• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan tingkat konservatisma laporan keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan tingkat konservatisma laporan keuangan"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Masalah Penelitian

  • Identifikasi Masalah
  • Pembatasan Masalah
  • Perumusan Masalah

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prediktor laba dan arus kas signifikan dalam memprediksi laba. Hasil penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk menganalisis lebih lanjut kemampuan laba dan arus kas sebagai prediktor laba pada periode mendatang bila diterapkan pada perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif dan perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis. Artinya diperkirakan jumlah perusahaan sampel penelitian yang menerapkan akuntansi konservatif lebih banyak dibandingkan perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis.

Bahkan dalam penelitian ini, kemampuan perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif akan dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis dalam meramalkan laba.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Pembahasan

LANDASAN TEORITIS

Laporan Keuangan

Neraca merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan keadaan keuangan perusahaan pada waktu (tanggal) tertentu. Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menyajikan secara sistematis hasil usaha perusahaan selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat kegiatan operasional dan transaksi perusahaan dengan pemilik dalam suatu periode akuntansi.

Perubahan ekuitas perusahaan yang mencerminkan kenaikan atau penurunan aset atau kekayaan bersih selama periode yang bersangkutan didasarkan pada prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan wajib diungkapkan dalam laporan keuangan.

Laba

Laporan perubahan ekuitas, tidak termasuk perubahan akibat transaksi dengan pemegang saham, seperti penyertaan modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan selama periode yang bersangkutan.” Dalam Belkaoi (2007), laba operasional akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara keuntungan yang direalisasikan yang timbul dari transaksi selama periode tersebut dan biaya historis yang terkait.Tujuan umum pelaporan laba adalah bahwa laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis dan konsisten secara internal.

Tujuan utama pelaporan pendapatan adalah untuk memberikan laporan yang berguna bagi mereka yang tertarik dengan laporan keuangan.

Arus Kas

Aktivitas pendanaan merupakan pengungkapan terpisah dari aktivitas pendanaan karena aktivitas tersebut berguna dalam meramalkan permintaan arus kas masa depan oleh penyedia modal perusahaan. Contoh arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan antara lain: penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lainnya, pelunasan pinjaman, penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, surat utang, obligasi dan pinjaman lainnya. 1 menyatakan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk memungkinkan pemegang saham dan pihak lain membentuk ekspektasi mengenai arus kas masa depan.

Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama suatu periode.

Konservatisma

Basu (1997) menyatakan bahwa konservatisme merupakan praktik akuntansi yang memerlukan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui berita baik sebagai keuntungan dibandingkan berita buruk sebagai kerugian. Sebaliknya, Ahmed et al (1998) menemukan bahwa akuntansi konservatif dapat memberikan informasi dalam penilaian perusahaan. Laba yang konservatif tidak lepas dari pilihan metode akuntansi yang digunakan oleh manajemen.

Rasio yang lebih besar dari 1 menunjukkan penerapan akuntansi konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.

Penelitian Sebelumnya Mengenai Kemampuan Laba

Hasilnya juga menunjukkan bahwa laba membantu memprediksi laba dan arus kas, namun tidak mendukung klaim FASB bahwa laba merupakan prediktor arus kas yang lebih baik daripada arus kas. Parawiyati dan Baridwan (1998) menemukan bukti dalam penelitiannya bahwa, baik dengan dimasukkannya faktor deflator CPI (Indeks Harga Konsumen) maupun tanpa faktor deflator, maka peramal laba mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam memprediksi laba dan arus kas periode mendatang. satu tahun dari arus kas peramal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua prediktor tersebut signifikan sebagai variabel prediktor dan prediktor laba mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan prediktor arus kas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua prediktor tersebut signifikan sebagai variabel prediktor dan prediktor arus kas mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan prediktor laba.

Kerangka Pemikiran

  • Bagan Pengaruh Akuntansi Konservatif
  • Definisi Variabel dan Pengukuran Variabel

Jelasnya, praktik akuntansi konservatif akan membebankan biaya untuk mengakui kerugian pada periode terjadinya, sekaligus mengakui pendapatan dan keuntungan pada saat benar-benar terealisasi, sehingga laba yang dihasilkan lebih rendah pada periode yang bersangkutan dibandingkan jika perusahaan menganutnya. prinsip yang lebih optimis. Artinya laba dan arus kas dalam laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi konservatif akan memberikan informasi yang sebenarnya mengenai perusahaan sehingga laba dan arus kas disusun dengan menggunakan akuntansi konservatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua prediktor tersebut signifikan sebagai variabel prediktor dan diketahui bahwa laba merupakan prediktor laba yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas.

Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sembada (2006) yang menyatakan bahwa arus kas merupakan prediktor yang lebih baik dibandingkan laba. Penelitian ini akan menguji apakah laba dan arus kas dapat memprediksi laba pada perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis dan konservatif. Peneliti kesulitan menemukan penelitian terdahulu yang secara khusus meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba pada perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis dan konservatif.

Penelitian sebelumnya seperti Parawiyati dan Baridwan (1998), Dharmawan (2006), Sembada (2006), dan Cahyadi (2006) menguji kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba tanpa membedakan perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis dan konservatif. Arus kas dari aktivitas operasi adalah jumlah uang tunai yang diperoleh dari aktivitas operasi yang mempengaruhi penentuan laba atau rugi bersih suatu perusahaan. Akrual yang relevan adalah selisih antara laba bersih sebelum penyusutan/amortisasi dengan arus kas dari aktivitas operasi.

