IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS X DI SMK N 3 KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu Untuk Memenuhui Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah
DISUSUN OLEH :
YOLANDA DWIYANA NIM:1516210210
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITU AGAMA ISLAM NEGRI KOTA BENGKULU
2019/2020
ii
iii
iv
MOTTO
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut untuk
kebaikan dirinya sendiri.”
(Q.S Al-„Ankabut ayat 6)
“Jangan bersedih, sesungguhnya Allah
bersama kita.”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahanda “Arbensyah” (Alm) dan Ibunda “Mesrawati” yang selama ini memberikan cinta dan kasih sayangnya yang tak terhingga dan selalu memberikan semangat sepanjang hidupku.
2. Kakak “ Frenky Juliansyah S.Pd ” yang tak pernah lelah dan selalu memberikan dorongan semangat, memberi motivasi selama masa studiku dan selalu setia menemani begadang saat pembuatan skripsi.
3. Adik ku “ Hero Aprila” yang tak pernah lelah selalu memberikan semangat dan motivasi saat pembuatan skripsi.
4. Seluruh saudaraku, sanak keluargaku, dan teman-temanku yang telah memberikan bantuan, motivasi, masukan demi keberhasilanku.
5. Teman-temanku PAI angkatan 2015 yang tak bisa aku sebutkan satu per satu.
6. Seluruh dosen-dosen ku yang telah memberikan ilmunya kepadaku.
7. Almamaterku IAIN Bengkulu.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan di IAIN Bengkulu prodi pendidikan agama islam (PAI) serta seluruh mahasiswa Fakultas Tarbiyah.
vi
vii ABSTRAK
Yolanda Dwiyana. 2020. Implementasi Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK N 3 Kota Bengkulu. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Tadris. IAIN Bengkulu.
Pembimbing: 1. Dr. Irwan Satria, M.Pd. 2. Ellyana, S.Ag.,M.Pd.I.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran jigsaw dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK N 3 Kota Bengkulu dan apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK N 3 Kota Bengkulu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw yang digunakan berhasil membuat siswa aktif dalam kelas saat belajar pendidikan agama islam di SMK N 3 Kota Bengkulu meliputi pertama, guru membagi siswa dalam 5 kelompok setelah itu siswa disuruh memilih ketua kelompok setelah itu setiap ketua kelomppok mengambil soal yang telah di siapkan guru dan setiap kelompok berdiskusi setela selesai salah stu berpindah kekelompok yang lain untuk memahami soal berikutnya, kedua siswa harus berpikir agar bsa menjelaskan apa maksud dari soal yang telah diberikan oleh guru, setelah itu setiap kelompok mempresentasikan hasil yang mereka dapatkan. Faktor pendukung adalah semua faktor yang sifatnya turut mendorong, menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat dan sebagainya terjadinya sesuatu. Adapun yang dimaksud dengan faktor penghambat adalah semua jenis faktor yang sifatnya menghambat (menjadikan lambat) atau bahkan menghalangi dan menahan terjadinya sesuatu. Faktor penghambat yang lain yaitu kurangnya waktu Proses model pembelajaran ini membutuhkan waktu lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Selain itu juga siswa di dalam kelompok kurang aktif karena setiap orang yang diutus menjadi kelompok tim ahli hanya berpatokan kepada buku yang mereka pegang, jadi yang terlihat adalah siswa-siswa hanya menghafal dan bukan memahami, sehingga ketika kembali ke kelompok semula, dalam penyampaiannya hanya membacakan buku kembali.Selain adanya faktor pendukung dan penghambat dalam model pembelajaran Jigsaw.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Jigsaw, Prestasi Belajar
viii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhnahu wata‟ala,karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DA LAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X DI SMK N 3 KOTA BENGKULU” dapat penulis selesaikan.
Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh penulis untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) dalam ilmu Tarbiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr.H. Sirajuddin. M., M.Ag., MH. Selaku Rektor IAIN Bengkulu, yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam menimba ilmu pengetahuan di IAIN Bengkulu.
2. Dr. Zubaedi., M.Ag., M.pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam menyelesaikan studi.
3. Nurlali, M.Pd Selaku Kepala Jurusan Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, yang telah memberikan fasilitas selama ini.
4. Adi Saputra, M.Pd Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, yang telah memberikan dukungan
ix
dan membina serta mengarahkan selama masa perkuliahan di IAIN Bengkulu.
5. Dr. Irwan Satria, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ellyana, S.Ag., M.Pd.I Selaku Dosen pembimbing II yang selalu memberikan koreksian, masukan dan sarn untuk perbikn skripsi ini.
7. Kepala Sekolah SMK N 3 yang telah memberikan izin penelitian serta memberikan arahan dan suport untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajarkan penulis selama masih di bangku kuliah.
9. Seluruh Staf Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu yang telah menyipkan segala urusan adminitrasi bagi penulis selama penulis skripsi ini.
10. Seluruh Staf Unit Perpustakaan IAIN Bengkulu yang telah mengizinkan penulis untuk mencari berbagai rujukan mengenai skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
x DAFTAR ISI
hlm.
NOTA PEMBIMBING... i
MOTTO... ii
PERSEMBAHAAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN... iv
ABSTRAK... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR BAGAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah... 5
E. Tujuan Penelitian... 5
F. Manfaat Penelitian... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 7
B. Pengertian Implementasi Guru... 8
C. Model Pembelajaran... 9
D. Pengertian Pembelajaran... 14
xi
E. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw... 17
F. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw... 20
G. Faktor Pendukung... 21
H. Faktor Penghambat... 22
I. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Jigsaw... 24
J. Penelitian Relevan... 26
K. Kerangka Berfikir... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 35
C. Subjek dan Objek Penelitian... 35
D. Teknik Pengkumpulan Data... 36
E. Teknik Analisis Data... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum... 41
B. Temuan Khusus... 49
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 95
B. Saran... 96 DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 29
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Pendidik (Guru) ... 43
Tabel 4.2 Data Siswa SMK N 3 ... 48
Tabel 4.3 Langkah-langkah Pembelajaran ... 72
Tabel 4.4 Kisi-kisi wawancara ... 94
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Tenik Analisis Data Kualitatif... 40 Bagan 4.1 Struktur Organisasi SMK N 3 Kota Bengkulu ... 45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 6).1
Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengkuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam RPP/SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajaran telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran.2
Guru diartikan ditiru dan diguguh, guru adalha orang yang dapat memberikan respons positif bagi peserta didik dalam PBM, untuk sekarang ini sangatlah diperlukan guru yang mempunyai basic, yaitu kompetensi sehingga PBM yang berlangsung berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.3Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal dan non formal dituntut untuk mendidik dan mengajar. Karena keduanya mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ideal pendidikan.
Peserta didik merupakan orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, maupun arahan dari orang lain. Untuk menentukan jenis peseta didik, maka tidak dapat terlepas dari jenis-jenis atau bentuk-bentuk pendidikan. Secara umum, bentuk pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Pendidikan sekolah merupakan
1Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta: Kencana.2006), h.4
2Tim Pengembangan MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2011), h.132
3Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2013), h.9
2
lembaga pendidikan formal. Sementara pendidikan luar sekolah mengambil dalam bentuk pendidikan informal dan pendidikan non formal.4
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tutunan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan Nasional.5
Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sosial mempunyai fungsi sebagai sosialisasi individu, yang berarti bahwa Agama bagi seorang anak akan mengantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi dewasa seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan juga merupakan tujuan pengembangan kepribadian dan dalam ajaran Islam inilah anak tersebut dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya ajaran Islam.6
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.7
Model pembelajaran Jigsaw adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar- gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
4Salim, Haitami dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. (Jogjakarta: AR- Ruz Media. 2012), h.166-167
5Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.. 2013), h. 19
6Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2013), h. 21
7Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta: Kencana. 2006), h.126
3
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 10 desember sampai tanggal 14 desember,penulis menemukanbahwa prestasi belajar siswa kelas X di SMK N 3 Kota Bengkulumasih kurang dari tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah. Kondisi ini dindikasikan dengan hasil ulangan mingguan yang selalu kurang baik. Sebagian besar anak masih belum menguasai materi pembelajaran PAI yang disampaikan. Selain itu kegaduhan di dalam kelas sering ditemui karena proses belajar mengajar yang terkesan monoton dan membosankan yang mengakibatkan siswa merasa bosan dan lebih sering membuat keributan di dalam kelas.
Selain itu, antusias belajar siswa juga terlihat sangat kurang. Hal ini disebabkan karena guru masih sangat kurang dalam penggunaan metode pembelajaran maupun media pembelajaran. Sehingga terlihat jelas bahwa siswa bosan dalam melakukan pembelajaran dikarenakan proses pembelajarannya yang monoton.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang kompleks artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan guru pun harus mengerti bahwa siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda- beda, Ada yang menguasai materi lebih cepat dengan keterampilan motorik (kinestetik), ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar (auditif) dan ada juga yang menguasai materi lebih cepat dengan melihat atau membaca (visual).
Guru juga harus mengetahui bahwa setiap murid/siswa akan sangat susah menerima pembelajaran yang baik jika tanpa dilengkapi pengunan media dan metode yang tepat saat melakukan proses pembelajaran PAI, sehingga guru harus bisa memiih media pembelajaran yang tepat agar siswa/murid bisa menerima proses pembelajran dengan baik.
Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar dan suasana belajar kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model pembelajaran Jigsaw ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melaui partisipatif, aktif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menyimpulkan,
4
mengungkapkan pendapat, atau bisa melakukan sanggahan sendiri terhadap materi pelajaran yang telah ia pelajari atau amati saat proses pembelajaran.
Dari permasalahan yang dikemukakan di atas peneliti menggunakan model pembelajaran jigsaw, karena dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa lebih bersemangat dalam belajar dan mampu memahami materi yang disampaikan dengan baik. Selain itu siswa juga aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu menangkap materi yang disampaikan dengan baik. Untuk itu penelitian akan melakukan penelitian kualitatif dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X di SMK N 3 Kota Bengkulu”.
Dengan metode jigsaw Guru Pendidikan Agama Islam bisa meningkatkan nilai KKM siswa SMK N 3 Kota Bengkulu dengan cara yg lebih efisien dengan menggunakan media yang tepat agar siswa bisa memahami materi yang akan di sampaikan sehingga siswa bisa mencapai nilai KKM 79,00.
B. Identifikasi Masalah
Dari pengamatan yang telah dilakukan ada beberapa masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain:
1. Anak masih kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2. Metode yang digunakan guru cenderung monoton sehingga siswa mudah merasa bosan.
3. Masih kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran.
4. siswa sering membuat keributan di kelas dikarenakan proses pembelajran yang monoton.
5. KKM 79,00 Pendidikan Agama Islam masih banyak belum tercapai.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas akan dibatasi agar tidak menyimpang dari maksud dan tujuan penelitian. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah meningkatkan prestasi siswa dengan model pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran PAI siswa kelas X SMK N 3 Kota Bengkulu.
5 D. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan model pembelajran jigsawdalam pembelajaran PAI ?
2. Apa saja faktor pendukung dan
3. penghambat implementasi model pembelajaran jigsaw dalam PAI ? E. Tujuan Penelitian
Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif model
jigsawdalam model pembelajaran PAI.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran jigsaw dalam model pembelajaran PAI.
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model jigsaw dalam model pembelajaran PAI.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian tindakan kelas ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai kajian khususnya untuk siswa SMK serta memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa banyak cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya melalui model pembelajaran Jigsaw.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah a) Bagi Siswa
1. Mengatasi kesulitan siswa dalam proses pembelajaran.
6
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
b) Bagi Guru
1. Dapat memberikan pemahaman bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dapat dilakukan melalui model pembelajaran Jigsaw.
2. Sebagai fasilitator, guru dapat menggunakan berbagai metode dan pendekatan dalam pembelajaran salah satunya untuk meningkatkan prestasi belajar Siswa dapat dilakukan dengan model pembelajaran Jigsaw.
c) Bagi Sekolah
1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar.
2. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan prestasi kinerja guru.
7 BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
PAI adalah kepanjangan Pendidikan Agama Islam dan disederhanakan mnjadi mata pelajaran yg disampaikan di persekolahan non madrasah. Bagi madrsah PAI di break down mnjadi 4 mapel: Quran Hadits, Fikih, Aqidah Ahlak dan SKI bahksn bnyak yg mepersepsikan bahasa Arab juga masuk di dalamnya.
Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dalam menyiapkan siswa untuk meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntunan untuk menghargai Agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan Kesatuan Nasional.8
Dari pengertian tersebut dapat ditentukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI, yaitu:
1. PAI sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Siswa yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan.
3. Guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan secara sendiri terhadap siswanya untuk mencapai tujuan PAI.
4. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam dari siswa, di samping utuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial.
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup. Agama dalam kehidupan sosial mempunyai fungsi sebagai sosialisasi
8Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 19-21
8
individu, yang berarti bahwa agama bagi seorang anak akan mengantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi dewasa seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan juga merupakan tujuan pengembangan kepribadian dan dalam ajaran Islam inilah anak tersebut dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlaku ajaran Islam.9
B. Pengertian Implementasi Guru
Sederhananyaimplementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan, Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Willdwsky (dalam Nurdin dan Usman, 004:70) berpendapat bahwa implementasi adalah perluasan gerak yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004).
Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di masyarakat. Oleh sebab itu, tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat terlepas dari kehidupan sosial.hal ini berarti apa yang dilakukan guru akan mempunyai dampak dalam kehidupan masyarakat. Sebalikny, semakin tinggi derajat keprofesionalan seseorang, misalnya tingkat keguruan seseorang, semakin tinggi pula penghargan yang diberikan masyarakat.10
Kompetensi dan kompeten adalah dua kata yang semakin sering diucapkan dalam berbagai dimensi kehidupan kita.Terlalu sering nya, makna hakiki kedua kata itu pun cenderung dipersamakan dan sederhana. Kompeten dan kompetensi, terkadang dianggap sama dengan keahlian atau kemampuan. Sedangkan, kompetensi individu sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri, hanya sekedar pada kebiasaan atau kemampuan seseorang, tapi sangat erat berkaitan dengan tugas dan profesi yang dijalankannya.
9Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),h.22
10Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta: Kencana. 2006), h.17
9
Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang faktor paling penting dalan keberhasilan seseorang menyelesaikan tugasnya. Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi, kualifikasi akademi, memiliki sertifikat pendidik, serta memiliki kecakapan dan kemampuan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Selanjutnya Menteri Pendidikan Nasional RI melalui Peraturan Menteri No 16 Tahun 2007 menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi profesional guru.Identifikasi kompetensi profesional guru yang tepat selalu dianggap memiliki nilai prediksi yang cukup valid dalam keberhasilan guru menyelesaikan pekerjaannya. Pemahaman yang mendalam tentang pengertian kompetensi akan memberikan dasar dalam upaya menjadi guru yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai pembelajaran berdasarkan pada standar kompentensi yang ditetapkan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefenisikan kompetensi sebagai kewenegaraan atau kemampuan menguasai gramatik suatu bahasa secara abstrak atau batiniah. Dalam Bahasa Inggris, competence dimaknai sebagai bentuk pemilikan, penguasaan, keterlampilan dan kemampuan yang harus dimiliki berkaitan dengan jabatan seseorang, maka seorang guru diharuskan menguasai kompetensi guru agar dapat melaksanakan kewenangan profesionalnya.
C. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
10
Fungsi Model Pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.[3] Selain itu, model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Istilah model Pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Rasional teoritik yang logis, disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar peserta didik, kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar serta hasil belajar para peserta didik bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentnkan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para peserta didik.
Guru yang berkompeten dalam bidangnya akan dapat lebih rnampu mengelola kelasnya, dengan demikian belajar para peserta didik berada pada tingkat optimal. Agar tujuan pendidikan tercapai, yang diawali dengan lingkungan
11
belajar yang kondusif dan efektif, maka guru diharuskan melengkapi dan meningkatkan kompetensinya.
Untuk mencapai keberhasilan dalam memikul peran sebagai guru, dibutuhkan adanya standar kompetensi. Berdasarkan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10, menentukan bahwa macam-macam Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial. Jejen Musfah (2011: 40-54) mengemukakan bahwa macam-macam Kompetensi Guru meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik dimaknai sebagai sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Mula dari pendekatan ini adalah dalam rangka membantu siswa melakukan proses pendidikan (kegiatan belajar). Dalam implementasi nya, pelaksanaan pembelajaran dapat menggunakan suatu pendekatan yang disebut dengan pendekatan kontinum. Pendekatan kontinum yakni melakukan proses pembelajaran di mulai dengan pedagogik dan diikuti oleh pendekatan andragogi. Bisa pula sebaliknya, dimulai dari pendekatan andargogi dan diikuti pedagogik.
Kompetensi pedagogik merupakan seperangkat kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu maupun seni mengajar. Rumusan kompetensi ini, sejalan dengan Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28, ayat 3. Peraturan dimaksud menyebutkan bahwa kompetensi adalah kemampuan mengelola proses pembelajaran yang meliputi:
a. Pemahaman terhadap peserta didik
b. Perancangan serta pelaksanaan proses pembelajaran c. Evaluasi hasil belajar
d. Pengembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
12 2. Kompetensi Kepribadian
Guru wajib menguasai berbagai macam pengetahuan tentang apa yang akan disampaikan dan diajarkan kepada peserta didik secara benar, utuh dan bertanggung jawab. Guru diharuskan memiliki pengetahuan penunjang berkaitan dengan kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogik para peserta didik. Menurut Pasal 28 ayat 3 butir b Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kompetensi ini merupakan kemampuan kepribadian yang arif, stabil, berwibawa, dewasa, berakhlak mulia serta menjadi teladan peserta didik. Beberapa kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seseorang guru, mencakup:
a. Kepribadian yang utuh, meliputi : berbudi luhur, jujur, dewasa, beriman, bermoral;
b. Kemampuan mengaktualisasikan diri seperti tanggung jawab, disiplin, luwes, objektif, peka serta berwawasan luas;
c. Dapat berkomunikasi dengan orang lain;
d. Mampu mengembangkan profesi, seperti : kritis, kreatif, reflektif, serta mampu belajar sepanjang hayat dan dapat mengambil keputusan.
Jadi kemampuan kepribadian menyangkut jati diri seseorang guru sebagai pribadi yang baik, bertanggung jawab, dan terbuka sekaligus mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik dan memiliki kemampuan memperlakukan mereka secara individual.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sendiri yang tidak terpisahkan dari masyarakat sekaligus mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Kompetensi ini menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan juga lingkungan mereka (orang tua, tetangga, maupun sesama teman). Mulyasa (2009), menyatakan bahwa tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru agar mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif, meliputi :
13
a. Pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama;
b. Pengetahuan tentang budaya (termasuk tradisi);
c. Pengetahuan tentang demokrasi;
d. Pengetahuan tentang estetika;
e. Memiliki apresiasi serta kesadaran sosial;
f. Memiliki sikap yang baik terhadap pengetahuan dan pekerjaan; dan g. Setia kepada harkat dan martabat manusia.
Dalam rangka pengembangan kompetensi sosial guru, guru dituntut memiliki life skill, yang meliputi: (1) kerja tim; (2) melihat peluang; (3) berperan serta dalam setiap kegiatan kelompok; (4) bertanggung jawab sebagai warga; (5) leadership; (6) relawan sosial; (7) kedewasaan dalam hal berkreasi; (8) berbagi;
(9) berempati; (10) kepedulian kepada sesama, toleransi, kerjasama, dan komunikasi.
Berkaitan dengan kompetensi sosial ini, seorang guru harus mampu menguasai beberapa hal, seperti : (1) bersifat terbuka dan bertindak obyektif serta tidak diskriminatif; (2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun terhadap sesama pendidik, maupun kepada orang tua dan masyarakat; (3) beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan budaya; (4) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
Secara umum, kompetensi profesional dapat diidentifikasi dari ruang lingkupnya, meliputi:
a. Mengerti dan dapat mengimplementasikan landasan pendidikan;
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik;
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang diampunya;
d. Mengerti dan mampu menerapkan metode yang bervariasi;
14
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang sesuai;
f. Mampu mengorganisasikan sekaligus melaksanakan program pembelajaran;
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar pada setiap peserta didik;
h. Mampu menumbuhkan kepribadian dalam diri peserta didik (Mulyasa, 2009);
Dengan memperhatikan paparan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa untuk menjadi pendidik profesional dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap pendidik untuk melaksanakan tugas profesinya dengan baik dan sempurna.
D. Pengertian Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relative tetap dan merupakan hasil merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebuty juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.
2. Pengertian Pembelajaran Menurut Djamarah , Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi :
15
a. tujuan, merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan karena berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran.
b. bahan pelajaran, merupakan substansi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itu yang akan dikuasai oleh siswa.
c. kegiatan belajar mengajar, merupakan segala sesuatu yang diprogramkan dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
d. metode, yaitu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi disesuaikan dengan materi pelajaran.
e. alat, merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi dari alat tersebut antara lain meningkatkan kemampuan persepsi, pengertian, transfer, penguatan (reinforcement), dan ingatan.
f. sumber belajar, yaitu segala sesuatu yang digunakan sebagai tempat belajar siswa.
g. evaluasi merupakan tindakan atau proses untuk menilai sesuatu.
Evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna
16
mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar
3. Pengertian Pembelajaran Menurut Gagne (dalam Anni,dkk, 2011: 192) Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual,11 yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangja panjang. Selanjutnya Briggs (dalam Anni,dkk, 2011:191) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
4. Pengertian Pembelajaran Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 20 tentang sistem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.12
5. Pengertian Pembelajaran Menurut Briggs (Anni, 2009:192-193) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungan.13
11Gagne (dalam Anni,dkk, 2011: 192) Pembelajaran....
12UU RI No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional....
13Menurut Briggs (Anni, 2009:192-193) pembelajaran....
17 E. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa.
Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson‟s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan.Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi
18
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa.Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan,
sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda- beda. Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.
Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa
19
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Model pembelajaran jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu jigsaw
tipe I atau sering disebut jigsaw dan jigsaw tipe II.model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan yang mendasar antara pembelajaran jigsaw I dan jigsaw II, kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi exspert.
Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Model pembelajaran jigsaw diperkenalkan oleh Areson, Bellaney, Stephent, dan Snap padaa tahu 1978. Pada model ini siswa lebih berperan dalam pembelajaran. Berikut ini adalah langkah-langkahnya.
1. Siswa dikelompokkan ke dalamempat anggota tim.
20
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sunggguh.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7. Guru memberi evaluasi.
8. Penutup.14
F. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang 2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing- masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
14 Aqib, Zainal. Model-model Media dan Strategi Pembelajran Kontekstual (Inovatif).
(Bandung: Yrama Widya. 2013), h. 21
21
4. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.
6. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
8. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.
9. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
G. Faktor Pendukung
Pemebelajaran kooperatif Jigsaw ini merupakan lingkungan dimana siswa belajar bersama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran dengan model ini akan sangat berkembang jika siswa menguasai pelajaran yang tentunya didukung dengan buku-buku pelajaran yang relevan.
22 H. Faktor Penghambat
Tidak selamanya proses belajar dengan model Jigsaw ini berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa hambatan yang dapat terjadi. Paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta didik dan pengajar masih terbiasa dengan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah.
Faktor penghambat yang lain yaitu kurangnya waktu. Proses model pembelajaran ini membutuhkan waktu lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Selain itu juga siswa di dalam kelompok kurang aktif karena setiap orang yang diutus menjadi kelompok tim ahli hanya tok berpatokan kepada buku yang mereka pegang, jadi yang terlihat adalah siswa-siswa hanya menghafal dan bukan memahami, sehingga ketika kembali ke kelompok semula, dalam penyampaiannya hanya membacakan buku kembali.
Selain adanya faktor pendukung dan penghambat dalam model pembelajaran Jigsaw Nurman.
Menurut Yamin dalam Istarani (2012:28) terdapat keuntungan dalam penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar yaitu :
1. Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lainnya, dan belajar dari siswa lain.
23
2. Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temanya. Ini secara khusus bermakana ketika dalam proses pemecahan masalah.
3. Mambantu siswa belajar menghormati siswa yang pandai dan siswa yang lemah dan menerima perbedaaan ini.
4. Suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, berfikir positif antara satu siswa dengan yang lain, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah sebagai sarana belajar.
5. Banyak menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban itu.
6. Suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah.
7. Mendorong siswa lemah untuk berbuat, dan membantu siswa pandai mengidentifikasikan dalam pemahamannya.
8. Interaksi belajar kelompok tersebut dapat membantu memotivasi siswa dan mendorong pola pikirnya.
9. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa belajar dalam keterampilan bertanya dan mengomentari permasalahan.
10. Dapat mengembangkan bakat kepemimpian dan mengajarkan keterampilan diskusi
11. Memudahkan siswa untuk melakukan interaksi sosial.
12. Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.
