• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI E - FAKTUR WEB BASED KPP PRATAMA SIDOARJO SELATAN

N/A
N/A
MinhHN

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI E - FAKTUR WEB BASED KPP PRATAMA SIDOARJO SELATAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode studi kasus (case study), yaitu dengan melakukan penelitian pada Perusahaan Rokok PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO di Surakarta.

B. Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di perusahaan rokok PT.Djitoe Indonesia Tobako yang berlokasi di Jl. LU. Adisucipto No.51 Surakarta. Perusahaan ini memproduksi dua macam rokok yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM) atau Sigaret Putih Mesin (SPM).

Objek penelitian dilakukan pada persediaan bahan baku utama dalam proses produksi pembuatan rokok yaitu daun tembakau dan cengkeh pada tahun 2002.

C. Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini semuanya merupakan data sekunder, karena data yang digunakan dalam penelitian ini semuanya berasal dari data perusahaan bukan data yang dihitung sendiri oleh peneliti. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data jumlah produksi pada tahun 2002.

b. Data kebutuhan bahan baku pada tahun 2002.

(2)

c. Data jumlah pembelian dan pemesanan bahan baku pada tahun 2002.

d. Data harga bahan baku pada tahun 2002.

e. Data biaya persediaan bahan baku pada tahun 2002.

Selain data seperti yang tersebut di atas maka untuk melengkapi keperluan penelitian ini diperlukan juga beberapa data pelengkap yang berkaitan dengan perusahaan yang diteliti. Data-data pelengkap tersebut adalah sebagai berikut : a. Data sejarah dan perkembangan perusahaan.

b. Data struktur organisasi perusahaan.

c. Penelitian-penelitian terdahulu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara (interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang berwenang dalam perusahaan.

b. Pemeriksaan Dokumen

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan mengumpulkan data-data yang berasal dari arsip maupun perpustakaan perusahaan.

c. Telaah Pustaka

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca literatur-literatur dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah persediaan bahan baku.

(3)

E. Teknik Analisis Data

1. EOQ (Economic Order Quantity)

Penentuan jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis, dalam hal ini peneliti mengambil pendapat Riyanto (1993:70) bahwa untuk pemesanan yang optimal dapat dicari dengan beberapa cara/rumus. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

I P

S EOQ R

2

Dimana :

R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu.

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan.

P = Biaya pembelian setiap unit yang dibayar.

I =Biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, dinyatakan dengan persentase dari rata-rata dalam rupiah dari persediaan.

Akan tetapi perlu diingat bahwa pembelian berdasarkan pada EOQ hanya dibenarkan kalau syarat-syarat berikut terpenuhi :

a. Harga pembelian bahan per unit konstan b. Bahan selalu tersedia di pasar

c. Jumlah produksi yang menggunakan bahan baku tersebut relatif stabil, hal ini berarti bahwa kebutuhan bahan tersebut relatif stabil sepanjang tahun (Riyanto, 1993 :70-71)

(4)

2. Frekuensi Pembelian

Frekuensi pembelian menurut Subagyo (1995:210) adalah jumlah waktu pembelian bahan baku, dirumuskan dengan formula berikut :

Frekuensi pembelian = Kali Pembelian Kebutuhan

3. Total Biaya Persediaan

Total biaya persediaan merupakan jumlah biaya persediaan secara keseluruhan. Biaya persediaan dalam metode EOQ ada dua macam yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost).

Biaya pemesanan sama dengan jumlah pesanan dalam satu tahun dikalikan dengan biaya pemesanan. Biaya penyimpanan adalah rata-rata persediaan dalam satu tahun dikalikan dengan biaya penyimpanan per unit persediaan.

Kedua biaya ini apabila besarnya sama, maka jumlah pembelian setiap kali pembelian akan menghasilkan pembelian yang ekonomis. Total biaya persediaan dirumuskan oleh Saputra dan Asri (1988:94) sebagai berikut : Total biaya persediaan = QRS Q2 PI

Dimana :

Q = Jumlah pembelian setiap kali pembelian.

R = Kebutuhan bahan dalam satu tahun.

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan.

P = Biaya pembelian setiap unit yang dibayar.

(5)

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, dinyatkan dengan persentase dari nilai rata-rata dalam rupiah pada persediaan.

4. Analisis Tingkat Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Reorder point dapat ditetapkan dengan beberapa cara, antara lain dengan cara :

a. Jumlah penggunaan selama lead time ditambah dengan persentase tertentu sebagai safety stock.

b. Jumlah penggunaan selama lead time ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock (Riyanto, 1993:74-74).

5. Analisis Safety Stock

Untuk menentukan berapa sebaiknya safety stock yang harus disediakan oleh perusahaan sebaiknya menggunakan metode statistik, yaitu dengan membandingkan realisasi penggunaan bahan baku dengan rata-rata pemakaian bahan baku, kemudian dicari berapa besarnya standar deviasi.

Menurut Ahyari (1992:100), safety stock dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

n x SD x

)2

( 

 

Dimana :

SD = Standar deviasi.

x = Pemakaian bahan baku yang sesungguhnya.

(6)

x = Rata-rata penggunaan bahan baku.

n = Lamanya periode penggunaan bahan baku.

Dengan asumsi, manajemen memilih dua standar deviasi atau 5%

penyimpangan yang menyolok tidak ditolerir, serta mempergunakan satu sisi normal (nilai dapat dilihat pada tabel standar deviasi = 1,65). Maka diperhitungkan bahwa safety stock sama dengan dua nilai standar deviasi.

Setelah EOQ (Economic Order Quantity), Safety Stock, dan Reorder Point dihitung, kemudian hasil yang diperoleh dari perhitungan dibandingkan dengan kebijaksanaan mengenai persediaan bahan baku dari perusahaan.

Perbandingan ini akan menunjukkan apakah sistem pengendalian dan pengadaan bahan baku di perusahaan sudah optimal dan telah mencapai tingkat total biaya persediaan yang minimal atau belum.

Referensi

Dokumen terkait