• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan tingkat pengetahuan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan tingkat pengetahuan dengan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat Tahun 2016. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja putri dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat. Kelas IX SMP Negeri 1 Angkola Barat Tahun 2016. Untuk mengetahui kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016.

Pengertian Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pemahaman berarti kemampuan menjelaskan dan menafsirkan objek yang diketahui dengan benar.Seseorang yang memahami sesuatu harus mampu menjelaskan, memberi contoh, dan menarik kesimpulan. Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari dalam situasi atau keadaan sebenarnya. Penerapan disini dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode-metode, prinsip-prinsip dan lain-lain dalam menghitung hasil penelitian, dimana prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dapat digunakan dalam penyelesaian masalah kesehatan dari suatu kasus yang diberikan.

Analisis adalah kemampuan untuk memecah suatu objek menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, namun tetap berada dalam struktur objek tersebut dan tetap saling berhubungan. Sintesis adalah kemampuan menggabungkan bagian-bagian menjadi bentuk holistik baru atau kemampuan merangkai formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Penilaian ini didasarkan pada kriteria yang Anda buat sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada (Notoadmodjo, 2010).

Bentuk Pengetahuan

Mengetahui bagaimana melakukan sesuatu adalah apa yang kita maksud ketika kita mengatakan bahwa seseorang mempunyai cara untuk mengetahui sesuatu. Pengetahuan ini berasal dari persepsi, misalnya dari pengamatan terhadap fenomena yang ada di lingkungan kita.

Pengukuran Pengetahuan

Hasil Ukur Pengetahuan

Secara umum anemia lebih sering terjadi pada perempuan dan remaja perempuan dibandingkan pada laki-laki.Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja atau kemampuan akademik di sekolah, akibat kurangnya semangat belajar dan konsentrasi (Tarwoto, 2010). Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Bagi laki-laki, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan bagi wanita jika kadar hemoglobin di bawah 12 gram/100 ml (Proverawati, 2011).

Fungsi hemoglobin dalam darah adalah untuk mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya ke seluruh jaringan tubuh yang membutuhkannya. Secara umum anemia lebih sering terjadi pada perempuan dan remaja putri dibandingkan laki-laki (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkannya membawa oksigen dari paru-paru dan mengirimkannya ke seluruh bagian tubuh. Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, berkurangnya pasokan zat besi dalam makanan, peningkatan kebutuhan zat besi, kehilangan darah kronis, malaria, cacing tambang, infeksi lain dan kurangnya pengetahuan tentang anemia zat besi (Sarwono, 2010).

Jenis-jenis Anemia

Anemia disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah, granulosit dan trombosit. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi karena beberapa sebab, salah satunya adalah kegagalan usus dalam menyerap vitamin B12 secara optimal (Soebroto, 2010). Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari biasanya, penyebabnya bisa karena faktor keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, antara lain leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan tubuh, dan hipertensi berat (Soebroto, 2010).

Merupakan penyakit bawaan yang ditandai dengan sel darah merah berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronis (Soebroto, 2010).Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit tersebut, dari kedua orang tuanya. . Terjadi pada kelainan pada sumsum tulang tempat diproduksinya sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (Soebroto, 2010).

Dampak Terjadinya Anemia

Faktor-faktor Terjadinya Anemia pada remaja putri

Menurut DeMaeyer, pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan empat pendekatan dasar, yaitu sebagai berikut. Saat ini pemerintah mempunyai Program Pencegahan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan mengatasi masalah anemia defisiensi besi melalui suplementasi zat besi. Salah satu cara yang lebih akurat untuk mengetahui seseorang menderita anemia atau tidak adalah dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah protein logam pembawa oksigen yang mengandung zat besi dalam sel darah merah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globi, apoprotein dan empat kelompok heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2007).

Pada manusia dewasa, hemoglobin berbentuk tetramer (mengandung 4 protein pada gambar), yang terdiri dari dua subunit alfa dan beta yang masing-masing terikat secara non-kovalen. Setiap subunit memiliki berat molekul sekitar 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramer adalah 64.000 Dalton. Setiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga keseluruhan hemoglobin mempunyai kapasitas empat molekul oksigen (Wikipedia, 2007).

Hemoglobin dalam darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan mengembalikan karbon dioksida dari seluruh sel paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Miglobin bertindak sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepaskan oksigen dalam sel otot.

Pengertian Remaja

Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan prevalensi anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat tahun 2016 (Notoatmodjo, 2007). Alasan peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Angkola Barat adalah belum pernah ada penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan prevalensi anemia pada remaja putri. Sedangkan untuk variabel dependen prevalensi anemia menggunakan hemometer Sahli untuk mengukur kadar hemoglobin pada remaja putri.

Dari tabel di atas, angka kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat mayoritas sebesar 53,1% dan pada remaja putri yang tidak anemia sebesar 46,9%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa p-value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat tahun 2016 tentang kejadian anemia.

Berdasarkan hasil uji Che-Square diperoleh p-value sebesar 0,000 < α (0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri. 1 Angkola Barat pada tahun 2016. Pengetahuan remaja putri tentang kejadian anemia di SMP Negeri 1 Angkola Barat sebagian besar berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 67 responden (68,4%). Prevalensi anemia pada remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat paling banyak terkena anemia yaitu 52 responden (53,1%).

Berdasarkan hasil uji Che-Square diperoleh p-value sebesar 0,000 < α (0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri. 1 Angkol Barat Tahun 2016. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA WANITA IX. KELAS SMP NEGERI 1 KABUPATEN ANGKOLA BARAT KABUPATEN ANGKOLA BARAT. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA GADIS SMP NEGRI 1 ANGKOLA BARAT KECAMATAN ANGKOLA BARAT KABUPATEN TAPANULI SELATAN.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat.

Perubahan Fsikologi Remaja

Tingkat Perkembangan Remaja

Tahap pra-pubertas adalah tahap yang tumpang tindih dengan satu atau dua tahun terakhir masa kanak-kanak ketika anak tersebut dianggap sebagai anak-anak. Tahapan pubertas merupakan tahap yang terjadi pada garis pemisah antara masa kanak-kanak dan remaja, ketika muncul kriteria kematangan seksual seperti menstruasi pada anak perempuan dan pengalaman pertama kali mimpi basah pada malam hari pada anak laki-laki. Selama tahap remaja (tahap "dewasa"), ciri-ciri seksual sekunder dikembangkan dan sel-sel diproduksi di organ seks.

Pada tahap ini, ciri-ciri seksual sekunder dan alat kelamin berkembang (Hurlock, 2009).

Tugas Perkembangan Remaja

Perubahan Lingkungan Pada Remaja

Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan remaja, pada umumnya orang tua mempunyai harapan yang tinggi terhadap pendidikan sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah sebaiknya orang tua memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Baik atau buruknya suasana sekolah sangat bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, lingkungan pendidikan, dan kedisiplinan sekolah. Suasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar akan mengakibatkan menurunnya minat dan kebiasaan belajar.

Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang tidak sehat bagi remaja, misalnya penyalahgunaan narkoba, perkelahian, kebebasan seksual dan tindakan kriminal lainnya. Maka dapat dimaklumi bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga. Misalnya, jika seorang remaja mengenakan gaya pakaian yang sama dengan anggota suatu kelompok populer, kemungkinan besar dia akan diterima oleh kelompok tersebut.

Abad ini merupakan era informasi yang ditandai dengan kemajuan pesat di bidang teknologi informasi, selain membawa kegembiraan dan wawasan yang lebih luas, kemajuan teknologi yang luar biasa juga membawa kesedihan (Tarwoto, 2010).

Gizi Pada Remaja Putri

Remaja Dengan Anemia

Kerangka Konsep Penelitian

Hipotesis

Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

HASIL PENELITIAN

Analisa Bivariat

PEMBAHASAN

Kejadian Anemia Remaja Putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,1% remaja putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat diketahui menderita anemia dan 46,9% tidak mengalami anemia. Selain itu, remaja putri merupakan kelompok rentan menderita anemia karena sedang dalam masa pertumbuhan dan mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman, 2009). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapzah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri Siswa Perempuan Kelas III SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandarin.

Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian Anemia pada

Pendidikan harus dilaksanakan di tingkat keluarga dengan mengimbau remaja putri untuk lebih banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan sumber zat besi dan selalu berperilaku gaya hidup sehat. Rineka : Jakarta Notoadmodjo, (2010) Metode Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta Sarlito W.Sarwono. 2011. Psikologi Remaja Jakarta; Pers Rajawali. Kondisi yang sering dialami oleh remaja putri saat menstruasi dengan tanda-tanda mudah pingsan dan wajah pucat.

Jika seorang remaja putri merasa mudah lelah, mudah pingsan, atau wajahnya terlihat pucat dan kulitnya dingin, kondisi ini bisa jadi merupakan salah satu gejalanya. Jika Anda melihat teman Anda memiliki tanda-tanda seperti wajah pucat, permukaan kulit dingin, napas cepat (gangguan pernapasan), apa yang dapat Anda lakukan? Petunjuk pengisian : Mohon beri tanda (√) pada kolom jawaban ya atau tidak berdasarkan prevalensi anemia di bawah ini sesuai dengan hasil yang diperiksa peneliti pada responden dengan menggunakan hemometer Sahli.

Keterbatan Penelitian

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Jika sel darah merah dan jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) berada pada nilai yang rendah, hal ini disebut keadaan normal. Tanda-tanda anemia berikut ini manakah yang pernah Anda alami di sekolah (misalnya saat upacara atau olahraga).

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Angkola Barat.
Tabel 1. Defenisi Operasional
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat Pengetahuan tentang Pencegahan Anemia pada Remaja Putri di Desa Balak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan