• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kreatif di Kota Medan

N/A
N/A
Uswatun Hasanah

Academic year: 2023

Membagikan "Kajian pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kreatif di Kota Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Industri kreatif terus berkembang dengan pesat selama beberapa tahun terakhir, menjelma sebagai opsi solutif global yang strategis untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan perekonomian dunia. Dengan fokus pada eksploitasinya terhadap pengetahuan dan kreativitas, industri kreatif telah menjadi tren baru yang memberikan warna pada arena persaingan dan arah perkembangan ekonomi. Sebagai elemen penting dalam sektor industri suatu negara, perannya sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi telah menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Pada masa pemerintahan sebelumnya, strategi pembangunan ekonomi yang digerakkan oleh rencana lima tahun (Repelita) terpusat pada proses industrialisasi. Dampaknya dapat terlihat dalam transformasi ekonomi Indonesia, beralih dari model ekonomi tradisional dengan andalan utama di sektor pertanian ke model ekonomi yang lebih modern, didominasi oleh sektor-sektor berbasis teknologi (non-primer), terutama pada periode dekade 70-an hingga 80-an.

Bahwa pengaruh ekonomi kreatif memiliki relevansi yang sangat signifikan dalam mendukung pertumbuhan dan mengatasi tantangan ekonomi. Peran utama industri kreatif juga terlihat dalam meningkatkan daya saing, seperti yang diterapkan oleh banyak negara yang dengan sungguh-sungguh mendorong inovasi dan mengupayakan strategi pemasaran untuk merambah pasar global. Dalam konteks mengatasi stagnasi ekonomi, inovasi dan kreativitas menjadi kunci utama. Seiring berjalannya waktu, konsep industri kreatif semakin menjadi pusat perhatian di banyak negara, karena terbukti mampu memberikan kontribusi konkret terhadap perekonomian. Di Indonesia, tren ekonomi kreatif semakin mencuat pada masa pemerintahan SBY, yang dengan sadar mengakui pentingnya mencari solusi untuk meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global.

Dalam periode jangka panjang, perkembangan ekonomi Indonesia kini menghadapi era baru, yaitu era informasi. Era ini ditandai oleh kemunculan berbagai inovasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi, sekaligus disertai dengan fenomena globalisasi ekonomi. Kedua faktor ini telah membawa peradaban manusia masuk ke dalam suatu arena interaksi sosial yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan.

Perubahan dalam konsentrasi perekonomian global terjadi seiring pergeseran dari negara-negara Barat ke negara-negara berkembang di kawasan Asia. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan bersaing dengan biaya produksi murah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan efisiensi industri yang dimiliki oleh Jepang. Dalam konteks kebijakan industri saat ini, negara berkembang dihadapkan pada kenyataan bahwa daya saingnya dalam industri manufaktur semakin terbatas. Untuk mengatasi tantangan ini, banyak negara memanfaatkan keunggulan komparatif mereka, terutama dalam hal biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan sumber daya alam yang melimpah. Pergeseran fokus ini mengarah pada pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif. Pada akhirnya, di awal tahun 1990-an, dimulailah era ekonomi baru yang menitikberatkan pada kreativitas dan informasi.

Fenomena ini melahirkan konsep ekonomi kreatif yang didorong oleh sektor industri yang dikenal sebagai industri kreatif.

Konsep ekonomi kreatif mencakup pemanfaatan sumber daya yang tidak hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, seperti ide, gagasan, bakat atau talenta, dan kreativitas. Dalam era kreatif, nilai ekonomi

(2)

suatu produk atau jasa tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, melainkan lebih berkaitan dengan pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui kemajuan teknologi. Industri tidak dapat bersaing di pasar global hanya dengan mengandalkan harga atau kualitas produk, melainkan harus berfokus pada inovasi, kreativitas, dan imajinasi. Departemen Perdagangan (2007) mengidentifikasi beberapa arah pengembangan industri kreatif, yang menekankan pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry), (2) lapangan usaha kreatif (creative industry), dan (3) Hak Kekayaan Intelektual seperti hak cipta (copyright industry). Secara umum, pengembangan industri kreatif menjadi penting karena setiap sektor dalam industri kreatif memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian suatu negara.

Selain itu, industri kreatif dapat menciptakan iklim bisnis yang positif dan memperkuat citra serta identitas suatu bangsa, melalui pemanfaatan sumber daya terbarukan yang berdampak positif pada aspek sosial.

Ekonomi kreatif telah membuktikan dampak positifnya dalam memajukan negara-negara di seluruh dunia dengan mengeksplorasi dan pengembangan potensi kreativitas. Setiap negara membangun potensi ekonomi kreatif masing-masing dengan pendekatan yang sesuai dengan keunikan dan kemampuan yang dimilikinya. Misalnya, Inggris merintis industri kreatifnya melalui Department of Culture, Media, and Sports (DCMS), Selandia Baru melalui New Zealand Trade and Enterprise (NZTE), dan Singapura melalui Ministry of Information, Communications, and the Arts (MICA) dengan konsep Renaissance City, Media 21, dan Design Singapore. Malaysia juga berkontribusi melalui Malaysia Design & Innovation Centre (MDIC), sementara Thailand menampilkan peranannya dalam Thailand Creative & Design Center (TCDC). Republik Rakyat Tiongkok (RRT) secara progresif menciptakan kota- kota kreatif baru, menempatkannya sebagai pemimpin dalam kontribusi ekonomi kreatif. Melalui upaya ini, negara-negara tersebut tidak hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung dan memajukan potensi kreatif masyarakatnya.

