ASBABUN NUZUL
Latar Belakang
Sebagai kitab suci umat Islam Al-Qur’an memiliki banyak sekali pembahasan di dalam kitabnya dari berbagai aspek kehidupan semua telah diatur olehnya yang maha kuasa di dalam kitab Al-Qura’an tersebut, untuk itu kita sebagai umat Islam harus tahu apa-apa saja ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, salah satu ilmu Al-Qur’an yaitu ilmu Asbabun nuzul ilmu ini merupakan salah satu aspek yang penting di dalam ilmu Al-Qur’an agar kita umat nabi Muhammad
ﷺ
dapat memahami ilmu-ilmu di dalam Al-Qur’an secara komprehensif.Pengertian
Secara bahasa dalam kitab Lisanul Arab, Ibnu Al-Mandzur menyebutkan, bahwa secara etimologi kata asbab adalah bentuk plural dari kata sabab yang berarti sesuatu yang mengakibatkan pada suatu yang lain (cause). Atau dalam bahasa Arabnya disebut kullu syai- in yutawasshalu bihi ila ghairihi.
Sedangkan kata nuzul berarti menempati (hulul). Orang Arab mengistilahkan seseorang yang singgah di suatu kaum dengan istilah nazil. Selain itu, kata nuzul juga menurutnya memiliki arti turun, seperti kata turun dalam kalimat nazala min fauqi ila asfal (turun dari atas ke bawah). Sehingga menurut Ibnu Al-Mandzur, nuzul atau nazala memiliki dua arti, yakni menempati dan turun.
Sedangkan menurut Muhammad Abdul Adhim Az-Zarqani dalam kitabnya Manahil al-Irfan, asbabun nuzul secara terminologi merupakan suatu ayat yang diturunkan dengan berkenaan suatu kejadian atau peristiwa sebagai keterangan hukum pada hari kejadian.
Ali as-Shabuny dalam kitab At-Tibyan fii Ulumil Qur’an mendefinisikan asbabun nuzul yaitu ketika terjadi suatu kasus (kejadian), kemudian diturunkanlah satu atau beberapa ayat yang berhubungan dengan kasus tersebut.
Dari segi lain, terkadang ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada Rasulullah
ﷺ
tentang suatu hukum syara’ atau penjelasan secara terperinci tentang urusan agama.
Kemudian Allah menurunkan satu atau beberapa ayat yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut.
Asbabun nuzul adalah peristiwa, perkataan, atau perbuatan yang terjadi pada masa tertentu dan menjadi latar belakang turunnya ayat Al-Quran. Fungsi asbabun nuzul salah satunya membantu memberikan penjelasan terhadap beberapa ayat.
Meskipun demikian, tidak semua ayat dalam kitab suci umat Islam tersebut memiliki asbabun nuzul, sebagai contoh beberapa wahyu yang mengisahkan para nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad Saw.
Syekh Muhammad Abdul Azim Az-Zarqani, seorang ulama bidang Al-Qur’an berpendapat bahwa asbabun nuzul merupakan hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat Al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi. Dan para mufasir Al-Qur’an sepakat bahwa, “asbabunnuzul adalah
diturunkan ayat Al-Qur’an atas sebuah kejadian untuk mengabadikannya atau menjelaskan hukum atas kejadian tersebut.”
Pembagian Asbabun Nuzul
Para ulama tafsir membagi peristiwa asbabun nuzul menjadi tiga bagian yang di tinjau dari dua aspek, yaitu yang pertama ayat Al-Qur’an yang mempunyai sebab atau latar belakang turunya ayat tersebut dan kedua ayat-ayat yang diturunkan tidak berdasarkan suatu peristiwa atau pertanyaan sebelum ayat itu turun. Kategori ayat yang kedua ini lebih banyak ditemukan di dalam Al-Qur’an.
Dan peristiwa asbabun nuzul yang tiga, yaitu:
Perdebatan (Jadal)
Yaitu perdebatan diantara kalangan umat Islam atau antar umat Islam dengan orang- orang kafir. Misal penyebab turunya surah Ali Imran ayat 96, dikarnakan perdebatan antara seorang muslim dengan orang yahudi.
Mujahid berkata; suatu ketika umat Islam dan Yahudi saling membanggakan kiblat mereka. Orang Yahudi berkata, Baitul Maqdis lebih utama dari Ka’bah karena ke sanalah tempat berhijrahnya para nabi dan ia terletak pada tanah suci. Sahabt berkata pula, Ka’bahlah yang paling mulia dan utama. Maka kemudian turun surah Ali Imran (3) ayat 96 tersebut, yaitu:
َنيِمَلاَعْلِل ىًدُهَو اًكَراَبُم َةّكَبِب يِذّلَل ِساّنلِل َعِضُو ٍتْيَب َلّوَأ ّنِإ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat (beribadah) manusia ialah baitullah yang ada di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.” (Ali Imran (3) ayat 96)
Dikutip dari buku Misteri di Balik Penamaan Surat-Surat Al-Quran oleh Latifatul Umamah, asbabun nuzul terbagi menjadi dua berdasarkan bentuknya. Berikut ini pembahasan lebih lengkapnya.
1. Peristiwa
Asbabun nuzul berupa peristiwa terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peristiwa berupa pertengkaran, kesalahan yang serius, dan hasrat. Salah satu contoh asbabun nuzul berupa kesalahan yang serius adalah sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk dan salah membaca surat Al-Kafirun. Peristiwa tersebut menjadi sebab turunnya ayat 43 surat An-Nisa berikut ini.
