• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN KARTU KELAYAKAN HEWAN KURBAN DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN KARTU KELAYAKAN HEWAN KURBAN DI KOTA MAKASSAR "

Copied!
137
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Tujuan Penelitian

Studi Kebijakan Publik dalam Ilmu Administrasi Publik

Menurut Mustopadidjaja, kebijakan publik dalam arti menyangkut persoalan rakyat, pemerintahan, dan wilayah pada hakikatnya adalah suatu nilai, suatu fenomena nilai, suatu pilihan yang sarat dengan nilai; mengambil keputusan berdasarkan penilaian berdasarkan nilai-nilai tertentu; dilakukan untuk mencapai nilai-nilai tertentu dan semua itu berlangsung dalam suatu sistem kelembagaan yang memuat nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai dalam kebijakan publik adalah nilai-nilai publik; nilai-nilai yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas, berupa norma, etika, undang-undang, aturan, ketentuan atau kebijakan, baik tujuan maupun instrumen untuk mencapainya, yang pada hakikatnya diarahkan pada kepentingan masyarakat luas. .

Perspektif Studi Implementasi Kebijakan Publik

Dengan kata lain, implementasi kebijakan publik merupakan upaya untuk mewujudkan suatu keputusan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan apa yang direncanakan pada tahap perumusan kebijakan publik, atau antara visi dan kenyataan (Tachjan, 2006).

Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan memerlukan dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun non manusia. Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok kepentingan memberikan dukungan terhadap implementasi kebijakan; karakteristik peserta yaitu dukungan atau penolakan; bagaimana sifat opini masyarakat di lingkungan; dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

Gambar 2.1. Faktor atau Variabel Kritis dalam Implementasi Kebijakan
Gambar 2.1. Faktor atau Variabel Kritis dalam Implementasi Kebijakan

Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan dan Kegagalan

Pernyataan lain yang disampaikan oleh Devas dan Rakodi (dalam Nugroho, 2011), mengatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh kapasitas administratif, yang meliputi keterampilan teknis, sumber kekuatan hukum ekonomi, persaingan kelembagaan, kemauan politik dan dukungan orang-orang yang mempunyai kepentingan. kekuatan saat ini. Darwin (dalam Subarsono, 2008) menyatakan bahwa setelah agenda kebijakan dimunculkan, terjadilah negosiasi dan tercapai kesepakatan antar aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan pada umumnya adalah mereka yang menduduki jabatan di pemerintahan atau sebagai pelaksana utama, namun tidak mutlak, menurut Jones (dalam Winarno, 2003).

Menurut Edward III (1980), ada empat faktor atau variabel kritis yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi kebijakan, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Faktor politik atau jangka waktu yang tidak tepat juga dikatakan dapat mempengaruhi kebijakan sehingga tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Kajian implementasi kebijakan tidak dimaksudkan untuk mengatasi dampak implementasi kebijakan atau mengukur dan menginterpretasikan hasil akhir kebijakan pemerintah, melainkan untuk mengukur dan menginterpretasikan capaian program (Winarno, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut, secara teori terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Setelah mengkaji dan menganalisis berbagai model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh para ahli kebijakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa; Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai sangat dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan model implementasi kebijakan, kemampuan pelaksana kebijakan dalam memahami isi dan konteks kebijakan, serta kemampuan para pelaksana kebijakan dalam memahami isi dan konteks kebijakan. tersedianya berbagai faktor pendukung bagi implementasi kebijakan yang tepat.

Manajemen Kesehatan Hewan

Penerapan sistem keamanan pangan merupakan kebutuhan mendesak yang harus dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kebutuhan gizi dan dampaknya terhadap kesehatan. Untuk memperkuat peternakan sebagai industri biologi yang dipimpin oleh manusia, diperlukan dukungan yang optimal dalam tugas dan peran sektor kesehatan hewan. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, pemerintah memiliki sistem pendekatan kesehatan yang disebut Sistem Kesehatan Hewan Nasional (Siskeswannas).

Sistem kesehatan hewan nasional yang selanjutnya disebut Siskeswannas adalah seperangkat unsur kesehatan hewan yang saling berhubungan secara berkala sehingga membentuk suatu kesatuan yang dilaksanakan pada tingkat nasional. Dalam Sistem Kesehatan Hewan Nasional (Siskeswannas), kesehatan hewan dipandang sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, bagian dari penyediaan pangan asal hewan, dan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan. Penerapan dan penegakan sistem keamanan pangan yang berstandar secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing produsen.

