• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI QIRÂ’ÂT MUTAWÂTIRAH TERHADAP AYAT-AYAT AHKÂM (Studi Komparasi Tafsir Al-Alûsî dan Ath-Thabarsî)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "IMPLIKASI QIRÂ’ÂT MUTAWÂTIRAH TERHADAP AYAT-AYAT AHKÂM (Studi Komparasi Tafsir Al-Alûsî dan Ath-Thabarsî)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

Disertasi berjudul “Implikasi Qirâ'ât Mutawâtirah Terhadap Ayat Ahkâm (Studi Banding Tafsir Al-Alûsî dan Ath-Thabarsî” yang disusun oleh Setyawan dengan nomor induk mahasiswa 214410563, diuji pada sidang Munaqasyah program pascasarjana Institut Ilmu Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2018 dinyatakan AD dan LULUS. Selesainya skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) bidang Al-Qur'an an dan Ilmu Tafsir Seluruh pegawai Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) yang banyak membantu dalam penyusunan disertasi ini.

KONSONAN RANGKAP

VOKAL PENDEK

VOKAL PANJANG (MAD)

VOKAL RANGKAP (DIFTONG)

LAFAZH AL-JALÂLAH (الله)

Hal ini membuktikan bahwa kaum ath-Thabarsî yang menganut mazhab Syi’ah imâmiyah tidak selalu sependapat dengan pemahaman Syi’ah, khususnya dalam urusan qirâ’ât Al-Qur’an. Kedua mufasir ini menggunakan qirâ'ât sebagai alat tafsir terhadap ayat-ayat yang berbeda bacaannya. Apabila perbedaan-perbedaan tersebut mempengaruhi makna ayat, maka keduanya akan menggunakannya sebagai alat penafsiran, namun jika tidak, mereka hanya menyebutkan perbedaannya dan tidak membahasnya. Selama ini penelitian yang dilakukan mencakup pengaruh qirâ'ât secara umum atau lebih spesifik seperti pengaruh terhadap ayat-ayat ahkâm, namun belum ada yang meneliti implikasi kedua mufassir tersebut dari aliran pemikiran yang berbeda.

صخلم

بَهْذَﻤْﻟا

Kontroversi ini telah dikemukakan oleh ulama antara lain oleh Az-Zarkani dalam kitabnya Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm Al-Qur’an. 4. 8 Lihat Taqiyuddîn Ibn Taimiyah, Mukaddimah fî Ushûl et-Tefsîr, (Kuwait: Dâr al-Qur'ân al-Karîm, 1971 M), hlm. Selain itu, merujuk kepada kajian yang dilakukan oleh Rosihon Anwar, secara umumnya gaya tafsir Syiah adalah tafsir simbolik (menekankan aspek dalaman al-Quran).16 Dalam khazanah 'Ulûm Al-Qur'an, jenis tafsiran ini. tafsiran biasa dikenali.sebagai tafsiran dalaman

Metode yang digunakan kaum Syiah dalam menafsirkan Al-Qur'an berbeda-beda, setiap aliran Syiah berbeda-beda. Pengelompokan Al-Qur'an menjadi dua bagian, aspek eksternal dan aspek internal, merupakan prinsip terpenting dalam penafsiran Syi'ah, khususnya di kalangan Imami Syi'ah. Dari penjelasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya dan metode pendekatan yang digunakan kaum Syi’ah dalam menafsirkan Al-Qur’an pada umumnya berbeda dengan metode yang lazim digunakan oleh kaum Sunni.

Dari kelompok Syi'ah yang banyak memuat karya tafsîrnya adalah dari kelompok Imamiyah Syi'ah Itsna 'Asyariyah,20 diantara tafsîr tafsîrnya adalah tafsîr al-Hasan al-'Askarî (w. 245 H/859 )AD), karya "tafsîr at-Tibyân al-Jâmi' li kulli 'Ulûm Al-Qur'an". Berbicara tentang Al-Qur'an tidak lepas dari aspek qirâ'ât25, karena makna Al-Qur'an sendiri adalah makna lughah (bahasa). 25 Qirâ'ât adalah ilmu tentang cara-cara penyampaian kata-kata Al-Qur'an dan perbedaannya berdasarkan narasi (ةلقانلا).

26 Hasanuddin AF, Perbedaan Qirâ'ât dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur'an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hal.

