Nama : Leonardo Pebriadi Simanjuntak
Kelas : 4B
Mata Kuliah : Ekumenika
Dosen Pengampu : Pdt. Pulo Aruan, M.Th
Membangun Gereja yang Ekumenis dengan mewujudkan Moderasi Beragama yang sempurna
Abstrak:
Gereja yang dikenal dengan sebuah institusi keagamaan yang memiliki sifat untuk mempromosikan toleransi, perdamaian, kasih dan berbagai hal lain menjadi sebuah bentuk institusi yang begitu penting untuk hadir ditengah-tengah dunia pada saat ini, dengan mewujudkan sebuah gereja yang ekumenis maka akan menghadirkan sebuah moderasi beragama yang sempurna di tengah-tengah masyarakat. Artikel ini memuat mengenai berbagai hal yang membahas tentang gereja yang pada saat ini dituntut untuk selalu membuka diri kepada dunia luar, dengan manghadirkan berbagai cara supaya dapat mewujudkan tujuannya, yaitu untuk menjadi berkat bagi dunia. Gereja yang juga dapat menjadi sebuah institusi pendukung di dalam berjalannya moderasi beragama, dengan hal tersebut gereja akan berusaha untuk membenahi dirinya supaya dapat dengan jelas bahwa gereja pada saat ini benar-benar dapat menjadi sebuah berkat bagi dunia, kehadiran moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat juga dapat dimaksudkan sebagai sebuah jembatan yang dapat menghubungkan berbagai kelompok keagamaan diantara masyarakat yang begitu multikultural. Dengan beragamnya agama, suku bangsa, ras, bahasa dll, diharapkan mampu bersatu dengan sebuah tujuan yaitu kedamaian, tanpa mengenal perpecahan sebuah tujuan pasti akan dapat tercapai.
Dengan mewujudkan visi gereja yang ekumenis dan moderasi beragama, gereja dapat menjadi sebuah agen perdamaian, harmoni, dan rekonsiliasi dalam masyarakat yang terbagi-bagi oleh perbedaan agama. Gereka yang memiliki sifat yang inklusif dan toleran akan dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam membangun hubungan yang saling menghormati dan menghargai antarumat beragama.
Kata kunci: Gereja, ekumenis, moderasi beragama, perdamaian, saling menghormati, menjadi berkat.
The church which is known as a religious institution that has the nature to promote tolerance, peace, love and various other things becomes a form of institution that is so important to be present in the midst of the world today, by realizing an ecumenical church it will present a perfect religious moderation in the midst of society. This article contains various things that discuss the church which today is required to always open itself to the outside world, by presenting various ways in order to realize its purpose, which is to be a blessing to the world.
The church can also be a supporting institution in the course of religious moderation, with this the church will try to improve itself so that it can be clear that the church at this time can really be a blessing to the world, the precense of religious moderation in the midst of society can also be intended as a bridge that can connect various religious groups among a society that is so multicultural. With a variety of religions, ethinicities, races, languages, etc. It is expected to be able to unite with a goal, namely peace, without knowing divisions a goal will definitely be a achieved. By realizing the church’s vison of ecumenical and religious moderation, it can be an agent of peace, harmony, and reconciliation in a society divided by religious differences. A church that has an inclusive and tolerant nature will be an example for society in building relationships of mutual respect and respect between religious communities.
Keyword: Church, ecumenical, religious moderation, peace, mutual respect, being a blessing.
PENDAHULUAN
Sebuah sikap yang ekumenis merupakan suatu hal yang pada saat ini pasti diperlukan hadir di tengah-tengah jemaat, dengan melihat keadaan yang semakin maraknya akan berbagai permasalahan yang terjadi, goncangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan terkhususnya jemaat, maka dari itu gereja perlu untuk menghadirkan kasih bagi seluruh jemaat dan masyarakat, supaya untuk mengurangi berbagai hal yang tidak diinginkan demikian, maka dengan itu sebuah gerakan yang disebut gerakan ekumenis yang jika disatukan dengan gerakan moderasi beragama akan diharapkan menjadi sebuah batu loncatan untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih baru lagi supaya setiap orang dapat hidup dengan cinta dan kasih.
Moderasi beragama seringkali dianggap sebagai sebuah cara atau metode yang dilakukan oleh berbagai umat dalam berbagai agama, yang tujuannya dilakukan moderasi tersebut, yaitu untuk mencapai suatu hal yang selalu diinginkan. Dengan melihat begitu beragamnya agama yang terdapat di dunia yang secara khususnya di Indonesia. Pada saat ini sendiri telah terdapat ada enam agama yang diakui secara negara di Indonesia, diantaranya:
Islam, Protestan, Katholik, Buddha, Hindu, Konghucu. Semua agama itu hingga pada saat ini
masih dapat bersama dan saling membantu, hidup rukun. Beberapa agama yang telah disebutkan bahwa dengan kehidupannya yang nampak bergitu harmonis dan saling tolong menolong dan rukun setiap waktunya, tentu bukan hal yang begitu mudah untuk melakukan hal demikian, tentunya pasti muncul suatu sikap yang begitu merugikan, seperti adanya suatu goyangan atau goncangan yang memengaruhi kerukunan dari agama-agama tersebut, maka dari itu diperlukan suatu metode atau cara yang dipastikan dapat membentuk suatu kerukunan yang dapat tercipta di antara agama-agama tersebut.
Dalam pengertiannya sendiri dalam KBBI online yang dijelaskan bahwa kata moderasi merupakan suatu kata yang bermakna pengurangan kekerasan, penghindaran keektreman.1 Maka, ketika disatukan dengan kata agama maka kata tersebut memiliki sebuah pengertian yang merujuk kepada suatu sikap dalam mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama, maka dari hal tersebut dapat diartikan secara umum bahwa tujuan dari adanya moderasi beragama ini sendiri yaitu untuk memberikan suatu kenyamanan di dalam melakukan praktik agama itu serta melakukan pengurangan kekerahan maupun kejahatan di dalam melakukan praktek itu sendiri.
Di dalam masyarakat sendiri dapat diambil juga sebuah pengertian akan moderasi itu sendiri, bahwa sebuah moderasi itu dapat dipahami bahwa setiap masyarakat memiliki sebuah komitmen bersama di dalam menjaga keseimbangan akan keagamaan itu, dengan pengertian ini dapat merujuka bahwa setiap warga masyarakat, suku, etnis, budaya, maupun agama dan dengan pilihan politiknya harus mampu saling menghargai dengan cara harus saling mampu mendengarkan antara satu sama lain, dalam hal ini juga akan berguna bagi setiap orang seperti orang itu akan mampu untuk melatih kemampunan dalam mengelola dan mengatasi akan perbedaan itu sendiri yang terdapat diantara mereka semua.
Dari pembahasan ini sendiri dapat diterbitkan beberapa hal yang dapat menjadi sebuah rumusan masalah, yang nantinya dapat menjadi sebuah bahan pembahasan untuk berbagai kajian yang ingin dilakukan dan terlebih dalam tulisan ini sendiri.
I. Bagaimana suatu konsep dalam masyarakat yang Ekumenis?
II. Apa yang dapat diberikan sebagai sebuah dampak dalam menghadirkan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat?
III. Bagaimana dapat membangun gereja yang inklusif sebagai sebuah bentuk dari perwujudan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat?
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online
IV. Apa yang dimaksud dengan gereja yang ekumenis?
Sebagai sebuah pernyataan tesis penuli terhadap tulisan ini yaitu, sebuah gerekan ekumenis dapat disebutkan sebagai sebuah gerekan yang pada saat ini hadir di tengah-tengah masyarakat yang memiliki tujuan untuk menyatukan serta membangun kerja sama di tengah- tengah jemaat maupun masyarakat yang multikultural.
METODE PENELITIAN
Tulisan ini ditulis dengan menggunakan metode kualtitatif, dengan mengumpulkan beberapa data dari berbagai sumber untuk membantu dalam melakukan penulisan ini, sumber yang dapat diperoleh dapat berupa angka-angka maupun tulisan-tulisan.2 Yang menjadi objek dari tulisan ini sendiri dapat disebutkan dengan beberapa hal yang pada saat ini memang nampak jelas di hadapan masyarakat dunia. Sebuah sifat yang saling menghargai yang jika diperhadapkan dengan gerakan yang ekumenis akan menghasilkan sebuah tujuan yang sempurna di dalam membangun sebuah bentuk kerja sama dan kerukunan dalam kehidupan manusia, yang hal ini disebutkan sebagai bentuk dari moderasi beragama, dalam ruang lingkup gereja sendiri menjadi bahan pembahasan tulisan ini sendiri.
