Sanksi pidana akan dijatuhkan kepada pelaku narkotika dan penjatuhan sanksi pidana berupa pidana penjara oleh hakim terhadap pelaku narkotika merupakan salah satu kebijakan pidana yang diambil oleh UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkoba, dan hal tersebut tidak lepas dari norma hukum pidana yang dianut hukum pidana sampai saat ini, misalnya pada Pasal 10 KUHP. Sebagai wawasan untuk memahami dan menganalisis penerapan sanksi pidana yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pengedar narkoba sebagai pelanggar narkoba. Penuntutan terhadap pelanggaran penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh anak dimulai pada saat dilakukan penyidikan sampai dengan persidangan di Pengadilan Pidana Umum.
Kerangka Konseptual
Kepastian hukum merupakan instrumen hukum suatu negara yang memberikan kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiksi dan dapat dilaksanakan, mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara sesuai dengan budaya masyarakat yang ada. . Peredaran obat narkotika menurut Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah setiap kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan tanpa hak atau melawan hukum dan tergolong tindak pidana narkotika. dan prekursor obat. Narkotika menurut Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan, sintetik atau semi sintetik, dan yang menyebabkan penurunan atau perubahan nilai. mengurangi atau menghilangkan kesadaran, kehilangan rasa, nyeri, dan menimbulkan ketergantungan, yang terbagi dalam kategori sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang obat-obatan narkotika.
Asumsi
Pertanggungjawaban pidana pengedar narkoba yang melakukan persekongkolan jahat (kolusi) dalam peredaran narkoba telah sesuai dengan dakwaan kedua Jaksa Penuntut Umum dan telah memenuhi unsur Pasal 112 ayat (1) juncto Pasal 132 ayat (1). ) ) Undang-undang Republik Indonesia No.
Keaslian Penelitian
Ada beberapa tesis yang membahas tentang penerapan hukuman mati terhadap pengedar narkoba yang melakukan konspirasi jahat (samenspanning) dalam peredaran narkotika, seperti Makalah oleh Madiasa Ablisar, NIM Mahasiswa Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2018 yang berjudul “Penerapan Sanksi Hukuman Mati Bagi Pelaku Peredaran Narkoba di Wilayah Hukum Kota Tanjung Balai”. Tesis Muhammad Daud, Mahasiswa NIM Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2020 berjudul “Penerapan Hukuman Mati Dalam Tindak Pidana Narkotika”.
Faktor apa saja yang menjadi kendala kejaksaan dalam menjalankan hukuman mati dalam kasus Ayodhya Prasad Chaubey? Butar-Butar, NPM Program Magister Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2020 dengan judul “Bukti Ilmiah Hukuman Mati Bagi Pelanggar Tindak Pidana Narkotika (Studi pada BNN Provinsi Sumut dan Polda Sumut). Bagaimana perspektif dari BNN Sumut dan Polda Sumut soal bukti ilmiah hukuman mati bagi pelanggar narkoba?
Apa kedudukan dan fungsi pernyataan ilmiah tentang hukuman mati bagi pelaku narkoba? Berdasarkan permasalahan di atas, hal ini berbeda dengan skripsi ini karena yang dibahas adalah penerapan hukuman mati terhadap bandar narkoba yang melakukan konspirasi jahat (samenspanning) dalam peredaran narkotika sehingga menimbulkan permasalahan.
Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
- Metode Pendekatan
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
- Analisis Data
Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan ambiguitas dalam pembahasan dalam penelitian. Untuk memperoleh hasil yang obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan, maka data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode yaitu penelitian kepustakaan yaitu survei yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data. data dengan cara mengkaji bahan pustaka, atau data sekunder, antara lain bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Data sekunder dikumpulkan berdasarkan penelitian kepustakaan, meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.58 Untuk penelitian normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder.
Data sekunder ini mempunyai cakupan yang sangat luas, meliputi surat-surat pribadi, catatan harian bahkan dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah.59. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindak pidana persekongkolan (kolusi) dalam bidang narkotika yang dilakukan oleh anak. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer yang berupa putusan pengadilan, buku-buku yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.
Keputusan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan yang memperhatikan tujuan penelitian ini dan dengan melihat sifat dan sifat dari objek yang diteliti serta hasilnya yang nantinya akan digeneralisasikan. Analisis data menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji adalah suatu proses menyusun urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan deskriptif dasar. 60 Data sekunder yang diperoleh disistematisasikan, diolah dan diteliti serta dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif.
Narkotika dan Penyalahgunaan Narkotika
Selain pengertian yang diberikan oleh para ahli, terdapat juga pengertian obat narkotika dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, yaitu obat narkotika adalah bahan atau obat yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan, sintetik atau semi sintetik, dan yang dapat menyebabkan penurunan jumlah obat. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa sakit, berkurang hingga menghilangkan rasa takut dan dapat menimbulkan ketergantungan. Prekursor Narkoba adalah zat atau prekursor atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan obat narkotika.66. Alamai adalah sejenis zat/obat yang diambil langsung dari alam tanpa melalui proses fermentasi, contoh: ganja, kokain dan lain-lain.
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk tujuan terapeutik serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan kecanduan antara lain. Kokain kasar, semua produk yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah langsung untuk memperoleh kokain. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak memberikan pengertian dan penjelasan yang jelas mengenai istilah penyalahgunaan, hanya istilah penyalahgunaan yang terlihat dalam undang-undang yaitu penyalahgunaan.
