i
PELAJARAN 2016/2017 OLEH:
IHSAN WAHYUDI
NIM.15.1.13.1.062
Skripsi Diajukan kepada Universitas Agama Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana
Pendidikan Agama Islam
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2016/2017
ii
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh : IHSAN WAHYUDI
NIM. 15.1.13.1.062
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2017
vi
vii
Tolong menolong kamu dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha berat siksa-Nya ( Q S Al-Maidah :2).1
1Al-Qur anul Surat Al-Maidah, ayat :2
viii Bapak ku dan Ibu ku
Ayahanda tercinta YUSUF dan ibu tercinta JUMENAH, yang tiada pernah hentinya selama ini memberikanku semangat, doa, dorongan, nasihat, dan kasih sayang, hingga pengorbanan yang takkan tergantikan hingga kini menjelma menjadi lelaki yang tangguh dalam menghadapi segala rintangan.
Bapak ibu ku terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.Maafkan aku yang selalu menyusahkau.
Ya Allah, terimakasih telah engkau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu. Berikanlah balasan Surga Firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka dari panasnya api neraka. Aamiin..
Dosen Pembimbing Ku
Terimakasih pak, atas waktu dan ilmunya yang selalu dengan sabar memperbaiki kesalahanku, menggemblengku, dan menjadikanku lebih baik lagi.Mungkin, mahasiswa bimbinganmu yang selalu merepotkan dan selalu membuatmu kesal ini tidak bisa membalas kebaikanmu. Namun ku pastikan segala ilmu yang ku dapat darimu akan ku amalkan, agar menjadi amal jariyah untukmu. Insha Allah. (Drs. H. Baehaqi, M.Pd.
&Dr. Akhmad Asyari, M.Pd.) Saudara–saudara ku tercinta
Teruntuk saudaraku–saudara q tercinta, Keluargaku tercinta yang selalu memberikan suport kepada saya, sehingga skripsi dapat terselesaikan.
Sahabat–sahabat ku
Sahabat - sahabatku yang tercinta, kelas B IAIN MATARAM yang telah memberikan pelajaran yang begitu berharga, motivasi-motivasi yang tidak ada hentinya, dan dukungan yang begitu besar terhadap saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa melakukan aktivitas dengan baik, sehat wal‘afiat khususnya kepada penulis sehingga skripsiyang berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kenakalan Siwa Kelas X di SMK Negeri 1 Narmada Tahun Pelajaran 2016/2017”
ini bisa digarap dengan baik.
Tak lupa juga kita sampaikan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang menderang seperti yang kita nikmati udara yang segar pada saat ini.
Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan terhormat kepada :
1. Drs. H. Baehaqi, M.Pd., selaku pembimbing I dan Dr. Akhmad Asyari, M.Pd, selakupembimbing II yang telahmeluangkanwaktumemberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;
2. Dr. H. Mutawali, M.Ag., selaku Rektor Universita sIslam Negeri Mataram beserta pegawai-pegawai, Bapak dan Ibu Dosen serta segenap universitaskademika;
3. Kepala sekolah beserta seluruh jajaran dewan guru dan karyawan sertasiswa-siswi SMK Negeri 1 Narmada, yang telahmemberikan kemudahan dalam penelitian.
4. Ayahanda tercinta Yusuf dan ibunda tersayang Jumenah yang telah ikhlas dan bersabar dalam mendukung saya sehingga skripsi ini terselesaikan
x
6. Untuk semua keluarga yang telah mendukung dan mengkondisikan tempat tinggal kita sehingga kondusif dan skripsi ini bisa terselesaikan.
7. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam kelas B yang tidak dapat disebutkan satu persatuatas bantuannya dalam memotivasi penyusun skripsi ini.
Penulis telah berusaha sepenuh kemampuan penulis, namun jika masih terselip kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini, penulis berharap saran serta kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Akhir kalam, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Mataram, 2017
Penyusun
IHSAN WAHYUDI
xi
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEBIMBING ... iii
NOTA DINAS... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI...x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Konteks Penelitian ...1
B. Fokus Penelitian ...6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...7
E. Telaah Pustaka ...9
F. Kerangka Teori ...11
1. Konsep Tentang Kenakalan Remaja/Siswa ...11
a. Pengertian Kenakalan Remaja/Siswa...12
b. Penyabab Timbulnya Kenakalan Remaja/Siswa...14
c. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja/Siswa ...18
2. Konsep Tentang Guru Pendidikan ...20
a. Pengertian Guru/Pendidikan...20
b. Tugas dan fungsi Guru PAI...24
c. Upaya Guru PAI...28
x
xii
a. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam...33
b. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X34 c. TujuanPendidikan Agama Islam ...38
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Kelas X ...39
G. Metode penelitian ...41
1. Pendekatan Penelitian ...41
2. Kehadiran Peneliti...43
3. Lokasi Peneltian ...44
4. Sumber Data ...44
5. Prosedur Pengumpulan Data ...46
a. Observasi ...47
b. Wawancara ...47
c. Metode Dokumentasi ...47
6. Teknik Analisis Data ...50
7. Validitas Data...52
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ...53
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MTs. Negeri 3 Mataram ...53
1. Latar Belakang ...53
2. Letak Geogrefis ...53
3. Visi Misi Sekolah...54
4. Keadaan Guru, Pegawai Dan Siswa...55
5. Keadaan sarana dan prasarana ...53
6. Tata TertibSiswa SMK Negeri 1 Narmada ...59
7. StrukturOrganisasi ...64
B. Bentuk bentuk kenakalan yang dilakukan siswa kelas X SMKN 1 Narmada Lombok Barat ...66
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja ...74
xiii
Pelajaran 2016/2017...77
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa ...81
BAB III PEMBAHASAN ...84
A. Bentuk – Bentuk KenakalanYang DilakukanSiswaKelas SMKN 1 Narmada Kabupaten Lombok barat ...84
A. Faktor- factor penyebab terjadinya kenakalan pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Narmada ...….89
B. Upaya Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas X Smkn 1 Narmada ...….97
BAB IV PENUTUP ...100
A. KESIMPULAN ...100
B. SARAN ...101
DAFTAR RUJUKAN ...105
LAMPIRAN-LAPIRAN ...122
xiv OLEH IHSAN WAHYUDI NIM.151.131.062
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan mengetahuipermasalahan kenakalan remaja / siswa dan bagaimana penanganan yang dilakukanoleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan tersebut, sertamengungkap faktor-faktor apa saja yang menghambat ataupun mendorong usahaguru Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapatdipergunakan untuk menyempurnakan penanganan terhadap permasalahan yangsama yaitu kenakalan siswa.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latarbelakang SMK Negeri 1 Narmada Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung(observasi ), wawancara mendalam, dokumentasi, dan. Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat adanya bentuk kenakalan yangbervariasi oleh beberapa siswa diantaranya, siswa suka tidak memperhatikan guru ketika guru sedang mengajar , tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, suka membolos, sering terlambat masuk sekolah, merokok dan sebagainya yang diakibatkan oleh beberapa faktorbaik faktor internal atau eksternal. (2) Ada beberapa bentuk usaha yang dilakukanoleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa, yaitudengan tiga fase, pertama tindakan preventif, kedua represif dan ketiga kuratif.(3) Ada beberapa faktor yang mendukung usaha Guru PAI tersebut diantaranyaialah adanya kerjasama yang baik yang terjalin antara orang tua siswa dengan paraguru ( pihak sekolah ). Peran orang tua sangat besar bagi tercapainya usaha yangdilakukan oleh Guru PAI. Sedangkan faktor yang menghambat bagi kelancaranusaha Guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa diantaranya kurangnyakesadaran siswa utnuk mematuhi peraturan sekolah dan kurangnya pengawasandari orang tua terhadap pergaulan siswa.