ىَلع َلَزَ ن ُه

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang akan kita kaji dalam penelitian ini hanya terbatas pada poin b dan f yaitu kedudukan qirâ'ât mutawâtirah dan kegunaannya dalam penafsiran al-Alûsî dan ath-Thabarsî khususnya dalam ayat-ayat hukum ibadah yang meliputi thahârah, puasa dan haji, hukum keluarga dan jihad.

Perumusan Masalah

Manfaat Penelitian

Penelitian ini membuktikan bahwa pengaruh qirâ'ât terhadap penafsiran Al-Qur'an sangat besar, selain penafsiran dengan hadis, ucapan sahabat dan tata bahasa arab yang umum terdapat pada kitab-kitab tafsîr. Penelitian ini akan memberikan peluang bagi pengembangan tafsîr, khususnya melalui penggunaan qirâ'ât-qirâ'ât mutawâtirah dan masyhûrah yang umum digunakan. Dapat memberikan informasi baru dan menyumbang pengetahuan tentang penerapan qirâ'ât mutawâtirah dalam tafsîr al-Alûsî dan ath-Thabarsî.

Dapat memberikan pengetahuan baru tentang persamaan dan perbedaan metode dan gaya dalam tafsîr Sunni dan Syiah, khususnya tafsîr al-Alûsî dan ath-Thabarsî.

Kajian Pustaka

  • Sumber Data
  • Analisis Data
  • Keabsahan Temuan

Romlah Widayati in haar proefskrif getiteld "Qirâ'ât Syâdzdzah in tafsîr al-Bahr al-Muhîth "Analysis of the Interpretation of Legal Verses"-verhandeling, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 65, "Yufniâ'âishol on D the Meaning of Verses: A Review of Qawâid Language”, Verhandeling, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003 nC). 66 Muhammad Abu 'Alim Dzunnurayn, "Ibn al-Jazari wa Dauruhu fi al-Qirâ'ât", Verhandeling, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005 nC).

67 Ali Fahrudin, “Dampak Perbedaan Qirâ'ât Terhadap Tafsir Ayat-Ayat Hubungan Gender”, skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006 M). 69 Romlah Widayati, “Qirâ'ât Syâdzdzah dalam Tafsir al-Bahr al-Muhîth “Analisis Tafsir Ayat Hukum”, Disertasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008 M). 70 Ekawati, “Pengaruh Perbedaan Qirâ'ât Tentang Makna Ayat-Ayat Dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Kitab Al-Umm", disertasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009 M).

Dari tinjauan pustaka yang ada, selanjutnya menjelaskan setting akademis penelitian ini, yaitu aspek penelitian mengenai penafsiran ayat terkait perbedaan qirâ'ât dalam tafsîr al-Alûsî dan ath-Tabarsî. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu berupaya mendeskripsikan secara komprehensif tentang qirâ'ât mutawâtirah dan penerapannya dalam penafsiran al-Alûsî dan ath-Thabarsî. Sumber (dokumen) lain yang dimaksud antara lain kitab tafsîr, kitab qirâ'ât dan kitab 'Ulûmul qur'ân.

Hal ini dilakukan dengan harapan dari ketiga jenis kitab tersebut dapat diperoleh informasi penting tentang persamaan dan perbedaan penerapan qirâ'ât syâdzdzah dalam tafsîr al-Alûsî dan ath-Thabarsî.

Langkah-Langkah Penelitian

Dalam menggunakan data di luar yang dianalisis (triangulasi), peneliti melakukannya dengan meminta bantuan ahli yang berkompeten untuk memeriksa hasil analisis penelitian, misalnya ahli qirâ'ât, ahli tafsîr, dan ahli 'ulûmul qur'ân. Untuk mengetahui perbedaan pemikiran dan metode penafsiran antara al-Alûsî dan ath-Thabarsî, penulis membandingkan kedua tafsir tersebut dengan kitab-kitab yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut. Setiap ayat yang akan dianalisis terlebih dahulu diterjemahkan, setelah diterjemahkan dikaji dari segi perbedaan qirâ'ât kemudian dibandingkan antara tafsîr al-Alûsî dan ath-Thabarsî serta pendapat ulama lain selain keduanya. , khususnya Sunni dan Syî'î.

Teknik dan Sistematika Penulisan 1. Teknik Penulisan

  • Sistematika Penulisan

Perbedaan qirâ'ât dalam Al-Qur'an telah diakui oleh seluruh ulama (ijma'), termasuk dua mufassir dari aliran Sunni dan Syi'ah yang berbeda yaitu al-Alûsî dan ath-Thabarsî yang keduanya menggunakan qirâ'ât yang berbeda. dalam penafsiran ayat ayat Al-Qur'an keduanya juga sepakat bahwa perbedaan tersebut bukan timbul karena ijtihad para ulama atau bahkan sahabat, namun perbedaan tersebut bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Dengan menggunakan perbedaan qirâ'ât khususnya pada ayat ahkâm keduanya tidak selalu menggunakannya untuk merangkum hukumnya, terkadang hanya menyebutkan perbedaan qirâ'ât kemudian tidak membahas implikasinya terhadap hukum syariah, melainkan dalam beberapa ayat ahkâm mereka membahas panjang lebar dan juga membahas implikasinya terhadap hukum yang dimaksud, dalam ayat seperti ini ath-Thabarsî terkadang masih menggunakan qirâ'ât untuk mendukung pemikiran Syi'ahnya, meskipun terkesan dipaksakan, sedangkan al-Alûsî menggunakan dan membahas implikasi qirâ'ât dalam ayat-ayat ahkâm yang mungkin menimbulkan perbedaan hukum karena perbedaan bacaan, maka jangan dibahas jika tidak ada dalilnya. Mazhab Sunni dan Syiah berbeda, sehingga rujukannya dalam bidang ilmu juga berbeda termasuk fikih, dalam mazhab Sunni tidak lepas dari empat Imam mazhab yang terkenal yaitu Imam Abû Hanîfah, Imam Mâlik. , Imam Asy-Syâfi'î dan Imam Ahmad bin Hambal Adapun mazhab Syi'ah mempunyai rujukan tersendiri yang tentunya tidak sama dengan Sunni, mereka mengaku termasuk golongan Ja'farî (Ja'far shâdiq) madzhab.

Al-Alûsî dalam mazhabnya (fiqh) bukanlah ta'ashub (fanatik), walaupun dia bermazhab Hanafi, tetapi dalam beberapa kesempatan dia memilih pendapat imam asy-Syâfi'î. Adapun ath-Tsabarsî yang bermazhab Syiah dan rujukan utama mereka ialah imam-imam mereka, seperti imam Ja'far dan ath-Thusî, tetapi mereka menggunakan dan mengikuti malah mengutamakan pendapat ulama. Adapun implikasi perbezaan qirât terhadap ayat-ayat ahkâm khususnya kedua-dua ahli tafsir ini, setelah menganalisis dan meneliti kedua-duanya dengan mengambil beberapa contoh tafsiran ayat-ayat ahkâm, dapatlah disimpulkan bahawa kedua-duanya menggunakan perbezaan tersebut. dalam qirâ'ât sebagai cara menafsirkan ayat-ayat, termasuk dalam tafsir serta mengambil istimbath hukum dari ayat-ayat tersebut, bahkan tidak hanya penggunaan qirât mutawâtirah, tetapi semua jenis qirât dari mutawâtirah kepada syâdzdzah, walaupun kadang-kadang keduanya. di antara mereka masih berpegang pada mazhab mereka, dan seolah-olah perbezaan qirât itu sebagai legitimasi bagi mazhab mereka, walaupun dengan menonjolkan dalil-dalil yang menyokongnya, tetapi tidak jarang mereka tetap subjektif dalam menafsirkan dan mengambil hukum sesuai. dengan dalil-dalil yang sahih dan menggunakan qirâ'ât yang sesuai dengan dalil-dalil yang sahih, walaupun tidak sesuai dengan mazhab yang mereka ikuti.

Saran-saran

Abu Abdillâh Muhammad ibn Ahmad ibn Abî Bakr Syamsuddîn al-Qurthubî, al-Jâmi’ al-Ahkâm Al-Qur’ân, Kairo: Dâr al-kutub al-Mishriyah, 1384 H/1964 AD, cet. Abû al-Fîdâ’ Ismâ‘îl ibn Katsîr, Tafsîr Al-Qur’an al-‘Azhîm, Kairo: al- Maktabah at-Taufîqiyah, t.th. Abu al-Qâsim al-Khoei, al-Bayân Fî Tafsîr Al-Qur’ân, Bejrut: Dâr al-Zahrak, t.t.

