70 GAYA HIDUP HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA PENGEMUDI MOBIL TANGKI DI TERMINAL PENGISIAN BBM PT. PERTAMINA
Hasan Zain, Meilya Farika Indah dan Asrinawaty
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam kalimantan Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan gaya hidup yang dalam hal ini yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol dan kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki di terminal pengisian BBM PT Pertamina Banjarmasin. Jenis penelitian ini yaitu survei analitik dengan pendekatan cross sectional study. Yang menjadi subyek penelitian yaitu semua pengemudi mobil tangki sebanyak 50 orang. Instrumen penelitian ini yaitu kuesioner untuk mengumpulkan data gaya hidup seperti merokok, minum alkohol dan kopi. Untuk mengukur tekanan darah yaitu tensimeter air raksa. Data kemudian diolah dan dianalisis dengan uji statistika chi square untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengemudi mobil tangki mengalami hipertensi yaitu sebanyak 64%, sebagian besar mereka memiliki kebiasaan merokok ringan sebanyak 62%, kebiasaan minum alkohol sebanyak 16% dan sebagian besar memiliki kebiasaan minum kopi sebanyak 59%. Berdasarkan uji statistik menunjukkan ada hubungan gaya hidup kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi, sedangkan untuk gaya hidup kebiasaan minum alkohol dan minum kopi tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Kata kunci: gaya hidup, merokok, minum alkohol, minum kopi, hipertensi ABSTRACT
The objective of this research is to analyse the relationship between life-style (smoking, liquor-drinking, and coffee-drinking habit) and hypertension prevalence of fuel-tank truck drivers in fuel station of PT Pertamina Banjarmasin. This research is an analytical survey using cross-sectional study approach. The subject of this research is 50 (fifty) fuel-tank truck drivers. Questionnaire is used as an instrument to collect data on life-style (smoking, liquor- drinking, and coffee-drinking habit). Mercury tensimeter is used to measure blood- pressure. Data processing and analysing use chi square statistic test to verify the hypothesis.
The result shows that most drivers experience hypertension (64%), 62% have smoking habit, 16% have liquor-drinkinh habit, and 59% have coffee-drinking habit. Statistic test shows relationship between smoking habit and hypertension prevalence, meanwhile liquor-drinking and coffee-drinking habit show no relationship to hypertension prevalence.
Key words: life-style, smoking, liquor-drinking, coffee-drinking, hypertension.
PENDAHULUAN
Upaya pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya dalam pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja, yang mempunyai tujuan
71 memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja (Suma’mur, 2010).
Penyakit degeneratif yang menjadi momok di dunia kerja salah satunya yaitu hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini..
Kejadian hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti status gizi, kebiasaan makan, pola kerja, aktivitas fisik dan gaya hidup (Brown, 2005; Yang, 2006). Faktor jenis pekerjaan seseorang ternyata memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mencetuskan hipertensi. Penelitian di Iran menunjukkan profesi sebagai sopir memiliki resiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan pekerjaan lainnya (Nasri dan Moazenzadeh, 2006). Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukandi Indonesia menunjukan 1,8% – 28,6%
pendudukyang berusia diatas 20 tahun adalah penderitahipertensi dan prevalensi hipertensi meningkatdengan bertambahnya usia (Gunawan, 2001).
Penelitian di Taipei, juga menggambarkan tingginya prevalensi hipertensi pada sopir bus yaitu 56,0% dibandingkan pekerja profesional lainnya pada perusahaan bus yang sama (Wang dan Lim, 2001). Sementara itu penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia juga menunjukkan hasil yang sama, prevalensi hipertensi sistolik pada sopir bus sebesar 40,4%
dan hipertensi tekanan darah diastolik sebesar 37,6% (Adiwibowo, 2009).
Dari hasil studi awal di PT. Elnusa yang merupakan salah satu perusahaan dalam hal transportasi dan pendistribusian bahan bakar minyak di kota Banjarmasin menunjukkan kejadian hipertensi merupakan penyakit yang rentan dialami oleh pengemudi mobil tangki.
Faktor risiko tekanan darah tinggi yang menarik untuk dibahas pada pengemudi yaitu obesitas, stres di tempat kerja, kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, minuman suplemen, dan minuman ringan untuk menyegarkan tubuh pada saat bekerja, rata jam kerja yang cukup panjang, kualitas tidur pengemudi yang buruk, kebiasaan konsumsi minuman alkohol, dan kebiasaan merokok
72 METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan desain cross sectionalstudy.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengemudi mobil tangki di PT. Elnusa (Tbk) yang menjalani pola distribusi baru. Jumlah sampel yakni sebanyak 50 responden dengan pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling.
