eka Putri Umayah (2017) yang menyatakan terdapat hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien.
Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian oleh Wolf (2003) yang menyatakan terdapat hubungan positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dengan nilai (r=0,53)
Caring diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien,yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh. Terdapat 10 faktor caratif atau sifat yang semestinya dimiliki dan ditunjukkan perawat yang dapat mencerminkan perilaku Caring dari seorang perawat dan Jika hal tersebut dilakukan dengan benar maka akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien (Watson, 1999). Hal ini juga didukung oleh (Potter & Perry, 2009) yang menyatakan bahwa Perilaku Caring perawat akan memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat-pasien, dapat membantu dan memenuhi kebutuhan pasien yang
pada akhirnya dapat memberikan kepuasan pada pasien. Perilaku Caring terhadap pasien merupakan esensi keperawatan yang dapat memberi kontribusi positif terhadap kepuasan pasien dalam menerima layanan keperawatan.
Asumsi peneliti bahwa semakin perawat berperilaku caring dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien maka tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan akan semakin tinggi juga, sedangkan perawat yang memiliki perilaku kurang caring maka kepuasan pasein terhadap pelayanan akan rendah juga. Hal ini didukung karena perawat yang berperilaku caring memiliki pemahaman positif terhadap pentingnya perilaku caring kepada pasien, dimana hal tersebut akan memberikan efek/pengaruh bagi kesembuhan kliennya. Sehingga perawat berperilaku peduli terhadap pasiennya dan hal tersebut akan memberikan efek terhadap kepuasan pasien. Caring adalah suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia (Sobel dalam Dwiyanti, 2010).
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda diharapkan dapat terus meningkatkan pelayanan keperawatan yang optimal dan
professional dengan menerapkan perilaku caring perawat sebagai landasannya dalam melakukan setiap tindakan praktik keperawatan. Mulai dari hal sederhana yaitu dengan berkomunikasi kepada pasien, menanyakan keluhan, bertutur kata yang sopan, selalu membantu pasien serta banyak tindakan positif lain yang sifatnya care kepada pasein dan diperlukan oleh pasien tersebut baik dari segi bio-psiko- sosio-spiritual. Seiring terus berjalannya perawat berperilaku caring kepada pasien, tingkat kepuasan pasien akan semakin baik dan positif. Sehingga nantinya tercipta mutu pelayanan yang terstandar dan terjamin pelayanannya.
Selain itu, juga diperlukan adanya pelatihan terakit perilaku caring perawat dengan mempraktikkan komunikasi- komunikasi dan tindakan yang dapat dilakukan perawat dalam melakukan asuhan praktik keperawatan. Harapan peneliti hal tersebut akan semakin memaksimalkan perilaku caring perawat sehingga dapat meningkatkan angka kepuasan pasien di RSUD A. W.
Sjahranie. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tutu April Ariani (2018) yang membuktikan bahwa ada pengaruh perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien setelah perawat diberikan pelatihan komunikasi selama 1 bulan dan terdapat peningkatan perilaku caring perawat serta kepuasan pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD A. W. Sjahranie Samarinda.
Hasil penelitian ini diharapkan seluruh perawat dapat meningkatkan perilaku caring kepada pasien dalam menerapkan asuhan praktik keperawatan dalam keseharian. Dan untuk peneliti selanjutnya agar meniliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aday, L., & Ann. (1980). Health Care in The US. Equitable for whom. London:
Sage.
Alligood, M. R., & Tomey, A. N. (2006).
Nurshing Theorist and Their Work (6th ed.). ST LOUIS: Mosby Elsevier,Inc.
Aminuddin. (2002). Hubungan iklim kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr. Yunus Bengkulu. Universitas Indonesia.
Anjaswarni, T. (2002). Analisa Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Perilaku Caring Perawat diRSUD Dr.Saiful Anwar Malang. Jurnal Keperawatan Indonesia, 41–49.
Arifin, M. (2013). Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan, V(2).
Azwar, A. (1996). Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Barbara, & Kozier. (2008). Fundamental Of Nurshing. Jakarta: EGC.
Baros. (2011). Kontribusi Pengetahuan Peserta Askes Sosial Terhadap
Kepuasan Layanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut dan Raw at Inap PT Askes Tahun 2011. FKM-UI.
Basford, Lynn, & Slevin. (2006). Teori dan Praktek Keperawatan : Pendekatan Integral Pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.
Beaton, D, E., Bombardier, C., Guillemin, F., & Ferraz, M., B. (2000).
Guidelines For The Process Of Cross- Cultural Adaption Of Self- Report Measures (Vol. 25(24)). SPINE.