Gejala yang muncul pada tahap ini adalah secara psikologis sulit bergaul dengan teman baru, orang tersebut menjadi lebih tertutup, sensitif dan mudah tersinggung, mulai senang berbohong, dan terlihat normal secara fisik saat mengenakan sesuatu, padahal tidak. memakainya terlihat kurang sehat dan kurang percaya diri, pemurung, gelisah, malas, lebih jernih dibandingkan tahap kedua (pemula). Gejala yang muncul pada tahap ini adalah: secara psikologis sulit dalam menghadapi teman baru, sensitif, mudah tersinggung, egois, hanya ingin menang, suka berbohong dan menipu, sering mencuri, merampok, tidak tahu.
Tindak Pidana Narkotika
Tindak pidana terhadap orang tua/wali pecandu narkoba di bawah umur 79 Tindak pidana yang berkaitan dengan orang tua atau wali dari pecandu di bawah umur yang dengan sengaja tidak melaporkan tindak pidana Pasal 111 sd Pasal 129. Tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi .80 Dalam hal tindak pidana pasal 111 sd pasal 126 dan pasal 129 yang dilakukan oleh korporasi atau dilakukan secara terorganisir. Tindak pidana bagi orang yang tidak melaporkan tindak pidana narkotika 81 Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 129.
Tindak pidana percobaan dan permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan narkotika dan prekursor 82 Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan narkotika dan prekursor narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 126 dan Pasal 129 diancam dengan pidana penjara dan pidana denda paling banyak ditambah sepertiga. namun hukum pidana yang lebih ketat Hal ini tidak berlaku untuk kejahatan yang diancam dengan hukuman mati, penjara seumur hidup, atau 20 tahun penjara. Tindak pidana sehubungan dengan penggunaan anak 83 Penertiban, bujukan, pemaksaan dengan kekerasan, penipuan, bujukan terhadap anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana pada Pasal 111 sampai dengan Pasal 126 dan Pasal 129. Tindak pidana terhadap pecandu narkotika dan keluarganya , yang tidak melaporkan dirinya.84 Pecandu narkoba yang sudah cukup umur dan dengan sengaja tidak melaporkan dirinya atau keluarganya sebagai pecandu narkoba.
Menempatkan, membayar atau menggunakan, menitipkan, menukarkan, menyembunyikan atau menyembunyikan, menanamkan modal, menyimpan, mendonasikan, mewariskan dan/atau memindahtangankan uang, harta benda dan benda atau kekayaan baik berupa barang bergerak maupun tidak bergerak, berwujud maupun tidak berwujud, yang berasal dari tindak pidana narkotika dan /atau tindak pidana prekursor narkotika. Menerima penempatan, pembayaran atau pembelian, penyimpanan, penukaran, penyembunyian atau penyembunyian penanaman modal, simpanan atau transfer, hibah, warisan, harta benda atau uang, benda atau kekayaan, baik berupa benda bergerak atau tidak bergerak, benda berwujud atau tidak berwujud yang diketahui berdasarkan dari tindak pidana narkoba dan/atau tindak pidana prekursor narkoba.
Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Narkotika
Bedanya, dengan mengikuti Pasal 55 KUHP pelaku melakukan tindak pidana yang dilarang, sedangkan dalam permufakatan jahat tindak pidana tersebut tidak dilakukan oleh pelaku. Jadi yang dipidana di sini atau merupakan tindak pidana adalah suatu kesengajaan yang ditunjukkan dengan adanya persetujuan dua orang atau lebih untuk melakukan suatu tindak pidana dalam ketentuan Pasal dan 108 KUHP. Sekalipun tindak pidana tersebut tidak dilakukan, bukan berarti permufakatan jahat itu sama dengan tindak pidana percobaan (pogging) sebagaimana diatur dalam Pasal 53 KUHP.
Dalam suatu percobaan kejahatan harus dipenuhi 3 unsur, yaitu kesengajaan, dimulainya eksekusi, dan perbuatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan kehendak pelaku. Sebenarnya dalam hukum pidana kesengajaan saja tidak dapat dipidana, namun karena tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 termasuk tindak pidana berat, maka tindak pidana permufakatan jahat itu dijadikan tindak pidana berdasarkan pasal-pasal tersebut. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bersifat pengecualian, artinya hanya dianggap sebagai tindak pidana dalam tindak pidana yang disebutkan dalam UUD yaitu pasal 111 sampai pasal 126 dan pasal 129 dan tindak pidana permufakatan jahat juga diancam dengan pidana yang sama dengan pasal-pasal tersebut. . 111 sampai dengan pasal 126 dan pasal 129.
Persekongkolan (samenspanning) adalah kejahatan melakukan suatu kejahatan, dapat dikatakan kejahatan yang telah diperjanjikan, dipersiapkan atau direncanakan belum terjadi. Persekongkolan untuk melakukan kejahatan berdasarkan Pasal 108 diancam dengan pidana berdasarkan ancaman pidana dalam Pasal tersebut, Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107 dan Pasal 108 KUHP mengatur tindak pidana yang sangat berbahaya dan dapat mengancam keamanan negara, seperti pengkhianatan. , menyebarkan atau mengembangkan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dan pemberontakan.