• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: TINJAUAN YURIDIS KELALAIAN BANK MENGHAPUS INFORMASI DEBITUR INDIVIDUAL HISTORY DEBITUR YANG TELAH LUNAS DALAM PERJANJIAN KREDIT DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2678 K/Pdt/2019)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: TINJAUAN YURIDIS KELALAIAN BANK MENGHAPUS INFORMASI DEBITUR INDIVIDUAL HISTORY DEBITUR YANG TELAH LUNAS DALAM PERJANJIAN KREDIT DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2678 K/Pdt/2019)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

Apa tanggung jawab bank jika terjadi kelalaian dalam menghapus informasi riwayat debitur individu debitur yang telah melunasi perjanjian kreditnya? Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab bank jika terjadi kelalaian dalam menghapus informasi debitur perorangan, riwayat debitur terbayar dalam perjanjian kredit.

Keaslian Penelitian

Bagaimana aturan Bank Indonesia mengenai perlindungan hukum nasabah debitur dalam Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia. Apa perlindungan hukum bagi pelanggan yang masuk daftar hitam karena kesalahan pelaporan sistem informasi piutang?

Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Landasan Konseptual

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa kerangka konseptual pada hakikatnya merupakan arah atau pedoman yang lebih konkrit dibandingkan dengan kerangka teori yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi operasional yang menjadi pedoman konkrit dalam proses penelitian.35. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku manusia sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau merugikan kepentingan umum.41 Pertimbangan hukum berarti penilaian dari sudut pandang hukum, yaitu suatu kajian yang mempertimbangkan. Kelalaian adalah suatu keadaan pikiran dalam suatu perbuatan yang berupa kelalaian yang dimaksud, baik karena tidak memikirkan akan terjadinya suatu resiko, padahal seharusnya kita sudah memikirkannya (kelalaian yang tidak disadari), agar dapat berpikir. tentang hal itu, atau risiko yang dalam hal ini merupakan risiko (kelalaian yang disengaja).36 c.

Informasi riwayat peminjam individu adalah informasi seluruh dana yang diamankan dalam kondisi tertekan dan terkini mulai dari Rp 1 (satu rupiah) ke atas. Saver 7 adalah nasabah yang menitipkan dananya pada bank dalam bentuk tabungan berdasarkan perjanjian antara bank dan nasabah.39. Perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam meminjam antara bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur, yang mana debitur harus melunasi utangnya beserta bunganya setelah jangka waktu tertentu.

Putusan adalah keterangan seorang hakim sebagai pejabat negara yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman dan mempunyai wewenang untuk itu, yang diucapkan di pengadilan dan bertujuan untuk menyelesaikan perkara.41 Putusan yang dimaksud di sini adalah Mahkamah Agung. . nomor 2678 K/Pdt/2019 yang merupakan keputusan akhir.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik dan Alat Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Penelitian yang menggunakan analisis deskriptif adalah penelitian yang sekadar menggambarkan keadaan suatu objek atau peristiwa tanpa ada maksud untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum.43 Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara tepat ciri-ciri individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk mengetahui frekuensi atau sebaran suatu gejala atau frekuensi hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat 44. Tujuan utama analisis bahan hukum adalah untuk mengetahui makna istilah-istilah yang digunakan dalam aturan hukum secara konseptual, serta untuk mengetahui penerapannya dalam praktik.45. Penerapan asas dan kaidah hukum tersebut adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/21/PBI/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14 /PBI/2007 tentang sistem informasi debitur, Peraturan Bank Indonesia No. 10/10/PBI/2008 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005 tentang penyelesaian pengaduan nasabah, Peraturan Bank Indonesia No. 10/1 /PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/5/PBI/2006 tentang Intermediasi Bank. Bahan hukum sekunder terdiri atas buku-buku hukum (textbook), jurnal hukum, artikel-artikel hukum atau pendapat para ahli hukum yang dimuat di media massa, kamus dan ensiklopedia hukum, internet dengan nama situs.

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Klasifikasi yaitu dengan mengolah dan menyeleksi data yang terkumpul menjadi bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Untuk memperoleh data kepustakaan guna menunjang pelaksanaan penelitian ini digunakan alat pengumpulan data berupa inventarisasi bahan hukum (primer, sekunder, tersier), pencatatan dan alat tulis yang digunakan untuk mencatat.

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menginventarisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang menjadi pokok kajian.50 Data yang terkumpul akan diidentifikasi kemudian dianalisis secara kualitatif dalam bentuk pembahasan, diantara berbagai data sekunder terkait. terhadap berbagai peraturan hukum dan peraturan perundang-undangan yang telah diinventarisasi dan pada tahap akhir akan ditemukan peraturan perundang-undangan yang konkrit, sehingga diambil kesimpulan dengan menggunakan logika berpikir deduktif,51 yang menganalisis peraturan perundang-undangan yang berlaku umum berkaitan dengan tesis ini dan kemudian dihubungkan dengan kelalaian bank dalam menghapus riwayat data debitur perorangan debitur yang telah melunasi perjanjian kredit dalam perspektif.

Fungsi dan Peranan Bank dalam Pelayanan Jasa Perbankan

53Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Tarsito, Bandung, 2015, hal.21. 54Thomas Suyitno, Dasar-Dasar Kredit, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2011, hal.2. pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Fungsi tersebut merupakan penjabaran dari Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu: “Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang terselenggaranya pembangunan nasional guna meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional guna memajukan kesejahteraan rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. membaik secara keseluruhan." Bank adalah badan hukum yang menghimpun uang masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lain untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Bank berfungsi sebagai perantara keuangan dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa lain dalam lalu lintas pembayaran. Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi sekelompok orang atau perseorangan, melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang harmonis. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara umum, yang berarti tujuan yang ingin dicapai perbankan nasional adalah meningkatkan pemerataan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, bukan hanya sekelompok masyarakat saja. atau individu.57.

Perbankan tidak hanya sekedar wadah penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat atau perantara penabung dan investor, namun ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak, sehingga masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera dari sebelumnya.

Hubungan Hukum Antara Lembaga Perbankan dengan Nasabah 1. Hubungan Hukum Antara Bank dengan Nasabah Penyimpan

Hubungan Hukum Antara Bank dengan Nasabah Peminjam Dana Hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur (peminjam

Dalam prakteknya, hubungan antara bank dan peminjam dana nasabah biasanya dituangkan dalam bentuk yang dibuat secara sepihak oleh bank, dan semua persyaratannya dinyatakan. Para ahli hukum menyebut pembuatan formulir secara sepihak sebagai perjanjian baku, yaitu perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam formulir. 85. Perjanjian baku (standard contract) adalah perjanjian yang syarat dan ketentuannya disusun dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pengguna dan mengikat pihak lain.

Pihak lain tidak dapat mengubah atau merundingkannya, atau dengan kata lain yang dibakukan di sini adalah klausul-klausul yang menjadi syarat-syarat perjanjian.86 Perjanjian baku yang dibuat oleh bank bertentangan dengan asas-asas yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Kode. mengenai sah atau tidaknya suatu perjanjian, dimana salah satu syaratnya adalah harus adanya perjanjian antara kedua belah pihak. Lahirnya perjanjian baku antara lain diilhami oleh perkembangan masyarakat modern dan perkembangan kondisi sosial ekonomi. Tujuan awal dibuatnya suatu perjanjian baku adalah untuk alasan efisiensi dan praktis.87 Formulir yang dibuat dan disediakan oleh bank yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah peminjam uang, merupakan tindakan sepihak bank, karena prinsipnya Kesepakatan mengharuskan kedua belah pihak mencapai kesepakatan.

Dilihat dari sudut pandang kontrak baku, nasabah hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu menyetujui atau tidak menyetujui syarat-syarat yang ditentukan secara sepihak oleh bank yang tertuang dalam kontrak 88 Berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh bank. atau yang terjadi antara bank dengan nasabah peminjam dana, maka tentu saja hal ini berarti para pihak dalam hal ini bank sebagai badan usaha dan nasabah baik secara perseorangan maupun sebagai badan usaha mempunyai hak dan kewajiban yang telah ditetapkan. dipenuhi dalam rangka melaksanakan kesepakatan/perjanjian yang ada.

