• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi cyber counseling pada masa covid-19 di ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "implementasi cyber counseling pada masa covid-19 di ma"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seperti halnya guru BK di KK Mu'allimin NW Anjani, dalam kondisi yang serba online ini perannya sangat penting untuk menunjang keberlangsungan layanan bimbingan, konseling individu, dan konseling kelompok dengan Cyber'Conseling. Dari hasil observasi sementara yang dilakukan peneliti terhadap ketiga layanan yang menggunakan cyber counseling di KK Mu’allimin NW Anjani diperoleh informasi bahwa MA Mu’allimin NW Anjani menggunakan cyber counseling.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penerapan Cyberkonseling.

Setting Penelitian

Telaah Pustaka

Skripsi yang ditulis oleh Aswar Habibi dengan judul “Implementasi Bimbingan Individu dan Bimbingan Kelompok Bagi Pembinaan Moral Peserta Didik Kelas Tahun MTsN Lubuk Pakam. 5Aswan Habibi” Penerapan Bimbingan Individu dan Bimbingan Kelompok Bagi Pembinaan Moral Peserta Didik Kelas Tahun MTsN Lubuk Pakam.

Kerangka Teori

Cybercounselling adalah strategi bimbingan dan nasehat atau konseling virtual yang dilakukan melalui pendampingan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian cyber counseling adalah suatu strategi bimbingan dan konseling secara virtual atau konseling yang berlangsung dengan bantuan koneksi internet. Dalam upaya penerapan strategi layanan bimbingan dan konsultasi berbasis cyber counseling ini, terdapat beberapa hal yang merupakan persiapan terpenting, yaitu penguasaan dasar aplikasi komputer dan internet itu sendiri.

Kurikulum 2013 mewajibkan peserta didik untuk menentukan bidang akademik, vokasi, dan lintas spesialisasi, serta pendalaman peminatan yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling; 15. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu klien beradaptasi secara dinamis dan konstruktif terhadap lingkungan. 15 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Fungsi korektif, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli agar (dengan rela) memperbaiki kesalahan dalam berpikir, merasakan, dan berbuat. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli menjaga diri dan menjaga situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang lebih proaktif dibandingkan fungsi lainnya.

Selain itu pembinaan dan bimbingan pada satuan pendidikan juga diberikan untuk menunjang peserta didik/pengawas dalam mencapai tugas perkembangannya.

Metode Penelitian

Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada informan, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan tersebut berkaitan dengan data yang diinginkan. Sumber data adalah asal data yang diperoleh, sumber data yang dimaksud adalah subjek (informan) dari siapa peneliti mengumpulkan data, yang akan memberikan informasi dan berinteraksi secara aktif dengan peneliti. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian.19 Dimana peneliti memperoleh data dari wawancara langsung dengan siswa atau pengawas dan guru bimbingan dan bimbingan atau pengawas MA Mu'allimin NW Anjani.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara data seperti jurnal, buku catatan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan lain-lain. Analisis data adalah proses mencari dan mengumpulkan data secara sistematis yang diperoleh dari observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori, menguraikannya dalam satuan-satuan, melakukan sintesis, menyusun dan memilih pola-pola yang paling penting untuk ditarik kesimpulan. Jadi mudah dimengerti. Dalam hal ini penulis melakukan reduksi data hasil wawancara untuk memilih data yang akan digunakan sebagai analisis peningkatan prestasi siswa.

Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam kegiatan analisis data yang berlangsung terus menerus hingga pekerjaan selesai, baik di lapangan maupun di luar lapangan. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan objektif. 21 Keabsahan data dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh benar atau tidak.

Sistematika Pembahasan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

  • Sejarah MA Mu’allimin NW Anjani
  • Letak Geografis MA Mu’allimin NW Anjani
  • Implementasi Cyber Counseling pada Masa Covid- 19 di MA Mu’allimin NW
  • Hambatan Cyber Counseling

Berdasarkan hasil observasi peneliti di MA Mu’allimin NW Anjani, proses pelaksanaan Cyber ​​Konseling dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dengan menggunakan beberapa media seperti WhatsApp, Facebook, Zoom Meeting dan YouTube. Layanan bimbingan dan konseling menggunakan cyber counseling di MA Mu’allimin NW Anjani merupakan layanan konseling individual, disini guru bimbingan dan konseling menggunakan media WhatsApp, konseling kelompok kedua menggunakan media Zoom meeting dan yang ketiga adalah layanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Cyber ​​Konseling di MA Mu’allimin NW Anjani sudah terencana dan terstruktur dengan baik serta terus dilaksanakan tanpa mengganggu jadwal mata pelajaran lainnya.

Bagaimana strategi layanan bimbingan dan konseling berbasis cyber counseling yang digunakan di MA Mu’allimin NW Anjani? “Adanya cyber counseling dapat menyegarkan kembali otak kita yang terhambat oleh bimbingan dan konseling dari guru.” 34. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MA Mu’allimin NW Anjani, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan cyber counseling, seperti: kurangnya pelatihan guru bimbingan dan konseling dalam penggunaan media sosial.

Dan ada juga siswa yang kecanduan game online sehingga lupa dengan skema Cyber ​​Counseling.”36. Demi kelangsungan proses cyber counseling yang efektif tidak lepas dari berbagai hambatan atau hambatan pada saat pelaksanaannya. , seperti yang diungkapkan informan yaitu siswa MA Mu'allimin NW Anjani, bahwa.

PEMBAHASAN

Analisis Implementasi Cyber Counseling pada Masa Covid- 19 di MA Mu’allimin

Metode perhatian digunakan melalui ungkapan nasehat, sedangkan metode penalaran logis merupakan metode yang paling sering digunakan oleh guru bimbingan dan konseling MA Mu’allimin NW Anjani. Cyberkonseling juga melalui lima tahapan, namun sebelum memasuki kelima tahapan tersebut guru BK melakukan persiapan terlebih dahulu antara lain persiapan teknis, pengecekan koneksi internet dan membuka aplikasi yang digunakan. Setelah semuanya jelas, guru Bimbingan dan Konseling melakukan proses konseling dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Pertama, fase penyampaian, dimana guru bimbingan dan konseling membangun hubungan emosional agar tercipta hubungan yang baik dengan siswa. Kedua, fase eksplorasi merupakan fase dimana guru bimbingan dan konseling memperdalam permasalahan siswa dengan menggunakan pertanyaan terbuka, refleksi, dorongan minimal, dan beberapa teknik lainnya. Ketiga, fase interpretasi, pada fase ini guru bimbingan dan konseling memberi makna terhadap permasalahan yang dialami siswa.

Keempat, guru pada tataran pembinaan, bimbingan, dan konseling memberdayakan siswa untuk menetapkan tujuan, mengembangkan program, atau memberikan penguatan terhadap keputusan pemecahan masalah siswa. Kelima, evaluasi/konseling tingkat akhir, dimana guru BK melakukan tiga jenis evaluasi layanan konseling, yaitu: evaluasi segera, evaluasi jangka pendek, dan evaluasi jangka panjang.

Analisis Hambatan Cyber Conseling

Beberapa siswa yang terkendala kekurangan kuota internet, Kementerian Agama dan juga pihak sekolah mendapat bantuan kuota gratis untuk melanjutkan pembelajaran online dan memfasilitasi pelaksanaan cyber counseling. Terdapat siswa yang tidak memiliki atau tidak dapat menggunakan aplikasi Zoom Meeting sehingga tidak dapat mengikuti proses cyber counseling. Kendala dalam pelaksanaan Cyber ​​Konseling yang mendominasi adalah mahasiswa atau peserta Cyber ​​Counseling yang tertidur pada saat pelaksanaan.

Ada pula siswa yang kecanduan game online bahkan bermain game saat Cyber ​​Counseling sedang berlangsung. Belum ada pelatihan formal dan khusus yang dapat diikuti untuk menjadi terampil dalam penerapan Cyber ​​Konseling karena MA Mu’allimin NW Anjani baru pertama kali melaksanakan Cyber ​​Konseling untuk menjalankan tugasnya sebagai guru BK. dan konselor serta memberikan siswa hak-hak yang ditentukan dalam kurikulum sekolah. Kesulitan yang dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling juga cukup rumit dalam beradaptasi dengan penerapan Cyber ​​Konseling dimana guru bimbingan dan konseling mengalami kesulitan dalam mengembangkan hubungan terapeutik dengan siswa yang tidak dilakukan secara tatap muka.

