• Tidak ada hasil yang ditemukan

Irigasi dan Pengaturan Sumber Daya Air

N/A
N/A
2O7O11OO2@Dela Lutfiani_A

Academic year: 2024

Membagikan "Irigasi dan Pengaturan Sumber Daya Air"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia.

Pengairan selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber-sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa, pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri (Ambler, 1991).

Tulisan ini berdasarkan hasil penelitian dan analitis selama satu tahun mengenai irigasi di Indonesia (1997-1998). Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk meninjau pendekatan kebijakan masa lalu untuk pembangunan manajemen dan irigasi, mengevaluasi efektivitas, dan merekomendasikan pilihan yang dapat digunakan di masa depan. Hasil penelitian menunjukan bahwa meskipun pengeluaran pemerintah sangat besar dalam pembangunan irigasi, produktivitas tanaman ( intensitas tanam dan panen) tetap stegnan di tahun 1990,an. Krisis keuangan dan politik 1998 lebih lanjut menyebabkan kemiskinan massa, terutama di daerah pedesaan indonesia. Makalah ini menyimpulkan bahwa para pengambil kebijakan Indonesia harus sering kali memprioritaskan pertumbuhan pedesaan berkualitas tinggi dengan memberi penyuluhan penggunaan tanah dan sumber daya air yang berkelanjutan. Tulisan ini menyarankan reformasi kebijakan yang tepat dalam program yang dapat meningkatkan kinerja irigasi guna meningkatkan produktivitas pertanian yan di inginkan di Indonesia ( Ramchand, 2001)

BAB II

(2)

Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar (Yoder, 1975).

Pembangunan saluran irigasi dalam rangka memenuhi kebutuhan air tanam padi atau palawija dan dalam rangka menunjang penyediaan bahan pangan nasional sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknis irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang, dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis ( Sudjawadi, 1990) Kontribusi prasarana dan sarana irigasi terhadap ketahanan pangan selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84 persen produksi beras nasional bersumber dari daerah irigasi (Hasan, 2005).

Salah satu persoalan utama yang terjadi dalam penyediaan air irigasi adalah semakin langkanya ketersediaan air (water scarcity) pada waktu – waktu tertentu. Pada sisi lain permintaan air untuk berbagai kebutuhan cenderung semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, beragamnya pemanfaatan air, berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh berbagai kegiatan (Bustomi, 2003).

2.2 Landasan Teori

Irigasi merupakan bagian dari pengetahuan teknik sipil yang khusus membahas tentang pengairan. Dalam arti luas irigasi adalah suatu usaha pengairan yang menggunakan saluran buatan untuk keperluan produksi pertanian dengan memanfaatkan dan mengatur air yang mencakup bidang irigasi, drainase, reklamasi dan pengaturan banjir. Dan arti yang khusus irigasi adalah suatu usaha

Comment [Ahw1]: tidak ada dalam daftar pustaka

(3)

untuk mengatur dan memanfaatkan air yang tersedia baik di sungai, mata air, waduk, dengan menggunakan jaringan irigasi dan bangunan-bangunan untuk kepentingan pertanian.

Negara indonesia merupakan negara agraris, dimana salah satu ciri negara agraris adalah sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam (bertani). Maka sudah merupakan kewajiban bagi Pemerintah Indonesia membantu penduduknya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cara memberikan air irigasi secara tepat guna dan tepat waktu agar air yang diberikan itu cukup dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman dan tidak berlebihan yang mengakibatkanpemborosan air. Untuk itu pemerintah berkewajiban untuk menyediakan Prasarana Irigasi yang merupakan jaringan/saluran irigasi dan nagunan irigasi agar pemberian air irigasi dapat lebih adil dan merata sehingga sawah yang lokasinya jauh dari sungai dapat menerima air seperti halnya sawah yang dekat sungai.

2.2.1 Pengairan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001, menyatakan bahwa pengairan atau pengelolaan irigasi adalah segala usaha perdayagunaan air irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan jaringan irigasi.

Demikian juga dengan jaringan air permukaan, untuk memenuhi kebutuhan air di areal pertanian, air dialirkan secara gravitasional dari Waduk Kedungombo memakai saluran primer, sekunder, tersier. Pengaliran air tersebut dapat optimal jika keadaaan saluran baik, sehingga upaya pemeliharaan fisik

saluran irigasi perlu diperhatikan.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12 tahun 2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi menyatakan bahwa dalam pedoman penyelenggaraan operasi jaringann irigasi meliputi kegiatan operasi jaringan irigasi secara rinci, yaitu :

(4)

1. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data

luas tanam, dll);

2. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit 3. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian

dan Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan,

Rencana Pengeringan, dll.

4. Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu);

5. Pekerjaan mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai banjir;

6. Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur

7. Koordinasi antar instansi terkait;

8. Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.

2.2.1.1 Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi 1. Perencanaan

a) Perencanaan Penyediaan Air Tahunan b) Perencanaan Tata Tanam Detail c) Rapat Komisi Irigasi untuk Menyusun Rencana Tata

Tanam d) SK Bupati/Walikota atau Gubernur Mengenai Rencana

Tata Tanam e) Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan

2. Pelaksanaan

a) Laporan keadaan air dan tanaman,

b) Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan;

c) Pencatatan Debit Saluran ;

(5)

d) Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer,

e) Pencatatan Debit Sungai/ Bangunan Pengambilan;

f) Perhitungan faktor-K atau Faktor Palawija Relatif (FPR);

g) Laporan Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per Daerah Irigasi

h) Rekap Kabupaten per Masa Tanam;

i) Rekap Provinsi;

j) Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi.