Saat membeli aset, uang tunai yang dibayarkan termasuk dalam arus kas dari aktivitas investasi dan bukan dari aktivitas operasi. Dengan demikian, alokasi biaya penyusutan yang akan tercermin dalam laba bersih tidak berhubungan dengan arus kas dari aktivitas operasi, sehingga penyusutan dan amortisasi tidak termasuk dalam laba bersih saat menghitung CONACC.

Hipotesis

Ho3 : Laba perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimis tidak lebih baik dibandingkan laba perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif dalam meramalkan laba. Ha3 : Laba perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimistis lebih baik dibandingkan laba perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif dalam meramalkan labanya. Ho4: Arus kas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimis tidak lebih baik dibandingkan arus kas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif dalam meramalkan laba. Ha4 : Arus kas perusahaan yang cenderung mengadopsi akuntansi optimis.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

  • Data yang Dihimpun
  • Metode Pengambilan Sampel
  • Tehnik Pengumpulan Data

Pengujian terhadap masing-masing laba dan arus kas pada perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis dan konservatif dilakukan secara parsial. Kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba pada perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi optimis. Kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba pada perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi konservatif.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa “laba dan arus kas dapat memprediksi laba pada perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif. Membandingkan profitabilitas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimis dengan laba perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif dalam meramalkan laba. Menguji profitabilitas perusahaan yang cenderung optimis dan konservatif dalam memprediksi laba satu tahun ke depan.

Membandingkan kemampuan arus kas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimis dengan arus kas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif dalam meramalkan laba. Menguji kemampuan arus kas perusahaan yang cenderung optimis dan konservatif dalam memprediksi laba satu tahun ke depan. Dengan demikian, perusahaan yang cenderung mengadopsi akuntansi konservatif dapat dianggap memiliki biaya transaksi yang rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan daya prediksi laba dan arus kas pada perusahaan yang cenderung akuntansi optimis dan konservatif tidak berbeda secara signifikan. Dalam penelitian ini, kami akan membandingkan laba dan arus kas perusahaan yang menggunakan akuntansi optimis dengan laba dan arus kas perusahaan yang menggunakan akuntansi konservatif dalam peramalan labanya.

Metode Analisis Data

  • Tehnik Pengolahan Data
  • Tehnik Pengujian Hipotesis

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sampel

Data yang digunakan sebagai data penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah laporan keuangan pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Jumlah perusahaan yang memenuhi persyaratan kelengkapan laporan keuangan dalam laporan keuangannya terdiri dari 27 perusahaan selama 5 tahun pada industri barang konsumsi sehingga diperoleh data sebanyak 135 sampel.

Hasil Pengukuran Kecenderungan Tingkat Konservatisma

Bukti tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut cenderung konservatif karena laba bersih aktivitas operasinya lebih rendah dibandingkan nilai arus kas aktivitas operasi. Artinya perusahaan-perusahaan tersebut cenderung optimis dalam melaporkan aktivitas operasionalnya karena nilai bersih pendapatan aktivitas operasi lebih tinggi dibandingkan nilai arus kas aktivitas operasi.

Gambar 4.1  Grafik Linear AQUA
Gambar 4.1 Grafik Linear AQUA

Hasil Uji Asumsi Klasik

  • Uji Normalitas
  • Uji Autokorelasi
  • Uji Multikolinieritas
  • Uji Heteroskedastisitas

Dengan demikian pengujian ini dapat membuktikan hipotesis 1 bahwa “laba dan arus kas dapat memprediksi laba pada perusahaan yang cenderung optimis”. Dengan demikian, pengujian ini dapat membuktikan hipotesis 2 bahwa “laba dan arus kas dapat memprediksi laba pada perusahaan yang cenderung konservatif”. Hasil tersebut tidak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan prediksi laba antara kelompok laba perusahaan yang menggunakan akuntansi optimis dan laba perusahaan yang menggunakan akuntansi konservatif.

Nilai MABE kelompok laba perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi konservatif secara statistik lebih besar dibandingkan kelompok laba perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi optimis. Kemudian nilai MABE dibagi menjadi dua kelompok yaitu arus kas perusahaan yang menggunakan akuntansi optimis dan arus kas perusahaan yang menggunakan akuntansi konservatif. Hasil tersebut tidak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan prediksi laba antara kelompok arus kas perusahaan yang cenderung mengadopsi akuntansi optimis dan kelompok arus kas perusahaan yang cenderung mengadopsi akuntansi konservatif.

Nilai MABE kelompok arus kas perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi konservatif secara statistik lebih besar dibandingkan kelompok arus kas perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi optimis. Dari pengujian hipotesis 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa laba dan arus kas dapat memprediksi laba dengan baik pada perusahaan yang cenderung menerapkan. Oleh karena itu, hasil tersebut menunjukkan bahwa prediktor laba mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan prediktor arus kas pada perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi optimis.

Bagi perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif, prediktor arus kas mempunyai dampak yang lebih besar dibandingkan dengan prediktor laba. Sebaliknya perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimistis tergolong dalam perusahaan dengan akrual yang tinggi, dimana akrualnya bernilai positif. Artinya laba dan arus kas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi optimis mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam memprediksi laba dibandingkan laba dan arus kas perusahaan yang cenderung menggunakan akuntansi konservatif.

Dengan demikian, terdapat perbedaan kemampuan laba dan arus kas pada perusahaan yang cenderung menerapkan akuntansi optimis dan konservatif dalam meramalkan laba. Oleh karena itu, hipotesis 3 dan 4 akan diuji lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait