• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HBA1C TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II KLINIK INSANI

N/A
N/A
Siti Nurjanah

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN HBA1C TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II KLINIK INSANI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HBA1C TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II KLINIK INSANI

PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH:

SITI NURJANAH 062011008

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA 2023

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN Tugas Akhir dengan Judul

HUBUNGAN HBA1C TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II KLINIK INSANI

Disusun oleh:

Siti Nurjanah 062011008

Telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan siding Tugas Akhir bagi yang bersangkutan.

Jakarta,

Disetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Aturut Yansen,M.Kes. Nicolaus Sri Widada, S.Pd., M.Kes.,

NIDN. 8890433420 NIDN. 0315126603

Mengetahui,

Ka. Prodi Teknologi Laboratorium Medis

Nicolaus Sri Widada, S.Pd., M.Kes., NIDN. 0315126603

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN HBA1C TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II KLINIK INSANI

Oleh:

SITI NURJANAH 062011008

Telah Berhasil dipertahankan di depan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S. Tr.Kes.) pada Program Studi D- VI Teknologi Kaboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Teknologi Universitas Binawan.

Jakarta, Disetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Aturut Yansen,M.Kes Nicolaus Sri Widada, S.Pd., M.Kes., NIDN. 8890433420 NIDN. 0315126603

Disetujui,

Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

NIDN. NIDN.

Dilaksanakan oleh,

Ka. Prodi Teknologi Laboratorium Medis

Nicolaus Sri Widada, S.Pd., M.Kes., NIDN. 0315126603

(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Siti Nurjanah

NIM : 062011008

Program Studi : Teknologi Laboratorium Medis

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penilaian Tugas Akhir Yang Telah saya buat dengan judul HUBUNGAN HBA1C TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II KLINIK INSANI merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya.

Apabila dikemudian har penulisan Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan Universitas Binawan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan.

Jakarta, 2023 Materai 10000

Siti Nurjanah

(5)

ABSTRACT

(6)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulilahirabbil alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dengan judul “Hubungan Hba1c Terhadap Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Klinik Insani”, serta dapat menyelesaikan peneitian ini tanpa adanya halangan yang berati.

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Teknologi Laboratorium Medis. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, sehingga penulis menyadari masih banyaknya kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Maka penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan tugas akhir ini.

Penulisan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Mia Srimiarti, S. Gz., M. Si., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Teknologi Universitas Binawan.

2. Bapak Nicolaus Sri Widada, S. Pd., M. Kes., Selaku Ketua Program Studi Teknologi Laboratorium Medis.

3. Bapak Aturut Yansen, M. Kes., Selaku Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta dukungan dalam pelaksanaan penyusunan tugas akhir.

4. Bapak Nicolaus Sri Widada, S. Pd., M. Kes., Selaku Pembimbing Kedua yang memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan penyusunan tugas akhir.

5. Segenap Dosen Prodi Teknologi Laboratorium Medis Universitas Binawan yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Ibu tercinta saya, Sa’anih yang selalu memberikan segalanya dan menjadi nyawa saya, serta malaikat di hidup saya.

7. Teman-teman prodi TLM 2020-2 dan seperjuangan, terimakasih atas kerja sama serta dukungan dalam proses penyusunan tugas akhir ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, …..

(7)

DAFTAR ISI

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia). Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di golongkan menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes melitus tipe 1, tipe 2 dan diabetes melitus gestasional1.

Penyakit DM menduduki urutan keempat penyebab kematian di dunia Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 20102. Total kematian karena DM sekitar 1,3 juta dimana sebanyak 4 % meninggal sebelum usia 70 tahun, kasus meninggal pada penderita DM banyak terjadi 45-54. DM lebih banyak diderita oleh penduduk yang tinggal diperkotaan daripada penduduk di desa3. Berkaitan dengan angka kematian didunia, International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa DM berpotensi menjadi urutan ketujuh penyebab kematian didunia pada tahun 2030.

Penderita DM meningkat pada orang dewasa di dunia yaitu sekitar 4,7 % naik menjadi 8,5 % sejak tahun 19804.

Indonesia menempati urutan ketujuh setelah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico5. Penderita DM di Indonesia sudah mengalami penyakit ini sebanyak 10 juta orang6. Hasil riset kesehatan dasar (Riskedas) tahun 2007 menunjukan bahwa secara nasional prevelensi nasional DM berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala yang bertempat tinggal di perkotaan 1,1.

(12)

Hiperglikemi atau kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf di seluruh tubuh. Kadar glukosa tinggi dalam waktu berkepanjangan berhubungan dengan peningkatan aktivitas jalur poliol, terbentuknya advanced glycosylation end products (AGEs), serta aktivasi protein kinase C7. Peningkatan kadar glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus biasanya disebabkan oleh pankreas yang tidak dapat menghasilkan sekresi insulin dengan baik. Jika rutin melakukan kontrol kadar glukosa darah puasa secara teratur dapat mencegah terjadinya komplikasi.

HbA1c sendiri merupakan Hemoglobin yang berkaitan dengan dengan gula darah di dalam sel darah merah. Dikarenakan HbA1c terdapat didalam sel darah merah, sedangkan sel darah merah memiliki masa hidup 120 hari.

Sehingga , pemeriksaan HbA1c dapat mencerminkan kadar gula darah selama kurun waktu 2-3 bulan sebelum dilakukan pemeriksaan.

Penelitiaan yang dilakukan oleh Yulizabirman pada 2021 terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan kadar HbA1c pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSI Siti Rahmah Padang (p=0,001)(11). Menurut Supono pada tahun 2022 HbA1c dapat dikovensi menggunakan kadar glukosa plasma. Didapatkan korelasi positif antara kadar GDP dengan HbA1c.

Semakin tinggi kadar GDP semakin tinggi pula HbA1c(12).

Penderita diabetes melitus di kabupaten bogor pada tahun 2020, tercatat sebanyak 71.462 orang. Beberapa upaya Dinas Kesehatan dan BPJS untuk mengendalikan prevalensi DM diantaranya adalah dilakukannya usaha promotive preventif melalui program (PROLANIS) di FKTP Kabupaten Bogor.

Pemerintah telah merancangkan berbagai program kesehatan demi meningkatkan kualitas masyarakat Indinesia, salah satunya adalah program kesehatan prolanis. Program prolanis merupakan suatu program proaktif dan juga terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas

(13)

kesehatan yang memiliki tujuan mendorong pasien penyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup optimal. Selain meningkatkan kualitas hidup pasien. Program prolanis efektif dalam menurunkan kadar gula darah puasa, HbA1c, dan kolesterol pada pasien Diabetes Melitus. Penelitian ini dilakukan di klinik insani klinik insani adalah Klinik Kesehatan yang aktif dalam menjalankan program prolanis (13).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai “Hubungan Hba1c dan Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Klinik Insani”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pengontrolan kadar gula darah merupakan salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan, semakin beresiko terkena komplikasi. Sebaliknya, semakin baik kontrol gula darah yang dilakukan, komplikasi dapat dicegah atau dihambat.

1.3 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah di atas agar masalah tidak terlalu mendalam maka perlu adanya batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini hanya berkaitan dengan “Hubungan Hba1c Terhadap Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Klinik Insani”.

1.4 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara hasil glukosa darah puasa dengan Hba1c pada pasien Diabetes Melitus Tipe II?

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui Hubungan Hba1c dan Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Klinik Insani.

(14)

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar HbA1c pada Pasien Prolanis Diabetes Melitus Tipe II di Klinik Insani di Laboratorium Klinik Insani.

2. Untuk mengetahui kadar gula darah puasa pada Pasien Prolanis Diabetes Melitus Tipe II di Klinik Insani di Laboratorium Klinik Insani.

3. Mengetahui Hubungan Hba1C Terhadap Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Prolanis Diabetes Melitus Tipe II di Klinik Insani di Laboratorium Klinik Insani.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Penulis

Menambah wawasan tentang hubungan HbA1c dan Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Klinik Insani.

1.6.2 Bagi Instansi Kesehatan

Memberi tambahan informasi kepada tenaga medis khususnya ATLM ( Ahli teknologi Laboratoium Medis).

1.6.3 Bagi Masyarakat

1. Membantu memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya penderita diabetes melitus sebagai upaya mencegah faktor-faktor resiko yang berpotensi kompikasi.

2. Memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit diabetes melitus.

1.6.4 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai kontribusi untuk sumbangan ilmu pengetahuan dalam mengunkapkan hubungan HbA1c dengan Glukosa Darah Puasa dan bias digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya.

(15)
(16)

2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik kronis yang diakibatkan dari penkreas yang tidak cukup untuk memproduksi atau menghasilkan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat digunakan tubuh dengan efektif.

Insulin ialah hormon yang mengatur glukosa dalam darah yang merupakan konsekuensi umum dari diabetes yang tidak terkontol dengan baik akan mengakibatkan kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia.

Hiperglikemi terjadi ketika pankreas mengalami disfungsi dalam memproduksi insulin sehingga insulin tidak dapat mentransport glukosa dari darah ke sel secara optimal dan menyebabkan glukosa didalam darah menumpuk dan lambat laun pada sistem tubuh, terutama pada sistem saraf dan pembuluh darah akan menimbulkan kerusakan yang cukup serius(14).

Hormon insulin diproduksi pada sel beta pankreas, fungsinya untuk mengatur banyaknya glukosa dalam darah. Pada kondisi diabetes hormon insulin mengalami gangguan, sehingga penyerapan gula dan penyimpanannya berlebih yang dapat mengakibatkan energi tidak dapat dihasilkan secara maksimal sehingga dapat menyebabkan tubuh cepat lelah, penurunan berat badan, sering buang air kecil dan lainya(15).

Diabetes melitus merupakan penyakit yang tersembunyi sebelum muncul gejala tampak seperti mudah lapar, haus dan sering buang air kecil. Gejala tersebut sering kali disadari ketika pasien sudah merasakan keluhan, sehingga disebut dengan the silent killer.

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Tipe diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas)

(17)

Diabetes tipe 1 diklasifikasikan menjadi dua jenis utama : 1a atau autoimun (sekitar 90% pasien penderita diabetes tipe 1 di Eropa dan Amerika utara yang menunjukan penghancuran atau dekstrusi sel β)

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang timbul karena pola hidup (lifestyle) penyebabnya antara lain aktifitas fisik yang berlebihan,kegemukan, obesitas, dan makanan junk food atau cepat saji.

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

Diabetes melitus tipe lain disebabkan oleh :

a. Defek genetik fungsi sel beta (DNA mitokondria, insulinopati).

b. Defek genetik pada kerja insulin (leprekaunisme, diabetes lipoatrofik, resistensi insulin tipe A).

c. Penyakit esokrin pankreas (pankreatitis, neoplasia, endokrinopati, hemokromatosis).

d. Obat atau zat kimia (tiazid, glukokortikoid, pentamidine).

e. Infeksi (Rubela konginetal, Sitomegalovirus).

4. Diabetes Melitus Gestational (GDM)

Suatu kondisi terhadap glukosa yang pertama kali ditemukan pada wanita hamil. Semakin dini GDM didiagnosa selama kehamilan dan cenderung menderita diabetes tipe 1 dan tipe 2. Beberapa studi menunjukan bahwa wanta GDM mengalami defisiensi fu gsi sel β sebelum kehamilan.

2.1.3 Gejala Diabetes Melitus

Terdapat 3 gejala yang ditimbulkan akibat dari penyakit diabetes melitus, diantaranya yaitu poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan polifagi (banyak makan).

1. Poliuri Yaitu penderita akan sering mengalami buang air kecil. Hal ini terjadi karena adanya gangguan osmolaritas darah yang menumpuk dan harus dibuang melalui buang air kecil.

2. Polidipsi Yaitu dampak yang ditimbulkan dari poliuri (banyak kencing) mengakibatkan penderita banyak mengeluarkan cairan dan akan

(18)

merasakan kehausan yang berlebih sehingga penderita menjadi lebih banyak minum dari normalnya. 12

3. Polifagi Yaitu penderita yang banyak mengeluarkan kalori karena sering buang air kecil, mengakibatkan penderita akan sering merasakan lapar yang luar biasa, sehingga penderita akan banyak makan dari porsi biasanya.

Adapun gejala lain dari penyakit DMT2 yang dapat dirasakan yaitu : a. Turunnya berat badan

b. Lemah atau somnolent c. Penglihatan menjadi kabur d. Luka yang lama sembuh

e. Kaki mudah kesemutan, sering merasa gatal atau terasa terbakar f. Infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan

g. Impotensi pada laki-laki(16).

2.2 Penyebab Diabetes Melitus

Ketika makan, sistem pencernaan akan menghancurkan dan menyerap lalu menyalurkan nutrisi ke dalam darah. Pankreas secara otomatis akan memproduksi insulin yang mentransfer glukosa dari darah ke sel tubuh yang kemudian diubah menjadi energi. Pankreas pada penderita diabetes tidak dapat memnghasilkan insulin yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa darah sehingga glukosa tidak dapat dipindahkan dari darah ke sel tubuh .

Secara umum, sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk melawan benda asing yang berbahaya. Dalam kasus diabetes, produksi insulin berhenti karena sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel-sel dalam pankreas.

Karena kekebalan tubuh mengira bawa sel-sel pankreas tersebut membahayakan tubuh. Beberapa penelitian menduga bahwa faktor pemicu reaksi kekebalan tubuh kemungkinan adalah faktor keturunan atau infeksi virus. Resiko seseorang terkena DM lebih tinggi jika salah satu dari keluarga ada yang menderita penyakit ini. Beberapa faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

(19)

1. Faktor Genetik

Para ahli berpendapat bahwa diabetes melitus adalah penyakit yang terkait pada kromosom dan seks atau kelamin, maka dari itu peluang diabetes akan lebih besar jika salah satu orang tua mengidap penyakit ini, bahkan jika kedua orang tua adalah penderita DM maka akan memberikan peluang menurunkan pada anaknya sebanyak 50%.

2. Virus dan Bakteri

Virus rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4 adalah virus penyebab diabetes melitus yang mengakibatkan dekstruksi dan ahli kesehatan menduga bahwa virus cukup berperan dalam penyakit diabetes melitus.

3. Bahan Toksik atau Beracun

Contoh bahan beracun seperti alloxan, pyrinuron atau rodentisida, dan streptozoctin atau produk yang sejenis dengan jamur seperti singkong yang mengandung sianida

2.3 Diagnosis

Sangatlah penting untuk mendiagnosis diabetes melitus sejak dini agar pengobatan dan pencegahan bisa segera dilakukan. Jika sudah mengalami gejala diabetes, maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter dan dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan urin dan darah.

1. Pemeriksaan Urin a. Glukosa Urin

Metode yang digunakan yaitu metode benedict, fehling, dan carik celup dengan pemeriksaan ini akan mengetahui ada atau tidaknya glukosa di dalam urin.

b. Keton Urin

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya keton didalam urin. Keton merupakan hasil metabolisme lemak, terdiri dari aseton,asam asetoasetat, dan asam betahidroksibutirat. Metode yang digunakan yaitu uji rothera, uji gerhardt dan carik celup.

(20)

c. Mikroalbuminuria

Pemeriksaan Mikroalbuminuria disarankan dokter untuk mengetahui apakah fungsi ginjal masih berfungsi atau tidak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeketsi adanya ekresi albumin yang melebihi ambang batas pada urin. Gold standar pada pemeriksaan ini yaitu urin sewaktu.

2. Pemeriksaan Darah

a. Gula Darah Puasa (GDP) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa didalam darah selama tubuh tidak mendapatkan glukosa dari makanan dan minuman selama 8-10 jam.

b. Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) Pemeriksaan ini merupakan lanjutan setelah glukosa darah puasa yaitu untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat gula darah 2 jam setelah makan.

c. Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) Pemeriksaan perlu menyediakan 75 gram glukosa anhidrat dalam bentuk bubuk.

Pemeriksaan ini biasanya digantikan oleh satu porsi makan atau disebut juga dengan GD2PP untuk mempermudah pemeriksaan, tetapi GD2PP ini kurang optimal karena masing masing orang memiliki porsi yang berbeda-beda. Prosedur pemeriksaan hampir sama dengan GDP dan GD2PP yaitu pasien puasa sekitar 8-10 jam.

d. Gula Darah Sewaktu (GDS) Seperti namanya, pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja tanpa perlu mempertimbangkan waktu terakhir makan.

e. Hemoglobin Terglikolisasi (HbA1c) Untuk pemeriksaan skrining, dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan HbA1c. Tujuan dari pemeriksaan ini yaitu untuk mengukur rata-rata kadar glukosa darah yang terikat dengan hemoglobin selama 3 bulan . Pada pemeriksaan ini pasien juga tidak dianjurkan untuk puasa.

2.4 Kompilkasi Diabetes Melitus

Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vascular jangka Panjang. Komplikasi metabolik akut disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsetrasi glukosa plasma. Komplikasi

(21)

metabolik yang paling serius pada DM tipe 1 adalah keatosidosis diabetik (DKA). Komplikasi akut yang lain adalah hipoglikemia.(17)

Komplikasi vaskular jangka Panjang DM melibatkan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh darah sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangipati merupakan lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan artriol retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf perifer (neuropati diabetik), dan otot serta kulit.

Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopologis berupa aterosklerosis.

2.5 Glukosa Darah

Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisma asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa.

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secama normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormone ikut serta dalam memperthankan kadar glukosa darah yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stress,. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau rendah, menandakan terjadinya gangguan homeostatis.

Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa dan gula darah 2 jam setelah makan. Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan yang dilakukan setlah pasein berpuasa

(22)

selama 8-12 jam. Menurut American Diabetes Associatin, kadar glukosa darah puasa meningkat jika > 130 mg/dl.

2.6 Penilaian Pengontrolan Glukosa

HbA1c merupakan ikatan molekul glukosa pada hemoglobin, jika glukosa darah menumpuk, maka akan mengikat hemoglobin pada sel darah merah, dan test A1c dilakukan untuk mengukur seberapa banyak glukosa yang terikat pada hemoglobin. Hemoglobin “hidup” sekitar 3 bulan; karennya, hasil test menunjukan kadar glukosa rata-rata di dalam darah pada kurun waktu 3 bulan sebelumnya. Umunya, seseorang yang kadar glukosanya sudah tinggi selama beberapa minggu terakhir akan menunjukan hasil tes A1c yang tinggi.

Metode yang digunakan untuk menentukan pengontrolan glukosa pada semua tipe diabetes adalah pengukuran glikat hemoglobin. Hemoglobin pada keadaan normal tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari sumsum tulang selama. 120 hari masa hidup hemoglobin dalam eritrosit, normalnya hemoglobin sudah mengandung glukosa. Bila kadar glukosa meningakat di atas normal, maka jumlah glikat hemoglobin juga akan meningkat. Karena pengantian hemoglobin yang lambat, nilai hemoglobin yang tinggi menunjukan bahwa kadar glukosa darah tinggi selama 4 hingga 8 minggu. Hemoglobin A1c (HbA1c) awalnya dikenal dengan istilah “unusual hemoglobin pada penyandang diabetes”

Glikohemoglobin atau HbA1c (A1c) dibentuk melalui penambahan glukosa pada hemoglobin melalui proses non enzimatk, yang dinamakan glikasi. Membrane eritrosit berisfat permeable terhadap glukosa yang masuk ke dalam sel dan merupakan tempat hemoglobin berkaitan dengan glukosa.