Indonesia memahami betapa pentingnya industri kreatif sebagai sumber ekonomi baru yang perlu dikembangkan dalam konteks perekonomian nasional. Departemen Perdagangan mencatat 14 sektor yang termasuk dalam kategori industri kreatif, meliputi jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video & fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio, serta riset &

pengembangan.

Industri kreatif di Indonesia telah menunjukkan kesuksesan yang cukup signifikan sejak tahun 2002.

Mengakui kontribusi positifnya terhadap perekonomian, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu pada tahun 2006 menginisiasi program Indonesia Design Power, yang bertujuan menempatkan produk Indonesia dengan standar internasional dan ciri khas nasional yang dapat bersaing di pasar global.

Fenomena ini tercermin dari prestasi orang-orang Indonesia yang telah mencapai ketenaran internasional sebagai desainer, seniman, arsitek, artis panggung, musisi, hingga produser/sutradara. Di sisi lain, produk-produk unggulan Indonesia seperti batik, songket Palembang, patung Bali, keunikan

(3)

Papua, berbagai kreasi dari Jawa Barat, hingga mebel Jepara, telah mendapatkan pengakuan di kancah internasional.

Sebagai tindakan konkret untuk mengembangkan industri kreatif, pada tanggal 22 Desember 2008, bertepatan dengan Hari Ibu, Presiden Republik Indonesia secara resmi menetapkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif dan merilis Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009. Instruksi ini mewajibkan seluruh instansi terkait, baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah, untuk memberikan dukungan penuh terhadap kebijakan pengembangan ekonomi kreatif.

Dalam konteks inisiatif pemerintah Kota Medan, langkah ini menjadi sangat tepat mengingat prospek dan dampak besar yang dimiliki oleh industri kreatif terhadap perekonomian. Data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan menunjukkan adanya 224.000 unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang beroperasi di Kota Medan. Dari jumlah tersebut, sekitar 7.800 unit aktif di sektor industri kreatif, melibatkan berbagai bidang seperti periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukan, dan penerbitan. Di sisi lain, sekitar 198.000 pelaku usaha UMKM berfokus pada bidang usaha jasa salon kecantikan, pengangkutan, dan ekspedisi, sementara 17.000 pelaku usaha bergerak di sektor perdagangan, menjual berbagai macam makanan kecil dan rumah makan.

Pemberian perhatian khusus terhadap industri kreatif di Kota Medan merupakan langkah positif untuk memajukan sektor ini di tingkat lokal.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, sangat penting untuk memaksimalkan peran dan kontribusi ekonomi kreatif dalam mendukung percepatan dan perluasan ekonomi di Kota Medan.

Oleh karena itu, dianggap relevan untuk melakukan kajian pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kreatif di Kota Medan pada tahun 2015. Melalui kajian ini, diharapkan industri kreatif yang sudah ada di Kota Medan dapat mengalami pertumbuhan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi masyarakat serta perkembangan ekonomi kota Medan dalam jangka waktu yang akan datang. Upaya ini mencerminkan komitmen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkuat potensi ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar utama dalam strategi pengembangan ekonomi lokal.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT A. TUJUAN

Tujuan dari kajian pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kreatif di Kota Medan melibatkan beberapa aspek penting, yaitu:

1. Menganalisis Gambaran Umum Ekonomi Kreatif: Tujuan pertama adalah untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang kondisi ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan. Kajian ini akan mencakup identifikasi sektor-sektor ekonomi kreatif yang sedang berkembang, mengevaluasi tantangan yang dihadapi, serta mengidentifikasi kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan.

(4)

2. Menilai Potensi dan Prospek Ekonomi Kreatif: Tujuan kedua adalah untuk menilai potensi dan prospek ekonomi kreatif sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi masyarakat di Kota Medan. Melalui analisis ini, diharapkan dapat diidentifikasi sejauh mana ekonomi kreatif dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan peluang bagi pelaku usaha dan masyarakat umum.

3. Merumuskan Kebijakan dan Strategi Pengembangan: Tujuan ketiga adalah merumuskan arah kebijakan dan strategi pengembangan ekonomi kreatif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Kota Medan. Langkah ini melibatkan pembuatan rencana tindakan yang konkret dan terarah, termasuk penentuan kebijakan ekonomi, dukungan infrastruktur, pelatihan keterampilan, dan promosi ekosistem kreatif.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, diharapkan hasil kajian dapat memberikan panduan yang kuat bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merancang langkah-langkah strategis yang berkelanjutan untuk pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan.

B. MANFAAT

Kajian pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kreatif di Kota Medan diharapkan akan memberikan sejumlah manfaat yang signifikan, antara lain:

1. Identifikasi Potensi Ekonomi Kreatif : Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif yang dapat diperkuat dan dikembangkan sebagai langkah nyata dalam pengembangan ekonomi masyarakat Kota Medan. Penemuan ini menjadi dasar untuk merencanakan upaya konkret yang dapat memanfaatkan kekayaan kreatif di tingkat lokal.

2. Perumusan Kebijakan dan Strategi Berbasis Kreativitas : Dengan menyusun arah kebijakan dan strategi pengembangan ekonomi kreatif, kajian ini akan memberikan kerangka kerja yang kokoh bagi pemerintah Kota Medan. Langkah ini diharapkan akan menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif, serta memberikan pedoman untuk pengambilan keputusan yang efektif.

3. Dokumen Rencana Pengembangan Ekonomi Berbasis Kreativitas : Manfaat lainnya adalah tersusunnya dokumen rencana pengembangan ekonomi masyarakat berbasis ekonomi kreatif. Dokumen ini akan menjadi panduan bagi

(5)

para pemangku kepentingan, membantu dalam mengarahkan upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Kota Medan dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif.

4. Pedoman untuk Koordinasi Antar SKPD dan Pemangku Kepentingan : Kajian ini diharapkan memberikan pedoman dan arahan yang jelas untuk meningkatkan koordinasi di antara semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan. Sinergi antarinstansi ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program pengembangan ekonomi kreatif di tingkat lokal.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. PENGERTIAN EKONOMI KREATIF

Istilah "ekonomi kreatif" mulai popular secara global sejak terbitnya "The Creative Economy: How People Make Money from Ideas" (2001) karya John Howkins.

Howkins menyadari bahwa gelombang ekonomi baru yang berasal dari kreativitas setelah melihat Amerika Serikat pada tahun 1997 menghasilkan produk Hak Kekayaan Intelektual senilai 414 miliar dollar AS, menjadikannya sebagai ekspor nomor 1 Amerika Serikat. Howkins secara ringkas mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai "penciptaan nilai sebagai hasil dari ide."

Pada hakikatnya, ekonomi kreatif melibatkan kegiatan ekonomi yang menekankan pada kreativitas berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki nilai dan bersifat komersial. Definisi yang banyak digunakan saat ini berasal dari UNCTAD dalam Creative Economy Report (2008), yang menyatakan bahwa kreativitas dalam konteks ini merujuk pada pembentukan ide-ide baru dan penerapannya untuk menghasilkan karya seni dan produk budaya asli, menciptakan fungsionalitas, yang terlihat dalam kontribusinya terhadap kewirausahaan, mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi.

Definisi terbaru dari UNCTAD pada tahun 2010 menggambarkan ekonomi kreatif sebagai konsep yang berkembang berdasarkan aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Hal ini mencakup peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor, sambil

(6)

mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan manusia.

Pada tingkat mikro dan makro, ekonomi kreatif melibatkan kumpulan aktivitas ekonomi berbasis pengetahuan dengan dimensi pengembangan dan keterhubungan lintas sektoral. Di Indonesia, istilah yang digunakan lebih cenderung kepada

"ekonomi kreatif" sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009, diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan nilai ekonomis dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2.2. PERKEMBANGAN KONSEP EKONOMI KREATIF

Ekonomi kreatif, yang memiliki kata kunci "kreatif," mencerminkan evolusi pemahaman tentang proses kreatif dan peranannya dalam kehidupan masyarakat dari zaman pencerahan hingga era digital masa kini (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, 2014). Seni dan budaya manusia telah tumbuh dan berkembang pesat sejak awal peradaban, memainkan peran krusial dalam berbagai tonggak sejarah manusia.

John Hartley (2007) menggambarkan evolusi ini dalam empat babak.

Pertama, pada era modern, perkembangan ekonomi kreatif dimulai dengan penekanan pada kreativitas rasional dalam era pencerahan (1650-1850). Pada masa ini, peradaban dunia masih berfokus di Eropa, terutama Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia, dengan manusia rasional sebagai subyek utama penggerak dunia.

Babak berikutnya adalah masa industrialisasi kreativitas dalam era industri (1850- 1995). Pada akhir abad ke-19, industri dan media massa berkembang pesat, menyebabkan pergeseran pusat keadidayaan dunia dari Eropa ke Amerika Serikat.

Pada periode ini, ekonomi kreatif mengalami perkembangan signifikan, dengan eksplorasi baru di bidang industri dan media di Amerika Serikat.

Selanjutnya, terjadi globalisasi kreativitas sebagai industri kreatif pasca tahun 1995.

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta sistem transportasi yang lebih terjangkau membawa dunia masuk ke era globalisasi. Pada akhir tahun 1990-an, industri kreatif mulai mengambil pasar global sebagai target utama, bersamaan dengan munculnya invasi soft power yang lebih tegas oleh berbagai kelompok kreatif penyedia jasa kreatif.

(7)

Ekonomi kreatif terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi, membawa munculnya era industri kreatif baru pasca tahun 2005. Pada abad ke-21, literatur dua arah memungkinkan masyarakat tidak hanya mengkonsumsi tetapi juga memproduksi keindustrian informasi. Era baru ini melahirkan wujud kreativitas baru dalam industri kreatif, di mana pasar global tidak lagi menjadi satu-satunya target utama, melainkan juga budaya dan ilmu pengetahuan yang unik dan baru. Masyarakat mulai menyoroti nilai-nilai tradisi lokal sebagai sumber daya intelektual, membuka peluang baru dalam kegiatan pasar dan kewirausahaan di tempat-tempat yang sebelumnya jarang mendapat perhatian di luar budaya populer Amerika dan Jepang.

2.3. DEFINISI INDUSTRI KREATIF

Menurut Departemen Perdagangan RI, industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang mengambil keuntungan dari kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan, melalui pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Simatupang (2007) menambahkan bahwa industri kreatif bergantung pada talenta, keterampilan, dan kreativitas sebagai elemen dasar setiap individu. Unsur utama dalam industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui kreasi intelektual.

Pemerintah Indonesia mengidentifikasi 10 subsektor dalam industri kreatif, antara lain:

1) Periklanan (Advertising): Kegiatan kreatif yang melibatkan jasa periklanan, termasuk riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan, dan distribusi iklan melalui berbagai media.

2) Arsitektur: Kegiatan kreatif terkait desain bangunan dari level makro hingga mikro, melibatkan perencanaan kota, biaya konstruksi, dan pengawasan konstruksi.

3) Pasar Barang Seni: Kegiatan perdagangan barang-barang asli, unik, dan langka dengan nilai estetika seni dan sejarah tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan film.

4) Kerajinan (Craft): Kegiatan kreatif yang mencakup kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat oleh tenaga pengrajin dari desain awal hingga penyelesaian produk.

(8)

5) Seni Pertunjukkan (Showbiz): Kegiatan kreatif terkait dengan pengembangan konten dan produksi pertunjukkan, seperti pertunjukkan wayang, balet, tarian tradisional, dan musik.

6) Penerbitan dan Percetakan: Kegiatan kreatif yang melibatkan penulisan dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, serta penerbitan digital dan kantor berita.

7) Layanan Komputer dan Piranti Lunak (Software): Kegiatan kreatif terkait pengembangan teknologi informasi, termasuk jasa komputer, pengolahan data, dan pengembangan piranti lunak.

8) Televisi & Radio (Broadcasting): Kegiatan kreatif dalam kreasi, produksi, dan penyiaran acara televisi dan radio.

9) Riset dan Pengembangan (R&D): Kegiatan inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi untuk perbaikan dan kreasi produk baru.

10) Kuliner: Kegiatan kreatif dalam pengembangan makanan olahan khas pasar Indonesia untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional.

Inti dari ekonomi kreatif adalah industri kreatif, yang melakukan proses penciptaan melalui penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang bersifat komersial. Ide dan gagasan yang lahir dari intelektual menghasilkan kekayaan intelektual seperti desain, merek dagang, paten hak cipta, dan royalti, menjadikan inti dari ekonomi kreatif.

2.4. INDIKATOR EKONOMI KREATIF

Terdapat beberapa indikator yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi kreatif, di antaranya:

1. Kesiapan SDM Kreatif:

Di era ekonomi kreatif, kreativitas bukan hanya milik dunia seni, tetapi juga melibatkan dunia manajemen, sains, dan teknologi. SDM kreatif mencakup berbagai bidang seperti sains, insinyur, arsitek, desainer, pendidik, artis, musisi, dan entertainer. Di Amerika, 30% pekerja strata kreatif menghasilkan pendapatan sekitar 2 triliun dolar Amerika. Meski negara-negara Asia, termasuk Indonesia, mulai menunjukkan kematangan dalam industri kreatif, masih ada kendala, seperti pemahaman yang terbatas terhadap konteks kreativitas, terlalu mikroskopis dalam berpikir sehingga kurang inovatif, dan kurangnya sarana untuk bereksperimen dan berekspresi. Diperlukan penanaman pola pikir kreatif yang kontekstual di berbagai aspek kehidupan.

(9)

2. Tersedianya SDA yang Memadai:

Sumber daya alam memainkan peran penting dalam mendukung ekonomi kreatif.

Penggunaan yang efektif dan efisien perlu diterapkan untuk mencegah masalah dalam pengeksploitasian sumber daya alam. Penghematan sumber daya alam menjadi kunci untuk memastikan ketersediaannya.

3. Lembaga Pendidikan Berkualitas:

Pendidikan memiliki peran besar dalam menciptakan insan kreatif. Kurikulum harus berorientasi pada kreativitas dan jiwa kewirausahaan, memungkinkan anak didik untuk berdaya juang dalam menghadapi perubahan nyata. Lembaga pendidikan seharusnya menciptakan kompetensi yang kompetitif dan memperhatikan kecerdasan multi-dimensi, termasuk kecerdasan emosi dan spiritual.