Abu Ja‘far Muhammad ibn al-Hasan ath-Thûsî, at-Tibyân fî Tafsîr al-Qur’ân, tt.p.: Mu’assasah an-nasyr al-Islâmî, 1413 H, izd. Abû Muhammad al-Husain ibn Mas‘ûd ibn Muhammad ibn Farrâ’ al-Baghawî, Ma‘âlim at-Tanzîl fî Tafsîr Al-Qur’an, Bejrut: Dâr Ihyâ’ at-Turâts al-. Fîtri Aryani Ritonga, “Mahabbah Dalam Kitab tafsîr Rûh al-Ma'ânî fî Tafsîr Al-Qur'an Al-'Azhîm wa Sab' al-Matsâni Karya Al-Alûsî (Kajian Tematik)”, Tesis, Surabaya: Predstavil Paca Sarjana UIN Ampel, 2014 M.

Hasanuddin A.F., Dallimi navbeynkariya Qirâ'ât and Pengaruhnya däpag Istimbath Hukum dalam Al-Kur'an, Xhakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995 M. Mahmud al-Sa'îd ath-Thanthawi, Manhaj al-Alusi al-Ma'î f Ji Tefsir El-Kur'an el-'Azhîm ue es-Sab' el-Matsâni, Mesir: el-Qohiroh, 1989. Shafiyyah Thabani, Et-Tefkir el-Lisâni 'inda el-Alûsi dirâsah fi Rûh el-Ma' âni di Tefsîr el-Kur'an el-'Azhîm ue es-Sab' el-Matsâni, Dissertasi,.

Taqiyuddîn Ibn Taimiyah, Muqaddimah fî Usûl al-Tafsîr, Koeweit: Dâr al-Qur'ân al-Karîm, 1971 M.

مُتنُك نِإٰو ِۚ

ةدئالما ةروس(

ءاسنلا ةروس(

ةرقبلا ةروس(

بٰٓب ۡلٰۡلۡٱ ةرقبلا ةروس(

نيِرِ هٰطٰتُم ۡلٱ ةروس(

ةرقبلا

ةبوتلا ةروس(

Huraian tentang implikasi qirâ'at mutawâtirah terhadap ayat-ayat ahkâm dalam tafsir al-Alûsî dan ath-Thabarsî. Qirâ'ah nashab lebih sesuai dengan maksud ayat tersebut kerana merujuk kepada kedua tangan, maka hendaklah dicuci kaki apabila

دا

اوُحٰسۡمٱ

يّٰأ ًما

ناٰك

مُكنِم اًضيِرَّم

يٰخ ْاوُموُصٰت ر

ةٰيْدِف ُماٰعٰط

ةٰيْدِف ِماٰعٰط

يِكاٰسٰم

ضٰرٰ ف َّنِهيِف

للَّٱ

سٰيٰو ٰكٰنوُل ٰ

نيِرِ هٰطٰتُم ۡلٱ

يِنِس ۡحُم ۡلٱ

نُهُّساُٰتَ

ميِظٰع ۡلٱ

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah (1)untuk memahami makna ayat-ayat sumpah dalam Juz‟amma (2) untuk mendiskripsikan perbedaan dan persamaan terhadap

Kajian dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan buku Ayat- ayat Semesta beserta penulisnya yakni Agus Purwanto, pertama penelitian oleh Nurul Ummatun, dalam

Terhadap ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l dari riwayat s}ah}ih yang menjadi pegangan para ahli tafsir, maka Quraish Shihab Menjelaskan lebih dahulu.

Dua ayat dari surat Al- Huju>rat :13, Ar-Ru>m : 22 yang akan menjadi fokus penelitian ayat-ayat kebinekaan dengan merujuk pada penafsiran para mufassir

Kemudian dalam hal menafsirkan ayat Alquran surah Al-Baqarah ayat 65 dan Al-A‟raf ayat 166 tentang laknat Allah yang menimpa bani Israil, berdasarkan dengan apa yang telah

13 Dari beberapa ayat di atas, jadal (debat) dalam ayat-ayat Al-Qur’an, terdiri atas dua kelompok. Pertama, debat yang dilontarkan Allah kepada para penentang-Nya. Dalam

Keterbaruan dalam disertasi ini diantaranya ialah penulis mencoba mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana respon para ulama tafsir kontemporer seputar ayat- ayat perang yang sering

Digunakan metode tafsir moqarran dapat dilihat dari banyaknya perbandingan pendapat ulama dalam menafsirkan ayat-ayat al- Qur‟an, terutama dalam membahas tetntang hukum fiqh al-Rāzi