JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 3, Juni 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i3.4223 Hal 623−628 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom
Implementasi Metode Moving Average dalam Analisis Rantai Pasok Daging Sapi di Indonesia
Lintang Dandung Prakoso1, Darmansah2*, Tri Widia3, Hanin Salma Hanifah4 Fakultas Informatika, Sistem Informasi, Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Banyumas, Indonesia Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected],
Email Penulis Korespondensi: [email protected] Submitted 09-06-2022; Accepted 22-06-2022; Published 30-06-2022
Abstrak
Daging sapi merupakan daging yang berasal dari hewan sapi yang biasa maupun yang umum dan yang sesuai untuk dijadikan keperluan konsumsi makanan serta tidak memicu gangguan Kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Kebutuhan akan konsumsi daging sapi di Indonesia belum tercukupi karena produksi daging sapi yang mengalami penurunan. Penelitian ini membahas tentang analisis rantai pasok atau supply chain daging sapi di Indonesia dengan menggunakan metode moving average untuk peramalan jumlah konsumsi dan produksi daging sapi di Indonesia di tahun 2022 serta menggunakan metode analisis dekstriptif untuk menganalisis permasalahan pada rantai pasoknya. Sumber data pada penelitian yaitu berdasarkan data yang ada pada Badan Pusat Statistik Nasional. Dan didapatkan hasil ramalan yang menunjukkan bahwa konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2022 akan mengalami kenaikan sekitar 0,10 % dari tahun 2021. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah produksi yang mengalami penurunan sebanyak 1,79% dari tahun 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan penyebab terjadinya penurunan produksi daging sapi di Indonesia yaitu pada rantai pasok untuk sector on-farm, diantaranya yaitu Sebagian peternak sapi yang masih tradisional, Sumber Daya Manusia, kurangnya sarana dan prasarana serta sumber daya pakan.
Kata Kunci: Daging Sapi; Rantai Pasok; Moving Average
Abstract
Beef is meat that comes from common or common cattle and is suitable for food consumption and does not trigger health problems for those who consume it. The need for beef consumption in Indonesia has not been fulfilled because beef production has decreased. This research discusses the analysis of the beef supply chain in Indonesia using the moving average method for forecasting the amount of beef consumption and production in Indonesia in 2022 and using the dextructive analysis method to analyze problems in the supply chain. The data source in the research is based on data available at the National Statistics Agency. And the forecast results show that beef consumption in Indonesia in 2022 will increase by around 0.10% from 2021. However, this is inversely proportional to the amount of production which has decreased by 1.79% from 2021. The results of this study show that the cause of the decline in beef production in Indonesia is in the supply chain for the on-farm sector, including some traditional cattle farmers, human resources, lack of facilities and infrastructure and feed resources.
Keywords: Beef; Supply Chain; Moving Average.
1. PENDAHULUAN
Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang disukai oleh banyak masyarakat karena menghasilkan daging yang memiliki rasa enak. Peternak sapi banyak di temukan di seluruh penjuru Indonesia[1]. Sapi memberikan kontribusi penting dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani di Indonesia, diantaranya yaitu menghasilkan daging dan susu [2][3].
Sapi menjadi kebutuhan pokok yang sering dicari oleh masyarakat di Indonesia ketika memasuki hari-hari besar seperti pada saat Idul Fitri, Idhul Adha dan Tahun Baru[4].
Daging sapi merupakan daging yang berasal dari hewan sapi yang biasa maupun yang umum dan yang sesuai untuk dijadikan keperluan konsumsi makanan serta tidak memicu gangguan Kesehatan bagi yang mengkonsumsinya [1].
Daging sapi banyak sekali memberikan manfaat bagi tubuh kita. Kandungan zat gizi pada daging sapi banyak dibutuhkan oleh tubuh[5][2]. Yang pertama yaitu kandungan proteinnya. Protein (asam amino) dibutuhkan untuk pertumbuhan salah satunya yaitu memperbaiki dan membangun tulang, kulit, otot dan masih banyak lagi. Selain mengandung protein, daging sapi juga terdapat zat besi, karnosin, vitamin B, creatine alami, dan mineral serta glutathione.