Kata kunci: Kenakalan
1 A. Konteks Penelitian
Setiap orang menyadari bahwa harapan dimasa yang akan datang terletak pada putra - putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar putra-putrinya kelak menjadi orang yang berguna, oleh karena itu perlu adanya pembinaan yang terarah bagi putra-putrinya sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.
Dengan semakin lajunya arus globalisasi saat ini memberikan damfak yang sangat serius terhadap kehidupan anak atau masyarakat. Perkembangan teknologi yang sangat pesat serta lajunya arus globalisasi yang begitu cepat tidak hanya memberikan damfak kepada orang dewasa, akan tetapi juga berdamfak terhadap pola dan gaya kehidupan kaum remaja ( khususnya remaja yang berada pada usia sekolah), baik ditingkat sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas ( SMA) sederajat, karena pada umunya usia mereka berkisar antara 13-21 tahun2
Anak adalah amanah Allah SWT, yang diberikan kepada orang tua, masyarakat dan bangsa. Nasib dan masa depan bangsa dikemudian hari, ditentukan oleh kondisi anak bangsa hari ini oleh karena itu menjadi tanggung
2Arnadi Arkan dan Ijtihad, Strategi Penanggulangan Kenakalan Anak Usia Sekolah, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No. 6 ( Jakarta : Ittihad Jurnal Kopertis, 2006),h.1
jawab kita untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas yaitu generasi yang kuat imannya, mantap ilmunya,dan mulia akhlaknya.
Pada hakikatnya manusia terlahir ke dunia membawa fitrah (potensi) Potensi ini harus mendapat tempat dan perhatian untuk di kembangkan secara positif, sehingga manusia dapat hidup sejalan dengan tujuan Allah SWT yang menciptakannya. Yaitu penghambaan diri kepada Allah SWT untuk mem per-oleh kebahagiaan dunia akhirat.Selain menghambakan diri kepada Allah SWT, manusia sebagai khalifah (pemimpin) di dunia. Dengan fitrah yang sudah di miliki manusia sejak lahir, itu adalah modal utama supaya di kembangkan dalam semasa hidupnya untuk menuju khalifah fil ardl, dan tentu membutuhkan proses yang panjang. Nabi Muhammad SAW bersabda
.
ْﻦ ِﻣ ﺎ َﻣ
)
ﻢ ﻠ ﺴ ﻣ ه و ر .(
“Seorang bayi tak di lahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi” (HR.Muslim)3
Hadist Riwayat Muslim di atas menerangkan bahwa pentingnya sebuah proses pengembangan fitrah seorang anak yang baru lahir. Proses tersebut berupa pendidikan yang di berikan orang tua kepada anak sampai dia benarbenar siap untuk menjadi insan kamil. Namun dalam proses
3Dikutip dari Shahih Muslim, Juz 2( Al-Qana’ah:Indonesia t.t), hlm 457
perkembangan fitrah anak tak semata-mata sesuai dengan mestinya, karena pada saat pertumbuhan seorang anak menerima berbagai informasi dari lingkungan luar. Informasi tersebut tidak selalu bersifat positif, namun banyak informasi negatif yang dapat mempengaruhi perilaku buruk anak. Derasnya arus globalisasi saat ini, teknologi informasi global semakin maju dan sangat mudah di akses oleh semua kalangan. Begitu juga halnya di sekolah banyak siswa yang menggunakan teknologi yang berupa telpon genggam pada saat proses pembelajaran berlasung, dan banyak juga siswa yang menggunakan telpon genggam untuk mencari jawaban ketika ulangan. Dan sekarang bisa kita lihat sendiri hampir di setiap sekolah, siswa –siswinya membawa telpon seluler, yang banyak berdamfak negatif bagi siswa itu sendirti.
Pengaruh negatif juga bebas masuk di lingkungan masyarakat, yang dapat berdampak pada gaya atau perilaku bersosial setiap individu masyarakat.
Apalagi damfak tersebut sangat rawan bagi seorang anak remaja dalam pertumbuhannya, sehingga timbul perilaku menyimpang seperti kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan problem lama yang belum pernah terselesaikan dan kerap muncul di kehidupan masyarakat, bahkan hidup berkembang dapat merusak nilai-nilai moral, asusila, nilai luhur agama dan norma hukum yang berlaku didalam masyarakat. Kehidupan remaja saat ini sering di hadapkan pada permasalahan yang komplek, tentunya sangat perlu perhatian dari semua pihak.
Dari teori diatas, yaitu adanya konflik mental yang di alami remaja terhadap menghadapi lingkungan, maka bagi remaja sangat di perlukan adanya
pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran agama, moral, dan hukum. Fakta keseharian menunjukan bahwa remaja yang kerap melakukan pe nyi-
mpangan perilaku sebagian besar di sebabkan kurangnya memahami norma nor ma, bahkan menunaikan perintah agama4
Pendidikan moral atau akhlak mendapatkan posisi tertinggi dalam pendidikan Islam, karena moral menjadi mahkota pendidikan.Pendidikan Islam merupakan salah satu upaya untuk membentuk seorang siswa tidak hanya memiliki pengetahuan dan terampil tentang pengetahuan agama Islam, namun juga dapat berpengaruh pada kepada pembentukan akhlak mulia.