Alat yang dipergunakan dalam penelitan ini yaitu Sphygmomanometer, Stetoskop, dan Kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden dan gaya hidup. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi dan minum alkohol.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi. Analisis data dalam penelitian ini menggunaakan uji Chi Square.
PEMBAHASAN
PT Elnusa Petrofin Banjarmasin merupakan anak perusahaan dari perusahaan minyak PT Pertamina Tbk, didirikan pada tahun 1996. Pendirian anak perusahaan ini bertujuan untuk menangani bisnis distribusi bahan bakar minyak khusus. Dalam perkembangannya saat ini, bisnis inti dari PT Elnusa telah merambah ke penyediaan, penyimpanan dan niaga produk-produk yang terkait dengan jasa migas antara lain ritel bahan bakar minyak, jasa pengelolaan depot dan transportasi, trading produk migas lain yang terdiri dari beberapa komoditas yang saat ini dikelola oleh perusahaan.
Subjek penelitian ini adalah pengemudi mobil tangki yang menjalankan pola baru dengan sampel sejumlah 50 orang. Jadwal kerja pengemudi mobil tangki dengan pola baru adalah lima hari kerja dan dua hari libur, dengan jam kerja dimulai pada jam 07.00 WITA.
Berikut ini hasil analisis univariat dari subyek penelitian.
Tabel 1. Menunjukan bahwa rata-rata pengemudi di PT Elnusa berumur diatas 30 sebanyak 80%. Sebagian besar status perkawinan para pengemudi mobil tangki di PT Elnusa kawin yaitu sebanyak 94%. Sebagian besar tingkat pendidikan SMA/SLTA sebanyak 62%
dan sebanyak 56% tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi
Tabel 1. Karakteristik Responden menurut umur, status perkawinan, tingkat pendidikan dan riwayat keluarga yang menderita hipertensi
Karakteristik Responden Jumlah
N %
Umur
<30 10 20
>30 40 80
73 Status Perkawinan
Kawin 47 94
Belum Kawin 2 4
Duda 1 2
Tingkat Pendidikan
SD 4 8
SMP/SLTP 15 30
SMA/SLTA 31 62
Riwayat Keluarga
Ada 22 44
Tidak ada 28 56
Jumlah 50 100,0
Sumber: Data primer, 2014
.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden, sebagian besar mengalami hipertensi sebanyak 64% dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 36%. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar1. Grafikdistribusikejadian hipertensiresponden
Gaya hidup pengemudi mobil tangki yang diteliti antara lain mengenai kebiasaan merokok, didapatkan bahwa perokok ringan sebanyak 31 orang (62%), perokok berat 8 orang (16%) dan yang tidak merokok sebanyak 11 (22%). Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
36%
64%
kejadian hipertensi
Tidak Hipertensi Hipertensi
74 Gambar 2. Grafik distribusi kebiasaan merokok pengemudi mobil tangki
Gaya hidup mengenai kebiasaan minum alkohol menunjukkan bahwa pengemudi mobil tangki tidak minum alkohol sebanyak 42 orang (84%) dan minum alkohol sebanyak 8 orang (16%). Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 3. Grafik distribusi kebiasaan minum alkohol pengemudi mobil tangki Gaya hidup mengenai kebiasaan minum kopi menunjukkan bahwa pengemudi mobil tangki meminum kopi (1-3 cangkir/hari) sebanyak 28 orang (56%) dan tidak meminum kopi sebanyak 22 orang (44%). Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
22%
62%
16%
kebiasaan merokok
Tidak Merokok Perokok Ringan Perokok Berat
84%
16%
kebiasaan minum alkohol
Tidak Minum Alkohol Minum Alkohol
75 Gambar 4. Grafik distribusi kebiasaan minum kopi pengemudi mobil tangki Hasil penelitian mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Tabulasi Silang Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Pengemudi Mobil Tangki
Kejadian Hipertensi Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Kebiasaan Merokok
Tidak Merokok
Jumlah 8 3 11
% 72.7% 27.3% 100.0%
Perokok Ringan
Jumlah 9 22 31
% 29.0% 71.0% 100.0%
Perokok Berat
Jumlah 1 7 8
% 12.5% 87.5% 100.0%
Total
Total 18 32 50
% 36.0% 64.0% 100.0%
P value 0,011
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang merokok terbagi menjadi dua yaitu perokok ringan (merokok < 10 batang per hari) dan perokok berat (merokok > 20 batang per hari). Responden yang merokok lebih banyak mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Berdasarkan uji statistik chi square diketahui p value 0,011, dimana p < α (0,05) artinya ada hubungan dengan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki di PT. Elnusa Banjarmasin.
