• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ILMU PENDIDIKAN"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

Apabila al-aql pertama ini memikirkan Tuhan, timbul pancaran kedua dalam bentuk al-wujud al-tsalits (bentuk ketiga) atau al-aql al-tsani (sebab kedua), dan apabila dia menganggap dirinya sebagai al-mukmin. al-wujud, maka timbullah al-sama al-ula (langit pertama). Al-aql, yang merupakan cahaya ketuhanan, mencipta keupayaan untuk menyerap makna yang tidak dapat digenggam oleh akal.

KEBUTUHAN DAN PENGEMBANGAN DIMENSI

KEPRIBADIAN MANUSIA

Mengenali aspek ini dengan segala potensinya penting sebagai landasan pembinaan dan pengembangan, dan seseorang yang tidak mengetahuinya berarti tidak akan mampu mengenali sesuatu yang bersifat spiritual. Seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, membutuhkan atau mempunyai perbedaan sosial, sama-sama membutuhkan rasa aman terhadap berbagai ancaman yang mendesak.

HAKIKAT PENDIDIKAN

  • Lingkungan Pendidikan
  • Bentuk Kegiatan
  • Masa Pendidikan
  • Tujuan
  • Lingkungan pendidikan
  • Bentuk kegiatan
  • Masa pendidikan
  • Langkah Pendidikan
  • Tujuan
  • Masa Pendidikan
  • Memiliki objek material dan objek formal
  • Memiliki Sistematika
  • Pendidikan sebagai upaya sadar
  • Pendidikan Sebagai Sebuah Ilmu

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ilmu-ilmu pendidikan dapat dikelompokkan dan diberi ciri-ciri sebagai berikut. Apalagi nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, sehingga dapat kita tekankan bahwa pendidikan merupakan ilmu yang bersifat normatif.

LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN

Demikian pula pendidikan yang berlangsung pada suatu suku atau bangsa tidak lepas dari citra dan cita-cita. Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa landasan psikologis pendidikan harus memperhatikan aspek psikologis peserta didik, peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek pendidikan yang akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar bagi tindakan lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang ini.

Pendidikan yang dikehendaki arus sosial ini adalah suatu proses pendidikan yang dapat menjaga dan meningkatkan keharmonisan hidup dalam hubungan antar manusia. Dengan demikian, perdebatan mengenai perekonomian tidak hanya menjadi perhatian kelompok kaya saja, namun semua orang, termasuk masyarakat dan dunia pendidikan dimana mereka terlibat. Karena kebutuhan akan pendidikan yang mendesak, banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang segera diadopsi ke dalam tawaran pendidikan dan/atau kemajuan tersebut segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan.

ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Dalam prinsip pendidikan sepanjang hayat, proses belajar mengajar di sekolah mengusung dua misi, yaitu; memberikan pembelajaran kepada peserta didik secara efisien dan efektif serta meningkatkan keterampilan belajar mandiri sebagai landasan belajar sepanjang hayat. Dimensi horizontal kurikulum sekolah adalah hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah, yaitu: kurikulum sekolah mencerminkan kehidupan di luar sekolah; kehidupan di luar sekolah menjadi objek refleksi teoritis dalam bahan ajar sekolah, agar siswa lebih memahami permasalahan pokok yang ada di luar sekolah. Merancang dan melaksanakan kurikulum yang mempertimbangkan kedua dimensi tersebut akan mendekatkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.

Baik prinsip tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat, berkaitan langsung dengan prinsip kemandirian dalam belajar. Prinsip belajar sepanjang hayat hanya dapat terwujud jika didasarkan pada asumsi bahwa siswa mau dan mampu belajar secara mandiri. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sehingga memudahkan siswa dalam berinteraksi dengan sumber tersebut.

Kelemahan sekolah ini adalah hanya mengedepankan pengalaman, sedangkan keterampilan dasar yang dimiliki anak sejak lahir dikesampingkan. Tokoh aliran ini adalah John Locke yang mengatakan bahwa anak ibarat kertas kosong yang dapat ditulisi sesuai keinginan penulisnya. Aliran ini meyakini bahwa manusia mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah mendesak atau masalah lainnya.

Maka mazhab ini menolak adanya transfer ilmu dari seseorang ke orang lain, dengan alasan bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang dapat ditransfer, sehingga jika pengajarannya dimaksudkan untuk mentransfer ilmu maka perbuatannya akan sia-sia. Aliran empiris berpendapat bahwa anak yang dilahirkan ke dunia tidak mempunyai bakat dan keterampilan, aliran ini berpendapat bahwa faktor keturunan tidak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jadi mazhab ini menolak adanya transfer ilmu dari seseorang ke orang lain, mazhab ini berpendapat bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang bisa ditransfer, sehingga jika pengajaran bertujuan untuk mentransfer ilmu maka perbuatan akan sia-sia.

TEORI DAN PILAR PENDIDIKAN

Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik. Guru lebih ahli dalam metodologi dan membantu siswa berkembang sesuai kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Teknologi pendidikan menjadi sumber pengembangan model kurikulum, yaitu model kurikulum yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan penguasaan kompetensi.

Pendidikan interaksional merupakan sumber pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang tujuan utamanya adalah memaparkan siswa terhadap tantangan, ancaman, hambatan, atau gangguan yang dihadapi masyarakat. Siswa didorong untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial (kunci) yang mendesak dan berpartisipasi dalam menyelesaikannya. Oleh karena itu, mempelajari cara belajar akan memberikan siswa kemampuan untuk mengembangkan strategi dan kiat-kiat.

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Interaksi yang terjadi dalam keluarga merupakan suatu proses pendidikan yang menegaskan peran orang tua sebagai penanggung jawab proses tersebut. Orang tua dididik untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak mereka dan untuk menanamkan sikap dan mengembangkan keterampilan mereka. Di sisi lain, tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua harus dilaksanakan paling tidak dalam kerangka hal-hal berikut.

Lingkungan keluarga mempengaruhi anak ditinjau dari: (a) perlakuan terhadap anak oleh keluarga, (b) kedudukan anak dalam keluarga, (c) keadaan ekonomi keluarga, (d) situasi pendidikan anak. keluarga dan (e) pekerjaan orang tua. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban fungsi pendidikan berdasarkan prinsip tanggung jawab sebagai berikut. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan kepercayaan dari orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru (Tim Dosen IKIP Malang, 1988).

KETERKAITAN ANTARA LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Keluarga merupakan dunia rujukan bagi anak untuk membangun nilai-nilai dan cita-cita hidup, sedangkan dunia teman sebaya yang ditemui anak di sekolah merupakan wadah pengembangan diri sosial, bersama dengan teman sebaya yang mempunyai kualifikasi, kemampuan, dan keterampilan yang relatif sama. . wawasan. Orang tua sebagai pemandu dalam keseharian anak berkewajiban mengatur proses tumbuh kembang anak secara keseluruhan, baik perkembangan intelektual dengan memberikan fasilitas dan dukungan ilmu pengetahuan, maupun perkembangan psikologis dengan menjadi pelindung dan tempat berbagi bagi anak (Ahmadi, 1991). Kunjungan sekolah (guru) ke rumah siswa Cara ini memberikan dampak positif bagi anak karena merasa selalu diperhatikan, namun juga bagi orang tua karena termotivasi untuk selalu bekerjasama dengan pihak sekolah.

Daftar nilai atau rapor merupakan media yang menghubungkan sekolah dan orang tua untuk saling berkomunikasi mengenai proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan siswa. Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah tidak lepas dari pengaruh sosial budaya masyarakat dan partisipasinya. Nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat dapat menjadi faktor penghambat atau pendukung proses belajar mengajar di sekolah.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Kualitas pencapaian tujuan subsistem juga akan menentukan kualitas pencapaian tujuan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan. Di sisi lain, dapat juga dikatakan bahwa pendidikan nasional merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional itu sendiri. Berdasarkan pemahaman tersebut, pendidikan nasional berubah menjadi siklus mekanis yang berorientasi pada kualitas output.

Sementara itu, kelompok yang menginginkan pendidikan nasional dijadikan sebagai suatu proses beranggapan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas kehidupan manusia Indonesia. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional adalah seperangkat komponen pendidikan yang dihubungkan secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Jadi bisa dikatakan pendidikan Islam (dalam hal ini madrasah dan pesantren) pada saat itu masih berada di luar sistem pendidikan nasional.

SISTEM KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

NASIONAL

Eksistensi Sistem Kelembagaan Madrasah di Indonesia Eksistensi lembaga pendidikan Islam (madrasah) telah diakui sepanjang sejarah. Sejak sebelum penjajah datang ke nusantara, lembaga pendidikan Islam sudah dikenal penduduk nusantara. Lembaga pendidikan surau (sejenis pesantren di pulau Jawa) di Sumatera sudah dikenal sejak abad ketujuh.

Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga pendidikan Islam tersebut pun beradaptasi dengan perkembangan zaman dan berbentuk lembaga pendidikan modern. Artinya lembaga pendidikan Islam diakui secara hukum sebagai salah satu subsistem dalam sistem pendidikan nasional. Sebagai subsistem, lembaga pendidikan Islam juga diharapkan dapat membantu menjawab tantangan yang dihadapi pendidikan nasional secara keseluruhan.

PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Hasil pendidikan (output) dapat dipahami sebagai kualitas hasil yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, artinya hasil setelah proses pendidikan mencapai kriteria yang diinginkan, yang disebut dengan efek pengasuhan. Efektivitas internal mengacu pada hubungan antara hasil pendidikan. prestasi belajar) dan masukan (sumber daya) yang digunakan untuk mengolah/menghasilkan hasil pendidikan. Tujuan efisiensi pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia erat kaitannya dengan profesionalisme penyelenggaraan manajemen pendidikan nasional, meliputi (1) disiplin keterampilan, (2) etos kerja, dan (3) efisiensi biaya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa efisiensi pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung terbentuknya lembaga pendidikan yang efektif sesuai dengan yang diharapkan. Relevansi pendidikan adalah kesesuaian program pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dengan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna atau pemangku kepentingan pendidikan, artinya apa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dapat dinikmati masyarakat atau layak untuk dimanfaatkan. Status pendidikan yang berbeda akan menimbulkan pola pendidikan yang berbeda pula sehingga tidak terfokus pada tujuan lembaga, apalagi standar pendidikan yang akan dihasilkan oleh lembaga pendidikan.

Tabel 12.1 Jumlah Siswa-Siswi yang Malanjutkan ke Jenjang yang  Lebih Tinggi
Tabel 12.1 Jumlah Siswa-Siswi yang Malanjutkan ke Jenjang yang Lebih Tinggi

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI BERKEMBANGANYA MASALAH PENDIDIKAN

Salah satu indikator kegagalan pendidikan antara lain ditunjukkan dengan hasil akhir siswa UAN berbagai bidang studi di SMP dan SMA tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali di beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan sistem pendidikan di sekolah belum dilaksanakan secara komprehensif dan belum mampu menyentuh unsur pendidikan yang lebih rendah yaitu masyarakat sebagai pemangku kepentingan pendidikan. Tidak mungkin membahas faktor-faktor permasalahan pendidikan hanya dari satu sisi saja, karena permasalahan pendidikan sangatlah kompleks untuk dibahas.

Pendidikan sebenarnya berbicara tentang suatu sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem yang di dalamnya saling berhubungan. Uraian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa satuan atau subsistem dan sub-subkelompok. Keluarga, sekolah, masyarakat merupakan gambaran suatu sistem pendidikan yang saling berhubungan dalam penyelenggaraan pendidikan, keluarga merupakan landasan pendidikan dan merupakan awal mula suatu proses pendidikan, sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, karena sekolah lembaga pendidikan adalah suatu proses pendidikan formal yang dirancang secara sistematis, terukur dan terfokus, maka masyarakat adalah jenjang pendidikan menurut kedua sistem pendidikan tersebut, hal ini dikarenakan masyarakat adalah lingkungan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh peserta didik dalam pendidikan tersebut. kursus pendidikan yang pernah mereka alami sebelumnya.

Gambar

Tabel 12.1 Jumlah Siswa-Siswi yang Malanjutkan ke Jenjang yang  Lebih Tinggi
Gambar 12.2 Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Sumber:
Tabel 12.2 Angka Putus Sekolah di Sekolah
Tabel 12.4 Profil Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

All of the Instagram account will be analysed to see level of citizen engagement with Malaysia government ministries practices and to calculate the engagement rate of each