3. Monitoring dan Evaluasi

a) Monitoring Pelaksanaan Operasi b) Kalibrasi alat ukur

c) Monitoring Kinerja Daerah Irigasi

2.2.1.2 Data pendukung kegiatan operasi jaringan irigasi

Agar operasi jaringan irigasi dapat dilaksanakan dengan baik, harus tersedia data pendukung antara lain:

 Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dantanggung-jawab (Skala 1 : 25.000 atau disesuaikan)

Dengan plotting sumber air, waduk, bendung, saluran induk, lahanirigasi

 Peta Daerah Irigasi (Skala 1 : 5.000 atau disesuaikan) Dengan batas daerah irigasi dan plotting saluran induk &

sekunder,bangunan air, lahan irigasi serta pembagian golongan.

 Skema Jaringan Irigasi Menggambarkan saluran induk &

sekunder, bangunan air &bangunan lainnya yang ada di setiap ruas dan panjang saluran, petaktersier dengan data

(6)

debit rencana, luas petak, kode golongan yang masing- masing dilengkapi dengan nomenklatur.

 Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air Menggambarkan skema petak dengan data pembagian dan pemberian air mulai dari petak tersier, saluran sekunder, saluran induk danbendung/sumber air.

 Gambar Purna Konstruksi (as built drawing) Gambar kerja purna konstruksi untuk saluran maupun bangunan.

 Dokumen & Data lain, Berupa:

- manual pengoperasian bendung, bangunan ukur debit atau bangunan khusus lainnya;

- data seri dari catatan curah hujan;

- data debit sungai;

- data klimatologi;

- dan data lainnya.

2.2.2 Irigasi

2.2.2.1 Pengertian Irigasi

Mawardi Erman (2007:5) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha untukmemperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001 (BAB I pasal 1) tentang irigasi dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

2.2.2.2 Tujuan Irigasi

Tujuan utama irigasi adalah mewujudkan kemanfaatan air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani (Peraturan

(7)

Pemerintah tahun 2001; BAB I pasal 2). Tersedianya air irigasi memberikan manfaat dan kegunaan lain, seperti :

a) Mempermudah pengolahan lahan pertanian.

b) Memberantas tumbuhan pengganggu.

c) Mengatur suhu tanah dan tanaman.

d) Memperbaiki kesuburan tanah.

e) Membantu proses penyuburan tanah.

Dalam pemenuhan kebutuhan air irigasi perlu diusahakan secara menyeluruh dan merata, khususnya apabila ketersediaan air terbatas.

Pada musim kemarau misalnya banyak areal pertanian yang tidak ditanami karena air yang dibutuhkan tidak mencukupi.

Ditinjau dari sudut pengelolaannya, sistem irigasi dibagi menjadi : 1. Sistem irigasi non teknis yaitu irigasi yang dibangun oleh

masyarakat dan pengelolaan seluruh bangunan irigasi dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat setempat.

2. Sistem irigasi teknis yaitu suatu sistem yang dibangun oleh pemerintah dan pengelolaan jaringan utama yang terdiri dari bendung, saluran primer, saluran sekunder dan seluruh bangunan dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini DPUatau Pemerintah Daerah setempat. Sedangkan jaringan tersier dikelola oleh masyarakat.

Air irigasi yang masuk ke lahan pertanian dapat diketahui dari debit air yang mengalir. Debit adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang dalam alur, pipa, akuifer ambang per satuan waktu (liter/detik) (Soematro, 1986).

2.2.2.3 Fungsi Irigasi

Irigasi tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan air, ada juga beberapa fungsi irigasi antara lain :

a) Membasahi tanah, hal ini merupakan salah satu tujuan terpentingnya karena tumbuhan banyak memerlukan air selama masa tumbuhnya.

(8)

Pembasahan tanah ini bertujuan untuk memenuhi kekurangan air apabila hanya ada sedikit air hujan.

b) Merabuk tanah atau membasahi tanah dengan air sungai yang banyak mengandung mineral.

c) Mengatur suhu tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan suhu yang optimal. Air irigasi dapat membantu tanaman untuk mencapai suhu yang optimal tersebut.

d) Membersihkan tanah dengan tujuan untuk menghilangkan hama tanaman seperti ular, tikus, serangga, dan lain-lain. Selain itu dapat juga membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tanaman ke saluran pembuang..

e) Memperbesar ketersediaan air tanah karena muka air tanah akan naik apabila digenangi air irigasi yang meresap. Dengan naiknya muka air tanah, maka debit sungai pada musim kemarau akan naik.