Hubungan Hukum Antara Bank dengan Nasabah Pengguna Jasa Perbankan Lainnya

Munir Fuady menjelaskan, hubungan hukum antara bank dan nasabah timbul dari ketentuan Buku III (Kitab Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUH Perdata), berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa semua perjanjian adalah dibuat sah, berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya, sebagai suatu peraturan yang umum, selain itu berdasarkan peraturan-peraturan khusus mengenai pinjaman yang dapat dibelanjakan, pasal 1754 sampai dengan pasal 1769 KUHPerdata. 89 Ketentuan mengenai hubungan hukum menunjukkan bahwa hubungan antara antara bank dan nasabah berdasarkan hubungan kontraktual berlaku bagi hampir semua nasabah, baik nasabah debitur, nasabah penyimpan, maupun nasabah non debitur bukan nasabah penyimpan 90. Hubungan kontraktual dengan nasabah debitur didasarkan pada kontrak yang dibuat antara bank sebagai kreditur (funder) dengan debitur (fund lender).

Selain itu, berbeda dengan kontrak untuk nasabah debitur, kontrak kredit seringkali diatur cukup luas dalam hal ini; kontrak antara bank dengan nasabah penyimpan atau nasabah nondeposito dan nondebitur pada umumnya hanya diatur dalam bentuk kontrak yang sangat sederhana.92 Sebagai subsistem hukum perdata, fungsi perbankan tunduk pada peraturan hukum perdata melalui hubungan hukum antara bank dengan pengguna lainnya. layanan perbankan. Hubungan hukum tersebut dapat dikualifikasikan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan disebut perjanjian titipan dan hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur disebut perjanjian kredit bank.93.

Berdasarkan berbagai ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan, dapat disimpulkan bahwa hubungan hukum antara bank dan nasabah diatur dengan suatu perjanjian.

Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Nasabah

Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan Oleh Bank Indonesia

Tugas Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter juga mencakup pelaksanaan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditentukan. 99 Kebijakan nilai tukar ditentukan terlebih dahulu oleh pemerintah dalam keputusan presiden berdasarkan usulan Bank Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Bank Indonesia, dalam rangka penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter, Bank Indonesia juga merupakan lembaga yang mengelola cadangan devisa. Dalam melaksanakan pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia dapat melakukan berbagai jenis transaksi valuta asing dan juga dapat menerima pinjaman luar negeri.

Pengelolaan cadangan devisa oleh Bank Indonesia dilakukan melalui berbagai jenis transaksi valuta asing, yaitu penjualan, pembelian, dan lain-lain. Sedangkan untuk alat pembayaran nontunai, Bank Indonesia berwenang menentukan bentuk, keabsahan, dan keamanan penggunanya dalam berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Bank Indonesia juga berwenang mengatur sistem setelmen dan menyelenggarakan setelmen antar bank, serta melakukan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank baik dalam rupiah maupun valuta asing.108.

Kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam pengaturan dan pengawasan bank adalah sebagai alat atau sarana untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat, yang menjamin terselenggaranya seluruh peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan usaha perbankan oleh bank yang bersangkutan dan Tentu 112.

Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

120 Afika Yumya Syahmi, “Dampak Pembentukan Pengawasan Lembaga Perbankan, Kajian Hukum Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol.1 No.2, 2019, hal.6. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Keuangan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Berdasarkan ruang lingkup pengawasannya, ZJK merupakan lembaga yang diberi kewenangan melakukan pengawasan terhadap berbagai sektor kegiatan yang berkaitan dengan jasa keuangan.

Salah satu jawabannya terletak pada bagaimana OJK dapat mencapai harmonisasi yang efektif terhadap aspek hukum yang mengatur setiap sektor dalam industri jasa keuangan.127. Harmonisasi yang dimaksud bukanlah harmonisasi akibat kebijakan politik, melainkan harmonisasi yang berakar pada prinsip-prinsip utama sektor jasa keuangan yang tertuang dalam undang-undang. Otoritas Jasa Keuangan akan diberikan beberapa kewenangan yang cukup luas, antara lain kewenangan mengeluarkan peraturan, kebijakan, dan pedoman yang mengatur bidang-bidang yang dicakup oleh masing-masing instansi yang berwenang.

OJK dibentuk dalam rangka menjamin seluruh kegiatan jasa keuangan di sektor jasa keuangan dilaksanakan secara tertib, adil, transparan, dan akuntabel serta mampu menyelenggarakan sistem.

Referensi

Dokumen terkait

” Prinsip kehati-hatian ( prudential principle ) adalah pedoman dalam pengelolaan bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan 3 (tiga) hal yang perlu diatur oleh bank Indonesia dalam rangka pembinaan bank sehat sebagai badan usaha dan

bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dokrin dan lain-lain sumber hukum, yang megatur masaah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya