i
ON THE NAILS OF HANDS AND FEET OF GARBAGE SCAVENGERS AT THE MOJOREJO LANDFILL SUKOHARJO REGENCY
HALAMAN SAMPUL
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
WAHYU RISNAWATI NIM. 1211070
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2024
ii
IDENTIFIKASI JAMUR Dermatophyta PENYEBAB TINEA UNGUIUM PADA KUKU TANGAN DAN KAKI PEMULUNG SAMPAH
DI TPA MOJOREJO KABUPATEN SUKOHARJO
IDENTIFICATION OF Dermatophyta FUNGUS CAUSING TINEA UNGUIUM ON THE NAILS OF HANDS AND FEET OF GARBAGE SCAVENGERS
AT THE MOJOREJO LANDFILL SUKOHARJO REGENCY
KARYA TULIS ILMIAH
DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN MENYELESAIKAN
JENJANG PENDIDIKAN DIPLOMA III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
OLEH
WAHYU RISNAWATI NIM. 1211070
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2024
iii
KARYA TULIS ILMIAH
IDENTIFIKASI JAMUR Dermatophyta PENYEBAB TINEA UNGUIUM PADA KUKU TANGAN DAN KAKI PEMULUNG SAMPAH
DI TPA MOJOREJO KABUPATEN SUKOHARJO
HALAMAN PERSETUJUAN Disusun Oleh :
Wahyu Risnawati NIM. 1211070
Telah disetujui untuk diajukan pada ujian Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing Utama
Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si
iv
KARYA TULIS ILMIAH
IDENTIFIKASI JAMUR Dermatophyta PENYEBAB TINEA UNGUIUM PADA KUKU TANGAN DAN KAKI PEMULUNG SAMPAH
DI TPA MOJOREJO KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Oleh : WAHYU RISNAWATI
NIM. 1211070
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan telah dinyatakan memenuhi syarat/sah
Pada Tanggal 13 Maret 2024
Tim Penguji :
Fitria Diniah Janah S, S.Si., M.Sc (Ketua) ...
Adhi Kumoro Setya, S. Pd. Bio., M.Si (Anggota I) ...
Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si (Anggota II) ...
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing Utama Ketua Program Studi
DIII Teknologi Laboratorium Medis
Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si Purwati, S. Pd. Kim., M.Pd
v
PERNYATAAN KEASLIAN KTI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah, dengan judul :
IDENTIFIKASI JAMUR Dermatophyta PENYEBAB TINEA UNGUIUM PADA KUKU TANGAN DAN KAKI PEMULUNG SAMPAH
DI TPA MOJOREJO KABUPATEN SUKOHARJO
Yang dibuat untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan Jenjang Pendidikan Diploma III Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta, sejauh saya ketahui bukan merupakan tiruan ataupun duplikasi dari Karya Tulis Ilmiah yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar dilingkungan Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis STIKES Nasional maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila terdapat bukti tiruan atau duplikasi pada KTI, maka penulis bersedia untuk menerima pencabutan gelar akademik yang telah diperoleh.
Surakarta, 13 Maret 2024
Wahyu Risnawati NIM. 1211070
vi MOTTO
ُ رْي ِصَّنلاَُم ْعِنَوُىَلْوَمْلاَُم ْعِنُ لْيِكَوْلاَُم ْعِنَو الله اَن ب ْسَح
"Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung."
(Q.S Ali 'Imran 3:173)
“Dunia itu tempat berjuang, istirahat itu di surga”
(Syekh Ali Jaber)
“Gagal hanya terjadi jika kita menyerah”
(B.J. Habibie)
“Masa depan tergantung pada apa yang kamu lakukan hari ini”
(Mahatma Gandhi)
“Apa yang menjadi takdir tak perlu dikhawatirkan, sebagai manusia hanya harus terus berikhtiar dan berdoa,
sisanya biarkan Allah yang turun tangan.
Percayalah, Allah adalah penulis skenario terbaik.”
(
Wahyu Risnawati)vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk :
1. Allah SWT yang selalu menyertai dan dengan segala rahmat, nikmat, kesempatan dan hidayah-nya yang senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan KTI.
2. Nabi Muhammad SAW sebagai panutan umat muslim dalam beribadah kepada Allah SWT yang sangat diharapkan syafa’atnya kelak di yaumul qiyamah.
3. Bapak (Joko Priyono) dan Ibu (Wahyuni Sri Lestari) serta seluruh keluarga besar tercinta yang tak henti-hentinya selalu menyebut nama saya dalam setiap doanya, memberikan semangat, nasihat, dukungan dan motivasi dalam melaksanakan Karya Tulis Ilmiah sebagai Tugas Akhir di Semester Akhir dengan tepat waktu.
4. Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si selaku pembimbing yang selalu memberi nasehat, sabar dan bijaksana, selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan inspirasi dan memberikan arahan dari awal hingga akhir dalam proses penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik, lancar, dan tepat waktu.
5. Fitria Diniah Janah S, S.Si., M.Sc dan Adhi Kumoro Setya, S.Pd. Bio., M.Si selaku penguji saya yang telah menguji dan memberi masukan dengan baik dan bijaksana dalam pelaksanaan ujian Karya Tulis Ilmiah.
6. Bayu Ardiyono, S.S.T. selaku instruktur saya yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Mas Verry, A.Md dan Mbak Alwina, A.Md. selaku laboran yang dengan sabar membantu selama proses penelitian.
8. Dosen-dosen prodi DIII Teknologi Laboratorium Medis STIKES Nasional yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya.
9. Teman patner penelitian saya yaitu Silviana Indriani yang baik, pengertian, selalu memberikan semangat dan melewati suka duka bersama.
viii
10. Teman-teman dari grup “YOK” yaitu Raflesia Rasmiati P.P, Nur Hanifah, dan Jessica Lulu A yang telah menjadi sahabat terbaik ketika senang maupun susah, saling menyemangati satu sama lain, dan pantang menyerah.
11. Teman terbaik saya sejak SMK sampai sekarang yaitu Azalia Putri Zafira dan Ajeng Viona Putri Anjarani
12. Keluarga besar dari HMP Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM) yang selama 2 periode telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta hangatnya kebersamaan yang telah dilalui bersama ketika suka maupun duka.
13. Kucing-kucing saya yang telah menemani pada keseharian dengan tingkah lucunya sehingga saya sangat terhibur.
14. Pendamping hidup saya dan anak-anak saya kelak.
15. Keluarga besar 3A2 angkatan 2021 yang selama 3 tahun ini berjuang bersama dengan penuh canda tawa, selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka, saling memberi semangat, saling memberi arahan yang baik, saling membantu, memberi banyak pengalaman dan pelajaran agar menjadi pribadi yang lebih baik.
16. TPA Mojorejo yang telah membantu dan ikut serta dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
17. Keluarga besar dan almamaterku tercinta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Identifikasi Jamur Dermatophyta Penyebab Tinea Unguium Pada Kuku Tangan dan Kaki Pemulung Sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga (DIII) Teknologi Laboratorium Medis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil pemeriksaan di laboratorium yang tak lepas dari bimbingan, bantuan, dukungan dan saran dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. apt. Hartono, S.Si. M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Purwati, S.Pd. Kim., M.Pd selaku ketua prodi DIII Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik, lancar, dan tepat waktu
4. Fitria Diniah Janah S, S.Si., M.Sc dan Adhi Kumoro Setya, S.Pd. Bio., M.Si selaku penguji saya yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam menguji dan memberi masukan pada pelaksanaan ujian Karya Tulis Ilmiah.