Produk yang tidak stabil (aldimin) diubah melalui proses amadori menjadi ketoamin yang stabil (glikohemoglobin) dan bersifat ireversibel, yang bertahan sepanjang masa hidup eritrosit (umumnya 120 hari)(18).

(23)

Gambar 2.1 Pembentukan Hemoglobin terglikasi(19) Tabel 1. Kadar Glikat Hemoglobin pada Diabetes(20)

Metode yang digunakan untuk menentukan pengontrolan glukosa pada semua tipe DM adalah pengukuran glikat hemoglobin (HbA1c). Hemoglobin pada keadaan normal tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari sumsum tulang.

Pada orang normal , 3-6% hemoglobin mengalami glikolisis dalam bentuk yang disebut A1c. Pada hiperglikemia yang berkepanjangan, kadar hemoglobin A1c dapat meningkat sampai setinggi 18-20%. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkat oksigen, tetapi kadar hemoglobin A1c yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah kadar normoglimik menjadi stabil, kadar hemoglobin A1c kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu.

Pengukuran hemoglobin A1c secara berkala memberikan informasi yang mungkin tidak terdeteksi dengan pemeriksaan urin; pasien tipe 1 sensitif

(24)

insulin mungkin mengalami periode-periode hiperglikemia yang tidak terdeketsi yang berselang-seling dengan periode normoglikemia atau bahkan hipoglikemia pasca insulin.

Fraksi hemoglobin terglikosilasi yang dalam keadaan normal berjumlah 5% sepadan dengan konsentrasi glukosa darah. Karena waktu paruh eritrosit biasanya adalah 60 hari, kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) mencerminkan kadar glukosa rata-rata dalam waktu 6-8 minggu terakhir.

Oleh sebab itu, pengukuran HbA1c memberikan keterangan berharga untuk penatalaksanaan diabetes melitus.

Tabel 2. Kolerasi A1c dengan perkiraab Rata-rata Glukosa Plasma

(25)

Diabetes Melitus (DM)

Klasifikasi Gejala

Diagnosis

Glukosa Darah

Darah

Glukosa darah Puasa

Ditelit Tidak Ditelit

Gambar 6. Kerangka Teori

HbA1c Poliuri

Polidipsi Polifagi Tipe 1

Tipe 2 Tipe lain 2.7 Kerangka Teori

Diagnosis

Definisi

Faktor Genetik Virus dan

Bakteri Bahan Toksik

atau Beracun Penyebab

(26)

2.8 Hipotesis

Ho: Tidak ada hubungan kadar HbA1c dengan gula darah puasa pada pasien diabetes melitus.

H1: Ada hubungan kadar hbA1c dengan gula darah puasa pada pasien diabetes melitus.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggukanan desain cross sectional.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ini ialah di Klinik Insani yang berlokasi di Jl. Pahlawan No. 80-81 RT. 08 RW. 05 Karang Asem Barat, Citeureup-Bogor.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2024.

3.3 Definisi Operasional

Definisi Operasional Penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Pasien

Diabetes Melitus

Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita Diabetes Melitus dan telah menjadi

anggota prolanis

Skala Nominal

Dilhat dari rekam medis

Numerik

HbA1C Pasien prolanis diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan HbA1c di klinik insani

Rekam medis dan hasil

laboratorium .

Mencatat rekam medis dan hasil laboratorium

Numerik

Gula Darah Puasa

Pasien prolanis diabetes melitus di klinik insani yang memili kadar

glukosa > 125 mg/dl.

Rekam medis dan hasil

laboratorium .

