• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Indonesia, ketentuan bagian waris antara laki-laki dan perempuan yaitu dengan perbandingan 2:1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Di Indonesia, ketentuan bagian waris antara laki-laki dan perempuan yaitu dengan perbandingan 2:1"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Artinya, jika ahli waris hanya terdiri dari satu laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua kali bagian perempuan. Berbeda dengan Indonesia, Turki merupakan negara yang menentukan pembagian warisan yang setara antara laki-laki dan perempuan, kecuali negara lain seperti Somalia. Undang-Undang Hukum Keluarga Turki (KUHPerdata 1926) menyatakan bahwa bagian warisan bagi laki-laki dan perempuan adalah 1:1.8.

Salah satu hal terpenting yang diatur dalam Hukum Keluarga Turki adalah prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan mengenai warisan dengan pembagian yang merata. Meski kedua negara tersebut merupakan negara Islam, namun persentase penggunaan warisan antara laki-laki dan perempuan berbeda-beda. Latar belakang permasalahan telah dijelaskan di atas yaitu pembahasan mengenai ketentuan pembagian waris antara laki-laki dan perempuan, hukum waris di Indonesia dan hukum waris di Turki.

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum keluarga Islam di Indonesia setelah mengetahui perbandingannya dengan hukum keluarga Islam di Turki ditinjau dari ketentuan mengenai pewarisan antara laki-laki dan perempuan. Sejauh yang penulis ketahui, belum ada tulisan yang sama yang menjelaskan secara tegas tentang ketentuan waris laki-laki dan perempuan dalam hukum Indonesia dan Turki.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengelolaan Data

Redacting : Memeriksa kembali data yang diperoleh terutama kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian dan keseragaman antar masing-masing data. Pengorganisasian : mengumpulkan data sekaligus mensistematisasikan data yang diperoleh dalam konteks pemaparan yang telah direncanakan sesuai dengan permasalahannya.15 Dimana penulis mengorganisasikan dan mensistematisasikan data yang diperoleh dalam konteks penjelasan yang telah penulis rencanakan sesuai dengan rumusan masalah yang penulis selidiki. Setelah memperoleh data mengenai ketentuan pembagian warisan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia dan Turki, penulis menyusun dan mensistematisasikan data yang diperoleh dengan rumusan masalah yang dibuat oleh penulis, apakah hasil data tersebut sudah sesuai dengan rumusan masalah atau belum. .

Teknik Analisa Data

Sistematika Pembahasan

PENDAHULUAN

HUKUM WARIS DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

HUKUM WARIS DI DALAM PERUNDANG-UNDANGAN TURKI

ANALISA PERBANDINGAN KETENTUAN BAGIAN WARIS

PENUTUP

PEMBAGIAN WARISAN DALAM FIKIH MAWARIS

Pembagian Warisan Dalam Fikih Mawaris 1. Pengertian dan Dasar Hukum Kewarisan Islam

ثرو-

Di dalam al-Quran dan hadis Nabi saw, tidak terdapat ayat atau hadis Nabi yang khusus yang memberikan penjelasan tentang pengertian hukum pewarisan Islam. Sebagai sumber hukum Islam secara umum, hukum pusaka Islam berlandaskan Al-Quran, Sunnah Nabi, Ijmaqu dan Ijtihad. Perkataan durf adalah kewajipan yang berasal dari kedudukan yang tinggi, dalam konteks ayat ini ialah Allah Taala.

Untuk memastikan tidak ada kekeliruan tentang sumber hak, kerana sumbernya sama dengan perolehan suami, iaitu jika harta itu ditinggalkan oleh ibu bapa dan kerabat, dan supaya persamaan hak itu lebih jelas. ditegaskan lagi bahawa sama ada harta itu sedikit atau banyak, iaitu hak itu mengikut bahagian yang ditetapkan oleh Yang Maha Tinggi, Allah SWT. Ayat ini menegaskan bahawa terdapat hak bagi lelaki dan perempuan berupa bahagian tertentu dari harta peninggalan ibu bapa dan kerabat, yang diatur oleh Allah SWT. Apa yang dijelaskan ialah status adik-beradik bersama bapa atau bersama anak lelaki, dalam kedua-dua keadaan mereka tidak mendapat apa-apa kerana mereka memakai tudung.

Kecuali dalam masalah masa<<<<<<< mereka mendapat bahagian. Terdapat 3 sebab seseorang itu menerima harta pusaka yang berlaku dalam syariat Islam dan masih hidup bermasyarakat. 30.

بسنلا ةمحلك ةمحل ءاولا

Sistem Pembagian Waris Dalam Peraturan di Indonesia 1. Gambaran Umum Negara Indonesia

  • Gambaran Umum Negara Turki
  • Sejarah Perkembangan Hukum Keluarga Di Negara Turki

Setelah melakukan keempat tahap tersebut, hasil kompilasi disusun menjadi semacam Kode yang masih dalam bentuk draft. Majalla>>t al Ahka>>m al 'Adliyah merupakan hukum perdata pertama yang diberlakukan di dunia Islam.79. Ketika situasi politik membaik setelah Konferensi Perdamaian Lausanne pada tahun 1993, pemerintah Turki membentuk komite ahli hukum untuk mempersiapkan undang-undang perdata yang baru.

KUH Perdata Turki yang baru bukanlah tiruan persis dari KUH Perdata Swiss, beberapa ketentuan bila dimasukkan ke dalam undang-undang disesuaikan dengan kondisi kota. Dapat dikatakan bahwa “kapasitas dan kemungkinan itu melekat dan dapat diturunkan dari undang-undang. KUH Perdata Turki 1926 merupakan undang-undang komprehensif yang mengatur semua cabang hukum perdata, termasuk perkawinan, perceraian, hubungan keluarga dan pewarisan.

Undang-undang ini tidak mencerminkan tren reformasi hukum keluarga Islam di negara-negara Asia Barat. Hukum mengenai waris tanpa wasiat yang diatur dalam undang-undang ini sepenuhnya diambil dari hukum Swiss, yang bertentangan dengan prinsip Islam. Undang-undang hukum perdata tahun 1926 yang dianut di Turki yaitu pemisahan antara agama dan hukum.

Hukum dagang dan hukum pidana (yang merupakan bagian dari hukum Islam non-Hanafi dan bagian dari hukum Perancis) diundangkan oleh perusahaan-perusahaan kerajaan masing-masing dari tahun 1850 hingga 1858. Pada tahun 1876, sebuah hukum perdata baru diumumkan di kerajaan tersebut yaitu disebut Majalla>t al Ahka>>m al 'Adliyah.83 Undang-undang ini merupakan hukum perdata pertama yang pernah disahkan di dunia Islam. Dengan 156 pasal dalam undang-undang tersebut, undang-undang tersebut hanya memuat undang-undang tentang perkawinan dan perceraian dan tidak ada bagian yang membahas tentang pewarisan.

Komisi Reformasi Hukum didirikan di Turki pada tahun 1923 untuk merancang hukum perdata dan hukum keluarga berdasarkan sumber-sumber Islam. KUHP diambil dari KUHP Italia tahun 1889 sedangkan KUHP perdata diambil dari KUH Perdata Swiss tahun 1912 (keduanya diterapkan dalam hal-hal tertentu yang berkaitan dengan keadaan sosial bangsa Turki). Langkah ini menggambarkan warisan hukum keluarga yang terpisah dari agama atas dasar persatuan dan kesatuan dalam hukum perdata modern.

Bahkan setelah adanya amandemen terhadap undang-undang keluarga dan warisan yang dimasukkan ke dalam KUH Perdata Turki, hal tersebut menunjukkan penyimpangan yang signifikan dari hukum Islam yang sudah ada. Khususnya ketentuan undang-undang yang berkaitan dengan harta perkawinan, legalitas (hukum yang mengatur keterangan) dan pewarisan.

Ketentuan Waris di Negara Turki

Yang dimaksud dengan penerimaan sukarela karena kegagalan para ahli hukum dalam membentuk undang-undang yang bersumber dari hukum Islam. Pemerintah Turki akhirnya terpaksa mengambil jalan alternatif dalam hal tersebut, yaitu dengan mengambil hukum perdata yang siap pakai dan siap pakai dari negara lain, yang kemudian diadopsi oleh hukum perdata Swiss (Swiss Civil Code 1912) ini menjadi hukum yang diadopsi dengan beberapa amandemen di sana-sini dan diundangkan di Turki pada tahun 1926. Dalam undang-undang kitab ketiga (KUHPerd. 1926), Turki memperkenalkan ketentuan pembagian warisan yang setara antara laki-laki dan perempuan yang dikenal dengan sebutan.