2.2.2.4 Jenis – Jenis Irigasi

Irigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengairi lahan pertanian. Irigasi sudah dikenal sejal jaman peradaban manusian dulu seperti Mesir, Mesopotamia, Cina, dan lainnya. Pada dasarnya irigasi dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya (danau/sungai) menuju lahan pertanian. Di era modern ini sudah berkembang berbagai macam jenis motode iriogasi untuk lahan pertanian. Ada 4 jenis yang banyak ditemui saat ini yaitu :

a) Irigasi permukaan (surface irrigation)

b) Irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation) c) Irigasi pancaran ( sprenkle irrigation) d) Irigasi tetes (drip irrigation)

2.2.2.5 Istilah – Istilah Irigasi dan Pengertiannya

Agar tiak terjadi persepsi yang berbeda terhadap Istilah- Istilah ke irigasian maka perlu dipahami istilah-istilah seperti berikut ini :

(9)

a) Sumber air adalah tempat /wadah baik yang terdapat dipermukaan tanah maupun didalam tanah (ground water).

b) Daerah irigasi adalah suatu kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

c) Jaringan irigasi adalah dimulai dari bendung, jaringan saluran pembawa, jaringan saluran pembuang, bangunan pengatur air dan bangunan pelengkapnya menjadi satu kesatuan didalam melayani kebutuhan air untuk irigasi.

d) Jaringan irigasi utama adalah jaringan dimulai dari bendung, saliran primer, sekunder, dan yang terakhir pada salura muka.

e) Jaringan tersier adalah jaringa irigasi yang berfungsi sebagai prasaran pelayanan air didalam petak tersier.

f) Petak tersier adalah gabungan beberapa petak kuarter yang menjadi satu kesatuan dan mendapatkan air dari saluran tersier yang sama.

g) Petak sekunder adalah gabungan petak-petak tersier menjadi satu kesatuan dan mendapat air dari satu saluran sekunder.

h) Saluran garis tinggi adalah saluran pembawa yang tracenya mengikuti gari tinggi (kontur).

i) Saluran panggung adalah saluran pembawa yang mengikuti panggung tanah (memotong contour).

j) Saluran primer (induk) adalah saluran pembawa pertama yang menyadap air langsung dari bendung.

k) Saluran sekunder adal;ah saluran pembawa kedua yang mengambil air dari saluran induk (primer).

l) Saluran tersier adalah saluran pembawa ketiga yang mengambil air dari saluran sekunder.

m) Saluran kuarter adalah saluran pembawa ke empat yang mengambil air saluran tersier.

2.2.3 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah kesatuan dari saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah

(10)

No. 25 tahun 2001 tentang irigasi, yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengakap yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk penguturan air irigasi mulai dari penyediaa, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan irigasi ada 2 macam yaitu :

1. Jaringan irigasi utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran sekunder dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnnya.

2. Jaringan saluran tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang serta saluran pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.

Berdasarkan pemeliharaannya pada jaringan irigasi dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam pemeliharaan, yaitu :

1. Pemeliharaan rutin : Pemeliharaan ringan pada bangunan dan saluran irigasi yang dapat dilakukan sementara selama eksploitasi tetap berlangsung, dimana pemeliharaannya hanya bagian bangunan/saluran yang ada di permukaan saja.

Pemeliharaan rutin yang termasuk di dalamnya adalah : a. Pembabatan rumput dan tumbuhan air, kegitannya meliputi

antara lain :

- Rumput yang panjan dan tidak teratur yang tumbuh dilereng saluran harus dipotong secara teratur.

- Hasil pembabatan harus dibuang jauh dari lokasi semula.

b. Pembersihan sampah/ kototan

- Sampah/ kotoran yang hanyut disaluran haris diangkat dari saluran.

Comment [Ahw2]: sepertinya ini yang benar

(11)

- Pembersihan sampah/ kotoran dapat dilakukan bersama-sama pada saat pembabatan rumput.

c. Pencabutan alang-alang semak belukar dan pepohonanliar, saluran yang kegiatannya antara lain :

- Alang-alang, semak belukar dan pepohonan liar yang tumbuh dilereng saluran terutama sisi bagian dalam harus dicabut sampai keakar-akarnya.

- Hasil pencabutan, harus dibung jauh-jauh dari tanggul dan sebaiknya dibakar.

d. Penanaman gebalan rumput

- Tanggul dan lereng saluran yang tidak selalu terendam air perlu ditanami tempat yang baik untuk membantu stabilitas lereng saluran agar tidak mudah longsor karena terkena aliran dan gerusan air irigasi.

- Secara teknis untuk mendapatkan lereng yang lebih stabil, rumput yang akan ditanam terlebih dahulu diberi perkuatan dengan pasak bambu pada tanah medianya.

2. Pemeliharaan berkala : Pemeliharaan yang dilakukan pada bagian bangunan dan saluran dibawah permukaan air, pada waktu melaksanakanpekerjaan ini saluran dikeringkan terlebih dahulu.Pemeliharaan ini juga dilakukan untuk mempertahankan mutu saluran. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan antara lain :

- Menutup lubang- lubang tanggul saluran yang disebabkan oleh pengambilan air yang tidak bertanggung jawab.

- Menanggulangi rembesan / kebocoran air yang berasal dari dalam saluran yaitu dengan cara menggali bagian tengah tanggul dan mengisinya dengan tanah tumbuk.

(12)

- Memotong pohon-pohon yang dapat merusak tanggul/

bangunan.

- Memperkuat urugan tanah di belakan pasangan semula, - Segera melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan

kepada kondisi semula.

- Mengeruk lumpur, dimasudkan untuk menjaga kapasitas daya tampung saluran irigasi yang bersangkutan.

3. Pemeliharaan pencegahan : Pemeliharaan pencegahan ini adalah usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan irigasi akibat gangguan manusia yang tidak bertanggung jawab atau akibat gangguan binatang.

4. Pemeliharaan darurat : Pekerjaan yang dilakuan untuk memperbaiki akibat kerusakan yang tidak terduga sebelumnya, misalnya karena banjir atau gempa bumi.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi menyatakan bahwa Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :

 inventarisasi kondisi jaringan irigasi

 perencanaan

 pelaksanaan

 pemantauan dan evaluasi

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi juga menjelaskan tentang jenis-jenis Pemeliharaan jaringan irigasi yang terdiri dari :

(13)

 Pengamanan jaringan irigasi

 Pemeliharaan rutin

 Pemeliharaan berkala

 Perbaikan darurat

2.2.3.1 Pengamanan Jaringan Irigasi

Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus oleh dinas yang membidangi irigasi, anggota/ pengurus P3A/GP3A/IP3A, Kelompok Pendamping Lapangan dan seluruh masyarakat setempat.

Setiap kegiatan yang dapat membahayakan atau merusak jaringan irigasi dilakukan tindakan pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan atau perangkat pengamanan lainnya. Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

a) Tindakan Pencegahan

 Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 500 m sebelah hulu dan ± 1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan memasang papan larangan.

 Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

 Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran.

 Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

 Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan.

(14)

 Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.

 Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi.

 Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

b) Tindakan Pengamanan

 Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya, misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnyacuram, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.

 Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

 Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluranberupa portal, patok.

2.2.3.2 Pemeliharaan rutin

Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

a) Yang bersifat Perawatan :

 Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.

 Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.

 Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.

 Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.

 Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

b) Yang bersifat Perbaikan ringan

 Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

(15)

 Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

2.2.3.3 Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A / GP3A / IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik sesuai kondisi Jaringan Irigasinya.Setiap jenis kegiatan pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda periodenya, misalnya setiap tahun, 2 tahun, 3 tahun dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal musim tanam serta waktu pengeringan. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat penggantian.

Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi : a) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan

 Pengecatan pintu

 Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran b) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan

 Perbaikan Bendung, Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pengatur

 Perbaikan Bangunan Ukur dan kelengkapannya

 Perbaikan Saluran

 Perbaikan Pintu-pintu dan Skot Balk

 Perbaikan Jalan Inspeksi

 Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, rumah PPA dan PPB, kendaraan dan peralatan

c)Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian

 Penggantian Pintu

(16)

 Penggantian alat ukur

 Penggantian peil schall

2.2.3.4 Perbaikan darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti Pengrusakan/penjebolan tanggul, Longsoran tebing yang menutup Jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi. .

Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong-royong, swakelola atau kontraktual, dengan menggunakan bahan yang tersedia di Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lainlain).

Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.

2..3.5 Jenis Saluran pada Jaringan Irigasi Teknis

Saluran adalah bagian dari banguna pembawa yang mempunyai fungsi membawa/mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi.

Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder saluran tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang. Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan, dan got miring.

Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada pada petak sekunder tersebut. Berikut ini perjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi yaitu : a) Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap

menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

(17)

b) Saluran sekunder adalah saluran yangmembawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani 20 oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

c) Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terakhir.

d) Saluran kuarter adalah saluran yang mernbawa air dari bangunan yangmenyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.

e) Saluran pembuang adalah saluran yang berada pada daerah irigasi yang terletak diantara petak-petak lahan tersier yang dapat difungsikan juga sebagai pembatas area antara petak-petak tersier ataupun kuarter serta kegunaan yang paling pentingnya adalah untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah.Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untukmengeringkan sawah, mernbuang kelebihan air hujan, mernbuang kelebihan air irigasi. Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.

2.2.3.6 Jenis–jenis pasangan pada jaringan irigasi

Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran (lihat FAO Kraatz,1977). Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya adaempat bahan yang dianjurkan pemakaiannya:

(18)

1. Pasangan batu 2. Beton,21 3. Tanah

4. Dapat juga menggunakan Beton Ferro cement

Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut ini dianjurkan pemakaiannya:

- Pasangan batu : kecepatan maksimum 2 m/dt - Pasangan beton : kecepatan maksimum 3 m/dt

- Pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diizinkan bervariasi 0,45m/dt untuk jenih tanah berpasir halus sampai 1,2 m/dt pada tanah berbatu kerikil.

- Ferrocemen : kecepatan 3 m/dt

2.2.3.7 Jenis Organisasi Petak-Petak Jaringan Irigasi

Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian,disusun

suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter,dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

1. Petak tersier

Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.Pembagian air, eksploitasi danperneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yangmempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petaktersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air.Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi, dan jenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat.hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan

(19)

pembagian air yang efisien. Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya.

2. Petak sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yangterletak di saluran primer atau sekunder.Batas- batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase.Luas petak sekunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai 23 saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah.

3. Petak primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer.Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

2.2.4 Kinerja Jaringan irigasi

Penilaian kinerja jaringan irigasi didapatkan langsung berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan dan digabungkan dengan indikator-indikator penilaian kinerja yang berdasarkan prasarana fisik, meliputi 4 indikator:

(20)

-Kondisi baik sekali (> 90—100%) atau tingkat kerusakan = >0-10%

-Kondisi baik (> 80-90%) atau tingkat kerusakan = >10-20 % -Kondisi sedang (> 60-80 %) atau tingkat kerusakan = 20-40 % -Kondisi kurang (< 60%) atau tingkat kerusakan = > 40%

Sumber : Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan (Penilaian Kinerja Sistem Irigasi (Permukaan) Kewenangan Pusat 2017:2)

2.2.5 Bendung

Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai pada lokasi pengambilan air (Direktorat Jendral Sumber Daya Air. 1986. Standar Perencanaan Irigasi). Bangunan tersebut berfungsi untuk menaikkan tinggi permukaan air sungai sehingga air mudah dialirkankan ke saluran irigasi.Demikian halnya dengan beberapa bendung yang digunakan untuk mengambil air dari waduk Kedungombo sampai ke petak-petak sawah di sekitar aliran saluran irigasi saluan tersier.

Bangunan irigasi dalam jaringan irigasi teknis mulai dari awal sampai akhir dapat menjadi dua kelompok yaitu(Mawardi Erman 2007:10) :

 Bangunan untuk pengambilan atau penyadapan, pengukuran, dan pembagian air.

 Bangunan pelengkap untuk mengatasi halangan atau rintangan sepanjang saluran dan bangunan lain.

Bangunan yang termasuk dalam kelompok pertama antara lain yaitu:

1. Bangunan penyadap/pengambilan pada saluran induk yang mempergunakan atau tidak bangunan bendung. Jika dipergunakan pembendungan maka dibangun bangunan bendung dan jika tidakmempergunakan pembendungan maka dapat dibangun bangunanpengambilan bebas.

2. Bangunan penyadap yaitu bangunan untuk keperluan penyadapan air dari saluran primer ke saluran sekunder.

(21)

3. Bangunan pembagi untuk membagi air dari satu saluran ke saluran yang lebih kecil.

4. Bangunan pengukur yaitu bangunan untuk mengukur banyak debit/air yang melalui saluran tersebut.

Bangunan yang termasuk dalam kelompok kedua antara lain yaitu:

1. Bangunan pembilas untuk membilas endapan angkutan sedimen di kantong sedimen/saluran induk.

2. Bangunan peluah atau pelimpah samping yaitu untuk melimpahkan debit air yang berlebihan keluar saluran.

3. Bangunan persilangan antara saluran dengan jalan, selokan, bukit dan sebagainya.

4. Bangunan untuk mengurai kemiringan dasar saluran yaitu bangunan terjun dan got miring.

Gambar 2.1 Kondisi Bendung Sedadi

2.2.6 Saluran Irigasi

Berdasarkan Erman Mawardi (2007:10) pada sistem irigasi teknis, menurut letak dan fungsinya, saluran dibagi menjadi empat :

1. Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan utama sampai bangunan akhir.

(22)

2. Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari saluran pembagi pada saluran primer sampai bangunan akhir.

3. Saluran tersier adalah saluran yang berfungsi mengairi satu petak tersier, yang mengambil airnya dari saluran sekunder atau saluran primer.

4. Saluran kuarter yaitu saluran di petak sawah dan mengambil air secara langsung dari saluran tersier.

2.2.7 Efisiensi Irigasi

Menurut Sudjarwadi (1987:39) efisiensi irigasi adalah pemanfaatan air untuk tanaman, yang diambil dari sumber air atau sungai yang dialirkan keareal irigasi melalui bendung. Secara kuantitatif efesiensi irigasi suatu jaringan irigasi sangat diketahuimerupakan parameter yang susah diukur. Akan tetapi sangat penting dan diasumsikan untuk menambah keperluan air irigasi di bendung. Kehilangan air irigasi pada tanaman padi berhubungan dengan :

1. kehilangan air di saluran primer, sekunder dan tersier melalui rembesaan, evavorasi, dan pengambilan air tanpa izin.

2. kehilangan akibat pengoperasian termasuk pengambilan air yang berlebihan.

Efisiensi pemakaian air adalah perbandingan antara jumlah air sebenarnya yang dibutuhkan tanaman untuk evapotranspirasi dengan jumlah air sampai pada sesuatu intlet jalur. Untuk mendapatkan gambaran efesiensi irigasai secara menyeluruh diperlukan gambaran secara menyeluruh dari gabungan saluran irigasi dan drainase mulai dari bendung : saluran irigasi primer, sekunder, tersier dan kuarter ; petak tersier dan jaringan irigasi/drainase dalam petak tersier. Pada pemberian air terhadap efesiensi saluran irigasi nampaknya mempunyai dampak yaitu berdasarkan terhadap luas areal daerah irigasi, metoda pemberian air secara rutinitas atau kontinyu dan luasan dalm unit rotasi.Apabila air diberikan secara kontinyu dengan debit kurang lebih konstanmaka tidak akan terjadi masalah pengorganisasian. Kehilangan air tehrjadi akibat adanya rembesan dan evaporasi.

(23)

Menurut DPU Repulik Indonesia KP-03 (2010:7), pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi-bagi sebagai berikut.

 12,5% - 20% di saluran tersier

 5% - 10% di saluran sekunder

 5% - 10% di saluran primer

Tabel 2.1 Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standart Perencanaan Irigasi

Sumber : Direktorat Jendral Pengairan (penunjang untuk perencanaan irigasi 1986:10)

Pemakaian air hendaknya diusahakan seefisien mungkin terutama untuk daerah dengan ketersediaan air yang terbatas. Kehilangan air dapat diminimalkan melalui :

1. Perbaikan sistem pengelolaan air

 Sisi operasional dan perawatan yang baik

 Memaksimalkan operasional pintu air

 Pemberdayaan petugas

 Penguatan institusi

 Meminimalkan pengambilan air tanpa izin

 Partisipasi P3A

2. Perbaikan fisik prasarana irigasi

 Mengurangi kebocoran disepanjang saluran

 Meminimalkan penguapan

 Menciptakan sistem irigasi yang handal, berkelanjutan, dan diterima petani.

Type Saluran Efisiensi (%)

Saluran tersier 80

Saluran sekunder 90

Saluran primer 90

Keseluruhan 65

(24)

2.2.8 Estimasi Biaya

Estimasi dana adalah perkiraan jumlah biaya yang diperlukan untak rehabilitasi jaringan irigasi. Keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak pemerintah menyebabkan rehabilitasi jaringan irigasi tidak dapat dilakukan secana serempak. Rehabilitasi yang dilakukan secara bertahap berdasarkar penetapan prioritis yang dilakukan. Estimasi dana merupakan dasar penetapan prioritas yang sama pentingnya dengan tingkat kerusakan dalam rehabilitasi suatu jaringan.

Estimasi kebutuhan dana diperkirakan berdasarkan kondisi komponen jaringan irigasi. Kebutuhan dana rehabilitasi per ha ditentukan berdasarkan kebutuhan dana rehabilitasi jaringan dibagi luas lahan irigasi yang dilayani (Sobriyah, 2004).

2.2.9. Rencana Anggaran Biaya

. Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek pembangunan. Secara umum perhitungan RAB dapat dirumuskan sebagai berikut: RAB = Σ (Volume x Harga Satuan Pekerjaan)

2.2.9.2 Tahapan tahapan RAB a. Perhitungan Volume

Menurut Setia (2013:20) dalam bukunya Rencana Anggaran Biaya Berbasis Database. Rencana anggaran biaya mempuyai tahapan yang perlukan untuk menghitung jumlah volume per satuan pekerjaan dan analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan gambar tahap pekerjaan serta syarat-syarat analisa pembangunan kontruksi yang berlaku. Adapun tahap analisis perhitungan rencana anggaran biaya dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2

Comment [Ahw3]: tidak ada daftar pustaka

(25)

Gambar 2.2 Tahap Analisis Perhitungan RAB b. Perhitungan Volume

Menurut Fathansyah, (2002:154) dalam buku analisa-analisa dalam proyek menyebutkan bahwa:‖Perhitungan volume pekerjan adalah bagian paling esensial dalam tahap perencanaan proyek. Pengukuran kualitas/volume pekerjaan merupakan suatu proses pengukuran / perhitungan terhadap kuantitas item –item pekerjaan sesuai dengan lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui berapa banyak biaya yang akan di perlukan dalam pelaksanaan proyek‖.

c. Analisa Harga Satuan

Menurut Fathansyah, (2002:155) dalam buku analisa-analisa dalam proyek: Analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal

(26)

perhitungan rencana anggaran biaya yang didalamya terdapat angka yang menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan.

d. Realisasi Anggaran

Menurut Sabeni dkk (2001:3) dalam bukunya Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa: ―anggaran adalah jenis rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu‖.

Menurut Afiah (2001:13) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa: Realisasi anggaran adalah menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber dana ekonomi yang dikelola oleh pemerintahan daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa realisasi anggaran adalah menyajikan pendapatan pemerintah daerah selama satu periode, belanja, surplus/deficit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang anggaran.

(27)

2.2.9 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Saluran Irigasi Tersier Tabel 2. 2. Kriteria dan bobot penilaian kinerja saluran irigasi tersier.

No.

Uraian

(Komponen/sub komponen/indikator)

Nilai Bobot Standart (%)

Kondisi Baik Sekali (90-100)%

Kondisi Baik (80-

<90)%

Kondisi Sedang (60- <80)%

Kondisi Jelek (<60)%

Total 100

Prasarana Fisik 25

1. Saluran Pembawa 14

1.1

Bentuk, Dimensi, Elevasi, dan Kapasitas tiap Saluran cukup untuk membawa debit kebutuhan/rencana maksimum

7.00 1

Profil setiap saluran memenuhi kapasitas kebutuhan/rencana

Profil pada beberapa ruas mengalami perubahan kecil sehingga kapasitas berkurang 20% dari kapasitas kebutuhan/rencana

Profil pada beberapa saluran mengalami perubahan dan penurunan kapasitas berkurang lebih dari 40% dari kapasitas/

rencana

Profil pada setiap ruas mengalami perubahan dan kapasitas berkurang lebih dari 50% dari kapasitas kebutuhan/rencana

2

Di sepanjang ruas saluran tidak terdapat bobolan atau terdapat bocoran Efisiensi memenuhi yang disyaratkan >70%

Terdapat bobolan dan bocorab relative kecil yang sedikit berpengaruh terhadap kapasitas saluran, Efisiensi 70%-60%

Terdapat bebrapa bobolan dan bocoran yang berpengaruh terhadap kapasitas saluran.

Efisiensi antara 50%-60%

Terdapat banyak bobolan dan bocoran yang secara kuantitas mempengaruhi kapasitas rencana.

Efisiensi dibawah 50%

3

Tidak terdapat endapan yang berpengaruh terhadap kapasitas

Endapan dan atau erosi sedikit berpengaruh terhadap kapasitas

Endapan erosi banyak berpengaruh terhadap kapasitas

Endapan atau tidak berpengaruh besar terhadap kapasitas saluran

(28)

Tabel selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran B.

saluran rencana kapasitas saluran rencana saluran rencana

1.2

Tinggi Tanggul cukup untuk menghindari limpahan setiap saat

selama pengoperasian 2.80 1.

Tanggul mempunyai stabilitas yang baik, tinggi jagaan yang cukup untuk mencegah air melimpah (over topping) selam masa operasi dan musim hujan ( Tinggi Jagaan Minimum 0,30 m)

Tanggul mempunyai stabilitas yang baik namun tinggi jagaan berkurang 10 cm. (Tinggi Jagaan Minimum 0.20 m)

Tinggi tanggul masih memenuhi batas aman operasional namun sudah berkurang 20 cm (Tinggi Jagaan Minimum 0,20 m)

Tinggi tanggul tidak memenuhi syarat untuk elevasi air maksimum selama operasi dan musim hujan ( Tidak ada jagaan)

(29)

Keadaan khusus

Khusus untuk bendung gerak dan waduk yang besar, penilaian kondisi dilaksanakan oleh staf Cabang Dinas.

Pada evaluasi kondisi jaringan irigasi, jika :

1. Bangunan bagi / bagi-sadap / sadap 2. Ruas saluran pembawa

Pada jaringan yang bersangkutan tidak diperlukan (tidak ada), maka perhitungan nilai kondisi terhitung dilaksanakan sebagai berikut :

1. Bila luas rencana >150 Ha, maka kondisi dinilai sesuai keadaan

2. Bila luas rencana <150 Ha, maka kondisi dinilai dengan cara memaksimalkan.

2.2.10 Prosedur Penilaian Kondisi dan Fungsi Jaringan

Penilaian kondisi dan fungsi jaringan irigasi dilakukan terhadap beberapa komponen utama jaringan irigasi yang meliputi bangunan utama, saluran pembawa, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, saluran pembuang, dan bangunan sepanjang saluran pembuang.

Penilaian kondisi dan fungsi daerah irigasi dilakukan terhadap beberapa komponen, yaitu luas/areal yang menerima manfaat air irigasi, kondisi penyediaan air (Qmax dan Qmin), rencana tata tanam (pola tanam) dan intensitas tanam (croppingintensity). Penilaian tersebut dilaksanakan dengan cara membandingkan keadaan menurut rencana dan keadaan menurut kenyataan.

1. Komponen dan pembobotan Setiap komponen utama dibagi menjadi beberapa komponen yang lebih kecil, yang masing-masing perlu dinilai kondisinya. Setiap komponen akan memberikan kontribusi nilai kondisi terhadap kondisi fisik jaringan secara keseluruhan. Kontribusi setiap komponen utama terhadap keseluruhan fisik jaringan irigasi mempunayi bobot yang tidak sama. Untuk setiap komponen, bobot disusun atas dasar besarnya pengaruh setiap komponen tersebut

(30)

terhadap terjaminnya pelayanan air irigasi. Bobot setiap komponen utama dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tabel 2. 3. Bobot komponen utama jaringan irigasi

No. Komponen Bobot (%)

1 Banguanan utama 35

2 Saluran pembawa 25

3 Bangunan bagi, bagi/sadap, sadap 25

4 Saluran pembuang 10

5 Banguan sepanjang saluran pembuang 5

Jumlah 100

2.2.11 Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Saluran Tersier

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015 Nomor 12 tentang eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi menyatakan Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Evaluasi kinerja sistem irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja sistem irigasi yang meliputi:

Prasarana fisik

Produktivitas tanaman

 Sarana penunjang

Organisasi personalia

Dokumentasi

 Kondisi kelembagaan P3A

Evaluasi ini dilaksanakan setiap tahun dengan menggunakan formulir 1 (untuk DI utuh dalam 1 kabupaten/kota) dan 2 (untuk DI lintas kabupaten/kota) Indeks Kinerja Sistem Irigasi dengan nilai :

(31)

80-100 : kinerja sangat baik

70-79 : kinerja baik

 55-69 : kinerja kurang dan perlu perhatian

< 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian

 maksimal 100, minimal 55 dan optimum 77,5

2.2.12 Standar Pemberian Tata Nama dan Warna Peta Jaringan Irigasi 2..2.12.1 Daerah irigasi

Saluran utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi.Contohnya adalah Daerah Irigasi Jatiluhur atau D.I. Cikoncang.