42%
58%
kebiasaan minum kopi
0 cangkir/hari 1-3 cangkir/hari
76 Untuk analisis tabulasi silang hubungan Kebiasaan Minum Alkohol dengan Kejadian Hipertensi, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Tabulasi Silang Kebiasaan Minum Kopi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada pengemudi mobil tangki
kejadian hipertensi Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Kebiasaan Minum Alkohol
Tidak Minum Alkohol
Jumlah 16 26 42
% 38.1% 61.9% 100.0%
Minum Alkohol
Jumlah 2 6 8
% 25.0% 75.0% 100.0%
Total
total 18 32 50
% 36.0% 64.0% 100.0%
Fisher's Exact Test 0,694
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang tidak minum alkohol lebih banyak daripada responden yang minum alkohol. Responden yang memiliki kebiasaan minum alkohol lebih banyak mengalami hipertensi sebanyak 6 orang (75%) dibandingkan tidak hipertensi sebanyak 2 orang (25%). Berdasarkan uji statistik Fisher's Exact Test diketahui p value 0,694, dimana p > α (0,05) artinya tidak ada hubungan dengan kebiasaan minum alkohol dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki di PT. Elnusa Banjarmasin.
Berikut ini tabulasi silang hubungan kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi:
Tabel 4 Tabulasi Silang Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi pada Pengemudi Mobil Tangki
kejadian hipertensi Total
Tidak Hipertensi
Hipertensi
Kebiasaan 'Minum Kopi
0 cangkir/hari
jumlah 8 13 21
%
38.1% 61.9% 100.0%
1-3 cangkir/hari
jumlah 10 19 29
%
34.5% 65.5% 100.0%
Total
total
18 32 50
% 36.0% 64.0% 100.0%
Fisher's Exact Test 1,00
77 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang tidak minum alkohol lebih banyak daripada responden yang minum alkohol.Responden yang memiliki kebiasaan minum alkohol lebih banyak mengalami hipertensi sebanyak 6 orang (75%) dibandingkan tidak hipertensi sebanyak 2 orang (25%).
Berdasarkan uji statistik Fisher's Exact Test diketahui p value 0,694, dimana p > α (0,05) artinya tidak ada hubungan dengan kebiasaan minum alkohol dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki di PT. Elnusa Banjarmasin.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas ) dan angka kematian (mortalitas) (Basha, 2004).Hasil penelitian juga menunjukkan jumlah respondenyang mengalami hipertensi lebih banyak dibandingkan yang tidak hipertensi. Tekanan darah responden yang memilikitekanan darah sistolik di atas normal lebih besar dibandingkan denganjumlah sampel yang memiliki tekanan darah diastolik di atas normal. Hal inidisebabkan ada bebarapa responden yang diduga menderita hipertensisistolik terisolasi, yang artinya tekanan darah sistolik di atas normal (TDS _140 mmHg) sedangkan tekanan diastolik normal (TDD < 90 mmHg).
Pengemudi mobil tangki yang menjadi subjek penelitian adalah kelompok yangmemiliki kebiasaan dan perilaku yang menjadi faktor risiko peningkatantekanan darah.
Hal ini terkait dengan kondisi pekerjaan yang berat, jam kerjayang panjang, dan faktor lingkungan yang mempengaruhi. Gaya hidup yang tidaksehat adalah kualitas tidur tidakterjaga, jam kerja yang panjang, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, danminuman berkafein, hal tersebut adalah faktorrisiko terjadinya penyakit hipertensi.
Hasil penelitian juga menunjukkanpersentase responden yang memiliki gaya hidup yang menjadifaktor risiko peningkatan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan denganresponden yang tidak memiliki gaya hidup tersebut. Menurut Nasridan Moazenzadeh (2006) Kelompok populasi yang memiliki resiko hipertensiyang besar salah satunya adalah sopir atau pengemudi. Pengemudi sebagai salah satukelompok resiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yangberhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jamkerja yang panjang dan faktor lingkungan dapat meningkatkan resikopenyakit hipertensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan anatara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki. Penelitian sejenis yang dilakukan juga menyatakan bahwa orang yang merokok mempunyai risiko untuk menderita hipertensi sebesar 2,39 kali dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.
78 Penelitian lain yang dilakukan Lee dkk (2001) mendapatkan bahwa orang merokok yang diikuti selama 3 tahun mempunyai risiko hipertensi sebesar 3,5 kali dibandingkan orang yang tidak merokok (Riyadina, 2002).