Selain itu, tidak ada ketentuan tentang hukum waris Turki dalam reformasi hukum keluarga di Cipris tahun 1951.89. Hukum waris dalam KUH Perdata Turki terus digunakan hingga akhirnya Turki melakukan perubahan yang disetujui oleh Majelis Nasional Turki pada tanggal 27 November 2001 dan diumumkan oleh Presiden Ahmet Nechdet Sezer dan disosialisasikan melalui surat kabar harian Turki pada tanggal 8 Desember 2001. Dengan ini istilah Turki berdiri sebagai negara yang menerapkan aturan mengenai warisan yang tidak sesuai dengan hukum Islam yang dianut oleh mayoritas penduduknya.

89 Tahir Mahmood, “Islam and Islamic law under word Constitutions”, dalam E-journal Future Islam (www.furure islam.com) (diakses 11 September 2015 pukul 08.00). HUKUM SUKSES TURKI / HUKUM WARISAN BUKU III HUKUM SIPIL TURKI Diatur dalam KUHPerdata (Pasal 495-682).

ATURAN UMUM

AHLI WARIS

Dimana Indonesia menggunakan ketentuan pembagian warisan antara laki-laki dan perempuan dengan persentase 2:1, sedangkan di Turki menggunakan ketentuan pembagian warisan antara laki-laki dan perempuan dengan persentase 1:1. Dan jelas pula bahwa perbandingan besarnya bagian warisan yang akan diperoleh laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Jika anak perempuannya hanya seorang, ia mendapat setengah bagiannya, jika dua orang atau lebih mendapat dua pertiganya, dan jika. anak perempuan bersama anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan.90.

Jika seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan perempuan ibu masing-masing mendapat seperenam. Jika saudara perempuan itu bersama saudara laki-laki atau ayah kandungnya, maka bagian saudara laki-laki itu adalah dua berbanding satu untuk saudara perempuannya. 96. Berbeda dengan Indonesia, Turki dengan hukum keluarganya (KUHPerd. 1926) mengatur pembagian yang sama.

Dari kedua undang-undang negara yaitu antara Kompilasi Hukum Islam dan KUH Perdata Turki (KUH Perdata Turki 1926), terlihat jelas adanya perbedaan dalam penentuan besarnya harta warisan yang diwariskan oleh ahli waris antara keduanya. suami dan wanita dalam persentase. Seperti pasal 176 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan, baik sendiri-sendiri maupun lebih, jika mereka mewarisi secara bersama-sama, maka mereka akan menjadi sekutunya dalam pewarisan ('As{a

Oleh karena itu, ketentuan mengenai warisan bagi pasangan yang masih hidup, baik laki-laki maupun perempuan, dalam hukum Turki (Kode Turki 1926) adalah sama, terlepas dari apakah mereka laki-laki atau perempuan. Sedangkan pada pasal 496 angka 4 UU Turki (KUHD 1926) disebutkan bahwa bila saudara laki-lakinya hanya seorang maka ia mendapat seluruh harta warisan, tetapi bila saudara laki-laki atau perempuan itu dua atau lebih, maka harta warisan itu dibagi rata. dengan persentase 1:1 juga. Meski Indonesia dan Turki merupakan negara yang masing-masing penduduknya mayoritas beragama Islam, namun kedua negara menerapkan aturan pewarisan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan.

Berbeda dengan di Indonesia, KUH Perdata Turki mengatur mengenai pewarisan antara laki-laki dan perempuan. Hukum Turki mengatur persentase warisan yang sama antara laki-laki dan perempuan, yang menjadi dasar hukum Turki merupakan hasil pengambilalihan negara Swiss. Hukum Swiss banyak terdapat ketentuan yang bertentangan dengan hukum Islam, dari beberapa ketentuan yang saling bertentangan antara lain mengenai pewarisan dan poligami, jika menyangkut pewarisan, hukum Swiss menyatakan bahwa perbandingan warisan antara laki-laki dan perempuan bukanlah 2:1, melainkan 1:1 .

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Menurut asas dalam hukum waris, apabila seorang personal guarantee meninggal sebelum proses pelunasaan utang terjadi, maka segala hak dan kewajiban dari pewaris akan beralih