Bahan baku merupakan aset berwujud yang akan diolah menjadi produk jadi dalam proses produksi. Persediaan bahan baku ini mempunyai tingkat likuidasi yang paling rendah dibandingkan kedua jenis persediaan lainnya karena letak bahan bakunya paling jauh. Menurut Riyant, perusahaan perlu memiliki stok bahan baku untuk kelancaran operasional sehingga kelangsungan proses produksi tetap terjamin.
Persediaan barang dalam proses adalah barang yang memerlukan proses produksi lebih lanjut untuk menjadi produk jadi, atau bahan baku yang sudah diolah namun belum menjadi produk jadi. Tingkat likuiditas lebih tinggi dibandingkan persediaan bahan mentah karena membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk menjadi produk jadi dibandingkan bahan mentah. Persediaan memungkinkan produk diproduksi di lokasi yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah.
Kebijakan pembelian sangat dipengaruhi oleh kebijakan pengeluaran perusahaan, terutama yang berkaitan dengan jumlah dana yang diinvestasikan untuk pembelian bahan baku. Konsumsi bahan baku pada periode yang lalu dapat menjadi dasar pertimbangan pengadaan bahan baku. Masa tunggu adalah selang waktu antara pemesanan bahan baku dan kedatangan bahan baku yang dipesan.
Waktu tunggu berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku mulai dari saat pemesanan hingga kedatangan bahan.
Biaya-Biaya yang Timbul dengan Adanya Persediaan Bahan Baku
Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar asuransi untuk menutup barang yang disimpan di gudang. 4). Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya sewa gudang, upah dan gaji staf pengawas dan operasional gudang, biaya peralatan, penanganan material di gudang dan biaya lainnya. Yaitu bunga atas modal yang ditanamkan pada persediaan yang timbul karena hilangnya kesempatan untuk menggunakan modal tersebut pada investasi lain.
Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pemesanan barang atau bahan dari penjual, sejak pesanan dibuat atau dikirimkan kepada penjual, sampai dengan barang atau bahan tersebut dikirim dan diserahkan ke bagian pemeriksaan atau pengelolaan gudang. Bersifat konstan setiap kali dilakukan pemesanan, tidak bergantung pada besar atau kecilnya jumlah barang yang dipesan (Assauri. Biaya penyimpanan variabel adalah biaya yang berubah-ubah akibat perubahan jumlah stok di gudang, jika stok barang disimpan dalam gudang bertambah, maka kenaikan biaya variabel akan meningkat dan jika jumlah persediaan yang disimpan di gudang berkurang maka jumlah biaya variabel juga akan berkurang (Riyanto, 1993:69).
Biaya persediaan tetap adalah unsur biaya persediaan yang jumlahnya tetap dalam jangka pendek tanpa memperhitungkan adanya variasi jumlah persediaan yang disimpan. Perusahaan hanya memperhatikan bagian variabel biaya persediaan yang secara langsung akan mempengaruhi perencanaan penentuan jumlah persediaan.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku 1. Pengertian Pengendalian Persediaan
Tujuan Pengendalian Persediaan
Tujuan pengendalian persediaan adalah menjaga keseimbangan antara kerugian dan penghematan dengan tingkat persediaan tertentu. Pastikan persediaan yang dimiliki perusahaan tidak terlalu banyak atau berlebihan sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa tujuan pengendalian persediaan adalah memperoleh bahan baku dalam jumlah yang tepat dan waktu yang tepat dengan biaya yang minimal dan keuntungan yang optimal.
Metode Pengendalian
Memperhatikan ukuran dan jenis kebutuhan bahan baku dengan menghitung jumlah pembelian optimal dan tingkat pemesanan ulang, serta batas minimum persediaan. Batas minimum persediaan adalah titik kritis sebuah bisnis. Jika perusahaan sudah mencapai batas minimal sedangkan pembelian baru masuk, maka perusahaan akan langsung mengalami gangguan pada proses produksi.
Macam-Macam Pengendalian Persediaan
Manajemen harus menyusun rencana mengenai jumlah persediaan dan jenis persediaan yang dibutuhkan agar proses produksi berjalan sesuai rencana.
Kebijaksanaan Persediaan Bahan Baku Secara Efisien
- Pengadaan Bahan Baku
- Pemesanan Bahan Baku yang Ekonomis (EOQ)
- Waktu Tunggu (Lead Time)
- Titik pemesanan kembali (reorder point)
Perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan bahan bakunya dengan melakukan kegiatan pembelian atau pengadaan bahan. Jumlah bahan yang dipesan ditentukan oleh selisih antara stok maksimum yang ditentukan dengan sisa stok. Jumlah produksi dengan bahan baku tersebut stabil sehingga kebutuhan bahan baku tersebut relatif stabil sepanjang tahun.
