• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR HbA1c PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR HbA1c PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 "

Copied!
69
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada usia 15 tahun adalah 2% pada survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, dibandingkan prevalensi diabetes hanya 1 pada hasil survei Riskesdas 2013. 5%. (3). Hal ini menunjukkan tingginya prevalensi diabetes melitus di DKI Jakarta dibandingkan dengan prevalensi diabetes nasional sebesar 2% (4). Berdasarkan data Riskesdas, terjadi peningkatan prevalensi diabetes sejalan dengan peningkatan prevalensi obesitas yang merupakan faktor risiko diabetes, dari 14,8% pada tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun 2018.

Tes ini digunakan sebagai indikator pemantauan jangka panjang kontrol glukosa darah, untuk diagnosis, menentukan prognosis dan pemantauan pengobatan jangka panjang pada penderita diabetes. Mengukur indeks massa tubuh (BMI) merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang termasuk dalam kategori obesitas yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes melitus. Pada penelitian sebelumnya tentang hubungan kadar glukosa darah puasa dan HbA1c dengan indeks massa tubuh pada penderita diabetes tipe 2 yang dilakukan oleh Nina Dorothea Budiamal, Indra nila KS, Dwi Retnoningrum dan Ariosta tahun 2020 diperoleh dari 30 orang peneliti dengan menggunakan persilangan metode -sectional dan analisis data Spearman sebagai uji korelasi.

Dengan hasil bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara glukosa darah puasa dengan IMT (p value = 0,627) serta HbA1c dan IMT (p value = 0,987), maka disimpulkan “Tidak ada hubungan antara glukosa darah puasa dan HbA1c dengan IMT pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2. 2"(1). Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan kadar HbA1c pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjalani medical check up di produksi Kelapa Gading. .

Rumusan Masalah

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca tentang hubungan indeks massa tubuh dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes melitus. H0 : Tidak ada hubungan indeks massa tubuh dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe 2. Data dikumpulkan dari 139 responden penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Spearman diketahui bahwa hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe 2 memiliki nilai p sebesar 0,447. Karena nilai p = 0,447 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan hasil uji penelitian “Tidak ada hubungan secara statistik hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh (BMI) dengan kadar HbA1c pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Laboratorium Prodia Kelapa Gading”.

Hubungan antara gula darah puasa dan HbA1c dengan indeks massa tubuh pada penderita diabetes tipe 2

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang diabetes melitus dan obesitas yang dapat menimbulkan risiko resistensi insulin. Bagi lembaga penelitian, data hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi laboratorium sehingga dapat menawarkan program pemeriksaan rutin. Penulis ingin menginformasikan kepada masyarakat bahwa perlu menjaga indeks massa tubuh dengan pola hidup sehat agar tidak menjadi obesitas yang dapat berisiko mengembangkan resistensi insulin dan berujung pada diabetes.

TINJAUAN.PUSTAKA

  • Diabetes
    • Pengertian Diabetes
    • Klasifikasi Diabetes Melitus
    • Faktor Penyebab Diabetes
    • Diagnosis Diabetes
    • Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
  • Tes HbA1c
    • Pengertian HbA1c
    • Metode Pemeriksaan HbA1c
    • Manfaat Pemeriksaan HbA1c
    • bA1c untuk penderita diabetes
  • Indeks Masa Tubuh (IMT)
    • Pengertian Indeks Massa Tubuh
  • Kerangka Teori
  • Hipotesis Penelitian

Diabetes tipe 1, biasa disebut insulin-dependent diabetes melitus (IDDM), adalah penyakit diabetes yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah insulin dalam sirkulasi atau aliran darah, akibat hilangnya sel beta penghasil insulin di pulau-pulau Langerhans di pankreas. . Tidak seperti diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 ditandai dengan kekurangan relatif insulin karena disfungsi sel B dan resistensi terhadap aksi insulin di jaringan target. Tidak seperti pasien dengan diabetes tipe 1, pasien dengan diabetes tipe 2 dapat menerima obat hipoglikemik oral, setidaknya pada awalnya.

Epidemi global diabetes tipe 2 sejajar dengan faktor risiko utama kelebihan berat badan atau obesitas, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (13). Diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan kelebihan berat badan pada pria dan wanita dari semua etnis. Pasien dengan diabetes selama kehamilan memiliki risiko tinggi terkena diabetes permanen dalam 5-10 tahun setelah melahirkan (15).

Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus didominasi oleh diabetes melitus tipe 2 yang berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah, dan lain-lain. Ada keluhan diabetes melitus klasik: poliuria, polidipsia dan polipagia serta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Berikut kriteria diagnosis diabetes melitus yang terangkum dalam pedoman, penatalaksanaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 pada orang dewasa di Indonesia (5).

Hasil tes yang tidak termasuk dalam kategori normal atau kategori diabetes melitus dapat dikategorikan dalam kategori pradiabetes yang terdiri dari toleransi glukosa terganggu (IGT) dan glukosa darah puasa (IGT) terganggu (5). Oleh karena itu, HbA1c cocok untuk memantau kontrol glukosa darah jangka panjang pada individu dengan diabetes mellitus (18). Kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus cenderung meningkat dengan cepat dibandingkan dengan orang dengan kondisi normal, kadarnya meningkat setelah makan, terutama setelah makan makanan manis yang banyak mengandung karbohidrat atau kalori, sehingga kenaikannya sulit dikendalikan.

Tes HbA1c ini dapat memberikan gambaran rata-rata kadar glukosa darah selama dua atau tiga bulan sebelumnya, bukan nilai glukosa darah saat ini. Pengujian HbA1c memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan tes glukosa darah puasa dan tes toleransi 2 jam. Dapat memperkirakan kadar glukosa darah dalam 2-3 bulan dan gaya hidup jangka pendek tidak mempengaruhinya.

Kategori kegemukan merupakan hasil dari indeks massa tubuh (BMI) yang harus kita perhatikan, karena kegemukan merupakan faktor risiko berkembangnya diabetes. Produksi insulin tidak cukup untuk menggantikan kelebihan kalori yang dikonsumsi karena sel beta pankreas mengalami kelelahan sehingga kadar glukosa darah tinggi yang akhirnya menjadi diabetes melitus (8).

Tabel 2.2 Klasifikasi Nasional Indeks Massa Tubuh (22)
Tabel 2.2 Klasifikasi Nasional Indeks Massa Tubuh (22)

METODOLOGI PENELITIAN

  • Jenis dan Desain Penelitian
  • Tempat dan waktu penelitian
    • Tempat Penelitian
    • Waktu Penelitian
  • Populasi Penelitian
  • Sampel Penelitian
    • Teknik Pengambilan Sampel
  • Variabel Penelitian
    • Variabel Independen
    • Variabel Dependen
  • Kerangka Konsep
  • Definisi Operasional
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Pengolahan Data
  • Teknik Analisis Data

Menggunakan tes Spearman untuk mengetahui apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh (BMI) dan kadar HbA1c. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 di Laboratorium Prodia Kelapa Gading, dengan jumlah populasi sebanyak 145 sampel dan 139 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Karena p-value 0,447 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa “tidak terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar HbA1c”.

Ini juga berarti indeks massa tubuh tidak memiliki korelasi dengan kadar HbA1c. Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, didapatkan kadar HbA1c didominasi oleh pasien dengan kadar HbA1c yang tidak terkontrol (HbA1c > 6,5%) sebanyak 91 pasien (65,5%). HbA1c yang tidak terkontrol pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 adalah akibat dari gizi buruk, kurang aktivitas dan terapi obat yang jarang (23).

Peningkatan kadar HbA1c terjadi karena kontrol gula darah yang buruk dalam tiga bulan terakhir, sehingga kadar gula darah jangka panjang dapat dijelaskan dari penelitian kadar HbA1c ini (24). Berdasarkan Tabel 4.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil indeks massa tubuh (BMI) dan kadar HbA1c setelah dilakukan uji deskriptif Kolmogorov Smirnov memiliki distribusi data yang tidak normal, oleh karena itu digunakan uji hubungan Spearman sebagai hipotesis. tes dalam penelitian ini. Pengukuran hemoglobin A1c digunakan sebagai alat bantu dalam diagnosis diabetes melitus, sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi pasien yang mungkin berisiko terkena diabetes melitus, dan untuk pemantauan jangka panjang kontrol glukosa darah pada individu dengan diabetes melitus (28) .

Berdasarkan variabel indeks massa tubuh (IMT), penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak pada kelompok pasien yang memiliki IMT > 25 kg/m² yaitu sebanyak 78 pasien dari seluruh responden dan berdasarkan data variabel kadar HbA1c, paling. adalah pasien dalam kelompok HbA1c yang tidak terkontrol dengan kadar HbA1c. Penderita diabetes melitus tipe 2 dapat menerapkan pola hidup sehat dengan pola makan sehat dan aktivitas fisik atau olahraga teratur untuk menjaga berat badan dan memperoleh indeks massa tubuh (BMI) yang ideal, serta melakukan pemeriksaan HbA1c untuk memantau kadar gula darah. secara periodik secara berkala. Praktisi dan institusi dapat memberikan edukasi tentang HbA1c sebagai standar emas untuk menilai kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus.

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar hasil yang lebih lengkap dapat ditambahkan variabel seperti lingkar pinggang, lama terdiagnosis diabetes melitus tipe 2, aktivitas fisik dan kadar HbA1c pada obesitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RS K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Hubungan Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur, dan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar HbA 1c pada Pasien DM Tipe 2 yang Berobat Di Poliklinik Endokrin Metabolik Diabetik RSUP DR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Kelapa Gading di Jalan Boulevard Raya Blok H 4 no. Laboratorium klinik Prodia melakukan pemeriksaan rutin dengan metode sederhana hingga pemeriksaan khusus dengan teknik yang canggih. Komposisi data indeks massa tubuh (IMT) dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kurus dengan IMT < 18,5 kg/m², berat badan normal dengan IMT kg/m² dan kegemukan (obesitas).

Pembahasan

Para peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan glukosa darah tergantung pada aktivitas hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, yaitu adrenalin dan kortikosteroid, dimana adrenalin dapat merangsang peningkatan kebutuhan glukosa darah, sedangkan kortikosteroid sebaliknya dapat menurunkannya. lagi. (26). Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bella Bonita, 2017) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh. Hemoglobin D-10 A1c dimaksudkan untuk kuantifikasi hemoglobin A1c dalam darah utuh manusia menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) penukar ion pada sistem pengujian Hemoglobin D-10.

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf12319 Body Mass Index (BMI), Glukosa Darah Puasa dan HbA1C pada Pekerja Kantor dengan Obesitas Sentral Anik Handayati.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Tersedia dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/activity-p2ptm/pusat-/prevent-prevent-dan-prevent-sound-dunia-perangi-diabetes. Tersedia di: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dok-ptm/factsheet-obesitas-kit-formasi-obesitas.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori .....................................................................................
Tabel 2.2 Klasifikasi Nasional Indeks Massa Tubuh (22)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Tabel 4.3 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar HbA1c  Indeks Massa

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : NANDASHOLLU ANNI’MATUL ARMIDHA NIM : 932401419