• Tidak ada hasil yang ditemukan

iii - Repository Universitas Perintis Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "iii - Repository Universitas Perintis Indonesia"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis yang berjudul “PENENTUAN KANDUNGAN β-KAROTEN PADA ubi jalar JERUK (Ipomoea batatas (L.) Lam) MENTAH, DIMASAK DAN DIGORENG DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS ME ME THOD”. ubi jalar (I pomoea batatas (L.) Lam) dengan beberapa perlakuan yaitu mentah, dimasak dan digoreng dengan spektrofotometri UV-Vis. Kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 475 nm.

Hasil uji kualitatif dengan kromatografi lapis tipis menunjukkan sampel ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan masing-masing perlakuan teridentifikasi mengandung beta karoten dengan nilai Rf 0,61. Kata kunci: Beta-karoten, ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam), Spektrofotometri UV-Vis, Kromatografi Lapis Tipis. Penelitian ini berfokus pada analisis kandungan beta karoten ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan beberapa perlakuan yaitu mentah, direbus dan digoreng menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

The results of the qualitative test using thin layer chromatography showed that the orange sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) sample with each treatment was identified as containing beta carotene with an Rf value of 0.61. Keywords: Beta-carotene, orange sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam), UV-Vis spectrophotometry, thin layer chromatography.

Latar belakang

Beta karoten merupakan pigmen berwarna jingga yang terdapat pada buah dan sayur, buah dan sayur berwarna jingga mengandung beta karoten yang tinggi (Hock-Eng et al, 2011). Penelitian Englberger et al., (2008) melaporkan adanya hubungan antara warna dan kandungan karotenoid, dengan tanaman berwarna jingga dan merah memiliki kandungan betakaroten yang lebih tinggi dibandingkan tanaman berwarna hijau atau putih. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purwanti (2019) tentang pengaruh cara dan waktu pengolahan terhadap analisis mutu ubi jalar orange menjelaskan bahwa interaksi cara dan waktu pengolahan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan mutu betakaroten, antosianin, kadar serat, warna dan rasa.

Kadar betakaroten yang dikukus selama 15 menit mengalami penurunan sebesar 0,26% dibandingkan kadar betakaroten pada kontrol. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis dan penentuan kadar β-karoten pada ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam) untuk mengetahui pengaruh pengolahan ubi jalar yang terdiri dari mentah, matang dan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tinjauan Biologi Tumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) .1 Klasifikasi Tumbuhan (Ipomoea batatas (L.) Lam) .1 Klasifikasi Tumbuhan (Ipomoea batatas (L.) Lam)
    • Nama Daerah
  • Tinjauan Kimia Tumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) .1 Kandungan Ubi Jalar .1 Kandungan Ubi Jalar
    • Aktivitas Farmakologi β-karoten
  • Metoda Isolasi .1 Ekstraksi β- Karoten
  • Cara Dingin a. Maserasi
  • Cara Panas a. Soxhletasi
    • Penetapan Kadar β-karoten (Fikri, 2008) .1 Spektrofotometri UV-Visibel

Ubi jalar kuning, yaitu jenis ubi jalar yang daging umbinya berwarna kuning, kuning pucat atau kekuningan, 3. Ubi jalar ungu, yaitu jenis ubi jalar yang dagingnya berwarna ungu sampai ungu muda. Tanaman ubi jalar termasuk tanaman semusim (semusim) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi jalar, daun, bunga, buah dan biji (Rukmana, 1997).

Bunga ubi jalar berbentuk “terompet”, terdiri dari lima kelopak, lima kelopak, dan satu putik. Ubi jalar tergolong perdu bercabang, batang gundul atau berbulu, kadang melilit, kenyal, ungu, tingginya mencapai 5 m. Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama setelah beras, jagung dan ubi kayu.

Ubi jalar berperan penting dalam penyediaan pangan, bahan baku industri dan pakan ternak (Zuraida dan Suprapti, 2001). Ubi jalar mengandung banyak senyawa, antara lain tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, glikosida, alkaloid, steroid, dan fenol. Manfaat ubi jalar antara lain sebagai anti infeksi, anti kanker, anti inflamasi, anti diabetes, pengobatan luka aterosklerotik, antibakteri (Elmaniar dan Muhtadi, 2017).

Infus biasanya digunakan untuk menarik atau mengekstrak zat aktif yang larut dalam air dari bahan tanaman. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang larut dalam air dan tahan panas. Keunggulan penggunaan kromatografi lapis tipis (KLT) dibandingkan kromatografi kertas (LC) adalah dapat menghasilkan pemisahan yang lebih sempurna, sensitivitas lebih tinggi dan dapat dilakukan dengan cepat (Adnan, 1997).

Empat jenis absorben yang sering digunakan atau biasa digunakan adalah silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), silika (tanah diatom), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak digunakan adalah silika gel, dan masing-masing terdiri dari beberapa jenis yang memiliki nama dagang berbeda. Untuk analisis kualitatif, parameter spektrum UV-vis yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum dan nilai absorbansi.

Tabel 1. Kandungan Gizi Pada Ubi Jalar Per 100 Gram
Tabel 1. Kandungan Gizi Pada Ubi Jalar Per 100 Gram

METODA PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan .1 Alat

  • Bahan

Prosedur Penelitian .1 Identifikasi Sampel

  • Penyiapan Sampel a. Pengambilan sampel
  • Penyiapan Larutan Pereaksi a. Pembuatan Larutan Fase Gerak
  • Ekstraksi Sampel
  • Penentuan Rendemen Ekstrak

Ambil ubi jalar secukupnya, rebus dalam air selama ± 20 menit hingga lunak (matang), kemudian giling halus dan berat 50 g. Hasil ekstraksi yang diperoleh diuapkan di dalam rotary evaporator hingga diperoleh 15 ml ekstrak, kemudian dilakukan penyabunan dengan menambahkan 15 ml KOH 15% dalam metanol ke dalam labu gelap, dikocok dan dibiarkan semalaman pada suhu kamar. Hasil saponifikasi diekstraksi kembali dengan petroleum eter 3 x 25 mL, kemudian dicuci dengan air suling hingga bebas basa, kemudian dikeringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrat, kemudian volumenya ditepatkan hingga 100 mL dengan petroleum eter.

Analisis Kualitatif

Analisis Kuantitatif

  • Pembuatan Larutan Induk β- Karoten 1000 ppm
  • Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum β- Karoten Untuk penentuan panjang gelombang maksimum beta karoten dilakukan
  • Pembuatan Kurva Kalibrasi β- Karoten
  • Pengukuran Kadar β- Karoten
  • Uji Linearitas
  • Perhitungan Kadar β – Karoten pada Sampel

Kami kemudian mengukur absorbansi dengan spektrofotometer UV-tampak pada panjang gelombang 475 nm, kemudian membuat kurva kalibrasi untuk β-karoten dan menentukan persamaan regresi linier. Pipet dengan hati-hati 2 mL dari 100 mL larutan sampel untuk setiap perlakuan, masukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan tambahkan larutan petroleum eter sampai tanda dan ukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum β-karoten 475 nm. Petroleum eter digunakan untuk sampel blanko, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-tampak pada panjang gelombang maksimum 475 nm.

Uji linieritas dan kurva kalibrasi dibangun menggunakan persamaan garis regresi linier (y = a + bx) antara konsentrasi β-karoten dan absorbansi. Data yang diperoleh dalam pengukuran ini dikalibrasi dengan kurva standar sehingga konsentrasi dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus y = a + bx.

Hasil

Pembahasan

Metode maserasi dipilih karena betakaroten tidak stabil pada suhu dan pemanasan tinggi, harganya relatif murah dan prosesnya sederhana, sedangkan penggunaan aseton bertujuan untuk mengekstraksi senyawa organik pada sampel segar yang digunakan, dimana pada sampel segar dan basah akan memudahkan proses ekstraksi betakaroten. 16 jam, kemudian diekstraksi kembali dengan petroleum eter dan air, hal ini dilakukan karena beta karoten dapat ditarik ke dalam sampel oleh petroleum eter yang sama-sama non polar, seperti yang dikemukakan oleh Idris (2011) bahwa beta karoten dapat larut dalam petroleum eter dan minyak tetapi tidak larut dalam air, asam dan basa. Sedangkan penambahan air bertujuan untuk mencuci dan membebaskan alkali ekstrak sehingga rantai hidrokarbon hidrofobik akan larut dalam petroleum eter sedangkan pion laut hidrofilik akan larut dalam lapisan air.

Lapisan atas yang merupakan fasa petroleum eter kemudian dikeringkan dengan cara filtrasi dengan Na2SO4 anhidrat untuk menyedot sisa air sehingga diperoleh ekstrak cair anhidrat. Kemudian dilakukan perhitungan rendemen ekstrak ubi jalar pada masing-masing perlakuan diperoleh rendemen ubi jalar mentah sebesar 3,588%; ubi jalar matang sebesar 3,685% dan ubi bakar sebesar 2,161%. Analisis kualitatif dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk mengetahui dan membuktikan apakah sampel mengandung betakaroten atau tidak.

Pada penelitian ini, eluen yang digunakan adalah heksana:aseton (9:1) dimana diperoleh bercak pada pelat KLT di bawah lampu UV 366nm, baik pada sampel ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam) maupun pada komparator betakaroten dengan nilai Rf masing-masing 0,61. Dilihat dari hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) memiliki nilai Rf yang sama dengan standar pembanding, hal ini menunjukkan bahwa sampel ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam) positif mengandung senyawa betakaroten. Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif beta karoten menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum beta karoten 475 nm.

Sebagai perbandingan, kami menggunakan beta karoten murni dan dibuat 5 rangkaian konsentrasi yaitu 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm dan 80 ppm. Kemudian dihitung kandungan betakaroten pada sampel ubi jalar orange (Ipomoea batatas (L.) Lam) menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 475 nm dengan 3 kali pengulangan, dengan rata-rata kandungan betakaroten pada sampel ubi jalar mentah mg/100 g, dan rata-rata kandungan betakaroten sampel ubi jalar matang mg/100. g, sedangkan kadar rata-rata pada sampel ubi goreng adalah mg/100 g. Nilai kandungan tertinggi terdapat pada sampel ubi jalar oranye dengan perlakuan digoreng, hal ini kemungkinan disebabkan minyak sawit, dimana minyak sawit yang dapat dimakan mengandung senyawa betakaroten (Irvan et al, 2016).

Sedangkan pada ubi jalar orange dengan perlakuan pemasakan terjadi penurunan kadar betakaroten karena betakaroten sangat mudah teroksidasi di udara dan pemanasan (Erawati, 2006). Sehingga selama proses perebusan dan pemanasan terjadi proses isomerisasi cis dan trans yang menyebabkan perubahan posisi struktur dari bentuk trans menjadi bentuk cis, dimana beta karoten awalnya berbentuk trans dengan kestabilan yang tinggi, namun akhirnya berubah menjadi bentuk cis dengan kestabilan yang lebih rendah dan menyebabkan senyawa ini mudah teroksidasi jika dipanaskan. Berdasarkan hasil perhitungan uji eksak, ketiga sampel dengan perlakuan berbeda memenuhi syarat, sehingga dapat dikatakan metode yang digunakan valid dan memberikan hasil yang baik.

Kesimpulan

Saran

Analisis kandungan β-karoten dan penentuan aktivitas antioksidan melon (Cucumis Melo Linn.) dengan spektrofotometri UV-Vis. Aktivitas radikal antibebas dan kadar betakaroten pada madu randu (Ceiba pentandra) dan madu kelengkeng (Nephelium longata L.). Analisis kandungan beta karoten empat varietas lokal ubi jalar Papua yang diolah menjadi bahan pangan.

Pengaruh metode dan waktu pengolahan terhadap analisis mutu ubi jalar jeruk (Ipomoea batatas L.): Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5: S91-S103. Analisis kandungan Βeta-karoten pada sawi putih (Brassica Pekinensia L) dan sawi (Brassica Juncea L Coss) dengan spektrofotometri Uv-Vis. Untuk blanko gunakan petrolum eter, ukur absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang beta-karoten.

Gambar 4. Surat Identifikasi Sampel
Gambar 4. Surat Identifikasi Sampel

Simpangan Baku Residual β-karoten SBr =√ (

Gambar

Gambar 1. Tanaman Ubi Jalar Oranye (Ipomoea batatas (L.) Lam)  (Sumber : Milind dan Monica, 2015)
Tabel 1. Kandungan Gizi Pada Ubi Jalar Per 100 Gram
Gambar 2. Struktur Betakaroten  Sumber : Rohman, 2011  Rumus  : C 40 H 56
Gambar 3. Skema alat Spektrofotometer UV – Vis ( Suhartati, 2017)  1.  Sumber Cahaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Praktek yang