STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
IMPROVING UNDERSTANDING OF THE KITAB KUNING STUDY THROUGH A TAKHASSUS PROGRAM AT NURUL ILMI WAL
FIKRI PESANTREN-TEBUIRENG-JOMBANG
Oleh:
Abstract
This study aims to find out the strengths of the takhassus program learning design in improving the understanding of the kitab kuning study. This research uses a qualitative approach by using three data collection methods: observation, interview, and documentation. Data analysis was done in three stages:
data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The informants in this study consisted of Caregivers, Ustadz, and Santri. The claim of this research is that the learning design developed by Pondok Pesantren Nurul Ilmi wal Fikri Tebuireng Jombang has its own characteristics in improving the understanding of the study of the kitab kuning. The distinctive features of this program design are the quality of teachers and the talaqqi method developed in a traditional pesantren manner. The takhasus reading kitab kuning program is a program in Islamic boarding schools which is only devoted to understanding and practicing the science of tools (nahwu shorof) in reading kitab kuning. This study concludes that the implementation of the kitab kuning takhasus program at the Nurul Ilmi Wal Fikri Jombang Islamic boarding school uses methods including discussion, sorogan, bandongan and sima'an.
That is, the students are determined by the material from the book by the ustadz, then the students search and reading the kitab kuning.
Keywords:Takhasus Program, improving understanding, Kitab kuning
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KITAB KUNING MELALUI PROGRAM TAKHASSUS DI PESANTREN NURUL ILMI WAL FIKRI
TEBUIRENG JOMBANG
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan desain pembelajaran program takhassus dalam meningkatkan pemahaman kajian kitab kuning. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data dilakukaan dalam tiga tahap: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari Pengasuh, Ustadz, dan Santri. Klaim penelitian ini adalah bahwa desain pembelajaran yang dikembangkan Pondok pesantren Nurul Ilmi wal Fikri Tebuireng Jombang mempunyai ciri khas tersebdiri dalam meningkatkan pemahaman kajian kitab kuning. Ciri khas desain program ini adalah kualitas guru dan metode talaqqi yang dikembangkan secara tradisional kepesantrenan. Program takhasus baca kitab kuning adalah suatu program di pondok pesantren yang di dalamnya hanya dikhususkan untuk memahami dan mempraktikkan ilmu alat (nahwu shorof) dalam membaca kitab kuning. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, implemenatsi program takhasus kitab kuning di pondok pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri Jombang menggunakan metode antara lain diskusi, sorogan, bandongan dan sima’an. Yaitu para santri ditentukan materi dari kitab oleh para ustadz, kemudian para santri tersebut mencari dan membaca kitab kuning tersebut.
Keywords: program takhasus, peningkatan pemahaman, kitab kuning
1 Penulis Pertama, Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari.
Zuwanita Nur Agustin1 [email protected]
Laily Masruroh2
[email protected] Received: 10.01.2023 Revised: 11.02.2023 Accepted: 15.08.2023
2 Penulis kedua, Dosen Universitas Hasyim Asy’ari.
15
PENDAHULUAN
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang khususnya fokus pada pengajaran dan pendalaman ilmu agama Islam. Pesantren memberikan pendidikan agama secara komprehensif, yang meliputi studi klasikal dan non-klasikal oleh kyai dan ustadz. Kitab kuning yang beredar di pondok pesantren banyak membahas tentang ilmu syariah, khususnya fikih disusul dengan ilmu alat yakni nahwu.shorof. Konsep ini di tegaskan pada QS Al- Mujadalah ayat 11
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Program takhasus baca kitab kuning adalah suatu program di pondok pesantren yang secara khusus fokus pada pemahaman dan praktik ilmu alat (nahwu dan shorof) dalam membaca kitab-kitab kuning. Kitab kuning adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kitab-kitab berbahasa Arab yang umumnya tidak menggunakan tanda baca atau syakal.3 Kitab kuning menjadi identik dengan pesantren. Oleh karena itu, kitab kuning menjadi acuan utama dan menjadi salah satu peran dalam pesantren. Dengan bahasa ekstremnya, suatu Lembaga tidak dapat dikatakan sebagai pesantren apabila di dalamnya tidak mengkaji kitab kuning.
Dalam pesantren kitab kuning justru yang paling dominan dan pelengkap selain itu santri bisa membaca kitab dengan adanya ilmu alat (Nahwu dan Shorof)4
Pondok pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri merupakan salah satu pondok yang ingin meningkatkan pemahaman santri terhadap kajian kitab kuning. Dengan adanya program takhasus, santri lebih mudah untuk memahami ilmu-ilmu nahwu serta shorof sehingga memudahkan untuk memahami kitab kuning serta menerapkan adanya program takhasus tersebut. Pondok pesantren ini adalah lembaga pendidikan Islam yang turut menjadikan program takhasus sebagai konsumsi wajib bagi para santri yang sedang mengemban
3 Abdul Rasyid Kamaru, “Pola Pembinaan Pondok Pesantren Al-Huda Provinsi Gorontalo dalam Meningkatkan Penguasaan Santri Terhadap Kitab Kuning”, Jurnal Pembaharuan Pendidikan Islam (JPPI), 10
4 Muhammad Maftuh. Basyuni, “Revitalisasi Spirit Pesantren Gagasan, Kiprah, dan Refleksi” (Jakarta:
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren DirjenPendis Kementrian Agama RI, 2007), 123
STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
pendidikan dan belajar ilmu alat. Dengan konteks tersebut metode pembelajarannya dapat diketahui dari pelaksanaan, evaluasi, serta perencanaan dalam memahami kitab kuning.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan kerja lapangan. Penelitian kualitatif deskriptif memberikan data deskriptif yang di hasilkan olrh prnrliti yang diamati baik secara tertulis maupun lisan.5 Serta melalui pendekatan deskriptif yakni suatu pendekatan untuk mempelajari manusia, objek, keadaan, sistem pemikiran saat ini, atau kelompok kelas atau kelas pariwisata. Adapun kualitatif menurut orang lain yakni mekanisme dalam mengahsilkan deskriptif serta istilah-istilah lisan maupun terulis.6 Pengambilan sampel sumber data dapat dilakukan dengan cara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induksi/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Konsep Desain Pembelajaran
Herbert Simon (Dick and Carey, 2006), mendefinisikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan dari desain adalah untuk sampai pada solusi terbaik untuk suatu masalah dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian, sebuah desain muncul karena adanya kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu masalah. Melalui desain, orang dapat mengambil langkah-langkah sistematis untuk memecahkan masalah saat ini. Gagné (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk mendukung pembelajaran siswa, dimana proses pembelajaran memiliki fase jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Gagne, belajarnya dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dimiliki atau berasal dari dalam diri setiap siswa seperti kemampuan dasar, gaya belajar, minat, bakat dan kemauan belajar setiap individu. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu, berkaitan dengan penyediaan kondisi atau lingkungan yang dirancang bagi siswa untuk belajar. Rancangan pembelajaran memperhatikan faktor eksternal tersebut, yaitu parameter dan kondisi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Menurut Gagné, kondisi internal dapat diciptakan dengan pengaturan kondisi eksternal. Gentry (1994), yang
5 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach), (Sleman: Deepublish, 2018), 1.
6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3
berpendapat bahwa desain pembelajaran melibatkan proses penentuan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan tersebut, serta desain sarana yang dapat digunakan untuk mencapainya. Selain itu, jelasnya, penerapan desain pembelajaran memerlukan dukungan dari organisasi yang akan menerapkannya, mengelola operasi, dan menerapkan analisis kebutuhan yang mendalam.
Learning System Design (ISD) adalah proses terorganisir yang mencakup langkah- langkah. (1) analisis dalam istilah yang lebih sederhana, analisis adalah proses menentukan apa yang dipelajari; (2) desain, kata desain memiliki makna makro dan mikro dalam artian merujuk pada pendekatan sistem dan fase dari pendekatan sistem. Langkah-langkah dalam setiap proses memiliki landasan teoretis dan praktis yang berbeda, karena dalam seluruh proses Desain Sistem Pendidikan (ISD), desain adalah proses yang mendefinisikan bagaimana pembelajaran; (3) pengembangan, yaitu proses pengajaran dan pembuatan bahan pembelajaran; (4) implementasi, penggunaan materi dan strategi sesuai konteks, dan (5) penilaian pembelajaran, yaitu proses penentuan kelayakan pembelajaran. Sejarah penggunaan bidang desain sistem pembelajaran pertama kali dimulai di Amerika Serikat selama Perang Dunia II. Sekolah ini digunakan untuk keperluan latihan kemiliteran atau latihan kemiliteran.
Model desain sistem pembelajaran yang digunakan di Michigan State University dari tahun 1961 hingga 1965 dianggap yang pertama. Buku klasik dan luar biasa Dick and Carey, The Systematic Design of Instruction, Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 1985.
Beberapa pola desain sistem pembelajaran adalah: Model kemp, Model ADDIE, Model Banathy, Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) Model Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick & Carey, Model ASSURE, Model smith dan ragan, dan lain-lain.
Implementasi Program Takhasus dalam meningkatkan pemahaman kajian kitab kuning
Pelaksanaan pembelajaran program takhasus di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri dilaksanakan pada sore dan malam hari, yang dilaksanakan di asrama putra dengan cara terpisah dengan menggunakan sistem sorogan, bandongan dan diskusi yang didampingi oleh seorang ustadz sebagai pengajar materi dalam program takhasus tersebut. Lalu, para santri memberikan pendapat dan hasil diskusi yang telah ditentukan. Metode ini bertujuan agar para santri dapat lebih mudah memahami dan mempelajari kitab kuning dengan melalui metode yang telah ditentukan ustadz.
STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Pelaksanaan program takhasus dalam meningkatkan pemahaman kajian kitab kuning di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri Tebuireng Jombang mencakup penggunaan berbagai metode pembelajaran yang efektif. Metode-metode ini bertujuan untuk mendukung keberlangsungan program khusus kitab kuning tersebut. Seperti halnya ditunjukkan dari materi dan beberapa penjelasan yang diberikan kepada para santri, yakni metode sorogan, bandongan, serta diskusi dalam pembelajaran kitan kuning, dilakukan secara klasikal atau bahkan non klasik. Pembelajaran yang dilaksanakan di pondok putra, artinya pengajar mendatangi pembelajar serta mengkaji dalam perkumpulan untuk memahami kitab kuning, melalui bandongan dalam diskusi. Para santri mencari dan mempelajari materi yang ditentukan ustadz lalu maju untuk menjelaskanya, termasuk juga ciri-ciri metode diskusi kitab kuning, dengan menyimak secara bersamaan, halaqoh yang dilaksanakan oleh para santri pondok pesantren tersebut, dengan cara menerapkan metode Sima’an yang digunakan dalam mempelajari kitab kuning. Sehingga dapat dimaklumi jika ustdz yang mengajar kitab kuning terkadang menggunakan metode yang berbeda dalam pengajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri.
Jenis-Jenis Kitab Program Takhasus
Di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri ada beberapa kitab kuning yang digunakan sebagai kitab ilmu agama yakni bidang Nahwu dan Shorof untuk memudahkan santri untuk mempelajari teori-teori terkait pembelajaran takhasus kitab kuning dan masih ada banyak lagi kitab yang dikaji7, yakni 1) Kitab Nahwu, terdiri dari: a. Muktashor Jiddan, Matan Jurumiyah, Mutammimah, Kitab Shorof; 2) Kitab Shorof yang digunakan: Amtsilati Tasyrifiyah; 3). Kitab Praktek, yang digunakan adalah:.a) Fathul Qorib, dan b)Risalatul Mu’awwanah
Pengajar Program Takhasus
Untuk mengajar kitab kuning, seorang ustadz di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri tidak harus memiliki penguasaan yang memadai dalam ilmu alat, termasuk penguasaan ilmu alat seperti nahwu (tata bahasa Arab) dan shorof (ilmu tentang morfologi bahasa Arab), serta bahasa Arab itu sendiri. sehingga tidak semua guru di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri bisa mengajar kitab kuning, dan Ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fkri ada 2 orang yakni Ustadz Agus Miftahul Huda, S.Pd, M.Pd dan Ustadz Fatkhur Rozaq S.H.
7 Bisri Abdul Karim, Strategi Pebelajaran Kitab Kuning (Makassar: LPP UNISMUH MAKASSAR, 2020), 21.
Tujuan Program Takhasus
Pembelajaran program takhasus kitab kuning diharuskan di pesantren. Dengan tujuan serta manfaat yang besar bagi perkembangan, ilmu agama dan keimanan untuk para santri.8 Santri juga bisa memahami bahasa arab dengan qoidah nahwu dan shorof yang baik dan benar.
Dan juga untuk memudahkan santri supaya lebih gampang dan cepat bisa untuk menguasai dan membaca kitab, dengan cara menghafal dan mempelajarinya. Agar ketika santri terjun ke masyarakat nanti ada bekal.
Faktor Pendukung Program
Faktor pendukung implementasi program takhasus dalam meningkatkan pemahaman kajian kitab kuning di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri Tebuireng Jombang
a. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren nurul ilmi wal fikri terkait program takhasus yakni kurikulum yang berkaitan dengan pesantren pada umumya yakni adanya belajar dan mengajar, menggabungkan teknik pembelajaran pesantren salaf dan kalaf yaitu bandongan, sorogan dan ditambah teknik diskusi yang bertujuan untuk para santri bisa berpikir kritis dalam memahami kitab kuning.
b. Strategi Pembelajaran
Di Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri, santri di anjurkan sebelum masuk materi yang di bahas, mereka di wajibkan untuk menghafalkan kitab Al-Jurumiyah sebagai dasaran untuk masuk ke materi9, setelah itu dilaksanakan strategi diskusi dimana santri mendiskusikan materi yang diberikan ustadz program takhasus setelah itu mereka mempresntasikan hasil dari diskusi tersebut lalu disampaikan dan di musyawarahkan bersama para santri, hal ini dirasa cukup efektif bagi santri khususnya mahasiswa.
c. Kualitas para Ustadz
Para ustadz tersebut mempunyai keilmuan yang mapan dan pengetahuan yang mendalam terhadap kitab kuning, dan juga para ustadz memiliki metode dan strategi tersendiri dalam mengajar terkhususnya kepada para santri yang rata-rata dari mahasiswa yang berbeda
8 Masdar F. Masudi, Literatur Kitab Kuning dan Metode Pengajaran (Jakarta: LIPI, 2010), 5
9 Masdar F. Masudi, Literatur Kitab Kuning dan Metode Pengajaran (Jakarta: LIPI, 2010), 26
STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
dengan santri sekolah, dalam hal ini dirasa efektif dalam mengajar santri melalui program takhasus. Para pengajar atau ustadz program takhasus di pondok pesantren nurul ilmu wal fikri memiliki tugas dalam membimbing dan memberi pengajaran kepada para santri.
Faktor penghambat Program a. Waktu yang terbatas
Pembelajaran program takhasus di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri memiliki waktu yang sangat terbatas baik dari waktu pembelajaran maupun batasan berapa lama pembelajaran yang di laksanakan selama berada di pesantren. Hal ini bisa di lihat dari batas waktu dalam pelaksanaan program takhasus yang memiliki waktu 1 jam saja. Dikarenakan program ini belum terlalu efektif dari segi hafalan, materi, dan juga ditambah dengan diskusi.
Maka para ustadz membagi waktu perharinya itu dibedakan, ada waktu untuk hafalan, materi dan juga diskusi sendiri, sehingga para santri terkadang tertinggal materi.
b. Tingkatan santri
Yang pertama, tempat yang dilaksanan untuk pelaksanaan program tesebut masih terbilang kurang memadai, dikarenakan hanya 1 ruangan, sehingga jadwal program tersebut di bedakan antara santri putra dan santri putri. Yang kedua, semua santri disamaratakan dengan materi yang ditentukan ustadz program takhasus, dikarenakan peserta program tersebut terlalu banyak, maka para ustadz berinisiatif untuk menyamaratakan tingkatan, seperti yang di ketahui, bahwasannya ada beberapa santri yang sudah khatam bahkan sudah menghafal kitab yang dipelajari di pondok sebelumnya, dan adapun santri yang belum pernah mengkaji kitab kuning, bahkan baru mengetahuinya. maka dari itu semua santri disamaratakan, tujuannya agar yang santri lama membimbing santri yang baru, dan yang baru bisa bertanya kepada yang lama.
c. Keberadaan ustadz
Para ustadz program takhasus di Pondok Pesantren Nurul Ilmi Wal Fikri tidak menetap di pondok, dikarenakan rata-rata para ustadz tersbut sudah berkeluarga, maka dari itu para
santri kurang terkontrol secara maksimal. Disamping itu juga para santri rata-rata dari kalangan mahasiswa dan waktu untuk mempelajarinya kembali itu kurang efektif, dikarenakan adanya tugas kampus dan lain-lain, sehingga kurang begitu efesien dengan tidak adanya pantauan dari para ustadz.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan beberapa hal terkait peningkatan pemahaman kitab kuning melalui program takhassus. Pertama, konsep pelaksanaan pembelajaran kitab kuning yang melibatkan peran aktif peserta didik dapat memberikan banyak manfaat dalam meningkatkan intensitas keyakinan dan pemahaman peserta didik. Metode yang digunakan dalam program takhassus adalah bandongan, sorogan, dan diskusi. Ketiga, seluruh sumberdaya manusia program takhasus dimotivasi untuk terus mencari solusi dalam menindaklanjuti faktor penghambat pada pelaksanaan program takhasus.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang tertera diatas peniliti akan memberikan saran ataupun masukan: pertama, seharusnya ada kajian lagi terhadap kitab pada segi kognitif; kedua, penting untuk menggunakan metode dan praktik mengenai program takhasus kitab kuning;
ketiga, harus memberikan nilai filosifi pada kajian tersebut. Keempat program tersebut bisa di rumuskan menjadi hal yang wajib dalam kurikulum pada Ustadz di Pondok Pesantren.
STRATEGI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim, Jakarta: PT.SUARA AGUNG, 2018
A.H Sanaky Hujair, Media Pembelajaran Interaktif dan Inovatif, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013.
Al-Maragy Muhammad Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragy, jilid 1 Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1992.
Al Amin, H., Mudawamah, A., & Umam, K. (2022). LIVING QUR’AN: KREATIVITAS PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Journal of Islamic Education and Pesantren, 2(2), 101-120.
Al Amin, H. (2023). KH. HASYIM ASY’ARI’S QURANIC EXEGESIS ON MARIAGE. SHAKHSIYAH BURHANIYAH: Jurnal Penelitian Hukum Islam, 8(1), 67-84.
Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009.
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta,2010.
Arikunto Suharsini Dan Syafrudin Cepi, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta PT. Bumi Aksara, 2010.
Azra Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, cet. II, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000.
B. Unob Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Bruinessen Martin Van, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta : Gading Publishing, 2015.
Daulay Haidar Putra, Historitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 2001.
F. Masudi Masdar, Literatur Kitab Kuning dan Metode Pengajaran, Jakarta: LIPI, 2010.
J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ke-XXIX, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Kamaru Abdul Rasyid, Pola Pembinaan Pondok Pesantren Al-Huda Provinsi Gorontalo dalam Meningkatkan Penguasaan Santri Terhadap Kitab Kuning, Jurnal Pembaharuan Pendidikan Islam (JPPI)
Karim Bisri Abdul , Strategi Pebelajaran Kitab Kuning Makassar: LPP UNISMUH MAKASSAR, 2020.
Kridalaksana Harimurti, Kamus Linguistik edisi 4, Jakarta:Gramedia Pustaka Umum, 2008.
Maftuh Muhammad Basyuni, Revitalisasi Spirit Pesantren Gagasan, Kiprah, dan Refleksi, Jakarta: Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren DirjenPendis Kementrian Agama RI, 2007.
Majid Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2017.
Mamik, Metodologi Kualitatif, Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015.
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Askara, 2013.
P. Munthe Ashiong, Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat, Jurnal Scholaria 5, No. 2 Mei 2015.
Prasojo Sujoko, Beberapa Profil Pesantren di Jawa, Jakarta: LP3ES, 2000.
Rosyada Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis,Jakarta:Kencana, 2004.
Rukajat Ajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif, Qualitative Research Approach), Sleman:
Deepublish, 2018.
Soebahar Abd. Halim, Modernisasi Pesantren: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai, Yogyakarta: LKIS, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2018.
Usman dan Nurdin, Implementasi Pembelajaran, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2011.
Wahid Abdurrahman, Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Dharma Bakti, 2005.