• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS HUKUM ATAS PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MODUS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 975 K/Pid/2021)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS HUKUM ATAS PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MODUS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 975 K/Pid/2021)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, ibadah haji dan umrah dapat dilaksanakan secara perseorangan atau berkelompok oleh penyelenggara ibadah umrah yang dilaksanakan oleh pemerintah atau biro perjalanan wisata yang ditentukan oleh Kementerian Agama. Terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini, substansi hukum yang dimaksud adalah KUHP, serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Hukum harus menghadirkan ancaman pidana berupa penderitaan bagi setiap orang yang melanggar hukum.27.

Hukum yang memuat aturan-aturan umum menjadi pedoman bagi individu untuk berperilaku dalam masyarakat. Artinya setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat harus mempunyai sarana atau hukum yang sesuai.

Kerangka Konsep

Hadjon, konsep rechstaat lahir dari perjuangan melawan otokrasi sehingga bersifat revolusioner, sebaliknya konsep negara hukum berkembang secara evolusioner. Hal ini dapat dilihat baik dari isi maupun kriteria rechstaat dan supremasi hukum itu sendiri.38. Penipuan” yang berarti penipuan dalam arti luas, sedangkan pasal pertama pada judulnya yaitu Pasal 378 berkaitan dengan tindak pidana.

Keaslian Penelitian

Agen perjalanan atau perusahaan wisata adalah suatu kegiatan usaha komersial yang mengorganisir seseorang atau kelompok dan menyediakan jasa dengan tujuan utama melakukan perjalanan.42. Skripsi Fera Mila Mustika, NIM : B012171067 mahasiswi program studi Magister Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2020. Judul skripsi yang menjadi topik/tema dalam penelitian skripsi ini adalah : “Analisis Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Penipuan oleh Media Elektronik di Kabupaten Sidenreng Rappang”.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penipuan melalui media elektronik di Kabupaten Sidenreng Rappang. Bagaimana penilaian hakim terhadap unsur tindak pidana dalam putusan yang memuat pidana bagi pelaku tindak pidana penipuan melalui media elektronik di Kabupaten Sidenreng Rappang? Tesis oleh Aditya Dwi Saputra, S.H, NIM, Mahasiswa Program Magister Hukum, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia 2013.

Menurut penyidik, alat bukti apa yang tepat untuk mendeteksi tindak pidana penipuan melalui fasilitas e-commerce yang menggunakan sistem elektronik? Mengapa ada kecenderungan pembuktian unsur tindak pidana penipuan melalui e-commerce menggunakan Pasal 378 KUHP padahal sudah diatur khusus dalam Pasal 28 ayat 1 ULT ITE tentang penipuan dengan cara elektronik menurut pendapat penyidik? Berdasarkan kajian yang dilakukan, sepengetahuan kami belum pernah dilakukan penelitian mengenai: Analisa Hukum Penipuan Modus Biro Perjalanan Haji dan Umrah (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 975 K/Pid/2021), baik dari segi judul dan substansi permasalahan Jadi penelitian ini asli.

Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Objek Penelitian
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data a. Jenis Data
  • UUD 1945;
  • KUHP
  • Analisis Data

Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan sejarah, pendekatan komparatif dan pendekatan konseptual.44. Dalam penulisan ini, penulis cenderung menggunakan pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus. Dimana pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan mengkaji seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang sedang dipertimbangkan, sedangkan pendekatan kasus dilakukan dengan mengkaji putusan hakim pengadilan dalam suatu perkara yang bersangkutan.

Alat pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penulisan undang-undang ini adalah studi literatur atau studi dokumen. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari, membaca dan mencatat buku-buku, literatur, catatan, peraturan hukum dan artikel-artikel penting dari media internet dan berkaitan erat dengan pertanyaan pokok yang digunakan untuk menyusun tulisan hukum. Ini kemudian dikategorikan menurut kelompok yang relevan. Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mengkaji bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mengkaji bahan pustaka atau data sekunder. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti hasil karya ilmiah peneliti, hasil penelitian, buku, jurnal, internet, e-book, dan makalah. Alat pengumpulan data menjadi landasan utama penyusunan skripsi ini, yang didasarkan pada: penelitian kepustakaan; Dengan metode ini penulis dapat mengumpulkan bahan-bahan pustaka, baik berupa putusan pengadilan, buku, majalah, dokumen maupun sumber teori lainnya sebagai landasan penyelesaian permasalahan dalam skripsi ini.

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu uraian metode analisis berupa kegiatan pengumpulan data yang kemudian diolah terlebih dahulu kemudian dijadikan bahan kualitatif yaitu data yang memberikan sejumlah penjelasan dan wawasan mengenai isi dan kualitas isi serta fenomena sosial yang menjadi sasaran atau objek penyelidikan.46.

PENGATURAN IJIN PENYELANGGARAAN BIRO PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMROH DALAM

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kebijakan Umum Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Menurut kamus politik disebutkan bahwa

Penyelenggaraan ibadah haji setelah terpenuhinya unsur tindakan pemerintah dalam perwujudan kebijakan umum maka dengan sendirinya harus mengedepankan prinsip-prinsip umum yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya. Kebijakan umum ini merupakan pedoman dalam penyelenggaraan ibadah haji yang pelaksanaannya sangat kompleks dan memerlukan kekuasaan pemerintah. Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 menjelaskan bahwa kebijakan umum penyelenggaraan ibadah haji harus dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas publik.49.

Penyelenggaraan ibadah haji harus dikelola dengan mengutamakan kepentingan jamaah sesuai dengan hak dan kewajibannya untuk mencapai hal tersebut. Kegiatan penyempurnaan ibadah haji reguler terdiri dari beberapa komponen yang menjadi dasar pelaksanaannya.

  • Hak Warga Negara
  • Hak Atas Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
  • Kebebasan Beragama dalam Sistem Hukum Indonesia

Pasal tersebut menunjukkan bahwa selain adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, juga tidak terdapat diskriminasi antar warga negara dalam hukum. Kebebasan beragama warga negara tidak boleh diganggu baik oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintah maupun oleh produk legislatif. Indonesia sebagai negara hukum menjamin hak setiap warga negara dalam hal kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Pengaturan hukum mengenai kebebasan beragama atau forum internum dalam amandemen keempat UUD 1945 diatur dalam Bab IX A tentang Hak Asasi Manusia. Pertama, Indonesia meratifikasi Kovenan Hak Sipil dan Politik yang mengatur kebebasan beragama. Keadilan adalah penyelenggaraan ibadah haji dan umroh berpegang pada kebenaran, tidak memihak, tidak memihak dan tidak sewenang-wenang.

Keselamatan yang dimaksud adalah ibadah haji dan umrah harus dilaksanakan dengan tertib, nyaman dan aman untuk melindungi jamaah. Profesionalisme artinya keahlian pengelola harus diperhitungkan dalam menunaikan ibadah haji dan umroh. Transparansi artinya penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dilakukan secara terbuka dan memudahkan akses masyarakat untuk memperoleh informasi terkait penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan aset.

Akuntabilitas artinya penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, baik secara etika maupun hukum.

Pemberangkatan Ibadah Haji 1. Unsur pelayan pelaksanaan haji

Keamanan Yang dimaksud dengan haji dan umrah harus dilaksanakan dengan tertib, nyaman dan aman untuk melindungi jamaah. H. Profesionalisme artinya penyelenggaraan haji dan umroh harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian pimpinannya. Saya. 72 Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji, Pasal 26. Nomor PMA. 29 Tahun 2015 tentang Perubahan PMA No. 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler :.

73 Keputusan Menteri Agama no. 29 Tahun 2015 tentang Perubahan PMA No. 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler. 74 Keputusan Menteri Agama no. 29 Tahun 2015 tentang Perubahan PMA No. 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler. UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, pada Pasal 33 hingga 36 mengatur gambaran umum pelayanan angkutan.

76 Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. ruang lingkup tugas dan tanggung jawab di bidang komunikasi. Peraturan Menteri Agama mengatur berbagai pelayanan angkutan nomor 14 tahun 2012 tentang penyelenggaraan ibadah haji reguler :. Dalam hal ini, hubungan tersebut terjadi antara Indonesia dan Arab Saudi dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Organisasi Penyelenggara Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji mengatur tentang penyelenggaraan ibadah haji. 1) “Pendaftaran jemaah haji dilakukan di Panitia Penyelenggara Haji dengan mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.” Sementara itu, penyelenggaraan ibadah haji khusus juga diatur dalam PMA nomor 23 tahun 2016 tentang penyelenggaraan ibadah haji khusus sebagai berikut:.

Pengatuiran Ijin Dalam Penyelenggaraan Biro Perjalanan Ibadah Haji dan Umroh

Sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, Indonesia menyelenggarakan ibadah haji setiap tahunnya. Dalam undang-undang no. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji mengatur berbagai kegiatan pengelolaan penyelenggaraan haji yang meliputi pengelolaan, pelayanan, dan perlindungan jemaah haji. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang baru sebagai pencabutan UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Untuk lebih baik dalam mengelola ibadah haji, maka dibentuklah suatu lembaga yang bertugas menyelenggarakan ibadah haji. Penyelenggaraan ibadah haji dapat dilaksanakan melalui ibadah haji khusus dengan pelayanan, pengelolaan dan pembiayaan yang khusus. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, bahwa: Ibadah Haji Khusus adalah penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan oleh PIHK dengan pengelolaan, pembiayaan, dan pelayanan khusus.

Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) adalah biro perjalanan yang telah mendapat izin dari Menteri untuk menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus. Selain itu, tanggung jawab penyelenggaraan haji khusus berada pada Penyelenggara Haji Khusus, dalam hal ini adalah biro perjalanan haji yang memiliki izin dari Kementerian Agama. PIHK sebagai lembaga swadaya masyarakat hendaknya diatur secara tegas agar tujuan penyelenggaraan haji didasarkan pada prinsip-prinsip penyelenggaraan haji.

Dengan demikian, penggantian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji diharapkan dapat memberikan perlindungan, keamanan, dan kenyamanan bagi jamaah haji dalam menunaikan ibadah haji.

Sanksi Tindak Pidana Penipuan Ibadah Haji dan Umroh

Direktorat Jenderal BIUH merupakan pelaksana teknis penyelenggaraan haji di tingkat pusat, yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan beberapa tugas pokok Departemen Agama di bidang Kepemimpinan Umat Islam dan permasalahan haji, serta melaksanakan fungsi perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian kebijakan teknis di bidang kepemimpinan masyarakat, informasi, dan haji. Dengan kata lain, unit teknis yang mempunyai fungsi tanggung jawab (leading sector) dalam penyelenggaraan haji dan mendapat pelimpahan wewenang dalam fungsi perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian kebijakan teknis penyelenggaraan haji adalah diberikan kepada Direktorat Jenderal Haji dan Unit Kerja Direktorat Haji. Dasar hukum izin perjalanan haji dan ibadah haji khusus untuk Indonesia antara lain: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia. Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Secara khusus, perubahan pertama pada Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2017 dan perubahan kedua pada Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Alat bukti adalah alat yang secara tegas diatur dalam undang-undang sebagai alat yang dapat dipergunakan untuk menyatakan keterbuktian suatu perbuatan yang dituduhkan atau

Organisasi Sekolah, syarat dan tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian Dekan dan wakil Dekan Sekolah diatur dalam Peraturan Rektor dengan pertimbangan SA.

Ketentuan mengenai masa jabatan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Paripurna diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Prinsip kehati-hatian dalam mengelola perusahaan telah diatur dalam Pasal 85 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan: (1) Setiap

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 83 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan

Hambatan hukum acara yang dimaksud adalah ketentuan mengenai format putusan pemidanaan yang diatur dalam Pasal 197 KUHAP, dimana keberlakuan pasal tersebut juga

Sistem pembuktian yang dianut dalam hukum acara pidana indonesia berdasarkan ketentuan KUHAP adalah sistem pembuktian berdasarkan undang- undang negatif, hal ini dapat diketahui

Pasal 32 menyatakan bahwa, “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan Sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran diatur dengan Peraturan Menteri”.263 Peraturan Presiden