Pendidikan agama Islam di sekolah adalah sebagai bentuk pengembang an kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman agama, yakni meningk atkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT serta kemuliaan akhlak.Pendidikan agama Isman di sekolah sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian siswa karena dari seluruh mata pelajaran yang ada, PAI merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kepribadian siswa sebab kepribadian yang dimiliki oleh siswa bukan hanya akan diimplementasikan di lingkungan sekolah saja, akan tetapi juga di luar sekolah atau di tengah masyarakat.
Keberadaan guru, terutama guru pendidikan agama Islam di sekolah di anggap paling strategis dalam menangani kenakalan anak – anak remaja usia sekolah tersebut, sebeb tugas guru bukan hanya dalam bentuk kegiatan alih
4Aat Syafaat, Sohari Sahrani. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja .hlm.3
pengetahuan dan keahlian ( transfer of knowledge and skill), akan tetapi yang paling utama adalah kegiatan alih nilai dan budaya dalam suatu proses yang terus berkembang ( transfer of values and culture), akan tetapi guru mempunyai tugas untuk membina siswa kearah yang lebih maju dan positif, dalam bentuk adanya perubahan sikap, perubahan pola piker, perubahan tingkah laku dan perubahan wawasan serta adanya peningkatan kemampuan yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Namun permasalahan sekarang kenakalan remaja juga menimpa dan menjangkit di lembaga pendidikan di Kabupaten Lombok Barat saat ini, salah satunya seperti yang terjadi di SMKN 1 Narmada. Menurut salah satu sumber yang ditemui peneliti, siswa –siswinya juga mengalami masalah yang ujung- ujungnya mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku atau disebut dengan kenakalan. Diantaranya seperti bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan guru ketika sedang mengajar, sering terlambat masuk sekolah, ramai ( gaduh didalam kelas ), merokok dan lain sebagainya.5
Dari uraian diatas, peneliti termotivasi untuk mengetahui dan men eliti lebih jauh tentang“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas X SMKN 1 Narmada Tahun Pelajaran 2016/2017.
5Sumiani, Guru PAI, Wawancara, Ruang Perpustakaan SMKN 1 Narmada : Tanggal 13 april 2017
B. Fokus Penelitian
Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah :
1. Bagaimana bentuk – bentuk kenakalan yang dilakukan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017?
2. Bagaimana Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat usaha Guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa SMKN 1 Narmada TP 2016/2017?
C. Tajuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan pokok permasalahan tersebut peneliti mengemukakan beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diharapkan dari peneliti skripsi ini.
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ;
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017
b. Untuk mengetahui Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengata si kenakalan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat usaha Guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa SMKN 1 Narmada TP 2016/2017
2. Manfaat Penelitian
Mengenai kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Sacara Praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar upaya penanggulangan kenakalan siswa dan bagi para Guru Pendidikan Agama Islam berguna untuk untuk menyukseskan penanggulangan kenakalan siswa
2. Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi tentang upaya dan peranan guru pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa khususnya di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun batasan ruang lingkup dan sekaligus obyek dalam penelitian ini adalah Perana Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanggulangi Kenakanlan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada Tahun Pelajaran 2016/2017. Supaya dalam penelitian ini bisa terarah, teratur dan tidak keluar dari permasalahan yang ada, selain itu juga untuk mempertimbangkan waktu, tenaga, materi maupun ilmu yang relatip terbatas maka peneliti memberi batasan terhadap permasalahan yang akan di teliti, yaitu :
a. Mendeksripsikan secara umum jenis-jenis kenakalan yang dilakukan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017.
b. Mendeksripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017
c. Mendeksripsikan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada TP 2016/2017
2. Setting Penelitian
Setting penelitian merupakan lokasi penelitian dimana peneliti akan melakukan penelitian. Dalam hal ini sekolah yang akan menjadi tempat atau obyek penelitian nantinya adalah SMKN 1 Narmada. Dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian SMKN 1 Narmada. Peneliti memilih lokasi SMKN 1 Narmada atas beberapa pertimbangan, salah satunya,di sekolah tersebut masih banyak anak muridnya yang melakukan hal-hal yang tidak terpuji atau sering di kenal dengan kenakalan siswa seperti siswa yang suka membuat keributan di kelas, suka bolos, tidak pernah masuk sekolah, suka usil atau mempermainkan temannya, sering terlambat, tidak disiplin, tidak mentaati tata tertib sekolah, sering berbohong dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan, membawa rokok kesekolah, dan merokok dalam kelas. Dengan banyaknya siswa yang melanggar tata tertib tersebut membuat penulis tertarik untuk menyelidiki lebih jauh tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa kelas X di SMKN 1 Narmada tahun pelajaran 2016/2017
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian yang sedang dilaksanakan diantara hasil-hasil penelitian yang sedang dilaksanakan dan diantara hasil-hasil penelitian terdahulu yang bertopik serupa.Tujuannya untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait.Jadi, pustaka yang ditelaah harus memiliki persamaan dengan fokus penelitian.
Begitu juga dalam konteks penelitian yang peneliti lakukan sekarang ini, walaupun banyak yang sudah melakukan kegiatan penelitian yang terkait dengan upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa di SMKN 1 Narmada Tahun Pelajaran 2016/2017, namun rumusan dan batasan masalah dan kedalaman kajian penelitiannya memiliki perbedaan- perbedaan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Sebagai gambaran dan bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka berikut ini peneliti menguraikan beberapa penelitian yang serupa dengan penulis teliti.
1. Pada tahun 2016, skripsi yang di susun oleh Suharman NIM. 151.091.069, alumni IAIN Mataram yang berjudul : “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Di SMA Muhammadiyah Kecamatan Sape Kabupaten Bima “.6
Dalam penelitian diatas diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Faktor –faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa/siswi di SMA Muhammadiyah Kecamatan Sape Kabupaten Bima dipengaruhi oleh
6Suharman, Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Di SMA Muhammadiyah Kecamatan Sape \Kabupaten Bima.2016
barbagai keadaan, seperti halnya keadaan lingkungan belajar yang tidak dinamis, keadaan ekonomi, dan sosial budaya masyarakat tempat siswa bergaul dan bentuk kenakalan remaja atau siswa berupa kenakalan dalam pelanggaran norma hokum, norma agama dan norma susila. Kenakalan siswa dapat merugikan tidak hanya bagi siswa itu sendiri, namun keluarga, sekolah dan lingkungan sosial juga bisa terkena dampaknya sehingga kenakalan siswa harus diminimalisir.
b. Peranan guru pendidikan Agama Islam terhadap penanggulangan kenakalan siswa/siswi di SMA Muhammadiyah Kecamatan Sape Kabupaten Bima, sebagai paparan data dan temuan serta hasil pembahasan bahwa pola pendekatan guru pendidikan agama islam sangatlah penting terhadap penanggulangan kenakalan siswa. Hal ini disebabkan karena tanpa tindakan dan bantuan guru akan membuat turunnya kualitas dan kemampuan siswa sesuai dengan yang diharap oleh pemerintah. Dengan demikian bahwa, guru pendidikan agama Islam mempunyai peran ganda.
Disamping sebagai guru yang mengajar, juga sebagai pembimbing terhadap menanggulangi kenakalan siswa karena jika dilihat dari pandangan agama oleh karena itu guru agama harus berpengetahuan yang banyak tentang agama karena dengan agama jiwa seseorang bisa tenang, damai dan tentram jika agama melekat dalam diri insan.
2. Pada tahun 2008, skiripsi yang disusun oleh Bahjatun Nisah NIM.
151.961.047, alumni IAIN Mataram yang berjudul “ Peranan Guru BP dalam
mengatasi kenakalan siswa untuk meningkatkan kesadaran beragama di SMU Al’Ma’rif Mataram”.
Dalam penelitian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Peran guru BP, terletak pada kegiatan pelayanan terencana terhadap anak yang melakukan pelanggaran tata tertib untuk memecahkan problema pribadinya yang dapat menghambat kelancaran proses belajar;
b. Upaya guru BP dalam meningkatkan kesadaran beragama bagi siswa adalah bersama guru pendidikan agama Islam memberikan pendidikan keagamaan secara tidak lasung, dan mengadakan kegiatan pembinaan rohani pada saat perayaan hari-hari besar.
Bisa peneliti deskripsikan bahwa dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, tetapi dalam penelitian ini terdapat juga persamaan dan perbedaannya. Dimana perbedaannya terletak pada subjek, lokasi penelitian, dan perbedaannya terdapat pada fokus permasalahan / fokus penelitian yang di angkat atau dibahas. Dan persamaannya ialah terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa, dan upaya – upaya Guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa.
F. Kerangka Teoritik
1. Konsep Tentang Kenakalan Siswa
Siswa mengalami sosialisasi dalam hidup, pengaruh baik dan buruk selalu muncul di tengah –tengah masyarakat ( tempat tinggal dan sekolah). Masa transisi pada kehidupan siswa dalam pencarian identitas
dirinya, siswa sangat terpengaruh oleh pergaulan sosial masyarakat di sekitarnya, baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah. Jika orang atau teman di sekitarnya baik maka siswa tersebut juga akan berkembang menjadi baik dan sebaliknya.
a. Pengertian Kenakalan Siswa
Kenakalan remaja dikenal dengan istilah “ juvenile Delequency”.
Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak–anak, anak muda, cirri karakteristik pada masa muda, dan sifat – sifat khas pada periode remaja. sedangkan delinquency berasal dari bahasa latin “ deliquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, dan diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, criminal, pelanggar aturan, perbuatan rebut dan semisal dengan itu.7 Mengacu pada istilah juveline deliuency maka secara sederhana dapat dipahami sebagai kenakalan anak atau kenakalan remaja.
Kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asocial bahkan anti sosial yang melanggar norma – norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Pengertian tersebut terungkap dalam Bakolak Inpres Nomor 6/1971 Pedoman 8, Tentang Pola Penanggulangan Kenakalan Remaja.8 Sedangkan Menurut Dr. Kusumanto, Kenakalan remaja adalah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat- syarat dan pendapat umum
7Kartini Kartono, patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja( jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2011), h.6
8Sofyan S. Wilis, Remaja dan Masalahnya ( Bandung :PT Alfabeta, 2010), h. 1
baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan.9
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti mendeskripsikan bahwa bahwa yang dimaksud kenakalan remaja iaitu kenakalan merupakan suatu bentuk perbuatan yang melanggar dan bertentangan dengan hukum serta norma yang berlaku didalam suatu masyarakaat. Kenakalan / prilaku menyimpang sering terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat terutama di sekolah atau di mana saja, selama perbuatan / tingkah laku itu melanggar peraturan , norma yang berlaku di keluarga, masyarakat, dan sekolah, maka hal itu dikatakan kenakalan / perilaku menyimpang.
Kenakalan remaja tidak terlepas dari pengaruh lingkungan karena pada tingkat usia remaja seseorang cenderung meniru keadaan lingkungan sekitarnya. Pihak yang paling bertanngung jawab atas masalah kenakalan remaja sebenarnya adalah keluarga, karena sesuai fungsinya setiap keluarga mempunyai tanggung dalam bentuk setiap anggotanya untuk menjadi manusia yang dewasa, baik jasmani maupun rohani10
Berdasarkan latar belakang tersebut, baik secara intern maupun ekstern penanggulangan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan mengikut sertakan lembaga-lembaga keagamaan orang tua, sekolah, organisasi pemuda, dan terlibatnya remaja dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja dapat berupa penanaman sikap hidup beragama, memeberi pengertian agar para remaja menghayati segala norma agama
9Ibid, h. 89
10Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih,. h. 116
yang harus dipatuhinya secara konsekuen. Para remaja diajak berpikir dan bersikap untuk merealisasi seluruh ketentuan agama,baik yang bersifat vertikal maupun horizontal
b. Penyebab Timbulnya Kenakalan Siswa.
Kenakalan pada dasarnya disebabkan oleh adanya dua faktor, yakni faktor internal di dalam remaja dan faktor eksternal dari luar dirinya.11 Faktor internal dapat berupa keadaan fisik, usia, perasaan, kedudukan dalam keluarga, maupun adanya konflik batin dan ketegangan emosional dalam dirinya. Faktor eksternal yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan itu sendiri, misalnya karena pengaruh lingkungan sekitarnya dan faktor keluarga. Faktor eksternal meliputi: ketidak harmonisan keluarga, faktor ekonomi yang kurang mencukupi untuk kehidupan sehari- hari, pengaruh media massa dan lain-lain.
Secara fenomelogis tanpak bahwa kenakalan timbul masa pubertas panca roba, dimana jiwa dalam keadaan labil sehingga mudah tersesat oleh lingkungan ( masih untung bila tersesat/terpengaruh oleh kondisi positif dari lingkungan ). Seseorang beberapa saat telah dibentuk oleh lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), termasuk kesempatan yang diluar control yaitu:
1. Lingkungan keluarga yang pecah,kurang perhatian, kurang kasih sayang, karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri ( termasuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari)
11Y. Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, h. 35.
2. Situasi ( rumah tangga, sekolah, lingkungan ) yang menjemukkan dan membosankan padahal tempat-tempat tersebut mestinya dapat merupakan faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi anak-anak ( termasuk lingkungan yang rekreatif)
3. Lingkungan masyarakat yang tidak/kurang menentu bagi prospek kehidupan
masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manip usi, gossip, isu-isu negatif / destruktif, perbedaan terlalu mencolok antara si kaya dan msikin, dan sebagainya12
Dari pendapat diatas dapat dikemukakan, bahwa munculnya gejala negative atau kenakalan remaja merupakan eksperisi diri seorng remaja terhadap kondisi lingkungan yang dalam keadaan tidak setabil sehingga mendorong prilaku remaja untuk mencoba hal-hal yang baru untuk pelarian diri dari gejala lingkungan yang menjemukkan.
Menyelesaikan masalah kenakalan remaja merupakan satu hal yang tidak mudah karena masalah kenakalan itu sendiri merupakan masalah yang sangat kompleks yang tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, namun merupakan akumulasi dari berbagai macam faktor yakni faktor dari individu sendiri, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
1. faktor dari individu, krisis identitas diri pada remaja dapat memicu terjadinya prilaku delinqun. Erikson berpendapat bahwa masa remaja berkaitan dengan perkemngan perasaan atau kesadaran akan jati dirinya.
12Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta : PT Rineka Cipta,2000),h.93
Remaja dahadapkan pada berbagai pertanyaan yang menyangkut keberadaan dirinya, masa depannya ,peran-peran sosialnya. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dan makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti akan memiliki kepribadian yang sehat. Dan sebaliknya,apabila gagal,maka dia akan mengalaminya kebingungan atau kekacauan. Suasana kebingungan ini akan berdamfak kurang baik bagi remaja. diantaranya dapat menyebabkan remaja tersebut melakukan tindakan delinkuen.
2. faktor keluarga.
Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan remaja terjerumus kedalam tindakan delinkuen.Hal ini disebabkan karena remaja pertama kali tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarganya. Masalah yang dihadapinya bisa berasal dari kedua orang tuanya, saudara-saudaranya, masalah sosial ekonomi, kurang adanya perhatian,kurang dirasakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, sikap pilih kasih dari orang tua, kesemuanya merupakan persoalan- persoalan yang mampu menjerumuskan remaja kedalam tindakan- tundakan delinkuen.
3. faktor dari sekolah.
Sekolah dianggap remaja sebagai rumah kedua. Oleh karena itu, jika kondisi sekolah yang buruk atau yang kurang kondusif akan dapat menyebabkan remaja melakukan tindakan – tindakan delinquen. Kondisi tersebut minimnya fasilitas belajar. Tempat belajar yang tidak layak huni,
sanitasi yang buruk dan sebagainya. Kesemuanya dapat menyebabkan anak / remaja menjadi tidak betah belajar, tidak ada minat atau keinginan yang kuat untuk sekolah yang pada akhirnya banyak diantara mereka yang menjadi pengangguran.
4. faktor dari lingkungan.
Masa remaja meruapkan masa yang sangat rentang terhadap pengaruh eksternal, karena masalah remaja merupakan proses pencarian identitas diri. Remaja mudah sekali terpengaruh dan meniru gaya masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, masyarakat dalam berbagai corak dan bentuknya akan terpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan remaja. perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan pristiwa yang menegangkan memiliki hubungan yang relevan dengan kenakalan remaja pristiwa tesebut dapat berupa tawuran dan perkelahian antar remaja, perusakan, pengangguran,minum-minuman keras, narkoba,dan sebagainya.13
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa penyebab timbulnya kenakalan remaja disebabkan oleh empat factor yaitu, faktor dari individu itu sendiri, faktor keluarga, faktor dari sekolah, dan yang terakhir yaitu faktor dari lingkungan. Dari keempat faktor inilah yang menyebabkan terjadinya /timbulnya kenakalan remaja, oleh karena itu orang tua dan guru harus memperhatikan keempat faktor tersebut
13Sri Helmi Hayati, Remaja Dan Problematikanya, ( Depok, Yogyakarta : jln. Wirajaya no. 310A condongcatur), h. 127-138
c. Bentuk –bentuk Kenakalan Siswa
Menurut Y. Singgih Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan kaitannya dengan norma hokum, yaitu kenakalan remaja yang banyak terjadi pada saat ini adalah yang bersifat a- moral dan a- social dan tidak diakui dalam undang–undang.
Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasinya adalah sebagai berikut :
1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak di atur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran sebagai pelanggaran hukum adalah berupa:
a) Membolos sekolah b) Melawan orang tua c) Pemalakan
d) Perkelahian e) Suka bohong
f) Kebut-kebutan dijalan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri dan orang lain.14
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelsaian sesuai dengan undang-undang dan hokum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa, pelanggaran atau keajahatan terhadap norma-norma yang diatur dalamKHU.adlah:15
a) Kajahatan-kejahatan kekerasan b) Pencurian
c) Penipuan
d) Pemerasan demngan pengancaman
e) Menghancurkan dan merusak barang orang lain f) Kejahatan kesusilaan dan narkotika
Sedangkan Zakiah Daradjat, beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja dibagi dalam tiga bagian :
a. Kenakalan ringan diantaranya : tidak patuh orang tua, lari atau bolos dari sekolah, sering berkelahi, cara berpakaian.
b. Kenakalan yang mengganggu ketentraman orang lain, yitu : mencuri, menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkoba.
c. Kenakalan seksual meliputi : kenakalan terhadap jenis lain dan kenakalan terhadap orang sejenisnya.16
Dengan demikian, kenakalan siswa/remaja dapat peneliti mendeskr ipsikan ialah mencakup semua perbauatan, tingkah laku siswa yang bertent angan dengan norma hukum,susila dan agama. Semua kenakalan siswa tersebut merupakan akses dari ketidak mampuan siswa dalam mengahadapi berbagai problem/masalah yang datang dari dalam dirinya,
15Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, dalam
http://wwww.ubb.ac.id.Email:[email protected]diambil tanggal 09 januari 2017,pukul 21.00 WITA
16Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978),h.9-10
sebagai akibat dari perkembanan fisiknya, maupun yang datang dari luar dirinya.
2 . Konsep Pendidikan Agama Islam a. Pengertian ilmu pendidikan Islam
Untuk mencapai kehidupan manusia yang profesional, dibituhkan kesadaran untuk memahami pengertian segala sesuatu, dan mampu membuat pengertian terhadap konsep yang telah diketahui dari suatu realitas yang ada, baik dari sudut fisikalitasnya maupun dari hal yang metafisik.
Menurut Beni Ahmad Saebani yang di maksud dengan ilmu pendidikan Islam yaitu :
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang dapat berasal dari ide, pengalaman, observasi, intuisi, dan wahyu dalam suatu ajaran agama. Oleh karena itu, ilmu berbeda dengan pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan hanya dikatakan mengetahui sesuatu, tetapi belum dikategorikan telah berilmu, sebagaimana sumber pengetahuan dapat berasal dari pengalaman, tetapi pengalaman belum dapat membentuk ilmu.
Pendidikan adalah usaha yang bsersifat mendidik ,membimbing, membina, memengaruhi, dan mengarahkan dengan seperangkat ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Tempat untuk melakukan pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Islam adalah nama salah satu agama yang datang dari Allah SWT.
Yang ajaran –ajarannya bersumber dari wahyu Al-Quran dan As-Sunnah.
Di dalam Islam terdapat berbagai tuntuan Allah dan Rasul-Nya yang bersifat memerintah, melarang, dan menganjurkan. Semua titah yang terdapat dalam agama mengandung konsekuensi logis yang berupa pahala dan sanksi bagi para pemeluknya.17
Dari uraian diatas maka dapat peneliti deskripsikan bahwa ilmu pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, yang diajarkan, dibinakan, dan dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik dengan menerapkan metode dan pendekatan yang Islami dan bertujuan membentuk peserta didik yang berkepribadian muslim.
Sesuai dengan pengertian ilmu pendidikan Agama Islam diatas, kesadaran merupakan hal yang paling utama di dalam diri setiap manusia, karena tanpa kesadaran itu manusia tidak bisa menjalankan perintah Agama di mana tempat dia dilahirkan atau dia bermasyarakat maka kehidupan akan percuma tanpa kesadaran tersebut.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan agama Islam Kelas X 1. Hakikat Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas X
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta
17Beni Ahmad Saebani, dan Hendra Akhdiyat. Ilmu Pendidikan Islam( Bandung : CV.
Pustaka Setia, 2012), h.21-22
didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang- kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang danjenis pendidikan.Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang amat penting da lmkehidupan umat manusia, menjadi pemandu dalam upaya mewujudkansuatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat18 2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas X.
bertujuan untuk :
a) Memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan keberagamaan peserta didik;
b) Mendorong peserta didik agar taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari;
c) Menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
d) Membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berprilaku juju r, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif,kooper atif, ikhlas, dan bertan-ggung jawab; serta mewujudkan kerukunan antar umat beragama;19
18Nelty Khairiyah dan Endi Suhendi Zen. Pendidikan Agama Islamk dan Budi Pekerti kelas X, (Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 19
19Pendidikan Agama Islamk dan Budi Pekerti kelas X...h.20
Adapaun fungsi dan tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah berfungsi :
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama –tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan secara oftimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara oftimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan pula bermanfaat bagi orang lain.
3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran islam dikehidupan sehari hari.
4. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayaakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5. Penyesuian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya melalui ajaran Islam
6. Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia akhirat20
Adapun fungsi pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetep kokoh dalam situasi dan kondisi apapun
2. Pendidikan Agama Islam berusaha dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist serta otentisitas keudukan sebagai seumber utama ajaran Islam .
3. Menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan keseharian 4. Menjadi landasaan moral dan etika dalam perkembangan iptek dan budaya
serta aspek-aspek kehidupan lainnya.21
Dari uraian di atas fungsi pendidikan agama Islam ialah berusaha menjaga akidah peserta didik ,sehingga akidah peserta didik tidak bisa tergoyahkan dalam situasi,dan kondisi apapun, dalam ajaran pendidikan agama Islam berusaha memelihara nilai-nilai yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist, di dalam pendidikan agama Islam yang diajarkan berfungsi untuk menjaga kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan sehari – hari, dan fungsi pendidikan Islam ialah sebagai landasan moral dan etika dalam menghadapi berbagai perkembangan iftek dan budaya dalam kehidupan.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam.
Tujuan pendidikan Guru Agama Islam ialah:
1. Membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim sejati
20Ramayulis,Metodologi,h.21-22
21H, Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Mengura Benang Kusut Dunia pendidikan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persanada, 2006),h.102
2. Beriman Teguh , bermal sholeh dan berakhlak mulia 3. Dan berguna bagi massyarakat, agama dan Negara.
Tujuan pendidikan Guru Agama tersebut adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksnakan pendidikan Agama. karena dalam mendidik Agama yang perlu ditanamkan lebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh itu maka akan menghasilkan ketaatan menjlankan kewajiban Agama.
Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, pengahayatan dan pengamalan beserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.22
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktikkannya dan meningkatkan pengalaman ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan tujuan utama pendidikan agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.
22Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,.h.22
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X Adapun ruang lingkup / materi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu :
1. Aku Selalu Dekat dengan Allah swt
2. Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cermin 3. Kepribadian dan Keindahan Diri
4. Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian 5. Al-Qur’an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku
6. Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Mekah 7. Meniti Hidup dengan Kemuliaan
8. Malaikat Selalu Bersamaku
9. Hikmah Ibadah Haji, Zakat dan Wakaf dalam Kehidupan 10. Meneladani Perjuangan Dakwah Rasululah saw di Madinah 11. Nikmatnya Mencari Ilmu dan Indahnya Berbagi Pengetahuan 12. Menjaga Martabat Manusia dengan Menjauhi Pergaulan Bebas dan
Perbuatan Zina23:
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak ilahi. Kehendak ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia itu, manfaatnya, bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia lingkungan hidupnya24
23Pendidikan Agama Islamk dan Budi Pekerti kelas X...h.20
24H. Muhammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : PT RajaGrafibdo,2010),h.50
Runag lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT.