4. Dukungan Lembaga Keuangan:

Lembaga keuangan perlu memberikan dukungan yang lebih besar pada industri kreatif Indonesia. Meskipun skema pembiayaan seperti KUR telah ada, perbedaan pola bisnis di sektor industri kreatif membuat lembaga keuangan sulit memberikan dukungan yang cukup. Perlu dipertimbangkan kebijakan atau skema pembiayaan yang sesuai dengan keunikan industri kreatif agar dapat tumbuh dan berkembang.

2.5. PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI INDONESIA

Rancangan Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015 di Indonesia, mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai era baru setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi. Pada dasarnya, ekonomi ini mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan sebagai faktor produksi utama dari sumber daya manusia (2008). Menurut rancangan pengembangan ekonomi kreatif Departemen Perdagangan tahun 2004-2009, tahap pertama pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia bertujuan menghasilkan kreativitas modal sosial yang melibatkan pembentukan komunitas kreatif, kesadaran berkreasi, perluasan jejaring, dan kolaborasi orang kreatif.

Setelah terbentuknya kreativitas modal sosial, langkah selanjutnya adalah merancang rancangan industri kreatif Indonesia (Departemen Perdagangan, 2007). Rencana ini dibagi menjadi dua tahap utama. Pertama, tahap penguatan pada periode 2007-2015, dengan target industri kreatif menyumbang 6-8 persen terhadap PDB riil nasional, kontribusi ekspor mencapai 6-8 persen dari total ekspor nasional, dan menyerap

(10)

tenaga kerja minimal 6,5 persen. Selain itu, jumlah perusahaan di sektor ini diharapkan meningkat 1,5-2 kali lipat dari tahun 2006.

Kemudian, tahap akselerasi pada periode 2015-2025 ditujukan untuk meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif menjadi 9-11 persen dari PDB nasional dan menyerap tenaga kerja sekitar 9-11 persen dari total tenaga kerja nasional. Pada tahun 2015, targetnya adalah meningkatkan jumlah usaha di sektor industri kreatif menjadi 3 kali lipat dari tahun 2006, sekitar 6,8 juta perusahaan, dengan penciptaan 504 merek lokal baru. Pentingnya mencapai tujuan ini membutuhkan kolaborasi antara tiga aktor utama, yaitu cendikiawan, pelaku bisnis, dan pemerintah, dalam model yang dikenal sebagai "triple helix." Kolaborasi ini diharapkan dapat mengoptimalkan hasil pembangunan industri kreatif di Indonesia.

2.6. HAMBATAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

Dengan adanya perubahan pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan sebuah langkah positif bagi pelaku ekonomi kreatif. Diharapkan, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB dapat meningkat dari 7,6 persen menjadi 8-9 persen. Namun, dalam pengembangannya, beberapa hambatan muncul. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, terdapat lima hambatan utama dalam mengembangkan industri ini.

Pemerintah telah menunjukkan keseriusannya dalam menggarap ekonomi kreatif melalui berbagai kementerian. Mari Elka, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjelaskan bahwa hampir seluruh kementerian memberikan kontribusi sesuai dengan cetak biru masing-masing, yang diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009. Porsi kementerian ini mencakup seni pertunjukan, musik, film, seni rupa, desain dan arsitektur, konten periklanan, dan percetakan.

Pemerintah memutuskan untuk mengembangkan ekonomi kreatif karena melihat potensinya yang sangat besar. Dengan 14 subsektor yang ada, pemerintah berupaya untuk mengakomodasi masuknya sektor kuliner. Keberhasilan ekonomi kreatif diharapkan dapat menciptakan daya saing baru yang sulit ditiru oleh negara lain, serta memberikan kebanggaan nasional. Kontribusinya terhadap penciptaan lapangan usaha mencapai 6,7 persen, sementara kontribusi tenaga kerja sekitar 7,7 persen, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertambangan dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

(11)

Namun, terdapat lima kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi kreatif ini. Pertama, akses terhadap bahan baku menjadi kendala, terutama bagi industri seperti batik yang masih kesulitan mendapatkan kain mori. Kedua, penggunaan teknologi dalam pemasaran dan pembuatan produk kreatif masih rendah.

Ketiga, sektor ekonomi kreatif belum sepenuhnya dianggap sebagai ekonomi produktif oleh perbankan. Pemerintah berusaha menyamakan pemahaman dengan Bank Indonesia untuk meningkatkan kontribusi perbankan pada sektor ini.

Kesulitan dalam mengukur nilai aset usaha karena sifatnya intangible menjadi kendala keempat. Pembiayaan ekonomi kreatif tidak hanya berasal dari perbankan, tetapi juga dari sektor nonperbankan. Pemerintah merencanakan program subsidi untuk creativepreneur pemula yang biasanya belum memiliki business plan tetapi memiliki ide-ide cemerlang.

Kendala terakhir terkait dengan perlindungan hak cipta, dimana pembajakan masih menjadi masalah serius. Mari Elka menekankan pentingnya penegakan hukum yang serius tidak hanya terhadap para pengedar, tetapi juga terhadap pabrik yang memproduksi barang bajakan. Selain itu, perlindungan hak cipta juga perlu ditingkatkan dengan mengurangi disparitas harga antara produk asli dan bajakan.

Masih diperlukan banyak ruang publik untuk memamerkan, memperjualbelikan, dan menjelaskan karya-karya kreatif. Produksi karya kreatif yang melimpah menjadi kurang bermakna jika tidak dapat ditampilkan kepada publik. Oleh karena itu, perlu adanya inisiatif untuk meningkatkan ketersediaan ruang publik bagi pelaku ekonomi kreatif dalam memamerkan karyanya.

2.7. PEMBANGUNAN EKONOMI MODERN

Ekonomi kreatif dari awal kemunculannya diyakini memiliki potensi untuk mempercepat kemajuan pembangunan ekonomi modern dan pengembangan bisnis di Indonesia. Definisi arus pembangunan ekonomi modern diterapkan dengan mengembangkan inovasi-inovasi, berdasarkan pada fenomena yang muncul dari pembangunan ekonomi dan perkembangan bisnis di banyak negara. Terutama, perhatian tertuju pada perbedaan kinerja pembangunan ekonomi dan bisnis yang tajam antara negara-negara miskin sumber daya alam (SDA) dengan yang memiliki kekayaan alam melimpah.

(12)

Pentingnya perkembangan arus pembangunan ekonomi modern menjadi kunci keberhasilan perkembangan ekonomi saat ini. Kunci utama keberhasilan pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis terletak pada keunggulan modal manusia dalam membangun ekonomi kreatif di arus pengembangan ekonomi modern.

Hal ini dicapai melalui investasi jangka panjang dalam pendidikan, modernisasi infrastruktur informasi, peningkatan infrastruktur untuk pengembangan kreativitas, dan penciptaan lingkungan ekonomi yang kondusif untuk mendorong transaksi pasar yang lebih atraktif tetapi efisien.

Menurut teori perkembangan ekonomi oleh Schumpeter, inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta atau entrepreneur menjadi faktor utama dalam mendorong kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Kemajuan ekonomi tersebut dihasilkan oleh inovasi, yang diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat melalui perbaikan teknologi dan kreativitas para wiraswasta. Schumpeter membedakan antara pertumbuhan ekonomi, yang disebabkan oleh peningkatan faktor produksi tanpa perubahan teknologi, dengan pembangunan ekonomi, yang disebabkan oleh inovasi dan perubahan teknologi.

Pembangunan ekonomi, menurut Schumpeter, bermula dari lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang mendukung kreativitas para wiraswasta. Lingkungan yang mendukung kreativitas akan mendorong munculnya para wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi. Keberhasilan inovasi oleh wiraswasta perintis dapat menciptakan posisi monopoli, yang memberikan keuntungan di atas keuntungan normal dan menjadi rangsangan bagi para calon innovator. Hasrat untuk berinovasi didorong oleh harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.

Dalam konteks ekonomi global, keberadaan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan ekonomi modern mampu mengakselerasi pembangunan ekonomi dan bisnis serta mendorong percepatan globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi diwarnai oleh upaya masyarakat ekonomi di negara-negara maju untuk meyakinkan dunia akan pentingnya melakukan liberalisasi investasi dan perdagangan.

Perkembangan teknologi informasi, sebagai bagian dari kemajuan IPTEK, menjadi pendorong utama dalam globalisasi ini, menghasilkan proses interaksi dan integrasi

(13)

ekonomi antar negara yang cepat dan tanpa hambatan. Dengan demikian, globalisasi ekonomi menjadi bagian integral dari kehidupan dalam dunia bisnis global, menciptakan persaingan bisnis yang semakin ketat dan menantang manajemen di era baru saat ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini bersifat mendalam dalam mengeksplorasi pengembangan ekonomi masyarakat Kota Medan yang berlandaskan pada sektor ekonomi kreatif, dengan tahun 2015 sebagai tahun fokus penelitian. Fokus utama penelitian ini tertuju pada masyarakat yang aktif bergerak dalam dunia usaha ekonomi kreatif, di mana sektor ini menjadi sumber utama penghasilan bagi mereka. Dalam konteks ini, penelitian akan menyelidiki berbagai aspek yang mencakup kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian kota, tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha kreatif, serta dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat ditemukan informasi dan wawasan yang mendalam mengenai dinamika ekonomi kreatif di Kota Medan pada tahun tersebut.

3.2. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai pengembangan ekonomi masyarakat Kota Medan berbasis ekonomi kreatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi sehingga dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dinamika ekonomi kreatif di kota tersebut. Penelitian ini akan mengadopsi rancangan penelitian survei, yang melibatkan pengambilan sampel dari populasi tertentu menggunakan kuesioner sebagai alat utama pengumpulan data. Pendekatan survei diharapkan dapat memberikan data yang representatif dan mendalam mengenai pandangan, pengalaman, dan persepsi masyarakat yang terlibat dalam ekonomi kreatif di Kota Medan pada tahun 2015.