Biasanya para konsumen daging sapi akan membeli daging sapi pada waktu pagi hari agar bisa mendapatkan daging sapi yang masih segar. Dalam membeli daging sapi kita harus benar-benar jeli dan memperhatikan kualitas daging sapi agar aman untuk dikonsumsi. Karena, daging sapi yang berkualitas buruk bisa menimbulkan penyakit dan gangguan Kesehatan. Ciri-ciri dari daging sapi yang baik untuk dikonsumsi yaitu dagingnya tidak berwarna pucat. Daging sapi yang masih segar itu ditandai dengan warna merah, bersih dan untuk guratan lemaknya berwarna kuning. Ciri yang kedua yaitu bertekstur kenyal dan tidak berlendir. Kemudian beraroma segar dan permukaannya relatif kering.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi memberikan data bahwa terjadi penurunan sebesar 0,34%
pada produksi daging sapi secara global. Dengan rata-rata produksi pada tahun 2018-2020 sebesar 70,6 juta metrik ton menjadi 70,37 juta metrik ton pada tahun 2021. Hal ini juga terjadi pada data konsumsi yang mengalami penurunan sebesar 0,23 juta metrik ton. Dengan rata-rata konsumsi pada tahun 2018-2020 sebesar 70,3 juta metrik ton menjadi 70,1 juta metrik ton pada tahun 2021.
Amerika Serikat menjadi negara dengan produsen sapi terbesar di dunia. Pada tahun 2020, Foreign Agricultural Service melaporkan bahwa Amerika Serikat menghasilkan daging sapi sebesar 12,389 juta metrik ton. Selain menjadi
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 3, Juni 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i3.4223 Hal 623−628 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom produsen daging sapi terbesar, Amerika Serikat juga merupakan konsumen daging sapi tertinggi sebesar 12,53 juta ton.
Pada urutan kedua diduduki oleh Brazil, dengan produksi daging sapi sebanyak 10,1 juta metrik ton. Kemudian disusul oleh Tiongkok dan Uni Eropa dengan total produksi daging sapi masing-masing sebanyak 6,72 juta metrik ton dan 6,88 juta metrik ton. Selanjutnya ada India dan Argentina dengan total produksi daging sapi sebanyak 3,76 juta metrik ton 3,17 metrik ton.
Di Indonesia sendiri berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Volume dan nilai impor daging sapi pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 22,4%[6][7][8][9] . Dengan jumlah impor daging sapi pada tahun 2020 sebanyak 223,42 ribu ton menjadi 273,53 ribu ton pada tahun 2021. Sebaliknya, jumlah konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,6%. Dengan jumlah konsumsi pada tahun 2020 sebesar 0,039 kg/kapita/bulan menjadi 0,038 kg/kapita/bulan pada tahun 2021 bulan maret.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meramalkan jumlah produksi dan konsumsi daging sapi pada tahun 2022 adalah metode Moving Average. Metode Moving Average atau disebut juga dengan model rata-rata bergerak merupakan suatu indikator dalam analisis teknis untuk menunjukkan rata-rata data selama periode yang sudah ditentukan[8][10][11][12][13].Kemudian dilakukan pengujian tingkat eror dengan menggunakan Mean Absolut Presentase Error atau MAPE.
Penelitian peramalan yang menggunakan metode serupa telah banyak dilakukan. Alfian Nurlifa dan Sri Kusumadewi menggunakan metode moving average untuk meramal jumlah penjualan pada rumah jilbab zaky[8].
Kemudian ada Hari Prapcoyo menggunakan metode moving average untuk meramal jumlah mahasiswa[12]. Lalu penelitian juga dilakukan oleh Rizal Rachman dengan metode moving average dan exponential smoothing untuk meramal produksi industri garment[13]. Penelitian dengan metode serupa dilakukan oleh Kusyanto, Dadang Suhardi, Robi Awaluddin dengan metode moving average dan exponential smoothing untuk meramal penjualan keramik pada usaha agus keramik[14].
Setelah melakukan peramalan jumlah produksi dan konsumsi daging sapi pada tahun 2022, penulis akan melakukan analisis rantai pasok atau supply chain daging sapi di Indonesia. Rantai Pasok atau Supply Chain adalah rangkaian proses atau aktivitas bisnis dari supplier, manufaktur, Gudang, dan penyimpanan kemudian diteruskan system distribusi kepada konsumen[14][15][16][17][18] .Sehingga barang/produk yang diproduksi dan didistribusikan sesuai dengan jumlah, lokasi, dan waktu agar meminimasi biaya sehingga konsumen puas terhadap layanan. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai literatur pada peramalan produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia dengan menggunakan metode Moving Average sehingga bisa ditemukan permasalahan dan dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menangani rantai pasok atau supply chain pada daging sapi di Indonesia.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS). Pengambilan data tersebut menggunakan web scrapping.
2.2 Tahap Penelitian
Alur penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Alur Penelitian
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 3, Juni 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i3.4223 Hal 623−628 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Berikut penjelasan alur setiap tahapan yang dilakukan :
a. Web Scrapping
Web scrapping adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengektrasi atau mengumpulkan data dari sebuah website[19].
b. Peramalan menggunakan Metode Moving Average
Peramalan yang dilakukan adalah meramalkan jumlah produksi dan konsumsi daging sapi pada tahun 2022 menggunakan metode moving average. Moving average merupakan metode peramalan yang menghitung nilai rata- rata bergerak[8][13]. Berikut ini adalah rumus moving average:
𝑀𝐴 = 𝐹𝑡+1 = 𝑋𝑡+ 𝑋𝑡−1+𝑋𝑡−2+...+𝑋𝑡−𝑁+1
𝑛 (1)
Keterangan :
𝑀𝐴 = Moving Average
𝐹𝑡+1 = Peramalan untuk periode t +1 𝑋𝑡 = Data aktual periode ke t c. Analisis Deskriptif
Melakukan analisis deskriptif terhadap hasil peramalan yang sudah diperoleh sebelumnya. Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis statistik yang memberikan deskripsi atau penjelasan tentang subjek penelitian[20].
d. Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis menggunakan metode deskriptif maka akan didapatkan hasil yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mencari solusi permasalahan rantai pasok daging sapi di Indonesia.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Prediksi Jumlah Produksi dan Konsumsi
Penelitian ini melakukan analisis terhadap rantai pasok daging sapi di Indonesia, agar dapat melakukan analisis diperlukan data produksi dan konsumi daging sapi di Indonesia. Berikut adalah data produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia dari tahun 2016 sampai tahun 2021.
Tabel 1. Data Produksi Dan Konsumsi Daging Sapi Indonesia Tahun 2016-2021 Tahun Jumlah Produksi (Ton) Konsumsi (Ton)
2016 518484,03 623480
2017 486319,65 605000
2018 497971,7 663290
2019 504802,29 686000
2020 453418,44 669731
2021 437783,23 706388
Dari data jumlah produksi dan konsumsi diatas kami melakukan peramalan untuk mengetahui jumlah produksi dan konsumsi pada tahun 2022 dengan metode moving avarage dan uji eror menggunakan Mean Absolut Presentase Error atau MAPE. Dalam metode moving average hasil peramalan didapatkan dengan mengeluarkan rata-rata data periode lama dan membuat rata-rata periode baru dengan menambahkan data periode terbaru.
𝐹𝑡+1= ∑𝑡−𝑁𝑖=𝑡 𝑌𝑖
𝑁 = 𝑌𝑡+ 𝑌𝑡−1+ 𝑌𝑡−2+. . . +𝑌𝑡−𝑁+1 𝑁
Keterangan :
𝑌1 = Data periode sebelum periode t
𝑁 = Jumlah data historis yang digunakan ( 3 tahun ) 𝐹𝑡+1 = Hasil Peramalan
Ramalan produksi daging sapi tahun 2022
𝐹𝑡+1 = 504802,29 + 453418,44 + 437783,23
3
= 445600,8
Ramalan konsumsi daging sapi tahun 2022 𝐹𝑡+1 = 686000 + 669731 + 706388 = 688060 3
Dibawah ini adalah hasil peramalan yang sudah dilakukan dalam bentuk tabel.
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 3, Juni 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i3.4223 Hal 623−628 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Tabel 2. Hasil Peramalan Jumlah Produksi Daging Sapi Tahun 2022
Tahun Jumlah Produksi (Ton) Moving Average Presentase Kesalahan Absolut
2016 518484,03
2017 486319,65
2018 497971,7 500925,1 0,593091
2019 504802,29 496364,5 1,671495
2020 453418,44 485397,5 7,052875
2021 437783,23 465334,7 6,293394
2022 445600,8
MAPE 3,902714
Tabel 3. Hasil Peramalan Jumlah Konsumsi Daging Sapi Tahun 2022
Tahun Jumlah Konsumsi (Ton) Peramalan Konsumsi Presentase Kesalahan Absolut
2016 623480
2017 605000
2018 663290 630590 4,9299703
2019 686000 651430 5,039358601
2020 669731 673007 0,489151615
2021 706388 687373 2,691863395
2022 688060
MAPE 3,287585977
Setelah melakukan peramalan menggunakan metode moving average dan melakukan uji error menggunakan Mean Absolut Presentasi Error atau dikenal dengan MAPE didapati kesalahan peramalan yang didapatkan cukup kecil yaitu 3,902714% pada peramalan produksi dan 3,287585977% pada peramalan konsumsi. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa data peramalan tidak jauh berbeda dari data aktual sehingga hasil peralaman yang didapatkan dapat dijadikan acuan atau tolak ukur untuk melakukan analisis .
Dari peramalan produksi dan konsumsi didapatkan bahwa pada tahun 2022 total konsumsi diprediksi akan mengalami kenaikan sekitar 0,10 % dari tahun 2021, hal ini merupakan trend yang baik karena sebelumnya pada tahun 2020 total konsumsi daging sapi di indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sekitar 10,18%. Namun kenaikan jumlah konsumsi ini berbanding terbalik dengan produksi karena diprediksi total produksi pada tahun 2022 akan mengalami penururan sebanyak 1,79% dari tahun 2021. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi daging sapi di Indonesia tidak dapat memenuhi jumlah konsumsi.
Apa faktor yang menyebabkan turunya produksi daging sapi di Indonesia? Bagaimana strategi rantai pasok yang tepat untuk menangani masalah tersebut? Dan apa upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menutup kekurangan pada kebutuhan daging sapi setiap tahun.
3.2 Analisis Rantai Pasok
Setelah dilakukan peramalan produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2022, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa terjadi ketidaksesuaian antara produksi dan konsumsi daging sapi. Hal ini disebabkan oleh hasil produksi yang sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia perlu melakukan upaya perbaikan pada rantai pasok atau supply chain daging sapi agar bisa menutupi kekurangan produksi tersebut. Sehingga kebutuhan akan konsumsi daging sapi di Indonesia dapat tercukupi.
Gambar 2. Rantai Pasok Daging Sapi Di Indonesia
Rantai pasok daging sapi terdiri dari 3 level diantaranya yaitu, on-farm, hulu, dan hilir. Gambar di atas menunjukkan aliran rantai pasok daging sapi di Indonesia. Yang pertama hasil ternak di kumpulkan pada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang antar kabupaten maupun antar pulau di pasar hewan.
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 3, Juni 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i3.4223 Hal 623−628 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Setelah itu pedagang di pasar hewan menjual pada supplier/jagal untuk dipotong dagingnya. Lalu supplier/jagal menjualnya ke pasar swalayan dan pasar tradisional. Dan daging sampai di tangan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian produksi daging sapi ini memerlukan pengontrolan yang baik terhadap pertumbuhan hewan sapinya agar menghasilkan daging sapi yang baik dan berkualitas. Setelah penulis melakukan analisis, faktor penyebab terjadinya penurunan produksi yaitu ada pada sector on-farm. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu, Sebagian peternak sapi yang masih tradisional, Sumber Daya Manusia, kurangnya sarana dan prasarana serta sumber daya pakan.
Peternak sapi di Indonesia kebanyakan masih menggunakan cara tradisional. Kebanyakan para peternak lokal menjadikan sapi sebagai sumber mata pencaharian, penyimpanan aset atau sebagai status sosial bukan untuk menghasilkan daging sapi yang unggul ataupun bukan untuk tujuan pasar. Peternak lokal tersebut juga mengembangkan ternaknya dengan seadanya saja dan cara perawatannya juga masih sangat tradisional. Hal ini menyebabkan hasil ternak yang tidak optimal.
Kemudian pada sarana dan prasarana yang terdiri dari padang pengembalaan, lokasi yang kering untuk kendang ternak serta air yang bersih. Walaupun wilayahnya Indonesia sangat luas, namun masih terbatas dalam ketersediaan padang pengembalaan. Lokasi yang kebanyakan sudah dialihfungsikan membuat para peternak sulit untuk mencari lokasi yang akan digunakan untuk ternak sapi. Sumber Daya Manusia yang masih kurang. Banyak para peternak sapi yang minim akan ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya. Kurangnya ilmu pengetahuan ini membuat daya tampung lahan peternakan berkurang dan pertumbuhan sapi menjadi lambat. Lalu sumber daya pakan yang masih mengalami kesulitan karena banyak yang masih bergantung pada musim pakan hijauan dan limbah hasil dari tanaman para petani.