Secara umum Siskeswannas mempunyai komitmen wawasan, dimana kesehatan hewan harus dilihat sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, bagian dari penyediaan pangan dari peternakan dan bagian dari pembangunan pertanian. Sistem pengembangan kesehatan hewan nasional dikembangkan menjadi 4 subsistem, yaitu (a) subsistem kesehatan hewan terpadu, (b) subsistem keamanan lingkungan budidaya, (c) subsistem keamanan sumber daya alam, dan (d) subsistem keamanan produk peternakan.

Hewan Kurban dalam Perspektif Syariah

Manajemen risiko tidak harus hanya dilakukan oleh peternakan atau peternakan besar. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha kecil dapat meningkatkan penjualan karena konsumen umumnya sangat terlibat dengan produk yang sehat. “Ada empat jenis hewan yang tidak boleh dikurbankan, yaitu: hewan yang jelas-jelas buta, hewan yang jelas-jelas sakit, hewan yang jelas-jelas timpang, dan hewan yang sudah tua dan tidak mempunyai sumsum” (HR Bara’ Bin Azib) .

Dan dari sudut syara’, korban bermaksud penyembelihan haiwan tertentu pada masa tertentu dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Haiwan yang digunakan untuk korban mestilah sihat, rupawan, haiwan jantan yang suci, bebas daripada kecacatan seperti buta, pincang, kacukan yang teruk, tanpa dipotong telinga atau ekor dan sebagainya (Rizal, 2009).

Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

  • Tipe dan Jenis Penelitian
  • Informan
  • Teknik Pengumpulan & Pengabsahan Data
  • Teknik Analisis Data

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai ruang lingkup proses implementasi kebijakan penggunaan kartu hak hewan kurban di Kota Makassar. Adapun kejelasan implementasi kebijakan penggunaan kartu hak hewan kurban di Kota Makassar dapat dilihat dan diukur berdasarkan. Kami belum mengetahui adanya Kartu Layak Hewan Kurban yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan.

Mengukur tingkat keberhasilan penerapan penggunaan kartu penerimaan hewan kurban di kota Makassar merupakan salah satu sumber daya. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan penggunaan kartu kelayakan hewan kurban, tentunya Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan Peternakan Kota Makassar harus mampu menyediakan sumber daya yang memadai. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kartu Kualifikasi Hewan Kurban Pada Kota Makassar Kurban di Kota Makassar.

Salah satu hal yang menghambat proses implementasi kebijakan penggunaan kartu penerimaan hewan kurban di kota Makassar adalah kurangnya sosialisasi di masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat ini juga disebabkan oleh kurangnya informasi penggunaan kartu kelayakan hewan kurban yang dilakukan oleh Dinas Perikanan, Pertanian, dan Peternakan Kelautan Kota Makassar.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di kota Makassar
Tabel 4.1. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di kota Makassar

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Visi dan Misi Kota Makassar

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kelautan

Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar sesuai dengan tugas dan fungsinya. a) Subbagian Umum, mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha, rumah tangga, barang penanaman modal, harta kekayaan, peralatan, perlengkapan, pemeliharaan dan tenaga perpustakaan, organisasi, pengurus, peraturan perundang-undangan, pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol; Pengolah data dan informasi Dinas Kesehatan Hewan bertugas melakukan pendataan, pengelolaan data, dan penyediaan informasi mengenai pelayanan kesehatan hewan; Analis Laboratorium Kesehatan Hewan bertugas melakukan penelusuran dan identifikasi kasus penyakit hewan, melakukan pengendalian dan pemantauan perkembangan penyakit hewan.

Petugas Respon Cepat Kesehatan Hewan bertugas membantu mendeteksi, mengidentifikasi, dan membantu penanganan kasus penyakit hewan. Petugas pengawasan mutu daging (meat pengawas) bertugas memantau produk pangan dan memberikan informasi kesehatan daging yang beredar, sesuai dengan standar kesesuaian daging. Pengawas Benih Ternak (Wasbitnak) bertugas mengawasi benih ternak yang beredar di pasar.

Pejabat pengelola peternakan pemerintah mempunyai tugas mengelola peternakan dalam rangka pengembangan populasi ternak pemerintah. Pejabat Pengelola Data Sistem Perdagangan Hewan/Ternak bertugas melakukan pengolahan data dan menyajikan informasi mengenai pelayanan sistem perdagangan hewan dan ternak.