24
Menurut Istarani (2012:30-31) terdapat 4 komponen dasar pembelajaran jigsaw yaitu :
1. Dalam pembelajaran jigsaw, semua anggota kelompok perlu bekerjasama untuk menyelesaikan tugas;
2. Kelompok pembelajaran jigsaw seharusnya heterogen;
3. Aktivitas-aktivitas pembelajaran jigsaw perlu dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa berkontribusi kepada kelompok dalam dinilai atas dasar kinerja; dan
4. Tim pembelajaran jigsaw perlu mengetahui tujuan akademik maupun sosial suatu pelajaran.
I. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang berbeda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
25
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan, Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat dibagi/
didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi informasi.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen, 1996, adalah :
1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah „peer teaching‟, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
26
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua.
5. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
6. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam kelas.
2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugass mereka.
J. Penelitian Relevan
Untuk menunjang penelitian yang akan penulis lakukan, maka penulis memerlukan kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Disini penulis akan menggunakan implementasi model pembelajaran jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikn agama islam kels X di SMK N 3 Kota Bengkulu. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X dan
27
juga meningkatkan peranan guru Pendidikan Agama Islam terhadap siswa SMK N 3 Kota Bengkulu, dengan penelitian ini prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Agar tercapai nilai KKM yang telah ditentutkan oleh Guru Pendidikan Agama Islam kelas X di SMK N 3 Kota Bengkulu. Berikut penelitian relevan yang dilakukan peneliti:
Matrik Penelitian Relevan
No Nama Judul Persamaan Perbedaan Metode Perumusan
masalah
1 Dra.Hj.Ye
ndrianis.
M.TPd
Implementasi Model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran pendidikan agama islam kelas X SMK N 3 Kota Bengkulu.
Sama seperti metode diskusi yang di lakukan saat proses belajar mengaja r yang terjadi, Sama dengan metode cerama
Model pembelajaran ini yang membedakan cara dan proses yang di lakukan. Jika di metode cerama guru yang akan menjelaskan materi yang
akan di
ajarkan sedangkan dalam metode ini siswa yang akan
mempresentasi kan hasil materi yang telah di berikan guru kepada tiap kelompok.
Model pembel ajaran jigsaw
1. bagaimana pelaksanaan model pembelajaran jigsaw dalamm pembelajaran PAI. Dapat meningkatkan pemahaman siswa yang akan dibahas.
28
2 Lis
Endiarti, S.Sos.I
Implementasi Model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran pendidikan agama islam kelas X SMK N 3 Kota Bengkulu.
Sama-sama membuat sistem kelompok dan menjelaskan apa yang telah di diskusikan dalam satu kelompok.
Dalam model ini yang membeda kan ketika setiap kelompok telah diskusi soal yang telah di berikan sma guru PAI maka salah satu dari mereka pindah kekelompok yang lain agar mereka bisa berdiskusi dengan soal yang lain.
Model pembel ajaran jigsaw
2. apa saja faktor
pendukung dan
penghambat implementasi model pembelajaran jigsaw dalam PAI.
3 Tasya Implementasi Model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran pendidikan agama islam kelas X SMK N 3 Kota Bengkulu.
Model pembelajaran inni membuat siswa lebih aktif dan membuat siiswa berpikir sambil bermain dengan model pembelajaran ini, siswa menjadi lebih semangt.
Yang membuat model ini beda dalah car dan proses nya.
29 G. Kerangka Berfikir
Bagan 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian
Dari paparan yang dikemukakan di atas peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw, karena dalam proses belajar mengajar guru dalam era teknologi informasi sekarang ini bukan hanya sekedar mengajar melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dan seluruh kegiatan pembelajaran berlandaskan pada Pendidikan Agama Islam demi terciptanya tujuan pendidikan nasional.
Guru PAI Implementasi
PAI
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian ilmu sosial yang mengumpulkan dan bekerja dengan data non-numerik dan yang berupaya menafsirkan makna dari data ini sehingga dapat membantu kita memahami kehidupan sosial melalui studi populasi atau tempat yang ditargetkan.
Metode penelitian kualitatif bersifat subjektif dari sudut pandang partisipan secara deskriptif sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Dengan kata lain, metode riset ini lebih bersifat memberikan gambaran secara jelas suatu permasalahan sesuai dengan fakta di lapangan.
Terdapat lima tahapan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Mengangkat permaslahan 2. Memunculkan pertanyaan riset 3. Mengumpulkan data yang relevan 4. Melakukan analisis data
5. Menjawab pertanyaan risert
metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.
31
Terdapat empat langkah pokok metode ilmiah yang akan mendasari langkah- langkah penelitian yaitu:
1. Merumuskan masalah; mengajukan pertanyaan untuk dicari jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak akan terjadi penelitian, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Rumusan masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan..
2. Mengajukan hipotesis; mengemukakan jawaban sementara (masih bersifat dugaan) atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Hipotesis penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji berbagai teori berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar dalam perumusan masalah. Peneliti menelusuri berbagai konsep, prinsip, generalisasi dari sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam merumuskan kerangka berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai alternatif jawaban atas masalah.
3. Verifikasi data; mengumpulkan data secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji kebenaran hipotesis.
Jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dalam rumusan hipotesis. Data empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini, peneliti harus menentukan jenis data, dari mana data diperoleh, serta teknik untuk memperoleh data. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
32
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, penelitian ilmiah meru- pakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji dan memecahkan suatu masalah menggunakan prosedur sistematis berlandaskan data empirik. Berdasarkan proses tersebut di atas, mulai dari langkah kajian teori sampai pada perumusan hipotesis termasuk berpikir rasional atau berpikir deduktif. Sedangkan dari verifikasi data sampai pada generalisasi merupakan proses berpikir induktif. Proses tersebut adalah wujud dari proses berpikir ilmiah. Itulah sebabnya penelitian dikatakan sebagai operasionalisasi metode ilmiah.
Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
1. Rasional: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca indera manusia.
3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran logis, tetapi menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti ini tidak tepat digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun keilmuan tertentu.
Suatu penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika mengikuti cara-cara yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara kebetulan.
33
Dalam keseharian sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam memaknai penelitian antara lain:
1. Penelitian bukan sekedar kegiatan mengumpulkan data atau informasi.
Misalnya, seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan penelitian tentang latar belakang pendidikan orang tua siswa di sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat dikatakan melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian kegiatan dari rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang harus dilakukan kepala sekolah agar kegiatan tersebut menjadi penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah diperolehnya dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
2. Penelitian bukan hanya sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain. Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengum- pulkan banyak data/infromasi tentang implementasi MBS di sekolah binaanya dan menyusunnya dalam sebuah laporan.
3. Menarik kesimpulan; menentukan jawaban-jawaban definitif atas setiap pertanyaan yang diajukan (menerima atau menolak hipotesis). Hasil uji hipotesis adalah temuan penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian dibahas dan disintesiskan kemudian disimpulkan. Kesimpulan merupakan adalah jawaban atas rumusan masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan yang telah teruji kebenarannya.
34
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.15
Dalam penelitian Kualitatif ada tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut:
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif ini dilakukan untuk memecahkan suatu persoalan dalam pembelajaran. Untuk itu
15Semiawan, conny metode penelitian kualitatif, (jakarta : PT Gramedia. 2010), h.7
35
dibutuhkan perencanaan oleh pendidik dalam menerapkan beberapa alternatif perencanaan pembelajaran dan tahap selanjutnya tindakan pembelajaran tersebut dievaluasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui model pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islammelalui pembelajaranJigsaw kelas X SMK N 3 Kota Bengkulu.
B. Tempat dan waktuPenelitian 1. Lokasi
Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah SMK N 3 Kota Bengkulu beralamatkan di jalan Jati No. 42 sawah lebar Kota Bengkulu.
2. Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada tahun ajaran 2018-2019 yaitu bulan Desember 2018 dan berakhir pada bulan April 2019.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam suatu penelitian baik itu penelitian kualitatif ada subjek dan objek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun subjek dalam penelitian kualitatif ini adalah:
1. Kepala sekolah SMK N 3 Kota Bengkulu.
2. Waka kurikulum SMK N 3 Kota Bengkulu
3. Guru Pendidikan Agama Islam SMK N 3 Kota Bengkulu 4. Siswa-siswi SMK N 3 Kota Bengkulu
Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah euang kelas dan peran aktif guru Pendidikan Agama Islam dalam model pembelajaran siswa. Ruang kelas