PEMBAHASAN
Membangun Masyarakat yang Ekumenis
Di dalam ruang lingkup masyarakat dapat dijumpai berbagai hal yang meliputi masyarakat itu sendiri, tidak semua masyarakat dapat dengan mudah mengikuti berbagai hal yang hendak diterapkan di lingkungan masyarakat itu. Berbicara mengenai masyarakat yang ekumenis, tentu terlebih dahulu perlu dikenali masyarakat yang bagaimana yang ingin dibangun untuk menjadi masyarakat yang ekumenis. Masyarakat dapat dibedakan dengan berbagai aspek-aspek yang terdapat di dalam masyarakat itu, seperti ras, suku bangsa dll.
Suatu hal yang dimaksudkan sebagai sebuah masyarakat yang ekumenis, dapat diambil sebuah pengertian bahwa setiap masyarakat itu sendiri ikut serta mengambil bagian di dalam kegiatan yang bersifat ekumenis yang biasanya dilakukan di dalam suatu organisasi. Di dalam masyarakat itu sendiri terlebih dahulu perntingnya membangun sebuah jalinan persabahatan yang bagus diantara masyarakat. Sebuah persahabatan dapat diyakini dengan mudah untuk tercipta di dalam masyarakat saat ini. Hadirnya masyarakat yang plural dan multikultural juga
2 Marindah Sari Sofiyana dkk, Metodologi Penelian Pendidikan (Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022), 37.
menjadi suatu argument yang penting akan hadirnya moderasi beragama pada saat ini.3 Hal ini dapat menjadi suatu tanda bahwa masyarakat itu sendiri sangat beragam, tidak hanya satu macam akan tetapi beragam suku, bahasa, agama, budaya dll, dan ini sama halnya dengan membangun masyarakat yang ekumenis, dengan mempertimbangkan berbagai aspek tersebut maka masyarakat diperlukan kerja sama untuk terwujudnya suatu masyarakat yang ekumenis.
Sebuah konsep masyarakat yang ekumenis dapat disebutkan bahwa setiap masyarakat yang juga mampu untuk ikut berpartipasi dengan sebuah gerakan yang ekumenis. Konsep ini dapat merujuk kepada sebuah organisasi maupun komunitas yang berkomitmen untuk mempromosikan Kerjasama, pemahaman, dan kesatuan di antara berbagai kelompok agama dan budaya. Masyarakat yang ekumenis tidak hanya terdiri dai gereja-gereja dan organisasi keagamaan yang bekerja sama, akan tetapi juga mampu melibatkan setiap partisipasi akti dari semua anggota masyarakat dalam gerakan ekumenis.
Melakukan sebuah Kerjasama antara agama dapat saja menjadi salah satu bukti bahwa setiap masyarakat itu dapat memberikan dampak yang ekumenis. Masyarakat yang ekumenis dapat saja mendukung Kerjasama antara berbagai agama dan denominasi. Hal ini dapat termasuk dialog anatragama yang terbuka dan konstruktif, yang mana setiap perwakilan dari berbagai tradisi keagamaan berkumpul untuk berbagi pandangan, mendiskusikan perbedan, dan mencari titik temu. Dialog ini juga dapat memberikan sebuah bantuan yang bersifat membangun sebuah pemahaamn dan menghormati setiap perbedaan agama, serta mengurangi akan prasangka dan diskriminasi.
Hadirnya Moderasi Beragama dalam masyarakat
Moderasi Beragama dimaksudkan sebagai suatu jalan tengah di dalam membangun sebuah kerja sama yang ada di antara masyarakat, dengan harapan terwujudnya sebuah masyarakat yang hidup rukun dan harmonis. Moderasi beragama hadir untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan beragama.4 Dengan melihat bahwa masyarakat yang memiliki sifat yang multikultural, yaitu bahwa terdapat beragam suku, ras, budaya, dll di dalam masyarakat, maka dari itu supaya semua tidak merasa ada suatu perbedaan diantara mereka, akan tetapi mereka akan bersatu, perbedaan yang dimiliki itu sendiri akan menjadi sebuah jembatan untuk menuju suatu kebersamaan yang diinginkan.
3 Indonesia and Indonesia, eds., Moderasi Beragama, Cetakan pertama (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2019), 54.
4 Indonesia and Indonesia, 55.
Dengan suatu kehadiran moderasi di dalam masyarakat itu sendiri dapat menghadirkan akan rasa saling menghargai antara satu sama lain, hal ini dapat dimaksudkan sebagai sebuah toleransi yang telah tercapai di tengah-tengah masyarakat. Moderasi beragama tidak dapat dipisahkan dari toleransi atau toleran.5 Toleransi dapat diartikan sebagai sebuah sikap untuk saling menghargai antara sesama manusia, tanpa melibatkan suatu amarah, perpecahan diantara dua belah pihak, toleransi dapat tercipta dengan adanya suatu keinginan bersama untuk bersama-sama maju dan tumpuh dengan cita-cita untuk menciptakan suatu kedamaian di tengah-tengah masyarakat dan juga yang melibatkan suatu cinta kasih untuk mewujudkan hal itu.
Beranjak dari pernyataan tersebut, diketahui bahwa dengan adanya toleransi hadir di tengah-tengah masyarakat, maka dengan demikian akan tercipta juga sebuah moderasi yang akan hadir di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. sebuah pemahaman tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kepada setiap masyarakat di dalam bersama-sama membangun sebuah rasa percaya diri untuk menciptakan sesuatu hal yang baru, yang selama ini belum tercipta, sehingga dengan demikian akan mulai tumbuh benih untuk menigkatkan toleransi itu sendiri, hal ini akan berkesimpulan bahwa setiap moderasi beragama itu sendiri dahulu di dasari akan adanya rasa toleransi untuk setiap masyarakat beragama.
Saling menghargai antara satu dengan yang lain merupakan sebuah langkah yang paling awal di dalam membangun sebuah kekompakan untuk setiap penganut agama masing-masing.
Dalam masyarakat yang beragam secara religius, penghargaan ini menjadi sebuah titik awal penopang di dalam menciptakan sebuah keharmonisan dan kerukunan. Dengan melihat bahwa masyarakat modern yang semakin beragam, maka dengan demikian penganut dari berbagai agama yang hidup secara berdampingan. Dengan cara menghargai berbagai keyakinan dan praktik keagamaan orang lain dapat dimaksudkan sebagai sebuah langkah pertama di dalam menghindari berbagai konflik dan memperkuat sebuah kekompakan sosial diantara masyarakat. Ketika individu dan sebuah kelompok saling memiliki rasa menghargai antara satu dengan yang lain didalam sebuah perbesaan, maka mereka dapat menciptakan sebuah lingkungan yang lebih inklusif dan ramah.
Toleransi dapat disebutkan merupakan sebuah kemampuan di dalam menerima dan menghormati akan perbedaan tanpa memaksakan sebuah keyakinan pribadi kepada orang lain.
Ini melibatkan akan pengakuan bahwa setiap agama yang terlibat memiliki sebuah nilai dan
5 Indonesia and Indonesia, 79.
ajaran yang berharga. Dengan tindakan menghargai, setiap individu hendaknya saling menunjukkan bahwa menghormati hak setiap orang untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing individu. Hal ini juga akan berorientasi kepada dialog antaragama. Dialog antaragama merupakan sebuah jalan yang digunakan di dalam membangun sebuah pemahaman di dalam menghargai satu sama lain. Melalui dialog juga penganut agama yang memiliki perbedaan dapat berbagi pandangan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap agama. Hal ini dimaksudkan tidak hanya untuk meningkatkan akan pemahaman akan tetapi juga dapat membantu untuk menghilangkan sebuah prasangka dan stereotip yang ada hingga pada saat ini dan hal itu dapat menjadi sebuah sumber konflik. Maka dari itulah dibutuhkan sebuah firman yang benar untuk segala hal, yang khususnya kesatuan para penganut agama serta untuk kesatuan gereja yang secara khususnya yang hal ini dapat mencegaj munculnya konflik.6 Maka, ini dapat diambil sebuah kekonsistenan bahwa di dalam membangun sebuah moderasi beragama yang telah mau hadir di tengah-tengah masyarakat bahwa perluya sebuah pengakuan serta firman Tuhan yang telah hadir di tengah-tengah masyarakat.
Gereja yang mau terbuka
Salah satu kunci untuk sebuah keberhasilan akan hubungan, tentu karena adanya keterbukaan diantara beberapa pihak itu sendiri. Demikian halnya dengan suatu keberhasilan di dalam mewujudkan gereja yang ekumenis, sejalan dengan gerakan moderasi beragama. Maka, hal ini menuntut gereja untuk ikut serta dalam keterbukaan kepada hal lain. Dengan keterbukaan gereja itu sendiri mampu mengikutsertakan gereja dalam ruang lingkup lain dari sekitaran gereja itu sendiri. Gereja akan diajak untuk ikut dalam melakukan segala toleransi dalam setiap kegiatannya. Dalam hal ini gereja dimaksudkan dapat bersifat inklusif bagi segala umat. Toleransi dalam konteks ini dapat dirumuskan sebagai satu sikap keterbukaan untuk mendengar pandangan yang berbeda.7
Jika diartikan lebih dalam lagi, toleransi dalam konteks ini adalah gereja yang dituntut untuk bersahabat dengan berbagai pihak lain, sebuah persabahatan yang kuat pasti mampu memberikan dampak yang sangat hebat dan luar biasa di dalam kehidupan gereja itu sendiri.
Selain itu, sebuah persahabatan akan memberikan sebuah dampak yang bersifat timbal balik, saling menguntungkan karena setiap persahabatan akan saling memberi cinta dan kasih di
6 Hamonangan Sidabutar, “Ekumenisme Dan Praksis Gereja Lokal: Memperkuat Kesatuan Dan Keragaman Dalam Bingkai Teologi Kristen,” JURNAL TERUNA BHAKTI 6, no. 2 (March 2, 2024): 191,
https://doi.org/10.47131/jtb.v6i2.126.
7 Indonesia and Indonesia, Moderasi Beragama, 79.
antara hubungan tersebut. Dalam relasinya dengan tantangan konteks jaman ini, Christian Schwarz mengusulkan format paradigma yang sangat mendasar, yang memungkinkan Gereja dapat berdinamika secara lebih efektif dan powerfull.8 Untuk lebih jelaskan mungkin dapat disebutkan bahwa, di dalam perkembangan gereja yang pada saat ini juga pastinya harus mengikuti perkembangan zaman dan mau menerima segala perkembangan yang ada, namun hal itu tidak akan dapat benar-benar terwujud apabila tanpa adanya sebuah dukungan dan dorongan yang berasal dari gereja itu sendiri, dalam hal ini dikatakan bahwa para pengisi dan pelayan yang terdapat di dalam gereja itu sendiri dituntut untuk ikut serta ambil bagian di dalam gerakan gereja ini supaya gereja tidak hanya berjalan sendiri, akan tetapi tetap di dalam jalannya untuk selalu hidup dengan bersama dukungan berbagai pihak yang disekitarnya.
Dengan terjadinya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa gereja telah benar-benar merupakan gereja yang terbuka. Jaringan kerja antar gereja menjadi sangat penting untuk memperkuat sikap kekristenan para jemaat.9 Hal ini dimaksudkan bahwa akan adanya sebuah hubungan yang memperkuat diantara gereja setiap kegiatan yang bersifat intern gereja maupun antar gereja yang serumpun akan tetapi dalam bentuk oikumene, dan bahkan juga dengan sinode gereja yang tidak serumpun sekalipun.
Gereja yang dimaksudkan terbuka bukan berarti sebuah gereja yang pintu masuknya terbuka. Akan tetapi, sebuah hal yang dimaksudkan sebagai gereja yang terbuka yaitu sebuah gereja yang mampu hadir ditengah-tengah masyarakat. Sebuah gereja yang dimaksudkan sebagai gereja yang terbuka merupakan sebuah gagasan yang lebih mendalam dari sekedar darbuah fisik bangunan yang terbuka untuk umum. Istilah ini menjelaskan bahwa gereja yang esecara aktif dapat memberikan hubungan timbal balik kepada masyarakat, dapat juga disebutkan dengan istilah lain seperti dapat berkontribusi dengan masryarakat disekitarnya.
Dalam hal ini gereja akan berusaha untuk dapat menjadi bagian yang intergral dari setiap kehidupan masyarakat, mampu memberikan dampak yang positif serta dapat memenuhi setiap kebutuhan spiritual serta sosial masyarakat.
Sebuah konsep gereja yang terbuka tidak hanya melakukan ibadah yang dilakukan di dalam gedung gereja akan tetapi dapat juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang ada di luar gedung gereja. Hal seperti ini dapat diambil sebuah contoh, misalnya melakukan kegiatan
8 Fredy Simanjuntak, Jammes Juneidy Takaliuang, and Budin Nurung, “Merengkuh Spiritualitas Persahabatan Ekumenis: Sebuah Refleksi Paradigma Misi Gereja Posmodern,” JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO 4, no. 2 (January 29, 2022): 207, https://doi.org/10.46929/graciadeo.v4i2.101.
9 Jaringan kerja penginjilan dan dampak pemahaman misi kekristenan terhadap oikumenis dan kemajemukan di Indonesia, Cetakan pertama (Jakarta: Kementerian Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, 2014), 8.
amal, memberikan dukungan bagi orang yang terkena musibah, orang miskin dan terlantar, serta memberikan partisipasi di dalam setiap acara yang dilakukan. Gereja dalam hal ini dapat memiliki fungsi sebagai sebuah pusat kegiatan sosial yang membawa manfaat langsung bagi masyarakat di sekitarnya.a gereja juga dapat menerima semua orang tanpa adanya pandangan terhadap latar belakang, status sosial, atauu keyakinan setiap masyarakat. Hal ini dapat berarti bahwa gereja menawarkan berbagai jenis pelayanan, seperti konseling, bimbingan spiritual, bantuan medis, maupun pendidikan. Gereja harus mampu mendengarkan setiap aspirasi masyarakat dan berusaha menjawabnya dengan cara yang begitu relevan dan bermanfaat.
Sebuah upaya untuk dapat mewujudkan gereja yang terbuka dapat dilakukan dengan melakukan berbagai kerja sama dengan berbagai organisasi lain maupun pihak lain, baik yang bersifat keagamaan maupun sekuler. Hal ini bisa saja termasuk di dalam Kerjasama dengan pemerintah, LSM, dan berbagai komunitas lokal lainnya di dalam mengatasi setiap masalah bersama seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Jika dilihat lebih jauh bahwa penggunaan teknologi dapat juga berguna di dalam hal ini, seperti pada era saat ini yang semua telah bersifat digital, dan gereja sendiri yang bersifat terbuka juga harus dimampukan untuk memanfaatkan teknologi, hal ini bertujuan untuk menjangkau lebih banyak orang, dengan melalui konsep ini gereja dapat melakukan sebuah peribadahan yang bersifat virtual, layanan streaming ibadah, media sosial, dan aplikasi sekuler untuk menyediakan berbagai informasi dan pelayanan bagi jemaat dan masyarakat luas. Hal lain juga dapat kita lihat seperti melakukan pemberdayaan terhadap jemaat, dalam hal ini gereja bersifat terbuka di dalam memberdayaan setiap anggota jemaat yang mampu berkontribusi di dalam sebuah kegiatan di dalam gereja itu.
Hal ini dapat melalui sebuah pelatihan kepemimpinan, mendorong aprtisipasi aktif di dalam kegiatan gereja dan masyarakat, serta mampu menyediakan peluang untuk terlibat dalam setiap pelayanan sosial.
Dapat kita tarik sebuah inti dari konsep gereja yang terbuka bahwa yang disebutkan gereja yang terbukak merupaakn gereja yang hadir di tengah-tengah masyarakat, terlibat secara aktif dalam kehidupan sosial, dan responsif terhadap setiap kebutuhan jemaat. Gereja tersebut juga berfungsi sebagai sebuah katalisatos untuk perubahan yang positif, mampu mempromosikan inklusivitas, dan berusaha untuk memberdayakan serta melayani masyarakat dengan berbagai cara yang lebih relevan dan bermanfaat. Dengan pemahaman tersebut, dapat dikatakan bahwa gereja tidak hanya menjadi tempat ibadah saja tetapi dapat juga sebagai pusat kehidupan yang lebih dinamis dan penuh makna.
Gereja yang Ekumenis
Beranjak dari setiap pembahasan yang telah diutarakan terlebih dahulu, maka pentingnya untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi pengertian dari sebuah kata
“Ekumenis”, apa saja yang menjadi sebuah landasan berdirinya gerekan ini, serta mengapa ini bisa terjadi.
Secara umum gerakan ini menyangkut sebuah pemahaman mengenai gerakan oikumene sampai ke era kekinian, serta sebuah perjalanan mengenai pertumbuhan dan perkembangan awal terbentuknya gerekan ini, mengambil dari terminology katanya, Ekumenis berasal dari bahasa latin yaitu “oikos” dan “Menos” yang berarti oikos adalah rumah dan menos adalah bersama, jika digabungkan yaitu arti dari kata tersebut yaitu “Rumah Bersama”.
Istilah ‘Ekumenis’ mengacu pada ekspresi dalam sejarah kesatuan gereja.10
Sebuah keharusan akan ekumenis yaitu menyangkut sebuah prinsip-prinsip teologis mengenai rekonsiliasi dan tantangan untuk mencari rekonsiliasi dan persatuan yang nyata.
Dalam hal ini ada terdapat tiga hal yang menjadi prinsip keharusan ekumenis yaitu:
1. Keyakinan (2 Korisntus 5:17-20)
2. Kristus adalah ekspresi dari Allah yang menyembuhkan dan rekonsiliasi, maka gereja Kristus juga harus menjadi tanda dari kasih Ilahi dan rekonsiliasi (Efesus 1:23)
3. Gereja-gereja menyadari kembali keinginan dan doa Tuhan mereka untuk kesatuan para pengikut-Nya (Yohanes 17: 21-23)
Dengan pengertian yang diberikan sebelumnya, maka dari itu gereja-gereja yang dulunya yang dianggap pecah. Maka, dengan gerakan ini semua organisasi berusaha untuk menyatukan semua perpecahan itu supaya tidak ada lagi berbagai hal yang menjadi perpecahan diantara gereja-gereja masa kini.
Gereja yang ekumenis merupakan gereja yang memiliki komitmen untuk bekerja menuju kesatuan umat Kristen dan membangun sebuah hubungan yang harmonis antara berbagai denominasi Kristen. Seperti yang telah dijelaskan bahwa dengan menarik dari pengertian dari “ekumenis” bahwa dalam konsep gereja, ekumenisma mengacu kepada sebuah gerakan di dalam mempromosikan kesatuan dan Kerjasama di antara berbagai tradisi umat Kristen, termasuk Protestan, Katolik, Ortodoks, dan berbagai aliran kekristenan lainnya. Di
10 Thomas E. Fitzgerald, The Ecumenical Movement: An Introductory History, Contributions to the Study of Religion 72 (Westport (Conn.): Praeger, 2006), 3.
dalam hal ini juga gereja yang ekumenis berusaha di dalam memulihkan dan memelihara akan kesatuan di antara umat Kristen yang tepecah oleh berbagai perbedaan doktrin, liturgi, dan tradisi yang biasanya dilakukan oleh gereja, hal ini diyakini bahwa sebuah perpecahan dalam tubuh kristus bertentangan dengan doa Yesus agar semua orang percaya untuk menjadi satu seperti yang disebutkan didalam Yohanes 17:21 bahwa
“Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau. Agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
Gereja yang ekumenis juga aktif di dalam setiap dialog dan praktis dengan gereja-gereja yang berasal dari berbagai denominasi. Tujuan dari dialog ini dilakukan dapat juga dimaksudkan untuk memahami setiap perbedaan dan persamaan, serta mencari cara untuk dapat bekerja sama di dalam misi yang hendak dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dapat juga termasuk dalam setiap proyek-proyek sosial, pendidikan, serta kemanusiaan.
Selanjutnya, dapat kita pahami bahwa sebuah gereja berarti dekat dengan istilah liturgi dan ibadah. Gereja tentunya sering melakukan ibadah bersama yang melibatkan berbagai denominasi (hal ini dimaksudkan juga sebagai gerekan oikumene). Ibadah ini dirancang untuk merayakan sebuah kesatuan didalam Kristus meskipun adanya perbedaa, namun tujuannya merupakan demikian yaitu dapat menyatukan berbagai setiap perbedaan yang ada. Ibadah ekumenis dapat saja berupa doa bersama, perayaan sakramen bersama, maupun setiap acara khusus seperti pekan doa yang bertujuan untuk kesatuan umat Kristen. Dari setiap pembahasan sebelumnya dapat kita lihat bahwa tujuan dari adanya gerakan ini merupakan sebuah upaya di dalam menyatukan berbagai perbedaan yang ada. Gereja yang bersifat ekumenis tidak akan mengabaikan maupun meremehkan setiap perbedaan yang ada antara denominasi. Namun sebaliknya, mereka akan mengakui dan menghormati setiap perbedaan tersebut sebagai sebuah bagian dari kekayaan warisan Kristen. Gereja akan berusaha untuk memahami setiap perbedaan ini di dalam konteks sejarah dan teologi masing-masing.