Kondisi lain yang dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling adalah banyak siswa yang tidak memiliki dan tidak dapat menggunakan aplikasi Zoom Meeting sehingga siswa tidak mengikuti proses Cyber ​​Konseling. Kurangnya peralatan pendukung seperti komputer atau laptop yang dimiliki MA Mu’allimin NW Anjani, sehingga guru BK terpaksa menggunakan telepon genggam untuk melakukan proses cyber counseling.

Tingkatan Pencapaian Siswa Setelah Cyber Counseling

Kegiatan cyber konseling berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari terus diadakannya kegiatan cyber counseling oleh para guru bimbingan dan konseling. Meskipun ada beberapa siswa yang kurang aktif mengikuti kegiatan cyber counseling karena berbagai alasan. Ada tiga jenis layanan yang digunakan dalam pelaksanaan Cybercounseling, yaitu pertama, konseling individual untuk menangani masalah pribadi siswa dan penggunaan aplikasi WhatsApp.

Bagi guru BK MA Mu'allimin NW Anjani agar memberikan pelatihan formal dan menambah pengetahuan IT agar lebih matang dalam mempersiapkan peluang yang muncul. Enik Idawati, Penerapan Konseling Kelompok Berbasis Cyber ​​Counseling Solution Focused Brief Counseling (SFBC) Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa di MTs Hasanudin Siraman. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan menengah.

Prasetiawan, Hardi, Facebook Assisted Cyber ​​Counselling untuk Mengurangi Kecanduan Internet Gaming, Jurnal Bimbingan dan Konseling: Volume 6 Nomor 1, 2016. Ririn Alimuzdalifah Aisah, “Bimbingan dan Konseling Islami dengan Cyber ​​Konseling dalam Menangani Pilihan Hidup Remaja partner di Tawang Sari Taman-Sidoarjo”, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012.

PENUTUP

Kesimpulan

Untuk bimbingan, kelompok siswa secara bersama-sama mencapai topik tertentu untuk mendukung pemahaman dan keterampilan sosial, serta untuk mengambil keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok dan penggunaan Zoom Meetings. Kemudian, layanan orientasi bagi siswa baru adalah memberikan pemahaman kepada siswa agar dapat memahami lingkungan baru, khususnya lingkungan sekolah dan mata pelajaran yang dipelajarinya, untuk memudahkan perannya sebagai siswa di lingkungan barunya, meskipun mereka berada di lingkungan baru. hanya di rumah. Beberapa kendala yang muncul menjadikan pelaksanaan Cyber ​​Counseling kurang lancar, dalam pelaksanaan konseling individual menggunakan media.

Masalah WhatsApp yang paling umum terjadi adalah pelajar yang tidak memiliki sinyal dan tinggal di daerah pedesaan terpencil. Konseling kelompok dengan menggunakan media zoom meeting, kendala yang sering terjadi adalah siswa yang tidak dapat mengoperasikan aplikasi zoom meeting dan siswa yang tertidur pada saat zoom meeting. Pelaksanaan layanan orientasi juga mempunyai kendala seperti siswa tidak memiliki smartphone atau kuota yang cukup untuk membuka aplikasi YouTube.

Saran

Karimatul Ma'rifah, Hubungan intensitas layanan konseling melalui facebook dengan pengentasan permasalahan pribadi dan sosial siswa di SMP Muhammadiyah III, Depok, Jakarta, 2014.

Gambar 1.2  Wawancara dengan Siswa
Gambar 1.2 Wawancara dengan Siswa

Gambar

Gambar 1.2  Wawancara dengan Siswa
Gambar 1.5  Surat Undangan MATSAMA

Referensi

Dokumen terkait

Even where delivery has been agreed freight free, the risk shall pass to the Purchaser as follows: a if the delivery does not include assembly or erection, at the time when it is