1 Memahami pengertian, Indikator dan Kata kunci moderasi beragama
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan Pengertian Moderasi beragama 2. Menjelaskan Indikator Moderasi beragama 3. Menjelaskan Kata kunci moderasi beragama
4. Menjelaskan Peta jalan pengarusutamaan moderasi beragama
Ruang lingkup materi pembelajaran pada kegiatan belajar ini dideskripsikan sebagai berikut.
1. Pengertian Moderasi beragama 2. Indikator Moderasi beragama 3. Kata kunci moderasi beragama
4. Peta jalan pengarusutamaan moderasi beragama
KEGIATAN BELAJAR 2
PENGERTIAN, INDIKATOR DAN KATA KUNCI MODERASI BERAGAMA
Capaian Pembelajaran (CP)
Tujuan Pembelajaran (TP)
Ruang Lingkup Materi
2 A. Pengertian Moderasi Beragama
Kata moderasi diadopsi dari Bahasa Inggris yakni moderation yang artinya tidak berlebihan dan tidak memihak. Kemudian dalam Kamus besar Bahasa Indonesia ditemukan arti dari kata moderasi adalah perbuatan dalam kewajaran dan tidak menyimpang dan mau mempertimbangkan pendapat pihak lain. Dalam Bahasa Arab moderasi beragama dikenal dengan istilah wasathiyyah yaitu suatu karakteristik yang menjauhi seorang individu atau kelompok dari bersikap ekstrem.
Sementara bahasa Latin moderasi adalah moderâtio, yang artinya adalah ke-sedang- an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata tersebut mengandung makna penguasaan diri dari sikap sangat kelebihan dan sikap kekurangan
Dalam semua konteks ini, moderasi berfungsi untuk memahami, mengendalikan, atau memoderasi suatu proses atau hubungan agar dapat berjalan dengan lebih efektif, seimbang, atau sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Pengertian agama dapat sangat subjektif dan tergantung pada latar belakang dan pandangan masing-masing individu atau para pakar. Wasatiyah merupakan suatu karakteristik terpuji antara dua sisi yang berbeda atau berada di tengah-tengah.
Terminologi wasathiyyah berkamna sikap pengertian adil, berkonsekuensi kualitas kesaksian yang dapat diterima.
Menurut Lukman Hakim Saifuddin orang yang moderat adalah orang yang bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem. Dia menambahkan lagi bahwa dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi Negara.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, Quraish Shihab menambahkan, bahwa keanekaragaman dalam kehidupan merupakan keniscayaan yang dikehendaki Alah. Termasuk dalam hal ini perbedaan dan keanekaragaman pendapat
Uraian Materi
3 dalam bidang ilmiah, bahkan keanekaragaman tanggapan manusia menyangkut kebenaran kitab-kitab suci, penafsiran kandungannya, serta bentuk pengamalannya.
Maka seharusnya adanya perbedaan ini menjadi Rahmat yang harus disikapi dengan bijak dan penerimaan yang seutuhnya.
Nabi Muhammad, sebagaimana misi utamanya diutus oleh Tuhan, mempunyai peran untuk menyempurnakan akhlak atau kebaikan. Dalam posisi ideal inilah, merujuk kepada Nabi untuk melihat aspek moderasi Islam (wasatîyah) menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Untuk memahami dan mengimplementasikan konsep ini, perlu untuk melihat hadis-hadis Nabi secara lebih komprehensif. Dengan hal tersebut, keteladanan Nabi akan mampu diterjemahkan ke dalam konsep-konsep dan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, untuk selanjutnya bisa menjadi pedoman masyarakat Muslim dalam menjalankan ritual dan sosial keagamaannya.
Pengertian moderasi beragama mengacu pada pendekatan atau sikap dalam beragama yang menekankan toleransi, keseimbangan, dan menghindari ekstremisme dalam praktik beragama. Ini bisa berarti sebagai berikut.
a) Toleransi Antar Agama: Moderasi beragama menggagas penghargaan terhadap beragam keyakinan agama dan budaya. Ini menekankan pentingnya menghormati dan berdampingan dengan pemeluk agama lain tanpa memaksakan keyakinan sendiri.
b) Keseimbangan dalam Praktik Keagamaan: Moderasi beragama mendorong individu untuk menjalani keyakinan agama mereka dengan seimbang, menghindari tindakan yang ekstrem atau radikal yang bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain.
c) Pencegahan Konflik Agama: Moderasi beragama bertujuan untuk mencegah atau meredakan konflik antaragama dengan mempromosikan dialog dan pemahaman yang saling menghormati antara kelompok agama yang berbeda.
d) Penghindaran ekstrimisme: Moderasi beragama berusaha untuk menghindari pendekatan agama yang ekstremis, yang dapat menyebabkan intoleransi, kekerasan, atau terorisme.
4 e) Keseimbangan antara Agama dan Kehidupan Sehari-hari: Ini menyoroti pentingnya menjalani agama sebagai panduan etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari, tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan dan kesejahteraan sosial.
Pengertian moderasi beragama sering kali dianggap sebagai pendekatan yang mempromosikan perdamaian, harmoni, dan penghargaan terhadap keragaman agama di dunia yang semakin terhubung secara global. Ini juga dapat membantu meminimalkan konflik agama yang seringkali timbul karena perbedaan keyakinan dan praktik agama. Moderasi merupakan sebuah kondisi terpuji yang menjaga seseorang dari kecenderungan menuju dua sikap ekstrem; sikap berlebih-lebihan dan sikap muqashshir yang mengurang- ngurangi sesuatu yang dibatasi Allah swt. Sifat wasathiyah umat Islam adalah anugerah yang diberikan Allah swt secara khusus.
Saat mereka konsisten menjalankan ajaran-ajaran Allah swt, maka saat itulah mereka menjadi umat terbaik dan terpilih. Sifat ini telah menjadikan umat Islam sebagai umat moderat; moderat dalam segala urusan, baik urusan agama atau urusan sosial di dunia.
Dengan menimbang pengertian kebahasaan tersebut diatas, maka moderasi beragama dapat dirumuskan sebagai: “Cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama, dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa”
B. Indikator Moderasi Beragama
Indikator moderasi beragama dalam Buku Moderasi Beragama yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, adalah sebagai berikut: “ Indikator moderasi beragama yaitu:
1. Komitmen Kebangsaan
Komitmen kebangsaan adalah sikap atau tekad individu atau kelompok untuk memprioritaskan dan mendukung kepentingan negara atau bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Ini mencerminkan rasa cinta dan loyalitas
5 terhadap negara, serta kesediaan untuk berpartisipasi secara aktif dalam membangun dan menjaga persatuan, stabilitas, dan kesejahteraan negara tersebut. Komitmen kebangsaan penting dalam memelihara persatuan, integritas, dan identitas nasional.
Contoh-contoh komitmen kebangsaan meliputi:
a) Pengabdian pada Militer: Anggota angkatan bersenjata yang berjuang untuk melindungi kedaulatan dan keamanan negara adalah contoh nyata dari komitmen kebangsaan. Mereka rela berkorban, bahkan hingga nyawa mereka, demi kepentingan negara.
b) Partisipasi dalam Proses Politik: Warga negara yang secara aktif terlibat dalam pemilihan umum, pemilihan umum, dan kegiatan politik lainnya adalah contoh komitmen kebangsaan. Mereka memilih pemimpin, menyuarakan pendapat mereka, dan berkontribusi pada proses demokratisasi negara.
c) Mendukung Kebijakan Publik: Mendukung kebijakan dan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah tindakan komitmen kebangsaan. Ini termasuk membayar pajak secara tepat waktu dan patuh terhadap hukum dan regulasi negara.
d)Pelayanan Sosial dan Kemanusiaan: Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan yang membantu sesama warga negara yang membutuhkan adalah bentuk komitmen kebangsaan. Ini bisa melibatkan kerja sukarela, sumbangan, atau dukungan terhadap berbagai program sosial.
e) Pemeliharaan Budaya dan Tradisi Nasional: Mempertahankan budaya, bahasa, dan tradisi nasional adalah wujud komitmen kebangsaan. Ini termasuk mendukung seni, budaya, dan pendidikan yang mempromosikan identitas nasional.
f) Kesadaran terhadap Isu-isu Nasional: Berpartisipasi dalam diskusi dan tindakan yang berkaitan dengan isu-isu nasional seperti keamanan, ketahanan, atau kebijakan luar negeri adalah contoh lain dari komitmen kebangsaan.
g)Komitmen terhadap Persatuan: Menjaga persatuan dan menjauhi tindakan yang dapat memecah-belah masyarakat adalah bentuk komitmen kebangsaan. Ini mencakup penolakan terhadap ekstremisme, intoleransi, dan sebaran kebencian.
6 Komitmen kebangsaan penting untuk memelihara stabilitas dan kemajuan negara serta membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Ini adalah salah satu aspek kunci dari kewarganegaraan yang bertanggung jawab dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.
