Mata Kuliah Geoteknik dan Lingkungan
Investigasi Lapisan Bawah Permukaan (Sub-Surface) Area Longsoran Menggunakan Metode Geolistrik 2D
di Jalan Lintas Banda Aceh – Medan
(Studi Kasus : Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar)
Kelompok 3
Anggota Kelompok
• Fajrul Hani (2104107010004)
• Cut Utiya Mashrura (2104107010002)
• Siti Yara Alifa (2104107010049)
• Raihan Sawitri (2104107010012)
• Dinda Rosalia (2104107010039)
• Sufya Rusqayana (2104107010043)
Tanah Longsor
• Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
• Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
• Faktor-faktor penyebab tanah longsor:
• Intensitas hujan yang tinggi,
• Lereng terjal,
• Beban tambahan,
• Tanah yang kurang padat dan tebal seperti tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220.Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
• Batuan kurang kuat seperti Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
Metode Geolistrik
• Survei geolistrik di lapangan dilakukan dengan cara
mengalirkan arus ke dalam tanah melalui 2 elektroda arus (C1 dan C2) dan responsnya (beda potensial) diukur melalui 2 elektroda potensial (P1 dan P2). Berdasarkan konfigurasi elektroda dan respon yang terukur maka sifat kelistrikan batuan yang berada di bawah permukaan dapat
diperkirakan.
• Metode geolistrik resistivitas memiliki beberapa kelebihan yaitu bersifat tidak merusak lingkungan, pengoperasian mudah dan cepat, biayanya murah, dan dapat
mengidentifikasi kedalaman sampai beberapa meter
sehingga banyak dipakai dalam survey lingkungan seperti untuk menentukan stabilitas lereng, survei daerah rawan longsor, dan investigasi pergerakan massa tanah.
Studi Sebelumnya Terkait Metode Geolistrik dalam Mengidentifikasi Daerah Longsor
b. Identifikasi Daerah Rawan Longsor Dengan Metode
Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger di Kawasan Desa Meunasah Krueng Kala, Aceh Besar (Maharani, et al., 2018) a. APLIKASI METODE
GEOLISTRIK UNTUK STUDI LONGSOR DI LOKOP ACEH TIMUR (Tarmizi, et al., 2022)
Kondisi Geologi Daerah Penelitian
• Kondisi geologi daerah pengukuran berada pada dua formasi yang berbeda, yaitu
formasi batuan gunungapi lamteuba yang terdiri dari andesit, dasit, breksi
berbatuapung, tufa, aglomerat, dan aliran abu.
• Sedangkan formasi kota bakti anggota padangtiji, yang tersusun dari batupasir gampingan, konglomerat, batulanau, dan batugamping kurang.
• Di daerah lokasi penelitian tersebut juga terdapat struktur geologi berupa patahan yang mengindikasikan bahwa area tersebut aktif secara tektonik.
Lokasi dan Lintasan Pengukuran Geolistrik
Profil Lintasan Pengukuran
Area Longsoran
Akuisisi Data Geolistrik 2D Menggunakan Konfigurasi Wenner-Schlumberger
• Akuisisi data geolistrik dilakukan dengan menggunakan 36 elektroda spasi 5 meter dan panjang lintasan 175 meter.
• Akuisisi data geolistrik tersebut menggunakan konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi ini gabungan daripada konfigurasi wenner yang bagus dalam melihat sebaran resistivity arah horizontal dan konfigurasi schlumberger yang bagus dalam melihat sebaran resistivity arah vertikal.
• Parameter yang diukur dalam geolistrik adalah nilai beda potensial (V), dan Kuat Arus (I). Parameter yang didapatkan adalah nilai resistivitas semu.
Alasan Pengukuran Menggunakan Geolistrik
• Karena pengukuran berada di dekat jalan raya, sehingga metode geolistrik cocok digunakan, berbeda halnya dengan metode seismik yang dapat dipengaruhi oleh noise getaran dari kendaraan, metode geolistrik tidak terpengaruh oleh noise tersebut.
• Metode geolistrik juga relatif mudah dan murah, dan hasil yang didapatkan terbukti efektif dalam mencitrakan
struktur bawah permukaan penyebab longsor
Target Yang Ingin Dicapai
• Sebaran Nilai Resistivitas Daerah Pengukuran
sebaran nilai resistivitas ini nantinya dapat menjadi dasar interpretasi untuk menentukan jenis batuan yang menyusun lapisan bawah permukaan daerah pengukuran tersebut
• Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan yang Menyebabkan Longsor
dari hasil interpretasi tersebut, nantinya kita dapat menentukan lapisan mana yang menyebabkan terjadinya longsor, lapisan tanah seperti lempung ataupun tufa rentan
mengalami longsoran, karena lapisan tanah ini menjadi menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
Analisis Data
• Dari data seismik ini dapat kita
interpretasikan bahwa pada kedalaman 0- 15 meter lapisan tersebut memiliki nilai cepat rambat gelombang sebesar 200- 1200 m/s yang diinterpretasikan sebagai lapisan lunak. Sedangkan pada kedalaman 16 – 40 meter lapisan tersebut memiliki nilai cepat rambat gelombang sebesar 1200-1300 m/s yang diinterpretasikan sebagai lapisan keras. Dari hasil
interpretasi tersebut, lapisan lunak ini berpotensi menjadi bidang yang
mengalami longsoran, dan pada jarak 28- 64 meter terdapat bidang yang telah mengalami penurunan badan jalan