5. Bayu Ardiyono, S.S.T. selaku instruktur saya yang telah memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian Karya Tulis Ilmiah.
6. Orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
x
7. Teman-teman tersayang dan seperjuangan penulis yang telah saling membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
8. Bapak dan Ibu dosen, instruktur, dan laboran Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional yang memberikan ilmu pengetahuan, wawasan serta bimbingan kepada penulis sehingga mampu menyusun Karya Tulis Ilmiah
9. Seluruh pihak yang telah membantu dan ikut serta dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, 13 Maret 2024
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
INTISARI ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan umum ... 5
2. Tujuan khusus ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Landasan Teori ... 7
1. Pemulung Sampah ... 7
2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mojorejo ... 9
3. Tinea Unguium dan Onikomikosis ... 11
4. Jamur Dermatophyta ... 15
5. Pemeriksaan Laboratorium ... 24
B. Kerangka Pikir ... 27
C. Hipotesis ... 28
xii
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Desain Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
E. Definisi Operational Variabel Penelitian ... 30
F. Teknik Sampling ... 32
G. Sumber Data ... 32
H. Instrumen Penelitian... 33
I. Alur Penelitian ... 34
1. Bagan... 34
2. Cara Kerja ... 35
J. Teknis Analisis Data Penelitian ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil ... 38
B. Pembahasan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4. 1 Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis 42 Tabel 4. 2 Hasil Identifikasi Keseluruhan Genus Jamur pada 25 Kuku 44
Tangan dan 25 Kuku Kaki Pemulung Sampah Tabel 4. 3 Data Penilaian Karakteristik Responden Berdasarkan Kuisioner 45 Tabel 4. 4 Persentase Jamur Dermatophyta dan Non-Dermatophyta pada 48
Kuku Tangan dan Kaki Pemulung Sampah Tabel 4.5 Jenis Jamur pada Sampel Kuku Tangan dan Kaki Pemulung Sampah 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2. 1 Pemulung sampah di TPA Mojorejo ... 9
Gambar 2. 2 Gambar TPA Mojorejo ... 11
Gambar 2. 3 Kuku pada Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral ... 13
Gambar 2. 4 Kuku pada Onikomikosis Subungual Proksimal ... 13
Gambar 2. 5 Kuku pada Onikomikosis Superfisial ... 14
Gambar 2. 6 Kuku pada Onikomikosis Total Distrofik ... 15
Gambar 2. 7 Makroskopis Trichophyton rubrum ... 16
Gambar 2. 8 Mikroskopis Trichophyton rubrum ... 17
Gambar 2. 9 Makroskopis Trichophyton mentagrophytes ... 18
Gambar 2. 10 Mikroskopis Trichophyton mentagrophytes ... 18
Gambar 2. 11 Makroskopis Microsporum canis ... 19
Gambar 2. 12 Mikroskopis Microsporum canis ... 20
Gambar 2. 13 Makroskopis Microsporum gypseum ... 21
Gambar 2. 14 Mikroskopis Microsporum gypseum ... 21
Gambar 2. 15 Makroskopis Epidermophyton floccosum ... 22
Gambar 2. 16 Mikroskopis Epidermophyton floccosum ... 23
Gambar 2. 17 Kerangka Pikir ... 27
Gambar 3. 1 Alur Penelitian ... 34
Gambar 4. 1 Kuku tangan dan kaki Pemulung Sampah ... 38
Gambar 4. 2 Hasil makroskopis koloni jamur berdasarkan genusnya 39
pada media PDA Gambar 4. 3 Hasil mikroskopis koloni jamur berdasarkan genusnya 40
dengan perbesaran 100x dan 400x Gambar 4.4 Grafik Hasil Identifikasi Jamur Kuku Tangan dan Kuku Kaki ... 50
Pemulung Sampah
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Informed Consent ... 67
Lampiran 2 Kuisioner ... 68
Lampiran 3 Surat Penggunaan Laboratorium ... 69
Lampiran 4 Dokumentasi Kuku Tangan dan Kaki Pemulung Sampah 70
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ... 72
Lampiran 6 Hasil Penelitian 74
Lampiran 7 Validasi Hasil 97
xvi INTISARI
WAHYU RISNAWATI. NIM 1211070. Identifikasi Jamur Dermatophyta Penyebab Tinea Unguium pada Kuku Tangan dan Kaki Pemulung Sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
Jamur dermatophyta dapat mencerna jaringan keratin serta merusak lapisan stratum korneum kulit, rambut, dan kuku. Terdapat tiga genus jamur dermatophyta yaitu Trichophyton sp., Microsporum sp., dan Epidermophyton sp. Pemulung sampah berpotensi besar terinfeksi jamur karena kontak langsung dengan tempat yang kotor dan lembab juga terkadang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap serta kurang memperhatikan personal hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik purposive sampling sebanyak 25 sampel yang diperoleh dari kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo. Data penelitian diperoleh melalui kuisioner serta hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis koloni jamur pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dengan metode kultur.
Hasil penelitian didapatkan jamur dermatophyta genus Trichophyton sp.
sebanyak 6% (3 dari 50 sampel) dan Microsporum sp. sebanyak 2% (1 dari 50 sampel). Ditemukan juga jamur non-dermatophyta yaitu Aspergillus sp. 48%, Penicillium sp. 4%, Fusarium sp. 16%, Candida sp. 18%, Mucor sp. 68%, Rhizopus sp. 40%, Curvularia sp. 2%, Scopulariopsis sp. 2%, Cladosporium sp. 6%, dan Geotrichum sp. 2%.
Kesimpulan dari penelitian identifikasi jamur pada 25 sampel kuku tangan dan kuku kaki pemulung sampah didapatkan jamur dermatophyta sebanyak 4 sampel (7,4%) dan jamur non-dermatophyta sebanyak 50 sampel (92,6%).
Kata Kunci : Dermatophyta, Kuku, Pemulung, Metode Kultur
xvii ABSTRACT
WAHYU RISNAWATI. NIM 1211070. Identification of Dermatophyta Fungus Causing Tinea Unguium on the Nails of Hands and Feet of Garbage Scavengers at the Mojorejo Landfill Sukoharjo Regency.
Dermatophyta fungi can digest keratinized tissue and damage the stratum corneum layer of skin, hair, and nails. There are three genera of dermatophyta fungi, namely Trichophyton sp., Microsporum sp., and Epidermophyton sp.
Garbage pickers have a high potential to be infected with fungi due to direct contact with dirty and damp places also sometimes do not use complete Personal Protective Equipment (PPE) and do not pay attention to personal hygiene. This study aims to determine the presence or absence of dermatophyta fungi that cause tinea unguium on the nails of the hands and feet of waste pickers at the Mojorejo landfill, Sukoharjo Regency.
The research method used was descriptive research with purposive sampling techniques as many as 25 samples were obtained from the fingernails of hands and feet of waste pickers at the Mojorejo landfill, Sukoharjo Regency. Research data were obtained through questionnaires and the results of macroscopic and microscopic examination of fungal colonies on Potato Dextrose Agar (PDA) media by culture method.
The results of the study obtained dermatophyta fungi genus Trichophyton sp. as many as 6% (3 out of 50 samples) and Microsporum sp. as much as 2% (1 in 50 samples). Also found non-dermatophyta fungi, namely Aspergillus sp. 48%, Penicillium sp. 4%, Fusarium sp. 16%, Candida sp. 18%, Mucor sp. 68%, Rhizopus sp. 40%, Curvularia sp. 2%, Scopulariopsis sp. 2%, Cladosporium sp. 6%, and Geotrichum sp. 2%.
The conclusion of the fungal identification study on 25 samples of hand nails and toenails of waste pickers was obtained from 4 samples of dermatophyta fungi (7.4%) and 50 samples of non-dermatophyta fungi (92.6%).
Keywords : Dermatophyta, Nails, Scavengers, Culture Methods
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dengan cuaca cukup hangat dan lembab yang merupakan tempat ideal bagi tumbuhnya berbagai jenis mikroorganisme, termasuk jamur. Jamur dapat menginfeksi seluruh bagian tubuh manusia, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis (Sinaga, 2019). Jamur dapat menyerang permukaan tubuh, termasuk kulit, kuku, dan rambut. Pada umumnya jamur dapat tumbuh di tempat yang lembab, namun jamur juga dapat beradaptasi dengan lingkungannya sehingga jamur bisa tumbuh dimana saja (Soedarto, 2015). Menurut Supriyanto dkk (2018) menyatakan infeksi jamur banyak terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah basah dan lembab, terutama jika masyarakat tidak mencuci tangan dan kaki secara teratur.
Infeksi pada kuku dapat menimpa individu yang bekerja atau bersentuhan langsung pada tempat yang lembab serta kotor seperti petugas sampah, pemulung, dan petani. Pemulung sampah terkadang masih kurang memperhatikan personal hygiene saat memilah sampah pada tumpukan di tempat pembuangan sampah setiap harinya, sebagian pemulung ada yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan dan alas kaki, tetapi sebagian lainnya tidak menggunakan sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya infeksi jamur (Mulyati dan Zakiyah, 2020).
Infeksi jamur terbagi dalam dua kelompok yaitu yang disebabkan oleh jamur golongan dermatophyta dan jamur golongan non-dermatophyta. Jamur dermatophyta termasuk golongan jamur penyebab dermatofitosis yang mempunyai sifat merusak lapisan stratum korneum kulit, rambut, dan kuku (Djuanda dkk., 2013). Berdasarkan morfologinya, terdapat tiga genus yang masuk kedalam kelompok jamur dermatophyta yaitu Trichophyton sp. , Microsporum sp. , dan Epidermophyton sp. Enam spesies penyebab utama dermatofitosis di Indonesia, yaitu Trichophyton rubrum, Trichophyton mentaghrophytes, Epidermophyton floccosum, Microsporum canis, Microsporum gypseum, dan Trichophyton concentricum (Gandjar, 2014).
Infeksi jamur kuku yang disebabkan oleh jamur dermatophyta tersebut diistilahkan dengan tinea unguium. Infeksi jamur tersebut menyebabkan kuku mengalami perubahan warna menjadi putih, kuning atau kecoklatan, kuku mengalami onycholysis, pecah-pecah dan tidak rata. Infeksi tinea unguium menurut ahli tidak menyebabkan mortalitas, namun menimbulkan gangguan klinis yang signifikan, mengurangi estetika dari kuku, bersifat kronis dan sulit diobati, serta akan mengganggu kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup penderita (Setianingsih dkk., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Suparyati dan Winarti (2022) dari 13 sampel kuku kaki petugas pengangkut sampah terdapat hasil positif ditemukan jamur Trichophyton rubrum sebanyak 4 sampel (30,77%) dan hasil negatif tidak ditemukan jamur Trichophyton rubrum sebanyak 9 sampel (69,23%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyati dan Zakiyah (2020) pada 50 sampel kerokan kuku
kaki pemulung sampah didapatkan hasil yaitu terdapat jamur Aspergillus sp. 38 koloni (48,72%), Mucor sp. 13 koloni (16,66%), Pencillium sp. 12 koloni (15,38%), Fusarium sp. 3 koloni (3,85%), Rhizopus sp. 3 koloni (3,85%), Candida sp. 3 koloni (3,85%), Rhodotorula sp. 3 koloni (3,85%), Culvularia sp. 2 koloni (2,56%), serta Oospora sp. 1 koloni (1,28%).
Pemulung sampah seringkali setelah bekerja tidak mencuci kaki dan tangannya menggunakan sabun dan air mengalir, bahkan ada juga yang membiarkannya kering dalam keadaan kotor, sehingga mempunyai potensi lebih besar untuk terinfeksi jamur. Selain itu beberapa pemulung juga jarang memotong kuku dan membiarkan kukunya hingga panjang, hal ini menjadi kekhawatiran karena kebiasaan pemulung yang kurang memperhatikan kebersihan kuku karena banyak yang menganggap kebersihan kuku tidak begitu penting. Padahal kuku yang dalam waktu lama tidak dibersihkan akan menimbulkan bau tidak sedap dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada kuku yaitu tinea unguium (Septika, 2020).
Berdasarkan observasi yang dilakukan, pada kuku pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo terlihat panjang dan kotor serta mengalami perubahan warna menjadi putih keruh, kekuningan, kecoklatan maupun menghitam dan struktur permukaan kuku yang tidak rata, rapuh, menebal, kasar serta tidak mengkilat. Pemulung sampah kurang kesadaran akan pentingnya personal hygiene kebersihan kuku, karena terlihat beberapa pemulung sampah di TPA Mojorejo tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap pada saat bekerja khususnya APD pada bagian kaki maupun sarung tangan. Pemakaian sepatu boots
bertujuan untuk melindungi kaki dari kontaminasi kotoran sampah, namun penggunaan sepatu boots dalam jangka waktu yang lama merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit atau infeksi jamur, karena kondisi kaki pemulung sampah yang sering lembab. Begitupun tangan yang sering kontak langsung dengan tempat kotor, basah dan lembab akan mudah terinfeksi jamur maupun tangan yang memakai sarung tangan dalam waktu yang lama juga beresiko terinfeksi jamur karena lembab. Faktor infeksi jamur pada kuku sangat berbahaya, jamur kuku yang sudah parah dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kuku.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Jamur Dermatophyta Penyebab Tinea unguium Pada Kuku Tangan dan Kaki Pemulung Sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo" Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada jamur dermatophyta pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan hanya mengidentifikasi ada tidaknya jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo yang diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis dengan metode kultur biakan pada media Potato Dextrose Agar (PDA).
C. Rumusan Masalah
Apakah terdapat jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui ada tidaknya jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui genus jamur dermatophyta penyebab tinea unguium dari hasil pemeriksaan pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
2. Manfaat Praktis a. Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan Karya Tulis Ilmiah khususnya dibidang Parasitologi.
b. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan melalui penulisan karya ilmiah yang baik dan benar, serta dapat berbagi informasi mengenai jamur dermatophyta.
c. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai ada atau tidaknya jamur dermatophyta pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah serta menambah pengetahuan masyarakat dan kesadaran dalam peningkatan kebersihan perorangan (personal hygiene), sanitasi rumah dan lingkungan kerja untuk kepentingan pencegahan terjadinya infeksi jamur.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pemulung Sampah
Pemulung merupakan orang yang mencari, mengumpulkan, dan mengambil barang-barang bekas berupa plastik, kaca, karton dan sampah lainnya, baik secara individu maupun kelompok. Kehadiran pemulung merupakan salah satu dampak globalisasi. Menjadi seorang pemulung bukanlah suatu hal yang membuat mereka untuk tidak beralasan bekerja demi menafkahi keluarga dan masa depan yang lebih baik. Pemulung selama ini dianggap oleh masyarakat sebagai kelompok kelas ekonomi bawah, bau, kotor dan mengganggu kenyamanan sekitar (Jefriyanto, 2019).
Pekerjaan memulung dengan mengumpulkan barang-barang bekas sering dianggap sebagai profesi yang tidak menjanjikan dan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan pemulung seringkali digambarkan dengan rumah-rumah kardus yang kumuh karena tidak mempunyai tempat tinggal, sebab penghasilannya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Meski sering dianggap rendah, pemulung tidak selalu terlihat seperti yang sering digambarkan orang lain.
Pemulung sebenarnya adalah pahlawan lingkungan meskipun mereka tidak menyadarinya. Keberadaaan pemulung sangat dibutuhkan oleh setiap orang,
dengan adanya pemulung maka banyak sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dan didaur ulang sehingga tidak terjadi penumpukan sampah yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Kehidupan pemulung tidak lepas dari lingkungan dan benda-benda kotor disekitarnya sehingga menjadikan pemulung dianggap sebagai orang yang kotor, jorok, dan mempunyai pola hidup yang tidak sehat (Huzaimah, 2020).
Pemulung yang berinteraksi langsung dengan sampah memiliki resiko tinggi untuk terjangkit penyakit karena kurang menjaga kebersihan diri (personal hygiene) serta penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak lengkap sehingga dapat meningkatkan risiko keluhan berbagai penyakit pada pemulung. Alat pelindung diri diartikan sebagai alat untuk melindungi diri dari terjadinya masalah serta kecelakaan kerja, seperti celana panjang, sepatu kerja, baju lengan panjang, masker, dan sarung tangan. Mayoritas gangguan kesehatan pada pemulung adalah kulit gatal karena pemulung tidak mengenakan alat pelindung diri dengan lengkap, sehingga bakteri atau jamur dari sampah dapat menginfeksi tubuh (Suteja dkk, 2023).
Sepatu boots merupakan alat pelindung diri yang digunakan oleh sebagian pemulung sampah untuk melindungi diri khususnya pada bagian kaki.
Penggunaan sepatu boots dalam jangka waktu lama menjadi salah satu pemicu timbulnya penyakit jamur atau infeksi jamur. Faktor infeksi jamur pada kuku sangatlah berbahaya, jamur kuku yang parah dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kuku. Kerusakan ini dapat menyebabkan infeksi serius (infeksi sekunder) dan menyebar ke seluruh tubuh. Terutama jika penderita memiliki
daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat penggunaan obat imunosupresif dan diabetes (Suparyati dan Winarti, 2022).
Gambar 2. 1 Pemulung sampah di TPA Mojorejo (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2023) 2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mojorejo
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan suatu fasilitas umum yang digunakan oleh masyarakat untuk membuang sampah, dimana sampah tersebut merupakan hasil akhir dari kegiatan manusia yang tidak diinginkan (Larasati dkk, 2019). Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mojorejo terletak di Desa Mojorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
TPA Mojorejo memiliki total luas lahan 41.830 m2 dan secara resmi beroperasi pada tahun 1990. Pengelolaan TPA Mojorejo dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo melalui UPTD Pengelolaan Sampah.
TPA Mojorejo merupakan TPA yang menerima sampah dari seluruh kecamatan (11 kecamatan) yang ada di Kabupaten Sukoharjo. TPA Mojorejo masih menerapkan sistem lahan urug terbuka atau open dumping (Yogiharto, 2021).
TPA Mojorejo telah beroperasi lebih dari 5 tahun dengan sistem operasional berupa lahan urug terbuka. Oleh karena itu, berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2008 TPA tersebut seharusnya tidak beroperasi lagi menggunakan sistem lahan urug terbuka (open dumping), melainkan ditingkatkan menjadi lahan urug terkendali (controlled landfill).
Perubahan sistem tersebut bertujuan untuk mengurangi sejumlah masalah lingkungan diantaranya yaitu pencemaran udara dan air tanah (Larasati dkk, 2019).
TPA Mojorejo juga memiliki fasilitas penunjang seperti parit dan kolam resapan atau kolam lindi di sekitar TPA yang belum dikelola dengan baik. Saluran parit tersebut banyak tertimbun sampah, tersumbat dan tidak terawat lagi. Kolam lindi di belakang TPA hanya digunakan untuk menampung air lindi saja tanpa pengolahan lebih lanjut dan dibiarkan mengalir ke Sungai Bangor di sisi utara TPA (Larasati dkk, 2019).
Jenis sampah yang ada di TPA Mojorejo pada tahun 2020 yaitu sampah organik mendominasi sebesar 61%, disusul sampah plastik sebesar 15%, sampah kertas sebesar 8%, dan sisanya berupa karet/kulit, logam, dan kayu.
Limbah tersebut berasal dari aktivitas masyarakat seperti perkantoran, industri dan rumah tangga. Pola pengumpulan sampah yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo yaitu secara komunal tidak langsung. Ritasi pengangkutan sampah oleh armada dump truck minimal dua rit perharinya dan armroll truck sebanyak tiga sampai empat rit perharinya. Armada truk sampah yang masuk ke TPA wajib melalui jembatan timbang sebelum melakukan bongkar sampah dizona
aktif. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020 hingga tahun 2035, hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Strategi untuk mengatasi penumpukan sampah yang semakin meningkat dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah truk sampah, meningkatkan frekuensi pengumpulan sampah setiap hari dan melakukan perawatan yang baik terhadap kendaraan yang ada. Strategi lain yang dapat diterapkan adalah pengelolaan sampah pada sumbernya (Yogiharto, 2021).
Gambar 2. 2 Gambar TPA Mojorejo (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2023)
3. Tinea Unguium dan Onikomikosis
Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatophyta, non-dermatophyta, maupun ragi. Sedangkan tinea unguium merupakan bagian dari onikomikosis yang hanya disebabkan oleh jamur dermatophyta. Penyakit onikomikosis dapat terjadi pada matriks kuku,
dasar kuku maupun lempeng kuku. tinea unguium maupun onikomikosis dapat menyebabkan rasa nyeri, tidak nyaman, dan merusak tampilan kuku. Kejadian onikomikosis meningkat seiring bertambahnya usia karena dikaitkan dengan menurunnya sirkulasi perifer, diabetes, trauma berulang pada kuku, pajanan lebih lama terhadap jamur, imunitas yang menurun, serta menurunnya kemampuan merawat kuku (Anugrah, 2016).
Infeksi jamur dermatophyta, non-dermatophyta, maupun ragi pada kuku biasanya tidak hanya mempengaruhi kuku jari kaki tetapi juga dapat mempengaruhi kuku jari tangan. Manifestasi klinis tinea unguium maupun onikomikosis dipengaruhi oleh pola invasi jamur terhadap kuku. Menurut Adiguna (2017) Onikomikosis diklasifikasikan menjadi 5 tipe yaitu sebagai berikut :
a. Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral (OSDL)
Pada Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral, jamur melakukan invasi melalui hiponikium di bagian distal atau lipat kuku lateral lalu menuju ke lempeng kuku yang menyebar ke bagian proksimal. Secara klinis, kuku tampak kusam dan terjadi perubahan warna (diskromasi) menjadi putih kekuningan, coklat hingga hitam di bagian distal maupun lateral, onycholysis dan hiperkeratosis subungual. Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral juga sering disertai dengan dermatofitoma yaitu penebalan kuku dengan bentuk longitudinal atau oval berwarna kekuningan atau putih yang berisi jamur. Onikomikosis ini merupakan tipe yang paling sering ditemukan.
Gambar 2. 3 Kuku pada Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral (Sumber : Dyanne dan Michael, 2013)
b. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)
Infeksi jamur Onikomikosis Subungual Proksimal dimulai dari lipatan kuku proksimal melalui kutikula yang meluas ke distal dan menginvasi matriks kuku. Gambaran khas dari Onikomikosis Subungual Proksimal yaitu kuku bagian distal masih utuh sedangkan proksimal rusak, kemudian terdapat area berwarna putih di bawah lipatan kuku proksimal, onycholysis, hiperkeratosis, dan bercak atau garis transversal.
Gambar 2. 4 Kuku pada Onikomikosis Subungual Proksimal (Sumber : Dyanne dan Michael, 2013)
c. Onikomikosis Superfisial (OS)
Varian klinis Onikomikosis Superfisial jarang ditemukan dan sering terdapat pada pasien immunocompromised. Onikomikosis Superfisial terjadi apabila jamur menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku, ditandai dengan gambaran putih seperti tepung atau serbuk kapur, mudah
retak, maupun bercak atau garis transversal berwarna putih keruh berbatas tegas dan dapat berkonfluens.
Gambar 2. 5 Kuku pada Onikomikosis Superfisial (Sumber : Dyanne dan Michael, 2013) d. Onikomikosis Endoniks (OE)
Pada onikomikosis endoniks, jamur menginfeksi lapisan superfisial lempeng kuku dan berpenetrasi hingga lapisan dalam. Secara klinis, kuku terlihat berwarna putih seperti susu dan adanya pelepasan kuku secara lamelar.
e. Onikomikosis Total Distrofik (OTD)
Onikomikosis Total Distrofik terbagi menjadi dua varian, yaitu onikomikosis total distrofik primer yang ditemukan pada kandidiasis mukokutan kronik atau immunocompromised dan onikomikosis total distrofik sekunder yang merupakan kondisi lanjut dari keempat bentuk onikomikosis sebelumnya. Pada onikomikosis total distrofik, kuku terlihat adanya penebalan difus, dengan warna kuning kecoklatan, dan disertai pembengkakan falangs distal.
Gambar 2. 6 Kuku pada Onikomikosis Total Distrofik (Sumber : Dyanne dan Michael, 2013) 4. Jamur Dermatophyta
Jamur dermatophyta merupakan golongan jamur yang dapat melekat dan tumbuh pada jaringan keratin, seperti stratum korneum kulit, kuku, dan rambut pada manusia. Jamur dermatophyta menggunakan jaringan keratin sebagai sumber makanannya (Supenah, 2020). Jamur dermatophyta memiliki kemampuan membentuk molekul yang berikatan dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi untuk membentuk kolonisasi. Jamur dermatophyta dapat menular secara langsung maupun tidak langsung dari penderita ke orang lain (Djasfar, 2023). Jamur dermatophyta biasanya jarang menembus sampai dibawah kulit. Infeksi yang disebabkan oleh jamur ini juga biasa disebut sebagai “ringworm” dan “tinea”. Tinea unguium biasanya tidak hanya mempengaruhi kuku jari kaki tetapi juga dapat mempengaruhi kuku jari tangan (Joegijantoro, 2019).
Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan Jamur dermatophyta ini disebut dengan Dermatofitosis. Dermatofitosis berasal dari bahasa Yunani yaitu "dermatophyte" yang berarti kulit dan "mytosis" yang berarti infeksi jamur. Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial yaitu kelompok jamur dermatophyta yang menginfeksi
bagian stratum korneum pada lapisan epidermis. Kelompok jamur dermatophyta terdiri dari tiga genus yaitu Microsporum sp. , Trichophyton sp. dan Epidermophyton sp. (Djasfar, 2023).
a. Trichophyton rubrum 1) Taksonomi
Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton rubrum (NCBI, 2020).
2) Makroskopis
Gambar 2. 7 Makroskopis Trichophyton rubrum (Sari dkk, 2020)
Trichophyton rubrum menjadi jamur penyebab infeksi kronis yang paling umum terjadi pada kulit dan kuku manusia.
Pertumbuhan koloninya dari lambat hingga bisa menjadi cepat.
Secara makroskopis koloni dari depan tampak berwarna putih
kekuning-kuningan (agak terang) atau bisa juga merah violet. Jika dilihat dari belakang tampak pucat, kekuning-kuningan, coklat maupun coklat kemerahan (Soedarto, 2015).
3) Mikroskopis
Gambar 2. 8 Mikroskopis Trichophyton rubrum (Soedarto, 2015)
Trichophyton rubrum memiliki gambaran mikroskopik mikrokonidia berbentuk seperti tetesan air mata dan makrokonidia berbentuk seperti pensil, serta hifa yang lurus dan panjang (Rachmad dkk, 2021).
b. Trichophyton mentagrophytes 1) Taksonomi
Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton mentagrophytes (NCBI, 2020).
2) Makroskopis
Gambar 2. 9 Makroskopis Trichophyton mentagrophytes (Soedarto, 2015)
Trichophyton mentagrophytes secara makroskopis memiliki ciri-ciri miselium seperti tepung dan berwarna putih kehijauan, terkadang juga dapat berwarna putih dan pada pinggirannya berwarna cream. Permukaan jamur tampak seperti tumpukan kapas (Rachmad dkk, 2021).
3) Mikroskopis
Gambar 2. 10 Mikroskopis Trichophyton mentagrophytes (Rufaidah dkk, 2020)
Trichophyton mentagrophytes secara mikroskopis terlihat adanya mikrokonidia berbentuk bulat atau terkadang seperti tetesan air mata yang berkelompok menyerupai buah anggur, hifa terkadang berbentuk spiral maupun berbentuk lurus dan terpatah (Rachmad dkk, 2021).
c. Microsporum canis 1) Taksonomi
Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae Genus : Microsporum Spesies : Microsporum canis (NCBI, 2020).
2) Makroskopis
Gambar 2. 11 Makroskopis Microsporum canis (Indarjulianto dkk, 2014)
Microsporum canis memperlihatkan ciri-ciri koloni berupa miselium yang berbentuk cotton atau wool berwarna kuning pucat sampai putih pada bagian tengah dengan tepi berwarna kuning sampai tidak berwarna. Pada sisi belakang dari koloni berwarna kuning terang sampai oranye kecoklatan dan tidak berwarna pada bagian tepinya. Pigmen kuning yang dihasilkan
oleh koloni ini baru terlihat saat koloni berumur 2-3 hari setelah tumbuh. Topografi Microsporum canis tampak datar dan beberapa di antaranya sedikit melipat (Indarjulianto dkk, 2014).
3) Mikroskopis
Gambar 2. 12 Mikroskopis Microsporum canis (Indarjulianto dkk, 2014)
Mikroskopis dari Microsporum canis terlihat adanya makrokonidia besar berbentuk batang bulat yang biasanya memiliki septum ganda, sangat banyak dengan dinding sel yang tebal dan berisi 6-12 sel pada setiap makrokonidianya. Sedangkan beberapa mikrokonidia memiliki ukuran yang kecil dan ditemukan sedikit di sepanjang hifa. Makrokonidia berbentuk oval atau seperti alat pemukul gendang, serta klamidokonidia yang berbentuk bulat (Indarjulianto dkk, 2014).
d. Microsporum gypseum 1) Taksonomi
Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae Genus : Microsporum
Spesies : Microsporum gypseum (NCBI, 2020).
2) Makroskopis
Gambar 2. 13 Makroskopis Microsporum gypseum (Soedarto, 2015)
Microsporum gypseum secara makroskopis tampak datar dan granuler dengan pigmen kuning atau putih kecokelatan. Koloni Microsporum gypseum tumbuh dengan cepat menyebar ke permukaan dan mendatar. Permukaannya sedikit berserbuk cokelat dan serbuk yang berada di permukaan koloni mengandung makrokonidia (Ratnawati dkk, 2016).
3) Mikroskopis
Gambar 2. 14 Mikroskopis Microsporum gypseum (Rufaidah dkk, 2020)
Microsporum gypseum memiliki beberapa mikrokonidia berdinding tipis dan makrokonidia berdinding tipis juga berbentuk kelips atau oval yang terdiri 4-6 sel (Zulneti, 2020).
e. Epidermophyton floccosum 1) Taksonomi
Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae Genus : Epidermophyton
Spesies : Epidermophyton floccosum (NCBI, 2020).
2) Makroskopis
Gambar 2. 15 Makroskopis Epidermophyton floccosum (Soedarto, 2015)
Epidermophyton floccosum secara makroskopis memiliki ciri-ciri berbentuk datar dan permukaan velvety, berwarna kuning, hijau sampai coklat muda (warna khaki), bagian tepi
dikelilingi warna orange sampai coklat. Koloni Epidermophyton floccosum tumbuh lambat. Dalam waktu beberapa minggu, koloni menjadi cottony dengan aerial hifa putih (Zebua, 2021).
3) Mikroskopis
Gambar 2. 16 Mikroskopis Epidermophyton floccosum (Soedarto, 2015)
Epidermophyton floccosum secara mikroskopis memiliki makrokonidia yang berdinding tipis dan halus serta berbentuk clavate atau seperti gada. Makrokonidia berseptat (septum 2-4), tersusun dengan jumlah 2-3 (seperti jari tangan) pada setiap kondiofor. Tidak memiliki mikrokonidia, hifa spiral jarang ditemukan, sedangkan klamidiospora banyak di temukan (Zebua, 2021).
5. Pemeriksaan Laboratorium
Penegakkan diagnosa untuk tinea unguium dapat dilakukan dengan mikroskopis langsung, pembiakan atau kultur, pewarnaan dengan gram serta dengan lampu Wood. Diagnosis laboratorium yang baik ditentukan melalui cara pengambilan sampel atau bahan pemeriksaan. Sebelum sampel diambil, kuku terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol swab untuk membunuh bakteri (Susilawati, 2023).
a. Pemeriksaan Langsung
Persiapan harus dilakukan langsung dari kerokan kuku atau potongan kuku untuk menentukan ada tidaknya infeksi jamur. Untuk mencapai tujuan agar keratin atau kuku larut, maka sediaan diberi larutan KOH 10% sampai 40% agar hifa dapat diamati dan terlihat jelas.
Kemudian preparat dilewatkan diatas api kecil dan usahakan tidak sampai menguap, selanjutnya dapat langsung diperiksa dibawah mikroskop untuk mengidentifikasi jenis jamur (Susilawati, 2023).
b. Pembiakan atau Kultur
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong lagi pemeriksaan mikroskopis langsung untuk mengidentifikasi spesies jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Kultur dapat dilakukan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) maupun Sabaround Dextrose Agar (SDA) dengan cara inokulasi tanam, kemudian diinkubasi pada suhu kamar (20°C–30°C). Selanjutnya pertumbuhan jamur yang ditanam dalam media diamati dari bentuk koloni,
warna koloni, dan jenis koloni (Susilawati, 2023). Pembiakan jamur dermatophyta juga dapat menggunakan media Dermatophyte Test Medium (DTM). Media DTM mengandung merah fenol yang merubah warna medium dari warna kuning menjadi merah karena adanya metabolit alkalin oleh koloni jamur dermatophyta (Wahyuningsih, 2015).
c. Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram
Pemeriksaan jamur menggunakan pewarna gram memerlukan larutan karbol-gentianviolet, larutan iodium, alkohol 95% dan larutan safranin. Bahan pemeriksaan yang didapat diletakkan diatas objekglass, kemudian dilewatkan diatas api bunsen dan dibiarkan dingin terlebih dahulu. Kemudian genangi dengan larutan karbol-gentianviolet selama 60 detik, lalu dicuci dengan air suling. Setelah itu genangi dengan larutan iodium selama 30 detik dan dicuci dengan aquadest. Decolorisasi dengan alkohol 95% hingga tidak ada sisa cat pada sediaan. Kemudian sediaan dicuci dengan air suling. Genangi dengan larutan safranin selama 10 detik, kemudian dicuci dengan aquadest dan biarkan sediaan mengering. Sediaan diperiksa dengan menggunakan mikroskop perbesaran objektif (10x), bila elemen jamur sudah terlihat, perbesaran dapat dinaikkan 20-40x (Wahyuningsih, 2015).
d. Lampu Wood
Pemeriksaan dengan lampu wood digunakan untuk evaluasi penyakit kulit dan rambut. Lampu Wood menghasilkan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 360 nm. Beberapa spesies jamur dermatophyta tertentu yang berasal dari genus Microsporum sp. menghasilkan substansi yang dapat membuat lesi menjadi warna hijau ketika disinari lampu Wood dalam ruangan yang gelap. Jamur dermatophyta yang lain, seperti Trichophyton schoenleinii memproduksi warna hijau pucat (Yossela, 2015).
B. Kerangka Pikir
Keterangan
: Tidak diteliti : Diteliti
Pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo
Lingkungan yang kotor dan lembab
Infeksi jamur pada kuku tangan dan kaki
Faktor yang mempengaruhi :
1. Kelembapan 2. Suhu 3. Kebersihan
Dermatophyta Non - Dermatophyta Yeast
Trichophyton sp. Epidermophyton sp. Microsporum sp.
Pemeriksaan jamur dermatophyta penyebab tinea unguium
Ditemukan jamur dermatophyta Tidak ditemukan jamur dermatophyta Faktor-faktor
predisposisi yang mempengaruhi : 1. Umur
2. Obat
imunosupresif 3. Hiperhidrosis 4. Diabetes
Gambar 2. 17 Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Dalam penelitian ini ditemukan jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Karya Tulis Ilmiah “Identifikasi jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.” menggunakan desain penelitian deskriptif observasional.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada pemulung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mojorejo Kabupaten Sukoharjo dan dilakukan Pemeriksaan di Laboratorium Parasitologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2024 – Februari 2024.
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek penelitian
Subjek penelitian ini adalah kuku tangan dan kaki pemulung sampah yang ada di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah jamur dermatophyta penyebab tinea unguium yang ditemukan pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo yang bersedia menjadi responden setelah dilakukan pengisian informed consent dan kuisioner.
E. Definisi Operational Variabel Penelitian a. Kuku pemulung sampah
Pemulung sampah adalah orang yang memilah dan mengumpulkan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi di tempat penampungan dan kemudian djiual kepada pihak yang mengelola barang-barang bekas sehingga dapat digunakan lagi untuk menghasilkan produk baru. Penelitian ini menggunakan sampel kuku tangan dan kaki pemulung sampah dengan kriteria kuku pemulung yang berwarna coklat sampai kehitaman, rapuh, menebal, tidak mengkikap,
tidak rata, dan pecah-pecah. Pemulung yang dimaksud adalah yang masih aktif melakukan pengambilan sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
Pengumpulan data : Kuisioner Skala Pengukuran : Kategori Variabel : Bebas 2. Jamur Dermatophyta
Jamur dermatophyta merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial. Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatophyta disebut dengan dermatofitosis. Dermatofitosis disebut juga dengan “Tinea” dan memiliki variasi sesuai dengan lokasi anatominya seperti Tinea unguium, Tinea capitis, Tinea barbae, Tinea kruris, Tinea pedis, dan Tinea korporis. Jamur dermatophyta yang akan diidentifikasi meliputi tiga genus, yaitu Microsporum sp. , Trichophyton sp. dan Epidermophyton sp. Pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
Pengumpulan data : Pemeriksaan kuku tangan dan kaki di laboratorium dengan metode biakan pada media PDA
Skala Pengukuran : Kategori Variabel : Terikat
F. Teknik Sampling
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 25 sampel yang diperoleh dari kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo. Kriterianya yaitu kuku tangan dan kuku kaki pemulung sampah yang telah mengalami perubahan warna menjadi putih keruh, kekuningan, kecoklatan maupun menghitam dan struktur permukaan kuku yang tidak rata, rapuh, menebal, kasar serta tidak mengkilat. Selain itu, kriteria lainnya adalah pemulung yang aktif bekerja sehari-hari sebagai pemulung tetap di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
G. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari kuisioner dan hasil pemeriksaan identifikasi makroskopis serta mikroskopis jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo.
H. Instrumen Penelitian 1. Alat :
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, beaker glass, erlenmeyer, autoklaf, waterbath, mikroskop, object glass, cover glass, pinset, pembakar spirtus, korek api, ohse, Bio Safety Cabinet (BSC), Batang pengaduk, timbangan digital, inkubator, alumunium foil, plastic wrap, pemotong kuku, handscoon dan masker.
2. Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan adalah wadah sampel kuku, sampel kuku, aquadest, alcohol swab, spidol, tisu, kertas, selotip, Lactophenol Cotton Blue (LPCB), Media Potato Dextrose Agar (PDA) dan Chloramphenicol.
I. Alur Penelitian 1. Bagan
Populasi pemulung sampah
25 sampel kuku tangan &
25 sampel kuku kaki
Inokulasi sampel ke media PDA dengan tambahan media PDA tanpa inokulum sebagai kontrol. Inkubasi dilakukan pada
suhu 20-30oC selama 1-2 minggu
Identifikasi jamur dermatophyta
Pengamatan secara makroskopis ciri-ciri dari jamur Trichophyton sp. , Epidermophyton sp.
dan Microsporum sp. pada media PDA
Pengamatan secara mikroskopis ciri-ciri dari jamur Trichophyton sp. , Epidermophyton sp. dan
Microsporum sp. dengan penambahan larutan LPCB dan diamati dibawah mikroskop
Analisa data secara deskriptif
Simpulan
Purposive sampling
Gambar 3. 1 Alur Penelitian
2. Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel Kuku
Sebelum dilakukan pengambilan sampel kuku, terlebih dahulu responden pemulung sampah diberikan edukasi mengenai prosedur yang akan dilakukan. Permukaan kuku didesinfeksi dengan alcohol swab, kemudian ujung kuku dipotong dengan pemotong kuku yang steril. Sampel kuku dimasukkan ke dalam wadah steril yang sudah disterilkan dengan alkohol 70% kemudian disimpan didalam Bio Safety Cabinet (BSC) selama 1 jam untuk menjaga sterilitas. Pada wadah sampel diberi label identitas nama dan kode kemudian dibawa ke laboratorium Parasitologi.
b. Pembuatan Media PDA
Pembuatan media PDA menggunakan serbuk PDA instan dengan menimbang sebanyak 39 gram kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Setelah itu ditambahkan aquadest steril sebanyak 1.000 mL dan dipindahkan ke Erlenmeyer. Lakukan pengukuran pH media hingga pH berkisar diantara 2 - 5,6.
Panaskan larutan PDA instan diatas hot plate dan diaduk dengan magnetic stirrer hingga larutan menjadi homogen. Pelarutan tidak boleh dilakukan sampai mendidih dan diusahakan larutan harus sempurna sehingga tidak ada kristal yang tersisa dan tidak ada yang menggumpal. Selanjutnya larutan disterilisasi pada suhu ±121° C dengan tekanan 1-2 atm selama 15 menit di dalam autoklaf. Setelah
proses sterilisasi selesai, media dikeluarkan dari autoklaf dan media didinginkan sampai suhu 45-50°C. Kemudian media PDA ditambahkan antibiotik Chloramphenicol untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Media PDA dituang ke dalam cawan petri steril sebanyak 15-20 mL dan dibiarkan memadat (Basarang dan Rianto, 2018).
c. Inokulasi Sampel ke Media PDA
Pastikan alat dan bahan yang akan digunakan sudah disiapkan. Potongan kuku tangan dan kuku kaki ditanam diatas media Potato Dextrose Agar (PDA) menggunakan pinset. Media yang telah ditanami/diinokulasi kemudian sekeliling cawan ditutup dan dibungkus dengan plastic wrap, lalu dibungkus dengan kertas, beri label identitas kode agar tidak tertukar antara sampel satu dengan yang lain. Selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar (20- 30oC) selama 1-2 minggu dengan monitoring berkala. Disiapkan juga media PDA tanpa inokulum sebagai kontrol yang sekeliling cawan ditutup dan dibungkus dengan plastic wrap, lalu dibungkus dengan kertas dan diinkubasi bersama dengan media PDA yang berisi sampel.
d. Pemeriksaan Makroskopis
Koloni jamur yang tumbuh pada media Potato Dextrose Agar (PDA) diamati secara langsung setelah diinkubasi selama 1
sampai 2 minggu. Dalam pemeriksaan makroskopis yang perlu diperhatikan yaitu warna koloni, bentuk koloni, dan tipe koloni.
e. Pemeriksaan Mikroskopis
Koloni jamur yang tumbuh pada media Potato Dextrose Agar (PDA) keseluruhan dilihat secara mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan cara mengambil koloni jamur menggunakan selotip dan pinset secara aseptis, ditempel diatas koloni, kemudian di letakkan diatas object glass yang sudah ditetesi Lactophenol Cotton Blue (LPCB) dan ditutup dengan deckglass. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan mikroskop pada objektif 10x dan 40x. Kemudian hasil yang diamati adalah bentuk makrokonidia, mikrokonidia, serta hifa guna mengidentifikasi genus jamur.
J. Teknis Analisis Data Penelitian
Teknis analisis data pada Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan mengetahui ada atau tidaknya jamur dermatophyta penyebab tinea unguium pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo. Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk tabel serta mengetahui gambaran morfologi berdasarkan ciri-ciri genus jamur.
38 A. Hasil
Identifikasi jamur dermatophyta pada 25 kuku tangan dan 25 kuku kaki Pemulung Sampah di TPA Mojorejo Kabupaten Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan metode kultur di Laboratorium Parasitologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional. Pengambilan sampel kuku tangan dan kaki dengan cara dipotong kemudian diletakkan di dalam wadah pot steril, dilanjutkan dengan penanaman pada media PDA dan diinkubasi pada suhu kamar (20-30°C) selama 12 hari. Pembuatan preparat koloni jamur dengan penambahan cat Lactophenol Cotton Blue (LPCB). Koloni jamur yang tumbuh pada media PDA diamati secara makroskopis dan mikroskopis dengan lensa objektif 10x dan 40x. Berikut ini adalah gejala klinis infeksi jamur yang terlihat pada kuku tangan dan kaki pemulung sampah yang tersaji pada gambar 4.1.
A. B.
Gambar 4. 1 Kuku tangan dan kaki Pemulung Sampah (Dokumentasi Pribadi, 2024)
Keterangan : (A) Tangan, (B) Kaki
Berdasarkan gambar 4.1 Kriteria kuku tangan dan kaki pemulung sampah yang digunakan sebagai sampel penelitian ini yaitu kuku yang mengalami perubahan warna menjadi putih keruh, kekuningan, kecoklatan maupun menghitam dan struktur permukaan kuku yang tidak rata, rapuh, menebal, kasar serta tidak mengkilat. Gambaran secara makroskopis dari 12 genus jamur yang mewakili total keseluruhan sampel pada media PDA dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2 Hasil makroskopis koloni jamur berdasarkan genusnya pada media PDA (Dokumentasi Pribadi, 2024)
Keterangan : 1. Koloni a. Scopulariopsis sp., 2. Koloni a. Geotrichum sp.,
b. Rhizopus sp., 3. Koloni a. Curvularia sp., 4. Koloni a. Cladosporium sp., 5. Koloni a. Candida sp., 6. Koloni a. Penicillium sp., b. Microsporum sp., 7. Koloni a. Mucor sp., 8. Koloni a. Trichophyton sp., 9. Koloni a. Trichophyton sp., 10. Koloni a. Fusarium sp., b. Aspergillus sp.
1 2 3
4 5 6
10
7 8 9
Berdasarkan pengamatan koloni jamur di media PDA pada gambar 4.2 maka dilanjutkan pemeriksaan mikroskopis dengan lensa objektif 10x dan 40x sehingga didapatkan hasil seperti gambar 4.3 berikut ini.
A. B.
C. D.
E. F.
rhizoid sporangium
G. H.
I. J.
K. L.
Gambar 4.3 Hasil mikroskopis koloni jamur berdasarkan genusnya dengan perbesaran 100x dan 400x (Dokumentasi Pribadi, 2024)
Keterangan : (A) Scopulariopsis sp. (B) Geotrichum sp. (C) Rhizopus sp.
(D) Curvularia sp. (E) Candida sp. (F) Cladosporium sp.
(G) Penicillium sp. (H) Microsporum sp. (I) Mucor sp.
(J) Trichophyton sp. (K) Fusarium sp. (L) Aspergillus sp.
konidia
Pada tabel 4.1 berikut ini merupakan hasil pengamatan berdasarkan ciri-ciri secara makroskopis dan mikroskopis genus jamur dengan kode sampelnya.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis
No Hasil Pengamatan Makroskopis
Hasil Pengamatan Mikroskopis
Kode sampel Spesies jamur 1 Koloni khamir, glabrous,
koloni berwarna putih kekuningan, halus, koloni sedang
Konidia bulat, konidiofor sedikit pendek dan kasar
serta memiliki
percabangan pada kepala konidiofor
24K Scopulariopsis sp.
2 Koloni seperti ragi (khamir), koloni berwarna putih cream, halus, sedang
hifa bersepta bercabang, konidium tipe artospora, konidia dari hifa yang bersegmentasi bening dan berbentuk silinder
4K Geotrichum sp.
3 Koloni kapang, jenis koloni cottony, koloni pada media berwarna putih, tepian tidak rata, koloni besar dan menyebar
Hifa tidak bersekat membentuk seperti akar (rhizoid), sporangifor tidak bercabang dan ujungnya membesar membentuk kolumela yang masuk dalam sporangium
1T, 1K, 3K, 4T, 6K, 7K, 10T, 11T,
11K, 12K, 13K, 16T, 16K, 17K, 18T, 20T, 20K, 21T, 23K, 25T
Rhizopus sp.
4 Koloni kapang, jenis koloni velvety, koloni berwarna putih kuning kecoklatan, halus, koloni sedang
Hifa berseptat berbentuk seperti batang yang bengkok, makrokonidia coklat, konidiofor coklat
10K Curvularia sp.
5 Koloni seperti ragi (khamir), smooth, licin, tepian rata, koloni berwarna putih, halus, koloni kecil
Terdapat blastospora dan mempunyai pseudohifa
3T, 3K, 7T, 9T, 10T, 17K, 20K,
23K, 24T
Candida sp.
6 Koloni kapang, jenis koloni wolly, koloni berwarna hitam abu, halus, koloni besar dan menyebar
Konidia berbentuk elips atau oval seperti rantai, memiliki konidiofor lateral bercabang
1K, 5K, 6K Cladosporium sp.
7 Koloni kapang, jenis koloni velvety, koloni berwarna hijau toska, cembung, koloni kecil
Konidiofore bercabang, diatas konidiofor terdapat 3-4 buah sterigmata (metula) yang tersusun seperti sapu, konidia bulat kasar tersusun seperti rantai
9K, 10K Penicillium sp.
8 Koloni kapang, jenis koloni powdery, koloni berwarna coklat muda, serbuk, koloni sedang
Memiliki
makrokonidia lonjong seperti daun dan simetris, berujung tumpul, berisi 4-6 sel, berdinding tipis
14K Microsporum sp.