Hubungan manusia dengan sesama manusia dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup pendidikan agama Islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
3. Konsep Tentang Guru a. Pengertian Guru / Pendidik
Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan.
Pengertian ini member kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan25
Di dalam literatur kependidikan Islam, pendidik biasa disebut sebagai berikut : 1. Ustaadz yaitu seorang pendidik dituntut untuk komitmen terhadap profesinyaberusaha memperbaiki dan memperbarui model-model atau cara kerjanya sesuai tuntutan zaman.
2. Mu’allim, berasal dari kata dasar ilm yangberarti menangkap hakekat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa pendidik adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
3. Murabbiy berasal dari kata dasar “ Rabb”. Tuhan sebagai Rabb al-almin dan Rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam
25Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta :Kalam,2005), h.49
seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini maka pendidik adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mempu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Mursyid yaitu seorang pendidik yang berusaha menularkan penghayatan (transinternailasi) akhlak dan kepribadian kepada peserta didiknya.
5. Muddaris berasal dari kata darasa – yadrusu-darsan-wadurusan- wadirasatun yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih, dan mempelajari. Artinya pendidik adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
6. Muaddih berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab. Artinya pendidik adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Di Indonesia pendidik disebut pendidik ( orang yang dipendidik dan ditiru)26
Dari pendapat diatas, pendidik /guru dalam Islam merupakan seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam perkembangan peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhannya dan berbudi pekerti terhadap sesame manusia serta memiliki kemampuan untuk mengelola alam secara baik dan benar untuk kemaslahatan umat. Pendidik dalam Islam merupakan seorang pendidik
26Ibid, h. 49-50
menjadi contoh yang akan ditiru oleh peserta didiknya. Terkait dengan pendidik, maka sudah tentu merupakan tugas mulia yang dipikul seseorang dalam mencerdaskan peserta didik, baik kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan kognitif.
Menurut Madyo Ekosusilo, yang dimaksud dengan pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial27. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia guru diartikan sebagai orang yang kerjanya mengajar di perguruan, sekolah, gedung tempat belajar, perguruan tinggi, sekolah tinggi, universitas.28
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang melakukan bimbingan dan member pengajaran kepada peserta didik dalam mentransformasi ilmu pengetahuan untuk mengembang kan kecakapan intektual dan keterampilan agar peserta didik dapat tumbuh dan berkmbang menjadi manuisa seutuhnya. Guru berperan penting dalamm perkembangan peserta didik, yaitu bertanggung jawab atas tersampaikannya ilmu pendidipengetahuan dan guru bertanggung jawab untuk menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar menjadi menusia beradab.
Di dalam undang – undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab IV pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa pendidik
27Ibid,h. 50
28Sudarsono dan ana retnoningsih, kamus besar bahasa Indonesia, ( CV. Widya Karya- semarang 2005).h,158
merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, yang memiliki hasil pembelajaran melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik di perguruan tinggi.29
Bagi guru PAI tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan merupakan amanat yang diterima oleh guru untuk memangku jabatan sebagai guru.Amanat tersebut wajib di laksanakan dengan penuh tanggung jawab.Jadi tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban di dasarkan atas pertimbangan profesional (professional judgment) secara tepat.30
Profesionalisme guru selalu menjadi tuntutan bagi setiap elemen yang berhubungan dengan guru tersebut, seperti sekolah, murid, orang tua dan masyarakat, karena guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk atau dalam belajar.31 Adapun yang dimaksud dengan guru agama adalah orang yang melaksanakan bimbingan terhadap peserta didik secara islami dalam situasi pendidikan agama Islam untuk mencapai yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.32 Maksudnya ialah seorang guru agama harus melaksanakan bimbingan kepada seorang
29Weinata Sairin, Himpunan Peraturan Di Bidang Pendidikan, ( Margahayu permai,bandung,2013)h.38
30Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, hlm. 4.
31Kunandar, Menjadi guru professional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2007, hlm.
32Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : PT. Kalam Mulia,2005), h.50
muridnya, bukan hanya sekedar mentransfer ilmu saja. Dan bimbingan yang harus diberikan harus secara islami sesuai dengan pedoman Al-qur’an dan Ass-Sunnah ( sesuai ajaran Islam)
b. Tugas dan Fungsi Guru PAI
Guru adalah pejabat fungsional dengan tugas utama mengajar pada jalur pendidikan sekolah yang meliputi taman kanak-kanak, pendidikan dasar dan menengah atau membimbing pada pendidikan dasar dan menengah.33Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.34
Selain itu, dalam Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Bab VI pasal 28 ayat 3, secara tersirat menjelaskan bahwa tugas dan fungsi guru terdapat pada kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.35
kompetensi tersebut antara lain:
1). Kompetensi Pedagogik
33Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 84 Tahun 1993, Tentang jabatan Guru dan Angka Kreditnya, Bab. II pasal 2
34Undang-undang republik indonesia nomor 14 tentang guru dan dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2010). Lihat juga di Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 tentang guru, bab. I ayat 1
35Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang “standar nasional pendidikan”, Bab VI pasal 28 ayat 3
Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan inii yakni antara lain yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan.36
Komtensi pedagogik yaitu meliputi :
a. pemahaman karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
a. Penguasaan teori dan rinsip belajar pendidikan agama Islam b. Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam
c. Penyelenggaran kegiatan pengembangan pendidikan agama Islam d. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan agama Islam
e. Pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang di miliki dalam pendidikan agama.
f. Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
g. Penyelenggaraan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran pendidikan agama
h. Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan agama.37
36Ramayulis, Profesi dan Etika Keuguruan, ( Jakarta: Kalam Mulia,2013),h.90
37Peraturan menteri Agama Republik Indonesia no. 16 tahun 2010 tentang “pengelolaan pendidikan agama pada sekolah”, pasal 16, ayat 2
2) Kompetensi Kepribadian
a. Tindakan yang sesuai dengan norma agama, sosial, hukum, dan kebudayaan nasional Indonesia.
b. Penampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik serta masyarakat.
c. Pribadi diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Kepemilikan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
e. Penghormatan terhadap kode etik profesi guru.38 3) Kompetensi Sosial
a. Sikap Inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Sikap adaptif dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas.
c. Sikap komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan masyarakat.39
4) Kompetensi Profesional
a. Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran pendidikan agama Islam.