َنوُلوُقَت اَم اوُمَلْعَت ىّتَح ىَرَكُس ْمُتنَأَو َةَوَلّصلا اوُبَرْقَت َل اوُنَماَء َنيِذّلا اَُهّيَأَتَي
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...." (QS An-Nisa: 43).
2. Pertanyaan
Sementara itu, asbabun nuzul berupa pertanyaan juga terbagi menjadi tiga, yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan sejarah masa lalu, sesuatu yang sedang berlangsung (pada masa itu), dan masa yang akan datang.
Salah satu contoh kasusnya adalah ketika Quraisy bertanya mengenai Ashabul Kahfi dan Zulkarnain. Rasulullah Saw menjawab, "Besok akan aku beri tahukan kepadamu," tanpa mengucapkan insya allah. Hal tersebut membuat wahyu terlambat turun.
Selama menantikan wahyu, Rasulullah Saw merasa kesulitan hingga jawaban tersebut akhirnya turun, yaitu surat Al-Kahfi ayat 23-25.
ْلُقَو َتيِسَن اَذِإ َكّبّر رُكْذاَو ُا َءاَشَي نَأ ّلِإ ( اًدَغ َكِلَذ ٌلِعاَف يّنِإ ٍءْيَشِل ّنَلوُقَت َلَو اًعْسِت اوُداَد ْزاَو َنيِنِس ٍةَئاِم َث َلَث ْمُِهِفُْهَك يِف اوُثِبَلَو اًدَشَر اَذَه ْنِم َبَرْقَ ِل يّبَر ِنَيِدُْهَي نَأ ىَسَع
)Artinya:
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,' kecuali (dengan menyebut): Insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: 'Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini'. Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)." (QS Al-Kahfi: 23-25).
Jenis Asbabun Nuzul Berdasarkan Jumlah Sebab dan Ayat yang Turun
Dari segi bentuk sebab turunnya ayat dan segi jumlah ayat yang turun, terbagi menjadi dua. Mari simak uraian lengkapnya di bawah ini.
1. Taaddud Al-Sabab wa Al-Nazil Wahid
Taaddud al-sabab wa al-nazil wahid berarti sebab ayat turun lebih dari satu dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat itu satu. Jika ditemukan dua
riwayat atau lebih yang menjelaskan sebab turunnya ayat, maka masing-masingnya diteliti.
Beberapa hal berikut ini perlu menjadi perhatian utama:
Jika salah satu riwayat shahih dan yang lainnya tidak, maka yang diambil adalah yang shahih.
Jika kedua riwayat sama-sama shahih, tetapi salah satunya memiliki murajjih (penguat) seperti perawi yang menyaksikan langsung, maka riwayat dengan murajjih yang didahulukan.
Jika kedua riwayat sama-sama shahih dan tidak memiliki murajjih, keduanya dapat diambil dan dikompromikan, menyatakan bahwa ayat turun setelah dua atau lebih peristiwa yang berdekatan.
2. Taaddud Al-Nazil Wa Al-Sabab Wahid
Kemudian ada taaddud al-nazil wa al-sabab wahid atau inti yang terkandung dalam ayat yang diturunkan lebih dari satu, sedang sebab turunnya hanya satu. Salah satu contoh peristiwa yang menyebabkan turunnya dua ayat sekaligus, yaitu pertanyaan Ummu Salamah,
"Wahai Rasulullah, saya belum pernah mendengarkan sedikit pun Allah menyebutkan perempuan dalam berhijrah".
Pertanyaan tersebut menyebabkan turunnya ayat 195 surat Ali Imran.
ٍضْعَب ْنّم مُكُضْعَب ىَثنُأ ْوَأ ٍرَكَذ نّم مُكنّم ٍلِماَع َلَمَع ُعيِضُأ َل يّنَأ ْمُُهّبَر ْمُُهَل َباَجَتْساَف ْمُِهِتاَئّيَس ْمُُهْنَع ّنَرّفَكُ َل اوُلِتُقَو اوُلَتَقَو يِليِبَس يِف اوُذوُأَو ْمِهِراَيِد نِم اوُجِرْخَأَو اوُرَجاَه َنيِذّلاَف
ِباَوّثلا ُنْسُح ُهَدنِع ُ ّاَو ِ ّا ِدنِع ْنّم اًباَوَث ُرَُهْنَ ْلا اَُهِت ْحَت نِم يِرْجَت ٍتاّنَج ْمُُهّنَلِخْدُ َلَو
Artinya:
"Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman).
Sesungguhnya, Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku- hapuskan kesalahan- kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke surga yang mengalir sungai- sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah, pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS Ali Imran: 195)
Keluhan Ummu Salamah ini juga menjadi latar belakang turunnya surat Al-Ahzab ayat 35.
َنيِقِدّصلاَو ِتاَتِناَقْلاَو َنيِتِناَقْلاَو ِتاَنِم ْؤُمْلاَو َنيِنِم ْؤُمْلاَو ِتاَمِلْسُمْلاَو َنيِمِلْسُمْلا ّنِإ َنيِقّدَصَتُمْلاَو ِتاَقّدَصَتُمْلاَو ِتاَعِشَخْلاَو َنيِعِشاَخْلاَو ِتاَرِبّصلاَو َنيِرِبّصلاَو ِتاَقِدّصلاَو
ُ ّا ّدَعَأ ِتاَرِكاّذلاَو اًريِثَك َا َنيِرِكاّذلاَو ِتاَظِفَحْلاَو ْمُُهَجوُرُف َنيِظِفاَحْلاَو ِتاَمِبّصلاَو َنيِمِبّصلاَو اًميِظَع اًر ْجَأَو ًةَرِفْغّم مُُهَل
Artinya:
"Sesungguhnya, laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki- laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS Al-Ahzab: 35)