Gereja yang bersifat ekumenis dapat juga disebutkan sebagai gereja yang berkomitmen untuk memperjuangkan setiap kesatuan dan Kerjasama di antara berbagai tradisi kekristenan.
melalui adanya dialog antaraumat, ibadah bersama, pendidikan, dan kolaborasi dalam misi sosial, gereja yang ekumenis berusaha di dalam mewujudkan setiap kesatuan yang diinginkan oleh Kristus bagi semua pengikutNya. Mereka akan melihat bahwa ini sebagai sebuah kesaksian yang kuat bagi dunia sebagai sebuah kasih dan kebenaran injil.
KESIMPULAN
Dengan jelas telah dipaparkan berbagai hal mengenai pembahasan tentang gerakan yang ekumenis serta bagaimana itu terjadi dan moderasi beragama sendiri di antara masyarakat.
Dari berbagai pembahasan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan yang akan memberikan penjelasan yang lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca. Sebuah gerakan yang pada saat ini ada yaitu dengan tujuan untuk menyatukan berbagai aspek-aspek yang ada dimasyarakat.
Hadirnya Moderasi beragama diharapkan mampu menjadi sebuah jembatan yang dapat menyatukan berbagai pihak, baik yang seagama dan tidak seagama, dengan beragamnya suku, budaya, dan hal lainnya, diharapkan akan menjadi sebuah penghubung dari banyaknya aspek tersebut, dalam hal ini sendiri gereja muncul dengan gerakan yang ekumenisnya dan juga ikut serta ambil bagian untuk mewujudkan gereja yang ekumenis yang tidak hanya ditengah-tengah jemaat akan tetapi dapat menjadi sebuah gereja yang ekumenis di tengah-tengah masyarakat.
Dengan ini juga dapat dikatakan bahwa gerakan menuju gereja yang ekumenis menunjukkan komitmen gereja dalam memperkuat hubungan antarumat beragama dan berusaha dalam mempromosikan perdamaian serta kerukunan dalam masyarakat. Melalui berbagai kegiatan dan inisiatif ekumenis, gereja dapat menjadi sebuah contoh bagi masyarakat dalam membangun hubungan yang saling menghormati dan menghargai antarumat beragama.
Dengan demikian, hadirnya sebuah gerakan moderasi beragama dan gerakan gereja yang ekumenis bukan hanya relevan bagi jemaat gereja, akan tetapi juga memiliki dampak yang begitu signifikan bagi masyarakat secara keseluruhan. Melalui upaya bersama untuk mewujudkan moderasi beragama dan membangun gereja yang inklusif, maka dapat terciptanya masyarakat yang lebih harmonis, damai, dan menghargai keragaman.
DAFTAR PUSTAKA
Fitzgerald, Thomas E. The Ecumenical Movement: An Introductory History. Contributions to the Study of Religion 72. Westport (Conn.): Praeger, 2006.
Indonesia and Indonesia, eds. Moderasi Beragama. Cetakan pertama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2019.
Jaringan kerja penginjilan dan dampak pemahaman misi kekristenan terhadap oikumenis dan kemajemukan di Indonesia. Cetakan pertama. Jakarta: Kementerian Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2014.
Sidabutar, Hamonangan. “Ekumenisme Dan Praksis Gereja Lokal: Memperkuat Kesatuan Dan Keragaman Dalam Bingkai Teologi Kristen.” JURNAL TERUNA BHAKTI 6, no. 2 (March 2, 2024). https://doi.org/10.47131/jtb.v6i2.126.
Simanjuntak, Fredy, Jammes Juneidy Takaliuang, and Budin Nurung. “Merengkuh
Spiritualitas Persahabatan Ekumenis: Sebuah Refleksi Paradigma Misi Gereja Posmodern.”
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO 4, no. 2 (January 29, 2022).
https://doi.org/10.46929/graciadeo.v4i2.101.
Sofiyana dkk, Marindah Sari. Metodologi Penelian Pendidikan. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi, 2022.