Benner, P., & Wrubel, J. (1989). The Primary Of Caring: Stress And Coping In Health And Ilness. Menlo Park, Calif: Addison -Wesley.
Bowers, M. R., Swan, J. E., & Koehler, W.
F. (1994). What Attributes Determine Quality and Satisfaction With Health Care Delivery?, 19, 49–55.
Carruth, A. K., Steele,
S., Moffett, B., Rehmeyer, T., Cooper, C.,
& Burroughs, R. (1991). The Impact of Primary and Modular Nursing Delivery Systems on Perceptions of Caring Behavior (Vol. 26). School of Nursing, Southeastern Louisiana University.
Chinn, P. L., & Kremer, M. K. (2004).
Integrated Knowledge Development In Nurshing (6th ed.). St.Louis:
Mosby.
Coser, L. (1956). The Fungctions of Social Conflict. New york: The Free Press.
Depkes. (2007). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. jakarta.
Depkes. (2009). UU RI NO 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/peraturan/UU No. 44 Th 2009 ttg Rumah Sakit.PDF
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Dessler. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia (Terjemahan). Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Dharma. (2011). Metodologi Penelitian
Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Dwidiyanti, M. (2007). Caring Kunci Sukses Perawat/Ners Mengamalkan Ilmu. semarang: Hasani.
Dwidiyanti, M. (2010). Konsep Caring”.
semarang: Hasani.
Endah, R. N. (2007). Pengorganisasian dalam keperawatan. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fitriyani. (2009). Analisa Tingkat Kepuasan Peserta Askes Sosial Terhadap Pelayanan Administrasi Kepesertaan Di PT. Askes (Persero) Cabang Jakarta Timur tahun 2009.
FKM-UI.
Gadalean, I., Chepte, M., & Constantin, I.
(2011). Evaluation of patients satisfaction. Journal of Applied Medical Informatic, 41–47.
Gary Lee Cloud. (2003). ey Patients Characteristic Influencing Customer Statisfiction in Community Health Centers. Dissertation Philosophy of Arizona State Un iversity.
Gerson, & Richard, F. (2004). Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PPM.
Gibson, John, M. I., James, L., & James, H. D. (2000). Organizations:
Behaviour, Structure and Process.
McGraw-Hill Companies Inc, Boston.
Gillies. (1994). Nurshing Management:
System Approach (3rd ed.).
Philadelpia: W.B.Saunder Co.
Griffin. (1983). Caring-The Concept, Behaviors, Influences and Impact.
International Journal Of Nurshing Studies, 38, 187–194.
Gurusinaga, R. (2013). Perilaku Cring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap. Universitas Sumatera Utara.
Harianto, Khasanah, N., & Supardi, S.
(2005). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep di Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta, 2, 12 – 21.
Haryanti. (2000). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Surabaya : Universitas Airlangga.
Heriandi. (2007). Mutu Pelayananan Kesehatan di RS dan, Kepuasan Konsumen, 2, 13–15.
Herjanto. (2001). Manajemen Produksi dan Operasi (2nd ed.). Jakarta:
PT.GRAMEDIA.
Hill., C. and. (1992). The Measurement of Patient Statisfaction. Journal Pub Health Med.
Hutabarat, & Monica. (2013). No Title.
FKM-UI.
Ilkafah, & Harniah. (2017). Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Innapprivate Care Centre RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar, 8, 138–146.
ISCO. (2002). Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia. Retrieved from https://sirusa.bps.go.id/webadmin/doc /KBJI2002.pdf
Ishaq Yaqub. (2013). Kualitas Playanan Pasien Jasa Rawat Inap Kelas Iii Pada Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Kota Samarinda.
Kalsum, U. (2016). Hubungan Perilaku Caring Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016. Skripsi.
Kotler. (2005). Manajemen Pemasaran.
Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Kotler, P., & Keller, K. . (2007).
Manajemen Pemasaran (12th ed.). PT INDEKS.
Kron. (1987). The Management of Patient Care Putting Leadership Skill Work (6th ed.). Philadelphia: WB Saunders Company.
Krowinski, William, J., & Steiber, R. S.
(1996). Measuring ang Managing Patient Satisfaction (2nd ed.).
Chicago: American Hospital Associat ion.
Kurniati. (2013). Kepuasan Pasien Rawat Inap Lontara Kelas III Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Leininger, M. (1981). Caring; an Essential Human Need: Proceedings of Three
National Caring. Michigan: Wayne State University Press.
Leininger, M. (1984). Care, The Essence Of Nurshing and Health. SLACK.
Lizarmi, F. (2000). Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kuta Alam Banda Ace h. FKM-UI.
Lumenta, B. (1989). Pelayanan Medis Citra, Konflik dan Harapan.
Yogyakarta: Kanisius.
Lusa. (2007). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien.
Jakarta: Airlangga.
Masitoh, S. (2001). Analisis kinerja perawat pelaksana dan hubungannnya dengan karakterisitik demograrafis dan karakteristik organisasi di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita.
Menkes RI. (2008). Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Naidu, A. (2009). Factors Affecting Patient Satisfaction and Healthcare Quality International Journal of Health Care Quality Assurance, 22, 366–381.
Nurma, N. D. (2000). Kepuasan Pasien Jaminan Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi Bulan Mei -Juni 2000. FKM- UI.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan. (3, Ed.) (3rd ed.).
jakarta: Selemba Medika.
Pangewa. (2007). Perilaku keorganisasian.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Panjaitan, R. (2002). Hubungan efektifitas kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Universitas Indonesia.
Parasuraman, A., Zeithalin, V., & Berry, L.
. (1999). A Conceptual Model Service
Quality and it’s Implication For Future Reseach. Jurnal of Marketing, 42, 41–50.
Perry, A. ., & Potter, P. . (2009).
Fundamental Keperawatan.
Fundamentals of Nurshing:
Fundamental Keperawatan (7th ed.).
jakarta: Selemba Medika.
Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. jakarta: EGC.
Potter, P. ., & Perry, A. . (2009).
Fundamentals of Nurshing. jakarta:
Selemba Medika.
Priambodo, G. (2014). Caring Dalam Asuhan Keperawatan : Kategori Caring Berdasarkan Budaya. Tesis, 1–
29.
Riani, A. (2011). Budaya Organisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Risser, N. L. (1975). Development Of An Instrument To Measure Patient Satisfaction With Nurses And Nurshing Care In Primary Care Settings, 24.
Roach, M. S. (2002). Caring The Human Mode Of Being : A Blueprint For The Health Proffesionals (2nd ed.).
Canada: Ch Press.
Robbins. (2005). Prinsip-prinsip perilaku organisasi (5 (Terjema). Jakarta:
Erlangga.
Rubenfeld, M. G., & Scheffer, B. K.
(1999). Critical thinking in nursing:
An interactive approach (2nd ed.).
Philadelphia: Lippincot.
Siagiaan, P. . (2010). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sinaga, L. E. (2013). Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Citra Merek Rumah Sakit Vita Insari Pematangsari. Universitas Sumatera Utara.
Sjahranie, R. A. W. (2017). Hasil Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Pada Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap dan Rawat Jalan, (0541).
Retrieved from
http://www.rsudaws.co.id/
Soejadi. (1996). Pedoman penilaian kinerja rumah sakit umum. Jakarta:
KATIGA Bina.
Sopiah. (2009). Perilaku organisasional.
Yogyakarta: Andi Offeset.
Sulipan. (2000). Manajemen Karyawan.
Yogyakarta: Tugu.
Supranto, S. (2001). Pengukuran tingkat kepuasan konsumen untuk menaikkan pangsa pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryawati. (2006). Menyusun Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Manajeman Pelayanan Kesehatan, 9 ,No 4.
Swanson, K. M. (1991). Empirical Development Of a Middle Range Theory Of Caring, 40.
https://doi.org/10.1097/00006199- 199105000-00008
Syafrudin, M. ., & Rosyanawaty, T.
(2010). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta:
Trans Info Medika.
Synder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktek (7th ed.). EGC.
Umayah, E. P. (2017). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien diBangsal Rawat
Inap Wardah RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING.
Retrieved from
http://lib.unisayogya.ac.id/
Utama, A. (2003). Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Sakit Umum Cakra Husada Klaten, 1 No 2.
Watson. (1979). The Philosophy and Science of Caring. Boston: Little Brown.
Watson. (1999). Nurshing Human Science and Human Care. new york: national league for nurshing.
Watson, J. (1985). Nurshing Human Science and Human Care. Norwalk, Conn: Appeleton-Century: Crofts.
Who. (2013). world health organization.
Retrieved from www.who.int/
Wiyana. (2008). Supervisi Dalam Keperawatan. yogyakarta: Andi.
Wolf, Z. R., Giardino, R. G., Miller, P. A.,
& Ambrose, S. M. (1994).
Dimensions Of Nurse Caring, 26.
Yulianti. (2013). Analisis Kepuasan Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok Tahun 2012. FKM-UI.
Zacher, H., & Frese, M. (2011).
Maintaining a focus on opportunities at work: The interplay between age, job complexity, and the use of selection, optimization, and compensation strategies, 32, 291–318.