(14)

3.3. METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, di mana pemilihan sampel dilakukan secara sengaja untuk mencakup individu atau kelompok yang dianggap dapat mewakili segmen masyarakat yang aktif terlibat dalam usaha ekonomi kreatif di Kota Medan. Responden yang diambil sebagai sampel penelitian ini berjumlah 40 orang, yang terdiri dari pelaku usaha ekonomi kreatif di berbagai sektor yang beroperasi di Kota Medan. Melalui metode purposive sampling, diharapkan data yang diperoleh dapat memberikan wawasan yang mendalam mengenai pengalaman, tantangan, dan kontribusi para pelaku ekonomi kreatif dalam konteks pembangunan ekonomi di kota tersebut.

3.4. SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder, yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, untuk memberikan gambaran komprehensif tentang pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan terkait dengan kondisi aktual ekonomi kreatif di Kota Medan, serta melalui pengisian kuesioner yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi kreatif. Proses pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara intensif dan mendalam (in-depth interview) untuk mendapatkan wawasan yang lebih holistik.

Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Bappeda, dan pihak-pihak lain yang memiliki relevansi dengan fokus penelitian. Data sekunder ini mencakup informasi kuantitatif dan kualitatif yang mendukung analisis tentang perkembangan ekonomi kreatif di Kota Medan.

Pengumpulan informasi dilakukan melalui studi literatur, yang mencakup pemeriksaan berbagai literatur dan teori-teori terkait dengan ekonomi kreatif, serta meninjau hasil-hasil kajian sebelumnya yang relevan. Selain itu, wawancara dan pengisian kuesioner juga menjadi metode pengumpulan data, di mana informasi diperoleh secara sistematis dan terstruktur dari para responden yang terlibat secara aktif dalam ekonomi kreatif di Kota Medan. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran ekonomi kreatif dalam konteks pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.

(15)

3.5. METODE ANALISIS

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan melibatkan dua pendekatan utama, yaitu analisis kuantitatif deskriptif dan analisis kualitatif.

1) Analisis kuantitatif deskriptif bertujuan untuk menyajikan data dari instansi/lembaga terkait dengan menggunakan tabel, grafik (chart), dan diagram.

Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggambarkan dengan jelas informasi yang diperoleh dari data kuantitatif terkait perkembangan ekonomi kreatif di Kota Medan.

2) Analisis kualitatif melibatkan penggunaan teknik analisis EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary), analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary), dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats).

Tahapan dalam analisis kualitatif melibatkan;

 Identifikasi faktor internal dan eksternal melalui pembuatan matriks IFAS dan EFAS. Matriks IFAS bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana kekuatan internal melebihi kelemahan, sementara matriks EFAS bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana peluang eksternal dapat dimanfaatkan dan sejauh mana ancaman dapat diatasi.

 Analisis SWOT kemudian digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh ekonomi kreatif di Kota Medan. Analisis ini membantu dalam merumuskan strategi kebijakan yang efektif. Terdapat beberapa kemungkinan identifikasi lingkungan dihadapi ekonomi kreatif yaitu;

a. peluang untuk pengembangan yang memanfaatkan kekuatan,

b. peluang yang membutuhkan perubahan haluan untuk mengatasi kelemahan,

c. ancaman yang dapat diatasi dengan diversifikasi, dan d. ancaman yang memerlukan strategi defensif.

Dengan merinci analisis ini, diharapkan dapat ditemukan strategi kebijakan yang tepat untuk memaksimalkan potensi dan mengatasi tantangan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan. Tabel matriks SWOT, sebagai hasil dari analisis ini, akan menjadi panduan untuk perencanaan strategis dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

(16)

Tabel 1. Matriks SWOT

IFAS EFAS

STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor- faktor

kekuatan internal

WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor- faktor

kelemahan internal OPORTUNITIES (0)

Tentukan 5-10 faktor- faktor

peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang mengunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T) Tentukan 5-10 faktor- faktor

ancaman eksternal

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang mengunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

3.6. OUTPUT (LUARAN)

Adapun hasil dari penelitian ini berupa laporan yang menggambarkan kajian mendalam tentang pengembangan ekonomi masyarakat Kota Medan yang berbasis ekonomi kreatif pada tahun 2015. Laporan ini menjadi sarana untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang dapat diimplementasikan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam usaha ekonomi kreatif di Kota Medan.

Laporan ini mencakup analisis data kuantitatif dan kualitatif yang terkait dengan kondisi ekonomi kreatif di Kota Medan. Selain itu, hasil dari analisis SWOT dan identifikasi faktor internal dan eksternal memberikan dasar bagi perumusan strategi yang terarah dan kebijakan yang tepat guna. Oleh karena itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pemangku kepentingan, pemerintah daerah, dan pelaku ekonomi kreatif untuk mengambil langkah-langkah yang efektif dalam meningkatkan dampak positif ekonomi kreatif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya, laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi yang berharga bagi peneliti, akademisi, dan pihak terkait lainnya yang tertarik untuk melanjutkan penelitian atau mengambil bagian dalam pembangunan ekonomi kreatif di wilayah Kota Medan. Melalui kontribusi ini, diharapkan masyarakat dapat merasakan manfaat

(17)

nyata dari pengembangan ekonomi kreatif, sehingga tercipta lingkungan yang lebih dinamis, inklusif, dan berdaya saing tinggi.

