• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MENJATUHKAN SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KONSERVASI HAYATI DAN EKOSISTEM MENYIMPAN DAN MEMILIKI KULIT SATWA UNTUK MELINDUNGI SATWA LINDUNG DI INDONESIA (Analisis Putusan Nomor 41/Pid.B/LH/2020/PN Liw)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MENJATUHKAN SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KONSERVASI HAYATI DAN EKOSISTEM MENYIMPAN DAN MEMILIKI KULIT SATWA UNTUK MELINDUNGI SATWA LINDUNG DI INDONESIA (Analisis Putusan Nomor 41/Pid.B/LH/2020/PN Liw)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

Negara hukum pada hakikatnya berakar pada konsep teori kedaulatan hukum, yang pada dasarnya menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum. Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep negara hukum, maka dapat dipahami munculnya gagasan negara hukum. Cikal bakal gagasan negara hukum yang dikemukakan Plato adalah diperkenalkannya konsep nomoi.

Sebagai konsekuensi dari konsep negara hukum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka segala tindakan aparat penegak hukum harus berdasarkan hukum, dalam hal ini termasuk Undang-Undang Dasar (UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945) dan undang-undang. berasal dari mereka. Negara hukum bermula dari gagasan tentang suatu sistem hukum yang dilaksanakan untuk membentuk suatu sistem yang menjamin kepastian hukum dan perlindungan hak asasi manusia. Dengan kata lain, negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi warga negaranya.

Prinsip penting dalam negara hukum adalah adanya perlindungan yang sama atau persamaan di depan hukum.Dalam konsep negara hukum, hukumlah yang memegang kendali.

Kerangka Konseptual

Apabila pertimbangan hakim kurang lengkap, baik dan lengkap, maka putusan hakim yang timbul dari pertimbangan hakim tersebut dikesampingkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.57. Pidana penjara adalah suatu tindak pidana berupa pembatasan kebebasan gerak seorang terpidana, yang dilakukan dengan cara mengurung orang tersebut dalam lembaga pemasyarakatan, dengan mewajibkan orang tersebut mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan yang berkaitan dengan tindakan disipliner. bagi terpidana melanggar peraturan tersebut.58. Hewan yang dilindungi diatur dalam Pasal 21 ayat (2) huruf d bahwa setiap orang dilarang memperdagangkan, memelihara, atau memiliki kulit, badan, atau bagian lain dari hewan yang dilindungi atau barang yang terbuat dari bagian atau bagian hewan tersebut.

Asumsi

Keaslian Penulisan

Bagaimana analisis pidana terhadap pelaku tindak pidana perdagangan satwa dilindungi berdasarkan Putusan Nomor 151/Pid.B/2013/PN-TTD dan Putusan Nomor 145/Pid.B/L.H/2020/. Tesis Winda Putri Pradini, NIM: B011171603, mahasiswi program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2021 yang berjudul “Peninjauan Kembali Tindak Pidana Kepemilikan dan/atau Penyimpanan Sepatu Kuda Kima dan Kima Cina yang Dilindungi Tanpa Izin (Studi Kasus Putusan Nomor 34/Pid.B/2020/PN.Mks)". Apa kualifikasi tindak pidana penyimpanan dan/atau penyimpanan Kima Tapak Kuda dan Kima Cina yang dilindungi tanpa izin?

Disertasi Rizki Haryadi, NIM: SHP141677, Mahasiswa Program Magister Hukum Fakultas Syariah Sulthan Thaha Saifuddin Universitas Islam Negeri Jambi Tahun 2019 dengan judul “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Penjualan Satwa Liar Berdasarkan UU No.

Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
  • Analisis data

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum.61 Penelitian tersebut dilakukan dengan menganalisis putusan mengenai kumulatif hukuman penjara dan denda karena memelihara dan memiliki kulit binatang yang dilindungi berdasarkan keputusan nomor 41/Pid.B/LH / 2020/ PN Liw. Pendekatan kasus62 dilakukan dengan menilai kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan yang ada saat ini yang telah menjadi putusan pengadilan, yaitu putusan nomor 41/Pid.B/LH/2020/PN.Liw. Pendekatan konseptual 63 dilakukan dengan mempelajari kedudukan dan doktrin dalam ilmu-ilmu hukum, yang akan menemukan gagasan-gagasan yang dapat memunculkan wawasan hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan permasalahan yang kita hadapi.

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang mutlak diperlukan karena data merupakan sumber yang akan diteliti.Pengumpulan data terfokus pada pokok permasalahan, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan kerancuan dalam pembahasan. . Alat pengumpulan data menggunakan metode penelitian kepustakaan berupa buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan dan dokumentasi lainnya seperti majalah, internet, majalah dan sumber teori lainnya yang berkaitan dengan kumulatif hukuman penjara dan denda karena memelihara dan memiliki kulit binatang yang dilindungi.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka sebagai sumber data yang dibaca, dipelajari dan dikutip seperlunya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Bahan hukum primer yaitu peraturan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah KUHP, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. .

Analisis data menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji adalah suatu proses menyusun rangkaian data, mengorganisasikannya menjadi suatu model, kategori dan satuan dasar uraian 64 Data sekunder yang diperoleh kemudian disistematisasikan, diolah dan diteliti serta dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. metode melalui pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, analisis data kualitatif adalah suatu usaha yang dilakukan dengan cara mengolah data, mengorganisasikan data, mengorganisasikannya ke dalam satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang dapat diceritakan kepada orang lain. dapat menguraikan hasil penelitian ini secara lengkap dan sistematis.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Menangkap, mencederakan, membunuh, memelihara, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperdagangkan haiwan hidup yang dilindungi; Pemindahan binatang yang dilindungi dari satu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;. Berdagang, menyimpan atau memiliki kulit, badan atau bahagian lain haiwan atau barang yang dilindungi yang diperbuat daripada haiwan tersebut atau bahagian lain di dalam atau di luar Indonesia;.

Tangkap, cederakan, bunuh, simpan, miliki, simpan, pengangkutan dan perdagangan haiwan yang dilindungi dalam keadaan hidup. Pengangkutan hewan yang tidak dapat terbang dengan tujuan menyelamatkan hewan tersebut, misalnya burung yang Pengecualian larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya dapat dilakukan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan dan/atau penyelamatan yang bersangkutan. spesies tumbuhan dan haiwan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (4) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yaitu tentang berbagai cara untuk mengatasi resiko, cara menangkap hidup-hidup, mengumpulkan dan memindahkan satwa yang bersangkutan serta pembuangannya bila tidak ada cara lain, yang akan diatur dalam peraturan pemerintah, maka perlu dikembangkan keahlian khusus sehubungan dengan cara-cara tersebut, dengan memperhatikan cara-cara yang telah digunakan di negara lain. 67 2 Penyimpanan, penguasaan, pemeliharaan, pengangkutan dan perdagangan. Sudah sepatutnya satwa yang dilindungi dalam keadaan mati mendefinisikan 4 (empat) tindakan yaitu hanya penyimpanan, penguasaan, pengangkutan, dan perdagangan. Memperdagangkan, menyimpan atau memiliki kulit, badan atau bagian lain dari satwa yang dilindungi atau barang yang terbuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau memindahkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

Biasanya hal ini dilakukan karena banyak produk yang bisa dibuat dari kulit dan bagian tubuh hewan yang dilindungi tersebut, seperti pembuatan tas dan pakaian dari kulit ular dan buaya. Orang yang membuat barang dengan bahan baku dari kulit/tubuh/bagian tubuh satwa yang dilindungi diancam sanksi pidana.70. Dalam hal ini pemilik pohon tidak dapat disalahkan, namun apabila pohon tersebut ditebang dan ia mengetahui ada hewan yang dilindungi sedang bersarang atau bertelur di pohon tersebut, maka pemilik pohon dapat melakukannya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Sedangkan hewan yang tidak dilindungi adalah hewan yang populasinya lebih dari 10.000 ekor di seluruh dunia. Adapun kriteria klasifikasi jenis satwa yang dilindungi diatur dalam satu pasal, yaitu Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Konservasi Jenis Tumbuhan dan Satwa. Adapun aturan mengenai pengangkutan dan penyerahan satwa dilindungi diatur dalam satu pasal yaitu Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Konservasi Jenis Tumbuhan dan Satwa :.

Hal ini dilakukan sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku.Dari hal tersebut di atas, tumbuhan dan satwa merupakan bagian dari sumber daya alam yang tidak ternilai harganya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar

Mengenai boleh tidaknya seseorang atau badan hukum memelihara, memelihara, atau memiliki satwa yang dilindungi, diperbolehkan dengan mengacu pada syarat dan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, Pasal 7 ayat (1) dan (2), pemuliaan dalam rangka pemanfaatan jenis tersebut dilakukan melalui kegiatan. Perkembangbiakan dapat dilakukan terhadap jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi maupun tidak dilindungi.

77 Pemulia wajib menandai dan/atau mengesahkan hasil penangkaran tumbuhan dan satwa liar. Penangkaran satwa liar di Indonesia merupakan salah satu bentuk konservasi ex-situ, yaitu konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan di luar habitat aslinya. Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik yang berbentuk lembaga maupun nonlembaga.

Sedangkan lembaga konservasi untuk kepentingan umum adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang atas nama dan arahannya mempunyai fungsi pokok dan fungsi lainnya untuk kepentingan umum. Selain itu ada juga yang disebut dengan lembaga konservasi untuk kepentingan khusus, yaitu lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik yang berbentuk lembaga negara maupun tidak. -lembaga pemerintah yang pengertian dan pengelolaannya terfokus pada fungsi penyelamatan atau rehabilitasi hewan.79. Hewan yang ingin diternakkan dapat diperoleh langsung dari alam dan dari sumber lain yang sah dengan ketentuan yang berlaku dan izin Menteri Kehutanan, hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang pemanfaatan tumbuhan dan tumbuhan. binatang liar. Jenis Pasal 8, apabila seseorang melanggar ketentuan tersebut, akan dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3), dan langsung dipidana dengan denda administratif paling banyak Rp.

empat puluh juta rupiah) dan/atau dihukum tidak boleh melakukan kegiatan yang memanfaatkan tumbuhan dan satwa liar. Perdagangan jenis tumbuhan dan satwa liar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia setelah mendapat rekomendasi dari Menteri. Perdagangan satwa liar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang didirikan berdasarkan undang-undang dan mendapat rekomendasi dari menteri.

Referensi

Dokumen terkait

5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA KEPEMILIKAN SATWA YANG DILINDUNGI TANPA IZIN A. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Pengertian satwa langka diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu : menurut Pasal 1 angka

Pengertian satwa langka diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu : menurut Pasal 1 angka

Perbuatan ini melanggar pasal 21 ayat (2b) jo pasal 21 ayat (2d) undang-undang no 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya perihal

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaturan sanksi kumulatif penjara dan denda dalam tindak pidana penyimpan dan memiliki kulit satwa yang dilindungi, bagaimana