• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT "

Copied!
93
0
0

Teks penuh

Penelitian identifikasi residu insektisida pada tanaman tomat (Lycopersicum commune) telah dilakukan di sentra produksi sayuran Kabupaten Solok Sumatera Barat yaitu Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti pada bulan Mei sampai September 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies , kadar residu insektisida dan pengaruh perlakuan pasca panen, serta dampak persepsi petani terhadap kadar residu insektisida pada tomat. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana berkat Rahmat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menulis disertasi berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Identifikasi Residu Insektisida Pada Tomat”.

DAFTAR TABEL

Sebaran Frekuensi Penyemprotan Pestisida oleh Petani Tomat di Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Tahun 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Pembatasan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Sampai saat ini belum banyak diketahui informasi kadar residu insektisida pada tanaman tomat di kawasan sentra produksi sayuran di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu, perlu dilakukan survey di tempat ini untuk mengetahui residu insektisida pada tomat, yang diperlukan untuk menjaga kesehatan konsumen dan melengkapi informasi tentang kandungan residu insektisida pada tomat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, kadar residu insektisida dan pengaruh perlakuan pasca panen serta pengaruh petani terhadap persepsi kadar residu insektisida pada tanaman tomat.

KAJIAN TEORI

Landasan Teori

  • Paparan Pestisida Terhadap Manusia
  • Pestisida
  • Penggolongan Pestisida
  • Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan
  • Toksisitas Pestisida pada Manusia
  • Pengertian Deterjen dan Manfaatnya
  • Cara Mengurangi Residu Pestisida

15 avisides, repellant, atraktan dan aktivator tanaman (Djojosumarto, 2008) Penggunaan pestisida yang tidak bijak dan tidak selektif berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi pengguna, konsumen, lingkungan dan sosial ekonomi, seperti: a) Negatif berdampak pada keselamatan pengguna secara langsung yang mengakibatkan keracunan; e) Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida (pest revival), f) Munculnya hama baru, g) Musuh alami hama terbunuh dan h) Biaya produksi lebih tinggi (Djojosumarto, 2008). Menurut Novizan (2007), residu pestisida adalah racun yang tertinggal pada tanaman setelah penyemprotan yang tetap menjadi racun selama waktu tertentu. Residu pestisida yang tertinggal pada bagian tanaman yang disemprot dalam waktu lama akan berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya karena residu pestisida tersebut akan tertelan oleh manusia pada saat mengkonsumsi hasil pertanian.

Selain pestisida yang langsung diaplikasikan pada tanaman, residu pestisida pada bahan makanan khususnya sayuran juga dapat diakibatkan oleh kontaminasi atau karena tanaman ditanam pada tanah yang mengandung residu pestisida yang persisten. Banyaknya residu pestisida yang tertinggal pada tanaman (makanan) antara lain tergantung pada cara, waktu dan jumlah aplikasi serta dosis setiap aplikasi. Faktor lain yang cukup penting adalah tingkat ketepatan pelaksanaan dan peralatan yang digunakan dalam analisis residu pestisida di laboratorium.

Untuk mengendalikannya, perlu pemantauan penggunaan pestisida secara berkala oleh instansi terkait dan analisis residu pestisida dari BPTPH. Untuk mengurangi residu pestisida pada produk pertanian, maka perlakuan pasca panen seperti pencucian dapat mengurangi residu pestisida pada produk pertanian. Residu pestisida dalam makanan yang rendah kadarnya jelas tidak akan menimbulkan gejala keracunan yang kronis atau akut, tetapi dapat menimbulkan efek yang tidak kentara, yaitu efek samping jangka panjang yang terjadi pada dosis rendah yang berulang.

Adanya efek lanjutan jangka panjang akibat pengulangan dosis rendah memerlukan upaya untuk menurunkan kadar residu pestisida di dalamnya.

Tabel 1. Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat.
Tabel 1. Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat.

Kerangka Pemikiran

27 Seperti sayuran lainnya, komponen tertinggi dalam tomat adalah: air, yaitu ±93%, yang umumnya menyebabkan daya simpan rendah dan mudah rusak. Berdasarkan gambar antara lain: (a) tumbuhnya warna gading pada bintil buah tomat; (b) Jika buah dibelah, bijinya menyamping, dan (c) Di sekeliling biji terdapat lendir halus. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman (2004), residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam produk pertanian, pangan atau pakan ternak, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida.

Efek negatif penggunaan pestisida terhadap tanaman dapat dilihat antara lain dari tingginya residu pestisida pada beberapa sayuran, tanaman pangan, air dari sumur dan sawah, serta darah petani. Tanah, air dan sayuran di Jawa Tengah dan Bali dilaporkan mengandung residu insektisida organoklorin dan organofosfat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Beberapa sayuran seperti tomat, kol dan wortel di Lembang, Pengalengan dan Kertasari, Bandung juga mengandung residu pestisida profenofos, deltametrin, klorpirifos dan permetrin.

Hasil pengamatan residu pestisida pada tanaman cabai dan kubis di Provinsi Sumatera Barat (BPTPH II, Sumbar, Riau dan Jambi, 1998), menunjukkan adanya residu pestisida pada sayuran cabai dan kubis, namun residu insektisida masih di bawah BMR. nilai. Menurut Direktorat Pupuk dan Pestisida (2002), BMR untuk beberapa jenis pestisida pada tomat dapat dilihat pada Lampiran 1. Tingkat keracunan pestisida dalam darah menunjukkan variasi pada setiap individu, namun pada prakteknya tetap sama pada setiap orang. , tingkat normal keracunan pestisida pada manusia bervariasi antara 75-100.

Investigasi kasus keracunan organofosfat dan karbamat menunjukkan penurunan kadar kolinesterase aktif dalam darah.

Hipothesis

METODOLOGI PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Batas maksimum residu pestisida
  • Standar baku pembanding pestisida, merupakan standar baku aktif pestisida yang diketahui konsentrasinya yang akan digunakan membuat
  • Larutan baku pembanding primer, merupakan larutan baku pembanding pestisida dengan konsentrasi bahan aktif tinggi yang akan
  • Cara penyemprotan: 1) memenuhi syarat yaitu searah dengan arah angin dan memakai Alat Pelindung Diri (APD), 2) tidak memenuhi syarat
  • Dosis adalah campuran dari pestisida yang digunakan untuk penyemprotan tanaman: 1) sesuai aturan: sesuai dengan petunjuk pada
    • Waktu dan Tempat Penelitian
    • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Residu Insektisida Secara Laboratorium Parameter yang di analisis antara lain adalah
    • Bahan dan Alat
    • Pengambilan Sampel Buah Tomat
    • Prosedur Analisis
  • Tindakan dan Persepsi Petani Terhadap Pestisida

Metode analisis multi residu pestisida, metode analisis yang digunakan untuk menentukan komponen berbagai residu pestisida dalam suatu bahan sampel, metode tersebut meliputi tahapan ekstraksi, pembersihan, penentuan dan evaluasi data (Direktorat Proteksi Tanaman, 2004). Pelaksanaan pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan Juli 2009. Pengambilan sampel tomat untuk analisis laboratorium dilakukan pada Agustus 2009. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat varietas Marta yang biasa ditanam petani di Nagari Alahan Panjang.

Pereaksi yang digunakan adalah: aseton, diklorometana, petroleum eter, iso-oktana, toluena, gas pembawa pada alat kromatografi gas yaitu nitrogen dengan laju alir 40 ml/menit, fase pembawa HPLC yaitu metanol untuk HPLC dan aquabidest untuk pencucian kolom. Alat yang digunakan adalah: chopper, ultra turax, gas chromatography, Shimadzu HPLC, centrifuge, labu ukur, mikrometer pipet dan alat suntik filter Whatman. Sampel tomat yang diambil adalah tomat hasil panen ketiga dari tiga lokasi kebun tomat yang dipilih secara acak.

Lokasi satu untuk sampling tomat di Jorong Alahan Panjang, lokasi dua di Jorong Taluak Dalam dan lokasi tiga di Jorong Taratak Galundi. Tomat diambil sampelnya kemudian dianalisis residu pestisida dengan beberapa perlakuan antara lain: Tomat dicacah, masing-masing perlakuan diambil 15 gram kemudian dihaluskan dengan ultra-turax selama 30 detik.

Populasinya ialah petani tomato di Nagara Alahan Panjang di mana responden adalah petani tomato yang dipilih secara rawak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Residu Insektisida Pada Buah Tomat

  • Pendidikan Petani
  • Frekuensi Distribusi Pengalaman Petani
  • Distribusi Pengetahuan Petani Tentang Dosis dan Cara Mencampur Pestisida
  • Distribusi Frekuensi Cara dan Waktu Menyemprot Pestisida
  • Frekuensi Distribusi Alat Pelindung Diri
  • Jarak Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Waktu Panen
  • Pembahasan
    • Analisis Residu Insektisida
    • Analisis Persepsi dan Tindakan Petani Tentang Aplikasi Insektisida Dari hasil wawancara peneliti dengan petani yang sedang

Saat merawat buah tomat yang telah dikupas kulit arinya, hasil analisis menunjukkan tidak terdeteksinya residu diazinon. Analisis residu dengan perlakuan tomat tanpa pencucian ditemukan residu insektisida chlorantriniliprole pada kadar 3,82 mg/kg sampel. Sedangkan perlakuan tomat cuci air, perlakuan tomat dengan mama lemon dan perlakuan tomat dengan mengupas kulit ari, tidak ditemukan residu insektisida chlorantriniliprole.

Pada buah yang telah dicuci tidak terdapat residu permethrin, hal yang sama terdapat pada perlakuan tomat yang dicuci dengan mama lemon dan perlakuan dengan kulit ari yang dikupas. Pada perlakuan tomat dicuci dengan air, dicuci dengan mama lemon dan dikupas kulit arinya tidak ditemukan residu insektisida. Dari hasil di atas terlihat bahwa residu insektisida permethrin mudah dihilangkan dengan mencuci dengan air, begitu juga dengan mengolah tomat yang dicuci dengan mama lemon dan dikupas dari kulit arinya.

Hasil analisis residu insektisida menggunakan alat HPLC ditemukan residu insektisida dengan zat aktif chlorantriniliprole pada perlakuan tomat yang tidak dicuci sebesar 4,813 mg/kg sampel. Sedangkan perlakuan tomat dicuci dengan air, perlakuan dicuci dengan mama lemon dan perlakuan dengan kulit ari yang dikupas tidak ditemukan residu insektisida chlorantriniliprole. Deltamethrin ditemukan dari hasil analisis perlakuan tomat yang tidak dicuci pada kadar 0,030 mg/kg sampel.

Pada perlakuan tomat yang dicuci dengan air ditemukan kadar residu 0,120 mg/kg sampel, perlakuan ini menurunkan kadar residu profenofos sebesar 56%. Sedangkan pada perlakuan tomat dicuci dengan mama lemon dan perlakuan pengelupasan kulit ari tidak ditemukan residu insektisida profenofos. Di ketiga lokasi tersebut, hasil analisis dengan instrumen HPLC juga ditemukan sisa insektisida chlorantriniliprole dengan kadar 4,813 mg/kg sampel pada perlakuan tomat yang tidak dicuci.

Tabel 4.   Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Taluak  Dalam (lokasi dua), 2009
Tabel 4. Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Taluak Dalam (lokasi dua), 2009

Distribusi Frekuensi Pendidikan

Tanaman tidak hanya dicuci untuk pestisida yang larut dalam air, tetapi juga untuk pestisida lipofilik. Dilaporkan bahwa terdapat 17 jenis pestisida yang beredar di Indonesia yang residunya jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menyebabkan endocrine disrupting activities (EDs), yaitu gangguan pada sistem endokrin (hormon reproduksi) pada manusia. Dilaporkan bahwa 17 jenis pestisida beredar dan digunakan oleh petani di Indonesia dengan bahan aktif: 2,4 D alakhlor, benomyl, carbaryl, sypermethrin, dicofol, endosulfan, ensclerat, ethylparathion, fenvelerate, malathion, mancozeb, metomil, metyram , metribenzen, triflularin, dan vinkozolin (Sutrisno, Setiyanto, dan Kurnia, 2008).

Analisis Persepsi dan Tindakan Petani Terhadap Penggunaan Insektisida Dari Hasil Wawancara Dengan Petani Saat Ini Mewawancarai Petani Yang Menanam Tanaman Tomat Di Nagara Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa 95% petani tomat memiliki pengalaman bertani lebih dari 5 tahun, sedangkan hanya 5% petani tomat yang memiliki pengalaman bertani kurang dari 5 tahun. Dari hasil di atas, terlihat bahwa petani tomat umumnya memiliki pengalaman bercocok tanam bertahun-tahun.

Distribusi Pengetahuan Petani Tentang Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petani Tentang Dosis dan Cara Mencampur Pestisida

Dari hasil wawancara antara peneliti dengan petani tomat diketahui bahwa 95% petani sudah melakukan cara penyemprotan dan waktu penyemprotan sudah sesuai dengan petunjuk (SOP) dan anjuran PPL yaitu menggunakan sprayer dan membawa itu keluar sesuai dengan arah angin yang dilakukan di pagi hari.

Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung Diri Oleh Petani

Distribusi Frekuensi Penyemprotan Pestisida Oleh Petani

Jarak Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Waktu Panen

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Tidak ada perbedaan tingkat pendidikan petani tomat dalam penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat, karena mengikuti petunjuk Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petunjuk pada kemasan pestisida. Sebanyak 74% petani tomat melakukan pengendalian hama dengan melakukan penyemprotan insektisida sebanyak 10 kali hingga tanaman tomat dipanen, sedangkan sisanya dengan intensitas antara 5 sampai 10 kali selama satu musim tanam. Untuk jarak penyemprotan insektisida terakhir dengan waktu panen, 80% responden melakukan satu sampai empat hari sebelum panen dan sisanya menyemprot tanaman tomat 4 sampai 8 hari sebelum panen.

Implikasi

Untuk insektisida yang residunya tidak hilang saat dicuci dengan air, tidak disarankan untuk digunakan, seperti insektisida Diazinon. Dengan adanya penelitian tentang pengaruh pencucian pada tomat diketahui dapat menurunkan kadar residu insektisida, sehingga hal ini harus disosialisasikan kepada masyarakat untuk meminimalisir residu insektisida pada tomat sebelum dikonsumsi oleh masyarakat. dicuci dengan air terlebih dahulu. Dengan memantau dan menganalisis residu insektisida pada tanaman tomat, dapat dilihat apakah petani masih menggunakan insektisida berbahaya yang telah dilarang oleh pemerintah seperti DDT.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Penggunaan pestisida dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati di kawasan sentra sayuran di Kabupaten Lembah Gumanti, Sumatera Barat. Investigasi residu insektisida pada tanaman tomat dan kubis di Kecamatan Lembang, Pengalengan dan Cisurupan.

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER)

Sebagai petani, apakah anda mengikuti anjuran Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) dalam penggunaan dan cara pencampuran pestisida?

Foto keragaan tanaman tomat yang dilakukan penyemprotan   secara kontinyu
Foto keragaan tanaman tomat yang dilakukan penyemprotan secara kontinyu

RIWAYAT SINGKAT PENELITI

Gambar

Tabel 1. Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat.
Tabel 3.   Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Alahan  Panjang (lokasi satu), 2009
Tabel 4.   Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Taluak  Dalam (lokasi dua), 2009
Tabel 5.   Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Taratak  Galundi (lokasi tiga), 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengutipan referensi pada naskah Diketik di dalam kurung:  nama akhir penulis dan tahun penulisan, untuk satu orang pengarang contoh: "…dalam bentuk deret Taylor, 1990." atau

X3 : Harga buah melon Rp/kg X5 : Jumlah pembeli Orang ԑ : Eror atau nilai residu Sedangkan analisis elastisitas silang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : dQx