3.7. PROSES DAN TAHAPAN PENELITIAN

Penelitian ini mengikuti serangkaian tahapan yang terorganisir secara sistematis untuk memastikan akurasi, kredibilitas, dan keterpaduan seluruh proses penelitian. Tahap- tahap tersebut mencakup:

1. Tahap Persiapan:

Pada tahap persiapan, metodologi penelitian diperdalam, desain kuesioner disusun, dan tenaga lapangan direkrut. Pelaksanaan coaching kepada tenaga lapangan dilakukan untuk memastikan pemahaman yang mendalam sebelum melibatkan mereka dalam pengambilan data atau survei lapangan.

2. Tahap Survey Lapangan/Pengumpulan Data:

 Pengumpulan data primer dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan informasi yang akurat dan relevan.

 Quality Control diterapkan untuk memantau dan menjaga kualitas serta validitas data yang diperoleh selama proses pengumpulan data.

3. Tahap Pengolahan Data dan Kompilasi:

Data yang terkumpul diedit, ditabulasikan, dan dikelompokkan sesuai dengan kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kompilasi data disusun dalam laporan data dan fakta yang mencerminkan kondisi yang teridentifikasi selama survei lapangan.

4. Tahap Analisis Data:

Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan metode kualitatif. Analisis ini bertujuan untuk menggali wawasan mendalam tentang kondisi ekonomi kreatif di Kota Medan.

5. Penyusunan Laporan:

Hasil analisis tersebut kemudian dirangkum dalam bentuk laporan penelitian yang terdiri dari:

 Laporan Pendahuluan

 Laporan Antara

 Laporan Akhir

(18)

Dengan mengikuti tahapan ini, penelitian diharapkan memberikan laporan yang komprehensif, mendalam, dan berkualitas tinggi, memberikan sumbangan penting bagi pemahaman tentang pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan.

3.8. STAF DAN TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN

Struktur tim proyek ini dirancang untuk mencakup peran-peran kunci yang mendukung kelancaran dan keberhasilan penelitian. Berikut adalah perincian peran dan kualifikasi setiap anggota tim:

1. Team Leader:

Sebagai pimpinan proyek, Team Leader memiliki tanggung jawab penuh atas jalannya proyek dari awal hingga selesai. Kompetensinya mencakup gelar S2 Ekonomi Manajemen dengan pengalaman minimal 5 tahun atau gelar S1 Ekonomi Manajemen dengan pengalaman minimal 7 tahun. Team Leader memiliki peran strategis dalam mengoordinasikan seluruh tim untuk mencapai tujuan penelitian.

2. Tenaga Ahli:

 Ahli Ekonomi Makro (Minimal S2): Bertanggung jawab untuk memberikan wawasan ekonomi makro yang mendalam yang mendukung analisis proyek.

 Ahli Teknik Industri (Minimal S2): Berperan dalam menyediakan pemahaman teknis industri yang diperlukan untuk evaluasi ekonomi kreatif.

 Ahli Akuntansi/Keuangan (Minimal S2): Bertugas menyediakan perspektif keuangan dan akuntansi yang mendukung aspek keuangan proyek.

3. Tenaga Penunjang:

 Surveyor atau Tenaga Lapangan (Jumlah: 4 orang): Melakukan survei lapangan dan mengumpulkan data primer dengan akurasi tinggi untuk mendukung analisis.

 Operator Komputer (Jumlah: 1 orang): Bertanggung jawab untuk pengelolaan dan analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang diperlukan.

Setiap anggota tim memiliki peran yang jelas dalam mencapai tujuan proyek.

Kolaborasi dan koordinasi yang baik di antara mereka diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap kelancaran dan kesuksesan penelitian pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan.

(19)

3.9. JADWAL KEGIATAN

Jadwal kegiatan untuk penelitian ini direncanakan melibatkan sekitar 3 bulan sejak penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) hingga penyusunan laporan akhir. Rincian jadwal kegiatan tersebut tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jenis Kegiatan Bulan Ke 1 Bulan Ke 2 Bulan Ke 3 penyusunan proposal,

pembuatan instrumen penelitian, dan rekruitmen tenaga lapangan untuk memastikan perencanaan yang terstruktur dan instrumen yang efektif dalam mengumpulkan data ekonomi kreatif di Kota Medan.

Persiapan pengambilan data lapangan, pengurusan perijinan, pembekalan tenaga lapangan dan penyiapan logistik lapangan.

Pengambilan data lapangan.

Pengolahan data.

Pembuatan laporan

pendahuluan dan finalisasi laporan akhir.

Referensi

Dokumen terkait

Solusi dari kendala dari upaya Pemerintah Kota Singkawang dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Ekonomi Kreatif Kuliner Khas Kota Singkawang khususnya Bidang Ekonomi Kreatif pada kegiatan