2. Toleransi
Toleransi beragama adalah sikap yang menghormati dan menerima perbedaan keyakinan agama antara individu atau kelompok, bahkan jika mereka memiliki keyakinan agama yang berbeda. Toleransi beragama mencakup penghargaan terhadap kebebasan beragama, hak individu untuk memilih dan menjalani keyakinan agama mereka tanpa diserang atau didiskriminasi, serta kemampuan untuk hidup berdampingan dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama tanpa mengalami konflik atau ketegangan yang berkepanjangan.
Contoh-contoh toleransi beragama mencakup:
a. Menghormati Ibadah yang Berbeda: Masyarakat yang toleran akan menghormati waktu dan tempat ibadah berbagai agama. Misalnya, mereka akan memungkinkan orang-orang yang beragama Islam untuk menunaikan salat Jumat di masjid, orang- orang Kristen untuk menghadiri misa di gereja, dan seterusnya.
b. Menerima Perbedaan dalam Pakaian atau Simbol Agama: Toleransi beragama mencakup menerima pakaian atau simbol agama yang mungkin berbeda dari tradisi agama kita sendiri. Contohnya adalah menghormati penggunaan hijab oleh wanita Muslim atau pemakaian jilbab atau kopiah oleh orang-orang dari agama tertentu.
c. Mendukung Kebebasan Beragama: Toleransi beragama juga mencakup dukungan terhadap kebebasan beragama individu, yang mencakup hak untuk memilih, menjalani, dan mengamalkan keyakinan agama mereka tanpa intimidasi atau diskriminasi.
d. Menghindari Stereotip dan Prasangka Agama: Orang yang toleran beragama berusaha untuk menghindari membuat generalisasi negatif atau prasangka terhadap orang-orang dari agama tertentu. Mereka menghargai keragaman individu dan tidak menilai seseorang berdasarkan keyakinan agama mereka.
7 e. Partisipasi dalam Dialog Antaragama: Toleransi beragama mempromosikan dialog konstruktif dan pemahaman antara pemeluk agama yang berbeda. Ini mencakup keikutsertaan dalam forum dialog antaragama untuk membangun jembatan pemahaman dan kerjasama.
f. Pemberian Ruang untuk Konversi Agama: Toleransi beragama mencakup penghargaan terhadap hak individu untuk memilih untuk berpindah agama atau tidak beragama sama sekali tanpa tekanan atau diskriminasi.
g. Mendukung Proyek Bersama untuk Kemanusiaan: Toleransi beragama dapat tercermin dalam dukungan terhadap proyek kemanusiaan bersama yang melibatkan berbagai kelompok agama untuk membantu mereka yang membutuhkan, terlepas dari keyakinan agama mereka.
Toleransi beragama adalah nilai yang penting untuk membangun masyarakat yang inklusif, damai, dan harmonis, terutama dalam lingkungan yang geografisnya atau budayanya kaya akan keragaman agama. Toleransi beragama membantu menghindari konflik agama, mempromosikan kerukunan, dan mendukung hak asasi manusia yang meliputi kebebasan beragama dan berkeyakinan.
3. Anti-kekerasan
Anti-kekerasan adalah sikap atau gerakan yang menentang penggunaan kekerasan fisik, verbal, atau psikologis sebagai cara untuk menyelesaikan konflik atau mencapai tujuan tertentu. Prinsip dasar anti-kekerasan adalah bahwa konflik dapat diatasi dengan cara yang damai, adil, dan konstruktif tanpa merugikan atau melukai orang lain. Pendekatan ini mendorong dialog, negosiasi, dan pemecahan masalah sebagai alternatif terhadap tindakan kekerasan.
Contoh-contoh anti-kekerasan mencakup:
a. Protes Damai: Demonstrasi atau protes yang dilakukan secara damai, seperti berbaris, membawa spanduk, atau melakukan aksi simbolis, adalah contoh konkret dari tindakan anti-kekerasan. Peserta dalam protes ini berusaha untuk menyampaikan pesan mereka tanpa menggunaan kekerasan fisik atau vandalisme.
b. Pendidikan Non-kekerasan: Program-program pendidikan yang mengajarkan keterampilan komunikasi, resolusi konflik, dan empati di sekolah dan masyarakat
8 adalah bagian dari pendekatan anti-kekerasan. Tujuannya adalah mengajarkan orang-orang cara mengatasi konflik tanpa kekerasan.
c. Negosiasi Diplomatik: Dalam politik internasional, negosiasi diplomatik adalah cara untuk menyelesaikan konflik antara negara-negara tanpa menggunakan kekerasan. Contohnya adalah negosiasi untuk mengakhiri konflik bersenjata, perundingan perdamaian, atau perjanjian perdagangan internasional.
d. Kampanye Anti-Penganiayaan: Organisasi dan kampanye yang berfokus pada menghentikan penganiayaan terhadap kelompok tertentu, seperti hak asasi manusia, hak-hak perempuan, atau hak-hak minoritas, merupakan contoh dari gerakan anti-kekerasan.
e. Pelayanan Psikologis dan Rehabilitasi: Upaya rehabilitasi dan pelayanan psikologis bagi pelaku kekerasan atau individu yang terpengaruh oleh kekerasan juga merupakan pendekatan anti-kekerasan. Ini bertujuan untuk mencegah tindakan kekerasan berulang dan membantu individu untuk mengatasi konflik dengan cara yang lebih baik.
f. Mendukung Korban Kekerasan: Memberikan dukungan dan bantuan kepada korban kekerasan, seperti perlindungan, konseling, dan sumber daya yang diperlukan untuk pemulihan mereka, adalah aspek penting dari anti-kekerasan.
g. Penolakan terhadap Ekstremisme dan Terorisme: Menolak dan menghentikan dukungan terhadap kelompok ekstremis atau terorisme adalah contoh konkrit dari tindakan anti-kekerasan dalam konteks global. Ini melibatkan kerjasama internasional dan tindakan pencegahan.
h. Media dan Kampanye Kesadaran: Melalui media, kampanye sosial, dan pendidikan masyarakat, anti-kekerasan berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif kekerasan dan mendorong orang-orang untuk memilih jalur damai dalam menangani konflik.
Pendekatan anti-kekerasan bertujuan untuk membangun masyarakat yang lebih damai, adil, dan beradab dengan menjauhkan diri dari kekerasan sebagai solusi konflik. Pendekatan ini mendorong tindakan positif untuk mengatasi masalah, mempromosikan pemahaman antarindividu dan kelompok, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis.
9 4. Penghormatan terhadap kebudayaan lokal
Penghormatan terhadap kebudayaan lokal adalah sikap atau pendekatan yang menekankan penghargaan, pemahaman, dan integrasi terhadap nilai, norma, tradisi, dan budaya lokal suatu masyarakat atau komunitas. Ini berarti individu atau organisasi berusaha untuk beradaptasi dengan kebiasaan dan praktik budaya setempat daripada mencoba mengimpor atau memaksakan budaya dari luar.
Pendekatan ini sering dianggap sebagai cara untuk membangun hubungan positif dengan komunitas lokal, mencegah konflik budaya, dan mempromosikan keragaman budaya yang sehat.
Contoh-contoh penghormatan terhadap kebudayaan lokal mencakup:
a. Bahasa: Organisasi atau perusahaan yang beroperasi di wilayah yang berbicara dalam bahasa lokal mungkin akan memberikan dukungan untuk penggunaan bahasa tersebut. Ini dapat mencakup menyediakan dokumen-dokumen resmi, situs web, atau pelayanan pelanggan dalam bahasa lokal.
b. Tradisi dan Perayaan: Menghormati dan ikut serta dalam perayaan atau tradisi budaya lokal adalah bentuk akomodasi. Misalnya, sebuah perusahaan mungkin memberikan libur pada hari-hari besar agama atau perayaan budaya lokal.
c. Makanan dan Gaya Hidup: Restoran atau bisnis makanan yang beradaptasi dengan preferensi dan selera makanan lokal adalah contoh nyata dari akomodasi terhadap budaya lokal. Mereka dapat menyediakan menu yang mencakup hidangan lokal atau bahan-bahan makanan khas daerah tersebut.
d. Kepercayaan dan Ritual Keagamaan: Pemerintah atau lembaga pendidikan mungkin memberikan waktu atau fasilitas untuk kegiatan keagamaan yang penting bagi komunitas lokal. Ini dapat mencakup pemberian izin untuk salat Jumat atau menyediakan ruang ibadah di tempat kerja atau sekolah.
e. Konsultasi dan Partisipasi Komunitas: Dalam pengembangan proyek atau kebijakan yang memengaruhi komunitas lokal, akomodatif terhadap kebudayaan lokal berarti mengadakan konsultasi dengan warga lokal, memahami kebutuhan dan keprihatinan mereka, dan memasukkan pandangan mereka dalam perencanaan.
10 f. Seni dan Budaya Lokal: Mendukung seni, kerajinan, dan karya seni lokal adalah contoh lain dari akomodasi terhadap kebudayaan lokal. Ini dapat mencakup pembelian atau promosi produk-produk lokal atau penyelenggaraan acara seni lokal.
g. Pendidikan Kebudayaan: Sekolah atau institusi pendidikan yang mengintegrasikan kurikulum kebudayaan lokal atau sejarah lokal dalam pengajaran mereka berkontribusi pada akomodasi terhadap kebudayaan lokal.
h. Penghargaan Terhadap Pengetahuan Tradisional: Penghargaan terhadap pengetahuan tradisional seperti obat-obatan tradisional, metode pertanian lokal, atau teknik kerajinan tangan adalah contoh lain dari akomodasi terhadap budaya lokal.
Penghargaan terhadap kebudayaan lokal dapat memperkuat ikatan antara individu atau organisasi dengan komunitas, menciptakan lingkungan yang inklusif, dan mendukung pertumbuhan budaya yang beragam. Ini juga dapat membantu mencegah konflik budaya dan mempromosikan harmoni dalam hubungan antarbudaya.
Keempat indikator ini dapat digunakan untuk mengenali seberapa kuat moderasi beragama yang dipraktikkan oleh seseorang di Indonesia, dan seberapa besar kerentanan yang dimiliki. Kerentanan tersebut perlu dikenali supaya kita bisa menemukenali dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melakukan penguatan moderasi beragama..
C. Kata kunci Moderasi Beragama
Pada bagian-bagian sebelumnya telah dikemukakan dengan cukup mendalam tentang pengertian, prinsip, dan indikator moderasi beragama. Moderasi beragama menjadi modal awal pemikiran untuk melaksanakan khidmat kemanusiaan. Dari definisi moderasi beragama dan indikator di atas dirumuskan kata kunci moderasi beragama sebagai berikut ;
1. Kemanusiaan
Kemanusiaan (Insâniyah) menjadi salah satu nilai yang melandasi moderasi beragama. Nilai insaniyah meniscayakan kesadaran bahwa keberadaan diri kita
11 sebagai manusia tidak berarti sama sekali tanpa keberadaan manusia-manusia lainnya. Kesadaran itu juga mendorong manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama manusia lain. Kesadaran itu juga mendorongnya untuk tidak merasa paling baik, paling benar, dan paling manusia dibanding manusia-manusia lain.
Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seluruh ajaran Islam sejalan dan tidak bertentangan dengan kemanusiaan. Tidak ada ajaran Islam yang merusak kemanusiaan. Dalam praktiknya, bahkan Islam membolehkan penundaan ibadah demi keselamatan nyawa manusia. Agama mengalah dari kemanusiaan. Ini tidak berarti agama tidak penting atau hawa nafsu diutamakan. Kemanusiaan merupakan bagian dari ajaran agama. Maka, memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan termasuk ibadah. Misalnya, dibolehkan membatalkan shalat demi menyelamatkan orang yang tenggelam. Boleh makan makanan yang diharamkan dalam kondisi lapar yang dapat menghilangkan nyawa.
2. Kemaslahatan Umum
Kemaslahatan umat berarti kebaikan atau manfaat bagi umat, menjadi landasan bagi penguatan moderasi beragama. Tatanan masyarakat yang moderat, damai, dan sejahtera hanya bisa terwujud jika setiap anggotanya saling mengakui, saling menerima, saling menghargai, dan saling memberi kebaikan atau saling memberi manfaat. Rasulullah sendiri menegaskan bahwa kualitas seseorang itu sangat ditentukan oleh seberapa besar manfaat atau kemaslahatan yang ia berikan kepada orang lain—khayrukum anfa‘ukum li al-nâs. Tanpa kebaikan atau manfaat, keberadaan seseorang dianggap tidak bernilai apa-apa. Dan sesungguhnya syariat yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah Muhammad Saw. bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi manusia.
3. Adil
Adil merupakan perintah bagi orang-orang beriman, dalam bentuk kata lain disebut “i’tidal”. Secara bahasa, i’tidāl memiliki arti lurus dan tegas, maksudnya adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional. I’tidāl merupakan bagian dari penerapan keadilan dan etika bagi setiap muslim. Keadilan yang diperintahkan Islam diterangkan oleh Allah supaya dilakukan secara adil, yaitu bersifat tengah-tengah dan seimbang dalam
12 segala aspek kehidupan dengan menunjukkan perilaku ihsan. Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban.
4. Berimbang
Berimbang, atau Tawāzun adalah pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi.
Tawāzun juga memiliki pengertian memberi sesuatu akan haknya tanpa ada penambahan dan pengurangan. Tawāzun, karena merupakan kemampuan sikap seorang individu untuk menyeimbangkan kehidupannya, maka ia sangat penting dalam kehidupan seseorang individu sebagai muslim, sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.
5. Komitmen kebangsaan
Menjaga Komitmen kebangsaan (mu‘âhadah wathaniyyah) menjadi bagian penting moderasi beragama. Komitmen ini tidak boleh longgar, renggang, apalagi putus. Komitmen kebangsaan harus tetap dijaga dan dipertahankan. Salah satu cara mempertahankannya adalah dengan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Hal ini sebagaimana sudah dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Mereka tidak mengedepankan ego kesukuan, budaya, dan agama ketika merumuskan konsep negara ini. Seandainya mereka egois, tidak bersepakat untuk tujuan bersama, tentu Indonesia tidak akan seperti sekarang.
6. Taat konstitusi
Turunan dari komitmen kebangsaan adalah menaati aturan yang sudah disepakati. Jadi tidak ada alasan bagi Muslim Indonesia untuk tidak menaati aturan hukum yang berlaku di negara ini. Apalagi ketaatan terhadap aturan merupakan kewajiban mutlak dalam Islam. Selama pemimpin atau peraturan yang berlaku di negara ini tidak menyuruh kepada keburukan dan keharaman, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menaatinya. Peraturan bersama ini bersifat mengikat semua pihak.
Setuju atau tidak dengan aturan yang dibuat, ketika sudah disepakati dan dibuat sesuai dengan mekanisme yang berlaku pada suatu negara, wajib bagi siapa pun, termasuk umat Islam, untuk mematuhinya.
Orang yang beragama secara moderat, tidak hanya mematuhi aturan yang ada di dalam Islam, tetapi juga mematuhi aturan yang berlaku di negara tempat mereka
13 tinggal. Jika ada aturan hukum yang tidak disetujui atau dianggap merugikan masyarakat, ajukanlah perbaikan aturan tersebut dengan cara-cara yang dilegalkan undang-undang, seperti mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
7. Toleransi
Toleransi (Tasāmuh) diambil dari bentuk asal kata samah, samahah dengan makna menoleransi atau menerima perkara secara ringan. Tasāmuh berarti menoleransi atau menerima perbedaan dengan ringan hati. Tasāmuh merupakan pendirian atau sikap seseorang yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam, meskipun tidak sependapat dengannya.
Toleransi atau Tasāmuh ini erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dan tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat dan keyakinan dari setiap individu. Orang yang memiliki sifat tasāmuh akan menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda dengan pendiriannya. Tasāmuh berarti suka mendengar dan menghargai pendapat orang lain.
8. Anti Kekerasan
Anti kekerasan artinya menolak ekstremisme yang mengajak pada perusakan dan kekerasan, baik terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap tatanan sosial.
Ekstremisme dalam konteks moderasi beragama ini dipahami sebagai suatu ideologi tertutup yang bertujuan untuk perubahan pada sistem sosial dan politik. Ini merupakan upaya untuk memaksakan kehendak yang seringkali menabrak norma atau kesepakatan yang ada di suatu masyarakat.
Ciri-ciri dari anti kekerasan pada moderasi beragama ini adalah mengutamakan cara damai dalam mengatasi perselisihan, tidak main hakim sendiri, menyerahkan urusan kepada yang berwajib dan mengakui wilayah negaranya sebagai satu kesatuan. Sifat anti kekerasan bukan berarti lemah/lembek tetapi tetap tegas dan mempercayakan penanganan kemaksiatan/pelanggaran hukum kepada aparat resmi.
14 9. Penghormatan kepada tradisi
Dilihat dari aspek penerimaan terhadap budaya, substansi moderasi beragama sebetulnya sudah lama dipraktikkan masyarakat Nusantara. Sejak awal, para pendakwah Islam Nusantara mengadopsi tradisi lokal sebagai media untuk menyebarkan dakwah Islam. Kesenian wayang misalnya digunakan para wali untuk menyampaikan ajaran Islam. Praktik yang sudah berjalan turun-temurun itu perlu dirumuskan kembali, didokumentasikan, dan dikonseptualisasi untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang terbuka dengan budaya dan tradisi lokal, selama tidak bertentangan dengan semangat dasar dari ajaran Islam itu sendiri.
Dengan kata lain, umat Islam diwajibkan tetap menjaga tradisi dan melestarikan budaya yang sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan budaya yang kosong tanpa warna agama, maka hendaknya diwarnai dengan nilai-nilai Islam.
Sementara budaya yang bertentangan dengan Islam, wajib diubah secara bijak (ramah), dengan memperhatikan kearifan lokal dan selanjutnya menjadi bersih dan positif dari unsur-unsur yang bertentangan dengan Islam. Nilai moderasi beragama, di antaranya adalah ramah budaya. Islam mengakui dan menghargai budaya yang ada dalam masyarakat, karena budaya itu sendiri adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sosial budaya pada masyarakat.
D. Peta jalan pengarusutamaan moderasi beragama
Kementerian Agama, sebagai lembaga pemerintah yang mencetuskan moderasi beragama merumuskan Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama. Peta jalan ini merupakan panduan strategis yang berorientasi pada pencapaian visi Kementerian Agama, yaitu "Menguatkan Moderasi Beragama demi Harmoni Bangsa." Dokumen ini bertujuan untuk menguraikan langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh Kementerian Agama dalam mewujudkan moderasi beragama sebagai pilar penting bagi kemajuan dan stabilitas negara
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara rinci tentang Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama. Peta jalan ini meliputi dua jalur yakni peta jalan penguatan mooderasi beragama pada kementerian agama dan peta jalan Penguatan Moderasi Beragama pada Lingkup Nasional.
15 a. Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama pada Kementerian Agama, dilakukan Upaya melalui beberapa kegiatan prioritas diantaranya : Penguatan cara pandang, sikap, dan praktik beragama jalan Tengah, Penguatan harmonisasi dan kerukunan umat beragama, Penyelarasan relasi agama dan budaya, Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama, Pengembangan ekonomi dan sumber daya keagamaan Peta jalan penguatan moderasi beragama pada kementerian agama dibagi dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penguatan 2021, difokuskan pada Penguatan Perspektif Moderasi Beragama dalam Institusi.
Dalam hal ini program yang dilakukan kementerian agama diantaranya : Pengembangan kerangka kerja tingkat Pusat dan Daerah, Penyiapan rencana aksi dan instrumen implementasi Penguatan Moderasi Beragama, Pemenuhan anggaran, Program Penguatan Moderasi Beragama berbasis tugas dan fungsi, dan Peningkatan kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenag.
2. Penguatan 2022, di fokuskan pada Penyelenggaraan Layanan dan Program Keagamaan berperspektif Moderasi Beragama. Beberapa program pendukungnya adalah : Pengembangan dan penguatan pelayanan publik berperspektif Moderasi Beragama, Pelibatan pemangku kepentingan dalam implementasi Moderasi Beragama, Sinergi dan sinkronisasi regulasi terkait Penguatan Moderasi Beragama
3. Penguatan 2023, difokuskan pada Penguatan Peran Masyarakat dalam Penguatan Moderasi Beragama. Dalam hal ini program yang dilakukan:
Penguatan pelibatan pemangku kepentingan dengan memfasiitasi program masyarakat untuk implementasi Moderasi Beragama, Peningkatan fasilitasi program masyarakat sesuai tugas dan fungsi, dan Penguatan peran media dalam sosialisasi perspektif moderasi beragama
4. Penguatan 2024, difokuskan pada Peneguhan dan Apresiasi Negara dan Bangsa Berperspektif Moderasi Beragama, dengan upaya: Tercapainya indeks-indeks sesuai target, Pemenuhan regulasi akan hak sipil berbasis Moderasi Beragama, Penurunan jumlah kasus konflik atas nama agama, dan Apresiasi implementasi Moderasi Beragama
16 b. Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama pada Lingkup Nasional
Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama pada Lingkup Nasional dilakukan pula Upaya melalui beberapa kegiatan prioritas diantaranya :
1. Penguatan 2021, difokuskan pada Pengembangan Infrastruktur Penguatan Perspektif Moderasi Beragama, dengan melakukan bebrapa program kegiatan, diantaranya : Sosialisasi dan penyelarasan konsep dan kerangka kerja Moderasi Beragama, Penguatan regulasi perspektif Moderasi Beragama, Penguatan dukungan kebijakan dan anggaran Kementerian/Lembaga di tingkat pusat sampai pemerintah daerah, Pengembangan kelembagaan Moderasi Beragama
2. Penguatan 2022, difokuskan pada Penguatan Perspektif dan Kapasitas Penyelenggara Negara & Lembaga Keagamaan dalam Pengarusutamaan Perspektif Moderasi Beragama, dengan beberapa Upaya yang dilakukan seperti: Peningkatan perspektif dan kapasitas penyelenggara negara, Pelibatan kelompok-kelompok kunci dalam Penguatan Moderasi Beragama, Sinergi dan sinkronisasi regulasi terkait Penguatan Moderasi Beragama, Kajian awal Program Pengarusutamaan Moderasi Beragama pada target utama RPJMN 3. Penguatan 2023, difokuskan pada Pengarusutamaan Perspektif Moderasi
Beragama dalam Kehidupan Keberagamaan Indonesia di semua lini. Hal ini yang dilakukan pemerintah adalah: Implementasi penguatan Moderasi Beragama oleh penyelenggara negara, Peningkatan pelibatan tokoh publik dan organisasi berpengaruh dalam penguatan Moderasi Beragama, Kebijakan afirmasi penguatan Moderasi Beragama, Pelibatan media dalam program Penguatan Moderasi Beragama
4. Penguatan 2024, difokuskan pada Peneguhan Kerukunan Umat Beragama dan Kehidupan Keberagamaan Berperspektif Moderasi Beragama, hal ini bisa diukur keberhasilannya dengan beberapa hal diataranya : Tercapainya Indeks KUB, Indeks Kesalehan Umat Beragama, dan Indeks Penerimaan Umat Beragama atas keragaman budaya, Rekognisi dan afirmasi kepada pelaku Moderasi Beragama, Tercapainya target rumah ibadah sebagai pusat syiar
17 agama yang toleran, Moderasi Beragama menjadi perspektif utama dalam dunia Pendidikan, Media masa menjadi agen Penguatan Moderasi Beragama
Strategi Implementasi Penguatan Moderasi Beragama di Tingkat Nasional
Sebagai Upaya untuk menunjang keberhasilan program implementasi Penguatan moderasi beragama di tingkat nasional dilakukan beberapa strategi yang harus dilakukan oleh beberapa pihak, sebagai berikut :
a. Kementerian agama : dilakukan Kajian praktik keberagamaan, regulasi, bahan ajar terkait moderasi beragama, Sosialisasi dan penyelarasan konsep dan kerangka kerja moderasi beragama, Koordinasi tingkat unit eselon I, Kerangka kerja implementasi per unit eselon I, penguatan moderasi beragama berdasar tusi bagi (Aparatur Sipil Negara) ASN Kemenag , inovasi intervensi penguatan moderasi beragama dalam layanan dan program, Pengusulan jabatan fungsional pranata moderasi beragama, dan Peningkatan kapasitas pusdiklat Kemenag RI untuk Penguatan Moderasi Beragama.
b. Penyelenggara negara: dilakukan Sosialisasi Kerangka Konseptual dan Kerangka Kerja moderasi beragama, Koordinasi lintas KL/Pemda ,yang berpa : Strategi komunikasi publik untuk promosi nilai-nilai modersi beragama, PPMB sebagai bagian dari penilaian kinerja dalam Reformasi Birokrasi dan Revolusi Mental, Penyediaan referensi dan peningkatan literasi Moderasi Beragama, Fasilitasi ruang dialog dan ruang publik moderasi beragama.
c. Lembaga Keagamaan, di fokuskan pada : Pelibatan lembaga agama, tokoh agama, Organisasi Berbasis Komunitas, Penguatan FKUB, Regulasi pengelolaan rumah ibadah, Penyiaran agama offline dan online, Perayaan hari besar keagamaan.
d. Masyarakat, diupayakan hal-hal diantaranya : Pelindungan Hak Beragama, Pendidikan Masyarakat, memfasilitasi inovasi program kerukunan umat beragama, Peningkatan literasi Moderasi Beragama, dan Pengembangan referensi.
18 Ardiansyah. 2016. Islam Wasatîyah Dalam Perspektif Hadis: Dari Konsep Menuju Aplikasi. Jurnal Mutawâtir 6(2).
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Moderasi beragama berlandaskan Nilai-Nila Islam
Kementerian Agama. Tanya Jawab Moderasi Beragama
Kementerian Agama, Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, 2019
Mustaqim Pabbajah, Ratri Nurinda Widyanti, and Widi Fajar Widyatmoko,
“Membangun Moderasi Beragama: Perspektif Konseling Multikultural Dan Multireligius Di Indonesia,” Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam 13, no. 1 (2021): 194
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama, 2014
Saifuddin, Lukman Hakim. 2019. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Sumarto, “Rumah Moderasi Beragama IAIN Curup Dalam ProgramWawasanKebangsaan Toleransi Dan Anti Kekerasan,”Jurnal Literasiologi 5, no. 2 (2021): 94
Tim Penyusun Ditjen Bimas Islam Kementerian Agam RI, Moderasi Beragama Perspektif Bimas Islam, Jakarta: Sekretariat Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama, 2022.