Dari beberapa permasalahan diatas, perlu dilakukan adanya perbaikan dalam rantai pasok pada sektor on-farm yaitu peningkatan dan penyediaan teknologi dan lahan pakan, pengembangan sarana dan prasana pada (laboratorium Kesehatan hewan, teknologi pengolahan pakan, penigkatan air dan lahan pakan) serta melakukan penyuluhan dan pelatihan ternak sapi yang baik agar menghasilkan daging yang optimal.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dalam analisis permasalahan rantai pasok produksi daging sapi di Indonesia yang Pertama yaitu melakukan tahap ramalan prediksi jumlah produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia menggunakan metode moving average. Data yang diambil untuk menghitung ramalan prediksi produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia yaitu menggunakan data produksi dan konsumsi daging sapi pada BPS (Badan Pusat Statistik) dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021. Dan didapatkan hasil ramalan yang menunjukkan bahwa konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2022 akan mengalami kenaikan sekitar 0,10 % dari tahun 2021. namun, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah produksi yang mengalami penurunan sebanyak 1,79% dari tahun 2021. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi daging sapi di Indonesia tidak dapat memenuhi jumlah konsumsinya. Kemudian setelah dilakukan peramalan prediksi jumlah produksi dan konsumsi daging sapi di Indonesia, tahap selajutnya adalah menganalisis rantai pasok emas dengan menggunakan metode deskriptif. Dan didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penyebab terjadinya penurunan produksi yaitu ada pada sector on-farm, diantaranya yaitu Sebagian peternak sapi yang masih tradisional, SDM, kurangnya sarana dan prasarana serta sumber daya pakan. Dari beberapa permasalahan tersebut, perlu dilakukan adanya perbaikan dalam rantai pasok pada sektor on-farm yaitu peningkatan dan penyediaan teknologi dan lahan pakan, pengembangan sarana dan prasana pada (laboratorium Kesehatan hewan, teknologi pengolahan pakan, penigkatan air dan lahan pakan) serta melakukan penyuluhan dan pelatihan ternak sapi yang baik agar menghasilkan daging yang optimal.
REFERENCES
[1] H. Pandiangan, “Penerapan Data Mining Dalam Clustering Produksi Daging Sapi Di Indonesia Menggunakan Algoritma K- Means,” J. Comput. Networks, Archit. High Perform. Comput., vol. 1, no. 2, pp. 37–44, 2019, doi: 10.47709/cnapc.v1i2.239.
[2] J. E. Pertanian, “1* , 2 , 3 1*,” vol. 4, pp. 310–322, 2020.
[3] Komalawati, R. Winandi, R. Nurmalina, and D. B. Hakim, “Dampak Volatilitas Harga Daging Sapi terhadap Industri Pengolahan Daging Sapi Skala Mikro di Indonesia,” Pangan, vol. 27, no. 1 April 2018, pp. 9–22, 2018.
[4] R. H. Puradireja, H. L., and A. H., “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Di Provinsi Lampung,”
Mimb. Agribisnis J. Pemikir. Masy. Ilm. Berwawasan Agribisnis, vol. 7, no. 2, p. 1439, 2021, doi: 10.25157/ma.v7i2.5444.
[5] A. Hapidin, A. Basith, and J. M. Munandar, “Analisis Atribut Produk Pada Manajemen Mutu Proses Produksi Daging Sapi di RPH PT. Elders Indonesia, Bogor,” J. Apl. Bisnis dan Manaj., vol. 5, no. 1, pp. 84–94, 2019, doi: 10.17358/jabm.5.1.84.
[6] Y. K. Khotimah and A. N. Ulfa, “Permintaan Daging Sapi di Indonesia Pada Pandemic Covid-19,” vol. 4, no. 1, pp. 33–39, 2022.
[7] Getaevan T Y, “Causes of Local Beef Prices Are Higher Than Imported Beef Prices and How To Change Price Gap,” Calyptra, vol. 2, no. 2, pp. 1–12, 2019.
[8] A. Nurlifa and S. Kusumadewi, “Sistem Peramalan Jumlah Penjualan Menggunakan Metode Moving Average Pada Rumah Jilbab Zaky,” INOVTEK Polbeng - Seri Inform., vol. 2, no. 1, p. 18, 2017, doi: 10.35314/isi.v2i1.112.
[9] A. Abdullah, W. Harianto, and D. A. Nugraha, “Pengaplikasian Perbandingan Metode Moving Average dan Exponential Smoothing untuk Mengetahui Tren pada Produk Kartu XL di Toko Omahkartu Celluler,” KURAWAL J. Teknol. Inf. dan Ind., vol. 4, no. 1, pp. 75–81, 2021.
[10] S. Rusdiana, “Fenomena Kebutuhan Pangan Asal Daging Dapat Dipenuhi Melalui Peningkatan Usaha Sapi Potong Di Petani,”
SOCA J. Sos. Ekon. Pertan., vol. 13, no. 1, p. 61, 2019, doi: 10.24843/soca.2019.v13.i01.p06.
[11] D. Suhardi, R. Awaluddin, P. Penjualan Keramik Menggunakan Metode, and U. Kuningan, “Peramalan Penjualan Keramik
JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 3, Juni 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i3.4223 Hal 623−628 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Menggunakan Metode Moving Average Dan Exponential Smoothing Pada Usaha Agus Keramik Kusyanto,” J. Ekon. Akuntasi Dan Manaj., vol. 1, no. 1, pp. 12–21, 2020, [Online]. Available: https://journal.uniku.ac.id/index.php/jeam.
[12] H. Prapcoyo, “Peramalan Jumlah Mahasiswa Menggunakan Moving Average,” Telematika, vol. 15, no. 1, p. 67, 2018, doi:
10.31315/telematika.v15i1.3069.
[13] R. Rachman, “Penerapan Metode Moving Average Dan Exponential Smoothing Pada Peramalan Produksi Industri Garment,” J.
Inform., vol. 5, no. 2, pp. 211–220, 2018, doi: 10.31311/ji.v5i2.3309.
[14] S. A. A. G. Utama, D. Arista, H. Alvaro, and A. Fachruddin, “E-Supply Chain Management : Efisiensi Pemasaran Rantai Pasok,”
J. Ilm. Bisnis, Pasar Modal, dan UMKM, vol. 1, no. 2, pp. 1–7, 2018.
[15] W. SALMI, I. DJAKARIA, and R. RESMAWAN, “Penerapan Metode Exponential Moving Average Pada Peramalan Penggunaan Air Di Pdam Kota Gorontalo,” Jambura J. Probab. Stat., vol. 1, no. 2, pp. 69–77, 2020, doi:
10.34312/jjps.v1i2.7152.
[16] N. M. Rachman, E. R. Cahyadi, and H. Hardjomidjojo, “Biaya Transaksi Dan Nilai Tambah Pada Rantai Pasok Daging Sapi Di Kota Bogor,” J. Manaj. dan Agribisnis, vol. 14, no. 1, pp. 22–31, 2017, doi: 10.17358/jma.14.1.22.
[17] Y. Yun and A. Kurniawan, “Pengaruh Integrasi Rantai Pasokan Terhadap Keunggulan Bersaing Melalui Kinerja Rantai Pasokan pada Peternak Sapi Perah di Kabupaten Bandung Barat,” J. Ilmu Manaj. Dan Bisnis, vol. 10, no. 1, pp. 29–42, 2019, doi:
10.17509/jimb.v10i1.15079.
[18] N. F. Yulian, N. Kuswardhani, and W. Amilia, “Identifikasi Dan Analisis Struktur Rantai Pasok Kopi Rakyat Robusta Kecamatan Bangsalsari, Jember,” J. Agroteknologi, vol. 13, no. 01, p. 10, 2019, doi: 10.19184/j-agt.v13i01.8624.
[19] V. A. Flores, P. A. Permatasari, and L. Jasa, “Penerapan Web Scraping Sebagai Media Pencarian dan Menyimpan Artikel Ilmiah Secara Otomatis Berdasarkan Keyword,” Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 19, no. 2, p. 157, 2020, doi:
10.24843/mite.2020.v19i02.p06.
[20] B. H. Ashari, B. M. Wibawa, and S. F. Persada, “Analisis Deskriptif dan Tabulasi Silang pada Konsumen Online shop di Instagram (Studi Kasus 6 Universitas di Kota Surabaya),” J. Sains dan Seni ITS, vol. 6, no. 1, pp. 17–21, 2017, doi:
10.12962/j23373520.v6i1.21403.