INDIKATOR MODERASI BERAGAMA
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Moderasi Beragama Dosen Pengampu: Bpk. Ahmad Rosyidi.Em.S,S.Pd.I,M.Pd
Disusun Oleh : Kelompok 2
Siti Aliyyah Dinar 2431710099 Siti Jamilah 2431710104 Desi Ayu Lestari 2431710198
PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
2024/2025
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Optimalisasi sumber belajar kelebihan dan kekurangannya”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa ikhtiar di jalan Allah SWT.
Adapun penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pusat Sumber Belajar dan dilakukan sebagai bahan pelajaran kepada siapa saja yang membacanya, serta terlebih kepada kami yang membuatnya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangannya baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak Ust. Ahmad Rosyidi. Em.S, S.Pd.I, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pusat Sumber Belajar yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Samarinda, 17 September 2024
Kelompok 2
II DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ... I DAFTAR ISI ... II
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 1
BAB II PEMBAHASAN ... 2
A. Konsep Moderasi Beragama... 2
B. Dimensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural dalam Empat Indikator Mode- rasi Beragama di Indonesia ... 3
1. Nilai Pendidikan Tasamuh dalam Indikator Toleransi ... 3
2. Pendidikan Perdamaian dalam Indikator Komitmen Kebangsaan ... 3
3. Nilai Pendidikan Wasatiyah dalam Indikator Akomodatif Terhadap Budaya Lokal ... 4
BAB III PENUTUP ... 5
A. KESIMPULAN ... 5
DAFTAR PUSTAKA ... 6
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terlepas dari indikator moderasi beragama tersebut, Indonesia yang mayoritas beragamaIslam sebenarnya dilatar belakangi oleh agama moderat yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sosial yang majemuk. Di tengah isu ketahanan nasional tersebut, pemerintah Indonesia menerbitkan buku berjudul “Moderasi Beragama” pada tahun 2019 melalui Kementerian Agama RI. Inti dari buku ini adalah empat indikator moderasi beragama yang dapat digunakan sebagai teori atau pendekatan untuk menggambarkan pola dan sikap sosialkeagamaan yang moderat di Indonesia. Adanya perbedaan nilai-nilai pendidikan Islammultikultural mungkin memang memiliki titik temu dengan empat indikator moderasi beragama yang dikembangkan Kementerian Agama RI. Dengan kata lain, empat indikatormoderasi beragama tidak perlu bertentangan dengan nilai-nilai, semangat ajaran Islam, dansikap sosial dalam membentuk pemahaman agama yang moderat di Indonesia.
Indikator-indikator ini digunakan sebagai dasar untuk memahami seberapa kuat seseorang melakukan pantangan agama dan seberapa rentan mereka. Kerentanan ini perlu diidentifikasi lebih awalsehingga langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk memperkuat sensor agamasesegera mungkin. Direduksi dari empat indikator penyensoran agama yang digagasKementerian Agama menjadi dua yang mengumpulkan berbagai pro dan kontra, kesalahandan kesalahpahaman dalam penerjemahan, serta keterbatasannya. Indikator yang dimaksudadalah sikap toleran dan berdamai dengan budaya lokal
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari indikator moderasi beragama ? 2. Apa saja empat indikator dalam moderasi beragama ?
3. Apa dimensi nilai-nilai pendidikan islam multikultular pada empat indikator moderasi beragama ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari indikator moderasi beragama 2. Untuk menjelaskan empat indikator moderasi beragama
3. Untuk mengetahui dimensi nilai-nilai pendidikan islam multikultural pada empat indikator moderasi beragama
2 BAB II PENBAHASA
A. Konsep Moderasi Beragama
Menurut Shihab, sebagai konsep moderasi beragama yang menganjurkan nilai keseimbangan, proporsionalitas agama dapat mewujudkan keseimbangan antara teks dan gagasan, jiwa dan raga, dunia dan akal, spiritualitas,antara agama dan negara, antara ilmu dan agama,antara lama dan baru. antara modern dan tradisional. Ada beberapa nilai luhur yang tercakup dalam konsep moderasi beragama yang kemudian menjadi ciri-ciri, yaitu: 1) keseimbangan (tawazun), yaitu antara akal dan wahyu, antara duniawi dan ruhani, antara teks dan konteks, tubuh dan jiwa, dll.; 2) di antara atau di antara dua ekstrem (tawassul); 3) keadilan (i'tidal), yaitu mempertahankan asas keadilan secara tidak memihak dengan memberikan sesuatu yang hak dan haknya; 4) toleransi (tesamuh), yaitu menghargai segala perbedaan dengan tidak menuntut hak dari orang atau kelompok orang lain; 5) Kesetaraan (musavah) tanpa bias (diskriminasi) dengan melihat kesamaan hak; 6) perundingan (tasyawur), yaitu perundingan untuk mencapai kesepakatan atas masalah dan kepentingan bersama; 7) reformasi (ishlah), yaitu pembenahan atau perbaikan ke masa depan yang lebih baik; 8) keutamaan (aulawiyyah), yaitu mengutamakan sesuatu yang sangat mendesak; 9) pengembangan dan inovasi (tathawwur wa ibtikar), yaitu kemampuan mengembangkan dan melahirkan ide-ide kreatif yang inovatif untuk maju; 10) peradaban (tahaddur) tetap berusaha melestarikan nilai-nilai peradaban yang ada, Kita dapat menetapkan sebanyak mungkin ukuran, batasan, dan indikator untuk menentukan apakah pendapat, sikap, atau perilaku keagamaan tertentu tergolong moderat atau ekstrem.