38Peraturan menteri Agama Republik Indonesia no. 16 tahun2010 tentang “pengelolaan pendidikan agama pada sekolah”, pasal 16, ayat 3
39Peraturan menteri Agama Republik Indonesia no. 16 tahun 2010 tentang “pengelolaan pendidikan agama pada sekolah”, pasal 16, ayat 4
b. Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama Islam.
c. Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama secara kreatif.
d. Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakatan reflektif.
e. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi serta mengembangkan diri.40
Sedangkan Abdul Mujib menyimpulkan Tugas dan fungsi guru menjadi tiga bagian yaitu:
1. Sebagai pengajar(instruksional), yang bertugas merencanakan program yang telah di susun serta mengahiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program di lakukan
2. Sebagai pendidik(educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT.
3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorgani
40Peraturan menteri Agama Republik Indonesia no.16 tahun 2010 tentang “pengelolaan pendidikan agama pada sekolah”, pasal 16 ayat 5
sasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.41
Dari uraian di atas atas bahwa tugas dan fungsi guru PAI itu bukan hanya sekedar “mengajar atau mentransfer ilmu pengetahuan saja”, namun harus mengerjakan berbagai hal yang bersangkutan – paut dengan pendidikan murid., mendidik,membimbing, mengarahkan , mengevaluasi dan mampu menjadi suri tauladan yang baik. Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak sebagai pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai kompetensi keguruan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.
c. Upaya Guru PAI
Upaya yang dimaksud di sini adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk mengatasi permasalahan kenakalan siswa. Usaha ini dilakukan dengan melibatkan semua komponen disekolah baik itu kepala sekolah, guru terutama guru pendidikan agama Islam, serta siswa yang diharapkan mampu bekerjasama dengan baik
Sudarsono dalam bukunya yang berjudul " Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja " menegaskan bahwa dengan memperhatikan sebab – sebab kenakalan dan bentuk –bentuk prilaku remaja nakal, maka dengan adanya bimbingan dan penyuluhan agama akan sangat membantu siswa
41Abdul mujib, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2010), hlm. 91
dalam menghadapi berbagai persoalan kekecewaan yang dilaluinya pada masa remaja itu42
Selain itu upaya guru berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Upaya guru mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan, membina kretifitas, dan imajinasi siswa, pembinaan disiplin kelas dan menentukan efektifitas pembelajaran.43
Dari bebagai paparan diatas dapat peneliti deskripsikan bahwa upaya guru pendidikan agama Islam merupakan suatu keharusan bagi seorang guru atau pengajar dalam melaksanakan pembelajaran untuk membangun keasadaran para siswa dalam belajar dan berprilaku serta menyiapkan langkah–langkah untuk menanggulangi kenakalan siswa.
Berpijak dari beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kenakalan pada siswa di atas, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahannya. Sebagaimana yang dikatakan Gunarsa dalam Sri Yuliana, upaya – upaya yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut :44
1. Upaya Preventif
Upaya preventif yaitu upaya pencegahan sebelum terjadinya kenakalan remaja.Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak baik orang tua
42Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan...,h.32
43Akib Zainal, Profesionalisme Guru..., h .50.
44Sri Yuliana,”Peran Serta Tokoh Agama Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Desa Aikmel Utara, Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur”(Skripsi IAIN Mataram,
Mataram,2001),h.30-33
sebagai pendidik utama di dalam lingkungan keluarga, ulama atau tokoh agama, serta masyarakat secara umumnya.
Tindakan preventif ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.1.Memantapkan peran dan fungsi keluarga sebagai lembaga yang pertama dan utama dalam membentuk dan membina kepribadian anak. Hal ini perlu dilakukan oleh orang tua antara lain:
a. Menanamkan nilai-nilai moral agama, sosial dan susila sejak dini sehingga nilai–nilai tersebut menjadi bagian hidup anak.
b. Menanamkan sikap disiplin, mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab sejak dini.
c. Mengarahkan anak sesuai dengan bakat dan minatnya serta tidak memaksakan kehendak atau ambisi pribadi kepada anak-anak.
d. Memberi keteladanan dalam sikap, tindakan, perbuatan dan perkataan pada anak.
1.2.Memantapkan berfungsinya jalur pendidikan formal di sekolah dan pendidikan non formal di masyarakat, termasuk media massa dengan menekankan penanaman nilai-nilai akhlak, agama, susila, sosial budaya kepaada anak didik atau remaja.
1.3.Mengefektifkan jalur organisasi pemuda yang dapat menampung aspirasi dan kreasi pemuda baik melalui karang taruna, remaja Masjid, majelis ta’lim dan pengajian-pengajian remaja.
1.4.Mengefetifkan forum dialog antara generasi tua dan generasi muda guna menghindari dan menjebatani kesenjangan generasi muda.
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif dapat dikatakan sebagai upaya tindakan pencegahan setelah terjadinya kenakalan remaja. Hal itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
2.1.Dalam Kasus ringan ( sebelum menjerumus ke perkara kriminal) seperti tindakan suka membolos, merokok di dalam kelas, kebut-kebutan, bersikap berani pada guru, dan sebagainya, maka dalam kasus ringan ini yang harus di atasi oleh pihak sekolah.
2.2.Dalam kasus berat , sekolah ,orang tua atau keluarga tidak mampu mengatasinya seperti tindakan merampok dengan kekerasan, perkelahian missal dengan senjata tajam, pemerkosaan, penggunanaan obat-obatan terlarang dan sebagainya, maka pembinaan oleh Negara perlu dilaksanakan, hanya saja bentuknya bukan sel atau penjara, melainkan pembinaan melalui pusat-pusat rehabilitasi mental yang sekaligus member bekal keterampilan yang diperlukan untuk masa depan anak.
3. Upaya Represif dan Rehabilitasi
Tindakan refresif dan rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut dengan cara melakukan tindakan pencegahan lainnya yang dianggap perlu untuk mengubah tingkah lakunya dengan memberikan pendidikan. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang tersebut.