Cara menentukan pembelian bahan baku yang paling ekonomis menurut Riyanto (1993:70) adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Pembelian bahan baku dalam jumlah yang ekonomis tidak menjamin kebutuhan bahan baku akan selalu tercukupi untuk kegiatan produksi, karena dapat terjadi hal-hal yang tidak diperkirakan sebelumnya. Jika suatu perusahaan menggunakan bahan baku lebih banyak dari yang direncanakan, maka akan menyebabkan persediaan dalam proses produksi habis sebelum pesanan tiba.
Safety stock adalah persediaan minimum bahan baku yang disimpan perusahaan untuk melindungi dari kemungkinan kekurangan bahan (Stock Out). Jadi, tujuan utama pengadaan safety stock adalah untuk menjaga kelangsungan proses produksi dengan mengurangi kerugian akibat kekurangan bahan dan berusaha menekan biaya persediaan bahan baku serendah mungkin. Dasar dalam memperkirakan penggunaan bahan baku pada suatu periode tertentu, khususnya pada periode pemesanan, adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada periode tersebut atau periode sebelumnya.
Lead time adalah lamanya waktu antara pemesanan bahan yang dipesan hingga penerimaannya di gudang (Assauri, 1999; 187). Untuk menentukan besarnya safety stock digunakan analisis statistik, dengan melihat dan memperhitungkan penyimpangan yang terjadi antara perkiraan konsumsi bahan baku dengan penggunaan sebenarnya, sehingga dapat diketahui besar standar penyimpangan tersebut. Jika waktu antara pemesanan bahan baku dan kedatangan bahan baku di perusahaan berubah, atau waktunya tidak menentu, maka perlu ditentukan waktu tunggu yang paling optimal.
Ketentuan ini berguna untuk menentukan pemesanan kembali bahan baku sehingga risiko kehabisan dan stok bahan baku terlalu banyak dapat dicegah sedini mungkin. Lead time akan mempengaruhi jumlah material yang digunakan pada saat lead time, semakin lama lead time maka semakin besar pula jumlah material yang dibutuhkan untuk digunakan selama lead time tersebut. Jumlah bahan yang dibutuhkan selama waktu tunggu adalah jumlah hari waktu tunggu dikalikan dengan rata-rata tingkat konsumsi bahan.
Misalnya ditentukan safety stock sebesar 50% dari konsumsi lead time, dan ditentukan lead time 2 minggu, sedangkan kebutuhan material per minggu adalah 40 unit. Dengan menentukan konsumsi pada waktu pengiriman dan menambahkan konsumsi pada periode tertentu sebagai safety stock.
Tinjauan Penelitian terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Arum (2003), mengenai pengawasan persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Gayawati Cilacap, menunjukkan bahwa penggunaan metode EOQ sebagai alat dalam menentukan persediaan bahan baku akan sangat berguna, terutama jika perusahaan menginginkan biaya persediaan bahan baku yang efisien. . . Biaya persediaan bahan baku yang efisien akan berdampak lebih luas yaitu terhadap total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Sehingga penghematan bahan baku sebagai komponen utama dalam proses produksi juga akan berdampak pada total biaya perusahaan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode EOQ, safety stock, dan reorder point untuk mengelola persediaan setiap item bahan baku. Pada bagian analisis dan pembahasan, peneliti menyajikan gambaran hubungan antara EOQ, safety stock, dan reorder point, sehingga lebih jelas berapa kuantitas pembelian optimal, berapa safety stock yang harus disediakan perusahaan, dan kapan perusahaan harus dipesan ulang.
KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian ini, penulis memaparkan unsur-unsur yang berkaitan dengan masalah persediaan dan hubungannya dengan tujuan meminimalkan total biaya persediaan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan, menurut Ahyar, adalah persoalan harga bahan baku, biaya persediaan, kebijakan pembelanjaan, dan perkiraan penggunaan agar diperoleh kuantitas pemesanan bahan baku yang ekonomis. Setelah semuanya diperhitungkan, maka kebijakan pengendalian bahan baku dapat ditentukan sehingga dapat diketahui tingkat persediaan bahan baku yang optimal.
Dengan pengendalian persediaan bahan baku dengan memperhatikan faktor EOQ, Safety Stock dan RoP diharapkan dapat tercapai tingkat biaya persediaan yang minimum.
HIPOTESIS