Gambar 3. STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 3. STRUKTUR ORGANISASI

Kartu Kelayakan Hewan Kurban

  • Komunikasi
  • Disposisi / Sikap
  • Sumber Daya
  • Struktur Organisasi

Pada bab ini penulis memaparkan berbagai hal terkait implementasi kebijakan penggunaan kartu kelayakan hewan kurban di Kota Makassar sebagai hasil penelitian yang penulis peroleh di lapangan. Tingkat penyebaran informasi penting dalam implementasi kebijakan, terutama dalam hal penggunaan kartu kelayakan hewan korban bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat. Agar implementasi kebijakan penggunaan kartu kelayakan hewan kurban di Kota Makassar dapat berjalan efektif, maka implementasinya harus konsisten dan jelas.

Dari uraian cuplikan wawancara singkat di atas menunjukkan bahwa tingkat konsistensi peraturan masyarakat yang diperoleh sudah sesuai dengan isi peraturan pelaksanaan penggunaan kartu pemberlakuan hewan kurban. ii). Tingkat konsistensi antar aparat pelaksana sangat diharapkan dalam pelaksanaan penggunaan kartu masuk hewan kurban di kota Makassar. Dari uraian kutipan wawancara di atas terlihat bahwa kesadaran pelaksana dalam pelaksanaan penggunaan kartu keberlakuan hewan kurban sudah sangat jelas.

Berikut ini penulis berkesempatan melakukan wawancara dengan para pengusaha/penjual ternak yang tidak memperdulikan sertifikat kelayakan hewan kurban. Hal ini menunjukkan kesiapan pimpinan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar serta koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam implementasi Kebijakan Kartu Hak Hewan Kurban Kota Makassar.

Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kartu Kelayakan Hewan

  • Faktor Pendukung
  • Factor Penghambat

Dengan mengacu pada teori yang ada, penulis mencoba memilah faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan penggunaan kartu masuk hewan kurban di kota Makassar, yaitu: (a) Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2003, (b) kepentingan masyarakat penyelenggara hewan kurban dan (c) kemampuan aparat pelaksana. A). Dari hasil wawancara kami terlihat komitmen pelaksana Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar sangat mendukung kebijakan penggunaan kartu hewan kurban. Pada bagian ini penulis akan menguraikan faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi implementasi kebijakan penggunaan kartu masuk hewan kurban di kota Makassar.

Perilaku kelompok sasaran dalam penerapan penggunaan Kartu Layak Kurban di Kota Makassar menjadi kendala utama. Berikut petikan wawancara penulis dengan masyarakat yang menyembelih hewan kurban tentang pengetahuannya dalam menggunakan kartu kelayakan berdonasi. Hal ini tentunya perlu segera diatasi karena dapat menghambat proses pelaksanaan penggunaan Kartu Layak Hewan Kurban di Kota Makassar.

Penggelaran tersebut terkait dengan sikap dan konsistensi operator yang masih terkesan mengabaikan aturan penggunaan kartu kelayakan hewan kurban di Kota Makassar. Terdapat faktor-faktor yang menghambat keberhasilan penerapan kebijakan kartu hak hewan kurban di Kota Makassar, yaitu: (i) Perilaku kelompok sasaran; yang belum mengetahui dan memahami kebijakan penggunaan kartu kelayakan hewan kurban karena kurangnya atau kurangnya sosialisasi dari Dinas Perikanan, Pertanian, dan Peternakan Kota Makassar dan (ii) keterbatasan sumber daya; Di mana.

SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar harus benar-benar konsisten dalam penerapan penggunaan kartu masuk hewan kurban, agar masyarakat benar-benar mengetahui peraturan penggunaan tersebut. kartu masuk hewan kurban di Kota Makassar. Diharapkan para pemangku kepentingan memperhatikan peraturan terkait, karena bagaimanapun peraturan berupa peraturan daerah tentang penggunaan kartu masuk hewan kurban sebagai produk hukum langsung yang ditetapkan harus dipertahankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi sumber daya pegawai dan anggaran yang masih kurang, maka perlu diusulkan peningkatan alokasi anggaran dan penambahan kepada pimpinan Pemerintah Kota Makassar.

Public Policy: An Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis.: Edward Elgar Publishing, Inc.

Gambar

Tabel  Teks  Halaman
Gambar 2.1. Faktor atau Variabel Kritis dalam Implementasi Kebijakan
Gambar 2.4. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 4.1. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di kota Makassar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, hasil wawancara dengan informan D yang merupakan staf dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Biak Numfor mengemukakan bahwa: ’’…….Kalau pemberdayaan sudah lama kami