Untuk gaya hidup kebiasaan minum alkohol, hasil penelitian menunjukkantidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupanalkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darahbaru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuranstandar setiap harinya (Karyadi,2002).
Penelitian Riyadina (2002) yang dilakukan terhadap operator pompa bensin (SPBU) di Jakarta menyatakan bahwa risiko untuk terjadinya hipertensi pada peminum alkohol sebesar 2,208 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan peminum alkohol.
Pada suatu penelitian juga yang dilakukan terhadap peminum alkohol selama 4 tahun, didapatkan insiden hipertensi 4 kali lebih tinggi peminum alkohol berat atau >60gr/hari dibandingkan dengan bukan peminum dan peminum alkohol yang ringan (McMahon, 1984).
Pernyataan yang dikemukakan oleh Beever dan MacGregor (1995) juga mendukung bahwa orang yang mengkonsumsi minumanalkohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah.
Untuk gaya hidup mengenai kebiasaan minum kopi, menunjukkan tidak ada hubungan antarakebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yangdilakukan Ernita, 2012yang menyebutkan bahwa Kafein menyebabkan sebagian orang meningkat tekanan darahnya.
Efek klinis yang terjaditergantung pada respon tekanan darah responden yang diuji denganmengkonsumsi kafein setiap hari. Hasil dari penelitian tersebutmenyebutkan ada kenaikan tekanan darah pada responden yangmengkonsumsi kafein >250 mg per hari selama 5 hari. Penelitian yangdilakukan Ernita, 2012 tentang hubungan kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi menghasilkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi dengan OR 3.4 dan CI (1,2-9,4).
Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon adrenalin atau epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikantekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangipenyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosadari hati. Pada dosis tinggi, adrenalin mempunyai efek simpatomimetikyang menonjol yaitu dengan kontraksi semua pembuluh, tahanan
79 periferakan naik dan dengan ini baik tekanan sistolik maupun tekanan diastolik akan naik juga.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang gaya hidup pengemudi mobil tangki terhadap kejadian hipertensi di PT. Elnusa dapat disimbulkan bahwa ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki, dan tidak ada hubungan kebiasaan minum alkohol dan minum kopi dengan kejadian hipertensi pada pengemudi mobil tangki.
Disarankan agar pihak manajemen PT Elnusa beserta pengemudi mobil tangki untuk secara berkala mengadakan pemeriksaan kesehatan mengenai tekanan darah, dan mengupayakan kegiatan promosi kesehatan untuk menggalakan gaya hidup sehat. Selain itu hasil penelitian ini dapat dikembangkan kembali untuk dilanjutkan dengan meneliti variabel-variabel lainnya seperti status gizi, pola makan dan tingkat stress pada pengemudi mobil tangki.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibowo,Trio. 2009.“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kondisi Tekanan Darah Sopir(Studi Prevalensi pada Paguyuban Rukun Sentosa Semarang Tahun2009)”.
Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Semarang: Universitas Diponegoro Basha, A., 2004. Sekilas Rokok dan Merokok. http/ www. Waspada Co. Id Diakses Maret
2016
Beevers,D.Gareth.2005.“Alcoholand Hypertension” Hypertension Principles and Practice.
United State of America: Taylor & Francis Group
Brown, E Judith. 2005. Nutrition through the Life Cycle. USA: ThomsonWadsworth
Ernita, 2012. Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki- Laki Di Kota Lhokseumawe Provinsi Nanggro Aceh Darussalam. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Gunawan L, 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat dan Jantung Koroner.
Intisari. Mediatama, Jakarta
Nasri and Moazenzadeh. 2006. “Coronary Artery Disease Risk Factors In Driving Versus Other Occupations”. ARYA Journal 2006 (Summer); Volume 2, Issue Diakses pada 26 Januari 2015
Riyadina, W., 2002. Faktor - Faktor Resiko Hipertensi Pada Operator Pompa Bensin di Jakarta, Media Litbang Kesehatan Vol.XII No 2, Jakarta
Suma’mur, P. K., Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta. 2010
Yang, Haiou, dkk. 2006. “Work Hours and Self-Reported Hypertension Among Working People in California”. Hypertension. 2006;48:744-750. Diakses pada 27 Januari 2015 dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16940208
Wang,PD and RSLin. 2001.“Coronary Heart Disease Risk Factors In Urban Bus Drivers”.
Public Health(2001)115,261–264. Diakses pada 4 Februari 2012 dari Pro Quest Information and Learning Company
Wolf, H.P. (2006). Hipertensi: Cara Mendeteksi Dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Alih bahasa Lily Endang Joe liani. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.