Namun, ketika Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memerintahkan Badan Litbang untuk melakukan kajian pertama, patriotisme, toleransi, dan antikekerasan yang merupakan indikator moderasi dalam beragama telah mengkristal menjadi langkah awal dan beradaptasi dengan budaya setempat (local wisdom). Keempat indikator tersebut dapat digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberagamaan seseorang di Indonesia dan seberapa rentan orang tersebut. Kesenjangan ini perlu diidentifikasi agar kita dapat menemukan atau mengenali dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperkuat moderasi beragama. Tentu saja, kuartet ini tidak tetap tetapi dapat berkembang atau berkurang dan/atau berubah di masa mendatang, sangat bergantung pada hasil penelitian, penyelidikan dan penelitian. Namun, keempat indikator tersebut masih berartiuntuk saat ini menjadi tolak ukur bagi moderasi beragama di Indonesia.
3
B. Dimensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Multikultural dalam Empat Indikator Moderasi Beragama di Indonesia
Eksistensi Islam sebagai agama yang dianut sebagian besar warga negara Indonesia sesungguhnya mempunyai perbagai nilai ajaran sosial keberagamaan yang dapat membentuk karakter individu muslim yang moderat dalam konteks kehidupan sosial yang plural . Pada sub bab ini, akan penulis uraikan analisis penulis tentang keberadaan dimensi nilai-nilai pendidikan Islam multikultural dalam empat indikatormoderasi beragama di Indonesia. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut.
1. Nilai Pendidikan Tasamuh dalam Indikator Toleransi
Keberadaan sikap toleransi dalam indikator moderasi beragama di Indoensiamenekankan pentingnya paradigma sekaligus sikap untuk dapat menghormati,menghargai, dan menerima realitas kemajemukan sebagai fakta alam. Oleh karenaitu, manifestasi sikap toleransi menjadi sangat urgen dalam merealisasikan tatananmasyarakat demokratis di Indonesia. Hal ini dikarenakan tatanan sebuah sistem politik demokrasi hanya dapat terwujud ketika antar individu (kelompok) dalam masyarakat dapat saling menunjukan sikap toleransi. Dengan kata lain, manifestasisikap toleransi terhadap perbedaan dalam suatu masyarakat berkontribusi besardalam pembentukan masyarakat yang demokratis. Jika dilihat dari sudut pandangnilai pendidikan Islam multikultural, maka keberadaan indikator toleransi dalam konsep moderasi beragama di Indonesia sejalan dengan nilai tasamuh. Kesimpulanini tidak berlebihan mengingat pada ranah praksisnya, nilai tasamuh dapat menjadielemen fundamental dalam pembentukan paham maupun sikap sosial yang yangdapat mewujudkan relasi keharmonsian pada konteks klehidupan yang plural, tidakterkecuali dalam konteks relasi kemajemukan umat beragama. Hal ini dikarenakan perwujudan paham maupun sikap tasamuh dalam ranah praksisnya akan membukaruang bagi setiap individu maupun kelompok untuk dapat memperoleh hak ataukesempatan yang sama dalam menjalankan ajaran agamanya. Pada konteks inilah,manifestasi nilai-nilai pendidikan tasamuh dapat menjadikan seorang individu (kelompok) memiliki paham dan sikap sosial keberagamaan yang terbuka, inklusif,dan menghormati realitas kemejukan hidup antar umat beragama sebagai fakta alam.
2.Pendidikan Perdamaian dalam Indikator Komitmen Kebangsaan
Keberadaan komitmen kebangsaan sebagai bagian indikator moderasi beragama merupakan hal urgen untuk mengidentifikasi sejauh mana karakter paradigma, sikap sosial keberagamaan individu (kelompok) tidak bertentangan dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia. Indikator moderasi beragama berupa komitmen kebangsaan dalam ranah praksisnya diharapkan dapat menyadarkan paham maupun sikap sosial individu (kelompok) untuk mengimplementasikan ajaran agama tanpa harus menciderai kewajibannya sebagai warga negara yang baik (RI, 2019). ). Jika dilihat dalam tinjauan nilai pendidikan Islam multikultural
4
maka keberadaan indikator moderasi beragama berupa komitmen kebangsaan dapat dikatakan sejalan dengan nilai perdamaian. Hal ini disebabkan keberadaan komitmen kebangsaan pada diri indivdidu (kelompok) umat bergama akan menjunjung tinggi ikatan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan yang damai ditengah kemajemukan sosial. Terlebih pada era globalisasi modern saat ini, arus pemikiran sosial keberagamaan dari luar negeri yang masuk ke dalam masyarakat Indonesia, tidak semuanya sejalan dengan semangat nasionalisme. Pada konteks inilah, penanaman nilai-nilai pendidikan perdamaian yang termuat dalam komitmen kebangsaan dapat membentuk paham maupun sikap keberagamaan sosial yang moderat agar tetap menjunjung tinggi nilainilai perdamaian dan persatuan dalam kehidupan bernegara. Tidak hanya itu, dimensi nilai pendidikan perdamaian dalam indikator komitmen kebangsaan diharapakan dapapt menjadikan paham maupun sikap sosial keberagamaan yang tidak mudah terkontaminasi oleh berbagai bentuk doktrin agama atau apapun yang justru dapat memicu terjadinya disintegrasi sosial dalam kehidupan nasional.
3.Nilai Pendidikan Wasatiyah dalam Indikator Akomodatif Terhadap Budaya Lokal Realitas kemajemukan budaya masyarakat Indonesia meniscayakan kesadaran paham maupun sikap sosial keberagamaan yang akomodatif terhadap kemajemukan budaya lokal yang ada. Atas dasar inilah keberadaan indikator moderasi beragama berupa akomodatif terhdap budaya lokal dapat digunakan untuk mengidentifikasi sejauh mana individu (kelompok) umat beragama dalam menghormati kemajemukan kebudayaan (tradisi) lokal. Hal demikian disebabkan keberadaan-individu (kelompok) yang mempunyai paham maupun sikap sosial keberagamaan yang moderat, maka mereka akan lebih ramah dalam menyikapi keragaman budaya lokal yang ada selama selama tidak bertentangan dengan ajaran prinsipil dalam ajaran agama (Tim Penyusun Kementerian Agama RI, 2019). Jika ditinjau dalam perspektif nilai pendidikan Islam multikutural, terdapat dimensi nilai pendidikan wasatiyah yang termuat dalam indikator akomodatif terhadap budaya lokal. Kesimpulan demikian disebabkan penekanan untuk dapat bersikap bijak terhadap keragaman tradisi lokal yang ada dapat membentuk paham maupun sikap sosial keberagamaan Islam yang moderat, yakni tidak ekstrem kiri maupun kanan, melainkan bersikap arif dan proporsional dalam merepons keragaman ekspresi kebudayaan lokal yang ada selama tidak menciderai ajaran atau norma prinsipil dalam ajaran Islam. Muatan nilai pendidikan wasatiyah dalam indikator akomodatif terhadap budaya lokal juga sejalan nilai ajaran Islam berupa urf. Perlu diketahui bahwa term urf dalam epistemologi hukum Islam dapat dikatakan sebagai legitimasi Islam atas keabsahan
5
pelbagai bentuk budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan keberadaan ‘urf menjadi salah satu metode dalam penetapan hukum Islam atas persaoalan yang berkaitan dengan tradisi lokal dalm kehidupan umat islam.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya adakah keempat indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa religius seseorang di Indonesia dan seberapa rentan orang tersebut. Kesenjangan ini perlu diidentifikasi agar kita dapat menemukan atau mengenali dan mengambil langkah- langkah yang tepat untuk memperkuat moderasi beragama. Namun keempat indikator tersebut kini relevan sebagai tolak ukur regulasi agama di Indonesia. Sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia sebenarnya memiliki banyak nilai-nilai ajaran agama yang sama yang dapat membentuk karakter individu muslim moderat dalam konteks kehidupan sosial dunia muslim yang majemuk. Kehadiran toleransi dalam indikator moderasi beragama di Indonesia menyoroti pentingnya model sekaligus sikap menghargai, menghargai dan menerima realitas pluralisme sebagai sesuatu yang begitu alamiah. Oleh karena itu, menunjukkan toleransi sangat penting dalam mewujudkan masyarakat demokratis di Indonesia.
6
DAFTAR PUSTAKA
Islamy, A. (2021). Landasa Filosofis dan Corak Pendekatan AbdurrahmanWahid Tentang Implementasi Hukum Islam di Indonesia.Jurnal Hukum dan Politik Islam , 199.
Jamaluddin, J. (2022). Implementasi Moderasi Beragama Di Tengah Multikulturalitas Indonesia. As-Salam: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 7(1), , 1-13.
Nur, A. (2016). Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran;(Studi Komparatif Antara Tafsir Al- Tahrir Wa At-Tanwir Dan Aisar At-Tafasir). Jurnal An-Nur, 4(2). , 205-225.
RI, T. P. (2019). Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI Gedung Kementrian Agama RI , 42-43.
Rizkiyah, T. &. (2021). Pendidikan Sosial Profetik dalam Indikator Moderasi Beragama di Indonesia. jurnal sosial keagamaan , 90.
Shihab, M. Q. (2019). Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama. Tangerang Selatan: Lentera Hati Group.