MAKALAH
INDIKATOR MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Mibtadin, M.S.I.
Disusun Oleh : Arya Antasena (D0423011)
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2023/2024
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak agama. Keberagaman itu bisa menjadi pedang bermata dua yang mana di satu sisi Indonesia bisa menjadi negara yang kaya akan nilai nilai luhurnya atau bisa jadi masyarakat Indonesia akan terpecah belah karena keberagaman tersebut.
Di tengah kehidupan beragama yang majemuk ini, diperlukan nilai nilai yang mana nantinya nilai itu bisa dimiliki oleh setiap masyarakt Indonesia sehingga akan menjadikan keberagaman sebagai nilai tambah untuk Indonesia. Yaitu nilai moderasi atau cara pandang, sikap, dan perilaku dengan mengambil jalan tengah yang tidak ekstrem dalam menjalankan ibadah.
Oleh karena itu, diperlukan yang namanya indikator sebagai suatu alat untuk menjadi tujuan dan tolak ukur apakah dengan adanya keberagaman di Indonesia menjadikan Indonesia itu sendiri terpecah belah atau justru menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai moderasi beragama dan menghargai peerbedaan itu.
Namun dalam upaya mencapai indikator tersebut, perlu dukungan dari berbagai pihak yang tak hanya rakyat saja yang berusaha untuk mencapai indikator tersebut, melainkan perlu adanya kontribusi dari pemerintah dan pihak lain untuk bahu membahu mencapai indikator indikator beragama yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja indikator moderasi bergama di Indonesia?
2. Bagaimana cara mewujudkannya?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui apa saja yang menjadi indikator moderasi bergama di Indonesia
3. Mengetahui bagaimana cara mewujudkan moderasi beragama di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN Komitmen Kebngsaan
Sila Ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” menyadarkan masyarakat Indonesia untuk menjaga semangat persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh sebab itu, Sila ketiga ini secara eksplisit menunjukan kepada kita bahwa dalam mewujudkan kemaslahatan kehidupan bernegara di Indonesia harus dapat mengedepankan kepentingan bersama dalam menjaga persatuan bangsa dan negara (Wandani & Dewi, 2021 : 36).
Komitmen Kebangsaan juga merupakan sebuah tolak ukur untuk melihat sejauh mana cara pandang, sikap, serta praktik beragam seseorang yang nantinya akan berdampak pada kesetiaan terhadap negara khususnya penerimaan ideologi negara yaitu Pancasila.
Komitmen Kebangsaan ini penting untuk dijadikan indikator moderasi beragama karena, menurut Mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, dalam perspektif moderasi beragama, mengamalkan ajaran agama adalah sama dengan menjalankan kewajiban sebagai warga negara, sebgaimana menunaikan kewajiban sebagai warga negara adalah wujud pengamalan ajran agama.
Hal ini sekaligus membuktikan bahwa, tidak ada lagi alasan untuk membenci atau bahkan menghancurkan negara yang kita singgahi, karena bagaimanapun agama sudah memberikan perintah untuk bela negara dan mencintai tanah air kita sendiri.
Toleransi
Toleransi merupakan sikap untuk memberi ruang dan tidak menggaggu hak orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat meskipun hal tersebut berbeda dengan apa yang kita yakini (Jamaluddin, 2022). Sikap ini merupakan sikap legowo dan menghargai pendapat yang memang berbeda dengan pendapat kita.
Kita hidup di negara demokrasi yang mana kebebasan berpendapat merupakan hak untuk setiap warga negara. Toleransi menjadi penting karena perbedaan pendapat itu seringkali menjadi pemicu terpecah belahnya masyarakat.
Bahkan kita bisa mengukur bahwa, negara yang semakin tinggi toleransinya terhadap perbedaan, maka semakin baik pula demokrasinya. Begitu pun sebaliknya. Dan perbedaan ini tidak hanya perbedaan pendapat, melainkan perbedaan ras,suku, budaya, agama, jenis kelamin, dan sebagainya.
Untuk itu diperlukan sikap toleransi yang kuat pada setiap warga negara.
Hal ini bisa dimulai dengan hal kecil seperti cangkupannya dalam keluarga yang sedang berpendapat akan berekreasi kemana atau bahkan pemilihan ketua kelas secara musyawarah di sekolah dasar.
Anti Kekerasan
Tindakan kekerasan sering dikaitkan dengan berbagai bentuk tindakan terorisme atas nama agama. Kelompok terorisme ini meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka. Terlepas dari itu, penting juga untuk dipahami bahwa radikalisme itu tidak hanya dapat terjadi bagi individu maupun kelompok agama tertentu, melainkan dapat terjadi pada semua agama (Tim Penyusun Kementerian Agama RI, 2019 : 43-45).
Tindakan kekerasan apapun memang sangat tidak dibenarkan oleh agama.
Agama manapun mengajarkan kebaikan bahkan itu kaitannya pada kemanusiaan.
Agama sama sekali tidak pernah mengajarkan untuk berbuat kerusakan apalagi kaitannya dengan pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan yang notabene itu sudah termasuk dosa besar.
Sebagai contoh konteks radikalisme mengatasnamakan agama adalah keberadaan tindakan jihad yang seringkali dijadikan motif oleh pelakunya. Jika dilihat dari psikologi agama, terdapat istilah yang disebut orientasi agama intrinsik, yaitu menjadikan agama sebagai orientasi sebuah tindakan (Aryani, 2020:298)
Adaptif terhadap Budaya Lokal
Jika ditinjau dalam perspektif indikator moderasi beragama di Indonesia, baik sila keempat maupun sila kelima, keduanya memuat pesan nilai yang sejalan dengan nilai akomodatif terhadap kearifan lokal. Hal demikian disebabkan pentingnya sikap kebijaksanaan dan permusyawaratan dapat mewujudkan sikap moderasi beragamyang menerima dan menghargai serta terbuka dalam menyikapi persoalan bersama dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang majemuk (Miliano & Dewi, 2021:4)
Bahkan sejak awal permulaan masuknya agama islam pun sudah melalui banyak sekali peleburan terhadap budaya budaya yang ada di nusantara, entah itu dari arsitektur tempat ibadah, media dakwah melalui lagu lagu jawa dan wayang dan sebagainya. Para wali pun telah mencotohkan bahwa perlu ada yang namanya adaptif dalam segala urusan. Adaptif terhadap lingkungan itu sendiri bisa dimulai dengan toleransi terhadap segala perbedaan karena nantinya perbedaan itulah yang akan menjadi warna tersendiri untuk budaya beragama yang ada di Indonesia.
BAB III
PENUTUP Kesimpulan
Pada Intinya, kita hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara yang memang kaya sekali akan budaya nya. Bahkan untuk kebebasan berpendapat sudah dilindungi haknya oleh UUD 1945. Ini merupakan tanda bahwa yang namanya menghargai pendapat orang lain itu sangat diwajibkan.
Belum lagi dengan kenyataan bahwa negara kita merupakan negara demokrasi yang mana toleransi sendiri merupakan sebuah tolak ukur utama dalam menghitung seberapa baik demokrasi yang ada dalam negara Indonesia.
Komitmen kebangsaan pun tak kalah penting karena bagaimanapun kewajiban untuk mencintai negaranya sendiri merupakan perintah dalam setiap agama yang ada di Indonesia. Sehingga tak akan ada lagi pelaku radikalisme yang mengatakan bahwa tindak kejahatan yang mereka lakukan berlandaskan ajaran agama tertentu.
Begitu pula sama halnya dengan adaptif terhadap lingkungan sekitar, hal ini tidak menjadikan kaget akan budaya budaya yang memang menurut kita berbeda dengan apa yang kita yakini.
Mungkin dengan adanya empat indikator tersebut, bisa menjadikan Indonesia memiliki target yang jelas untuk mencapi moderasi bergama di Indonesia itu sendiri. Hal ini jug atidak dapat diwujudkan tanpa adanya dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat pada umumnya dan pemerintah untuk selalu bahu membahu melampaui empat indikator ini, sehingga nantinya indikator tersebut bukan hanya menjadi target belaka, namun juga menjadi kenyataan yang dapat diwujudkan.
Daftar Pustaka
islamy, athoillah. (2022, June 1).MODERASI BERAGAMA DALAM IDEOLOGI PANCASILA. View of moderasi beragama Dalam Ideologi pancasila. http://e- journal.iainfmpapua.ac.id/index.php/porosonim/article/view/333/145
Jamaluddin. (2022, February 1).(Analisis Kebijakan Implementatif pada
Kementerian Agama). View of implementasi Moderasi Beragama di Tengah Multikulturalitas Indonesia. https://www.journal.stai-
yamisa.ac.id/index.php/assalam/article/view/62/51
Wahdani, Amalia Rizki, & Dewi, Dinie Anggraeni. (2021).Penerapan Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Bermasyarakat. De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(2): 34-39.
Fales, S., & Sitorus, I. R. (2022).Moderasi Beragama: Wacana Dan Implementasi Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara di Indonesia. Manthiq.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/manthiq/article/view/9916 Azis, D. K., Saihu, M., Gunawan, A. R., & Islamy, A. (2021, December 2).
Pancasila Educational Values in Indicators Religious Moderation in Indonesia.
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/view/4475 Junaedi, E. (2019, November).Inilah Moderasi Beragama Perspektif KEMENAG.
View of inilah Moderasi Beragama Perspektif Kemenag.
https://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/view/414/269 Miliano, Nurva, & Dewi, Dinie Angraeni. (2021).Re-Implemntasi Pancasila
Dalam Kehidupan Sosial Budaya Indonesia. Antropocene: Jurnal Penelitian Humaniora, 1(4), 1-7.
Tim Penyusun Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. 1.Jakarta:
Kementerian Agama RI.
Aryani, Sekar Ayu. (2020). Orientation of Regionality and Radicalism: The Dynamic of an Ex-Terrorist’s Religiosity. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 10(2), 297-321.
Azis, Donny Khoirul, et .al. (2021). Pancasila Educational Values in Indicators Religious Moderation in Indonesia.FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman,7(2), 229-224)