Mencatat rekam medis dan hasil laboratorium

Numerik

(28)

3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini ialah pasien DM (Pasien Prolanis) yang melakukan pemeriksaan rutin setiap 1 bulan sekali di klinik insani.

3.4.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Dimana sampel penelitian ini adalah hasil pemeriksaan pasien atau rekam medis pasien yang masuk kreteria inklusi.

Berdasarkan sampel yang tela dipilih yang memiliki ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya yaitu penderita Diabetes Melitus yang melakukan pemerikasaan Glukosa Darah dan HbA1c.

Berikut kreteria pada sampel yang diambil : 1. Kreteria Inklusi :

a. Pasein DM yang tidak terdapat komplikasi DM.

2. Kreteria eksklusi :

a. Pasien DM yang hanya melakukan pemeriksaan HbA1c dan Glukosa darah puasa saja.

3.5 Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian 3.5.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu susunan kerangka berfikir yang dibuat untuk menjelaskan setiap variable yang akan diteliti. Sesuai dengan judul dalam penelitian ini yaitu mengenai Hubungan Hba1c Dan Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Klinik Insani.

3.5.2 Variabel Penelitian 1.Variabel Dependen

HbA1C

2.Variable Independen Gula darah Puasa

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini merupakan data sekunder yang dikumpulkan secara retrospektif terhadap semua pasien DM yang melakukan kontrol rutin

(29)

pemeriksaan gula darah puasa dan HbA1c periode Februari -. Seluruh data bersumber dari rekam medik dan laboratorium Klinik Insani.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi editing, coding, entry data, dan tabulating kemudian data dimasukan ke dalam SPSS (Statistical Package for the Social sciences) dan dilakukan peganlisisan data dengan menghitung frekuensinya dan ditampilkan dalam table dan gambar.

1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman untuk mempermudah.

2. Coding

Coding, yaitu pengklasifikasian dan pemberian kode pada data hasil kusioner untuk memudahkan dalam pengolahan data.

3. Entry Data

Entry adalah memasukan data yang diperoleh menggunakan program komputer SPSS untuk analisis data

4. Tabulating

Tabulating merupakan pengorganisasian data agar dapat mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

3.8 Teknis Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Pearson. Analisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Anlisis Univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variasi seluruh variable yang digunakan dengan cara membuat table distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variable independen dengan dependen. Analisis bivariat yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis hubungan kadar HbA1cdengan kadar glukosa darah.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

1. Desember PJ, Edwina DA, Manaf A. Artikel Penelitian Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS . Dr . M . Djamil. 2015;4(1):102–6.

2. Suharto IPS, Lutfi EI, Rahayu MD. PENGARUH PEMBERIAN JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP GLUKOSA. Ilmiah Ilmu Kesehatan.

2019;7(3):76–83.

3. Kistianita AN, Yunus M, Gayatri RW. Analisis Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Usia Produktif Dengan Pendekatan Who Stepwise Step 1 (Core/Inti) Di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang. Preventia : The Indonesian Journal of Public Health. 2018;3(1):85.

4. Ogurtsova K, da Rocha Fernandes JD, Huang Y, Linnenkamp U, Guariguata L, Cho NH et al. Diabetes Research and Clinical Practice:

Preface [Internet]. IDF Diabetes Atlas: Global estimates for the prevalence of diabetes for 2015 and 2040. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.diabres.2017.03.024

5. Megawati F, Putri DN, Putu LN. Studi Retrospektif Terapi Antibiotik Pada Penderita Diabetes Melitus Rawat Inap Di Rumah Sakir Umum Canti Periode 2018. Jurnal Ilmiah Medicamento. 2020;6(1):28–32.

6. Gracenidy Mutiara Hermawan, Luse, Febie Chriestya, Mario Steffanus.

Hubungan Kadar HBA1C dengan Albuminuria pada Pasien DM Tipe II di RS Atma Jaya. Journal Of The Indonesian Medical Association.

(31)

2020;70(2):4–9.

7. Rachmantoko R, Afif Z, Rahmawati D, Rakhmatiar R, Nandar Kurniawan S. Diabetic Neuropathic Pain. JPHV (Journal of Pain, Vertigo and

Headache). 2021;2(1):8–12.

8. Wulandari IAT, Herawati S, Wande IN. Gambaran Kadar Hba1C Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rsup Sanglah Periode Juli- Desember 2017. Jurnal Medika Udayana. 2020;9(1):71–5.

9. Birman Y, Harahap IN, Triansyah I. HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KADAR HbA1c PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG TAHUN 2021 Relationship Blood Sugar Levels With Hba1c Levels In Type II Diabetes Mellitus Patients In Hospital Islam Siti Rahmah Pada. Nusantara Hasana Journaly. 2023 Jun;3(1):10–7.

10. Supono B, Putu Sutirta Yasa IW. Korelasi Kadar Gula Darah Plasma Dengan Nilai Hba1C Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali. E-Jurnal Medika Udayana.

2021;10(9):107.

11. Raraswati A, Heryaman H, Soetedjo NNM. Peran Program Prolanis dalam Penurunan Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Jatinangor Diabetic Patient in Puskesmas Kecamatan Jatinangor. 4:65–70.

12. [Internet]. WHODHTD. No Title. 2021 [Internet]. Available from:

https://www.who.int/health-topics/diabetes

13. Wahyuni KI, Prayitno AA, Wibowo YI. Efektivitas Edukasi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Terhadap Pengetahuan dan Kontrol Glikemik Rawat Jalan di RS Anwar Medika. 2019;06(01):1–9.

14. Hardianto D. Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala, Diagnosis, Pencegahan, Dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI). 2021;7(2):304–17.

15. Chaluvaraju K, Niranjan M, Manjuthej T, Zaranappa T, Mane K. Review of insulin and its analogues in diabetes mellitus. Journal of Basic and

(32)

Clinical Pharmacy. 2012;3(2):283.

16. Artini I, Ihsaan R, Yusup M. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Korelasi antara Nilai HbA1c dengan Kadar Kreatinin pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pendahuluan. 2020;11(1):278–83.

17. Destiani S, Maksum IP, Hartati YW. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia Biosensor Elektrokimia untuk Memonitor Level Hemoglobin Terglikasi ( HbA1c ) pada. 2023;19(1):94–107.

18. Indonesia PE. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia [Internet]. 2015. Available from:

https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2021/11/22-10-21-Website-Ped oman-Pengelolaan-dan-Pencegahan-DMT2-Ebook.pdf

Gambar

Gambar 2.1 Pembentukan Hemoglobin  terglikasi(19) Tabel 1. Kadar Glikat Hemoglobin pada  Diabetes(20)
Tabel 2. Kolerasi A1c dengan perkiraab Rata-rata Glukosa Plasma
Gambar 6. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan magnesium dan kadar glukosa darah puasa pasien (p < 0,001) dengan kekuatan korelasi

Berdasarkan data Penelitian Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 jam Post Prandial pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Sawahlunto, Pada Penelitian ini dapat di

iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Mahasiswa : Almahir Cahya Wikramasyah NIM : 22010118130151 Program Studi : Program Pendidikan Sarjana

iii PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama mahasiswa : Devina Chrysillia NIM : 22010119130104 Program Studi : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran

iii PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama mahasiswa : Hadisurya Sugiharto Setiadi NIM : 22010119130167 Program Studi : Program Studi Kedokteran Fakultas

iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : LENA NURLENA NIM : P2.06.20.1.19.059 Program Studi : Prodi D3 Keperawatan Tasikmalaya JUDUL :

ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Siti Nur Azizah NIM : P17310174057 Program Studi : D-III Kebidanan Malang Politeknik Kesehatan

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Putri Nur Maftuhah NIM : 1504000028 Program Studi : D-III Perekam Medis da Informasi Kesehtan Politeknik