Apabila ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat,atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringanbangunan diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal di daerah-daerah layanan setempat. Untuk pemberian 30 nama-nama bangunan utama berlaku peraturan yang sama seperti untuk daerah irigasi, misalnya bendung Cikoncang yang melayani D.I. Cikoncang.

2.2.12.2 Saluran irigasi

Saluran irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat dan nama tersebut disamakan dengan nama sumber salurannya masing-masing, misalkan untuk nama saluran sekunder harus disamakan dengan nama bangunan bagi atau sadap yang menjadi sumber saluran tersebut, jadi yang membedakan setiap saluran yang dipisahkan oleh .bangunan bagi atau sadap adalah penamaan ruasnya, contohnya Saluran Sekunder Musi Ruas 1 dan Saluran Musi Ruas 2.

Rangkuman Hasil penelitian Jurnal yang Berkaitan

Analisis Willingness To Pay Petani Terhadap Peningkatan Pelayan Irigasi Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa tengah : Permasalahan willingness to pay yang terjadi di daerah irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus

(32)

itu muncul karenawalaipun kecamatan ini setiap harinya mendapatkan pasokan air dari Waduk Kedungombo. Namun, dalam pelaksanaannya banyak sawah petani yang tidak mendapatkan air karena terdapat jaringan irigasi yang rusak.

Berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air pasal 78 ayat 3 menjelaskan bahwa pembiayaan pelaksanaan konstruksi, O&P sistem irigasi primer dan sekunder menjadi tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya, dan dapat melibatkan peran serta masyarakat petani. Oleh karena itu,masyarakat petani yang tergabung dalam P3A menetapkan suatu kebijakan melalui penetapan iuran irigasi. Masalah ini terjadi karena adanya petani yang tidak bersedia membayar iuran tersebut. Hal ini disebabkan karena petani merasa bahwa air merupakan barang bebas (free goods) sehingga pemakaian air relatif boros.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pendapatan usahatani responden, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kesediaan petani dalam membayar iuran pengelolaan irigasi, faktor-faktor apa yang mempengaruhi Willingness to Pay (WTP) petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi, dan berapa besarnya nilai Willingness to Pay (WTP) petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi.

Hasil penelitian menggunakan analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa usahatani padi menguntungkan bagi petani karena pandapatan yang dihasilkan relatif tinggi. Hasil analisis regresi logit menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani membayar iuran adalah tingkat pendidikan, tingkat pelayanan irigasi, dan peranserta petani dalam operasi dan pemeliharaan (O&P).

Rangkuman hasil penelitian jurnal dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat dan ditunjukan pada Tabel 2.4.

(33)

Tabel 2.4. Perbedaan dengan Penelitian sebelumnya

Judul Hasil Perbedaan

Evaluasi dan peningkatan kinerja jaringan irigasi bapang Kabupaten Sragen

Menentukan skala proiritas alternatif dengan biaya rehabilitasi

Menganalisis sistem jaringan irigasi dengan skala prioritas Studi Efisiensi Pemberian

air irigasi Desa Kutoharjo,

Kecamatan Pati,

Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Mengukur debit air di saluran tersier, kebutuhan air untuk setiap area irigasi serta menghitung efisiensi pada jaringan irigasi

Menganalisi jaringan irigasi dengan cara perhitungan debit dan efisiensinya.

Analisis Willingness To Pay Petani Terhadap Peningkatan Pelayan Irigasi Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa tengah

Mengetahuipendapatan usahatani responden, faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kesediaan petani dalam membayar iuran pengelolaan irigasi, faktor-faktor

apa yang mempengaruhi Willingness to Pay (WTP) petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi

Menganalisi tentang faktor-faktor yang berpengaruh didalam pemeliharaan suatu jaringan irigasi saluran irigasi tersier

Gambar

Gambar 2.1 Kondisi Bendung Sedadi
Tabel 2.1  Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standart Perencanaan Irigasi
Gambar 2.2 Tahap Analisis Perhitungan RAB  b. Perhitungan Volume
Tabel selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran B.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Daerah Irigasi Batang Anai (13.604 ha) merupakan suatu daerah irigasi di Sumatera Barat yang pembangunannya dilaksanakan secara bertahap :.. Sumber Air dari Batang Anai dengan

mengidentifikasi keterkaitan antara ketersediaan air irigasi dan pola tanam, intensitas tanam dan tingkat produksi pertanian di di daerah hulu, tengah dan hilir;

Kondisi infrastruktur SDA sangat mempengaruhi ketersediaan dan keterjaminan sumberdaya air sepanjang waktu dalam mendukung pembangunan sektor pertanian (ketahanan

Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya air untuk irigasi di Kabupaten Sleman sangat penting dalam mewujudkan penggunaan sumber daya air yang adil. Hasil

Jadi pengaplikasian manajemen irigasi adalah adalah serangkaian proses untuk menyediakan air, mengelola air, menyalurkan air pada lahan- lahan pertanian, dan membuang

Pengaturan pemanfaatan sumber daya air untuk irigasi tidak menjamin kepastian hukum karena ketidakjelasan pengertian hak guna usaha air dan belum adanya peraturan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi keterkaitan antara ketersediaan air irigasi dan pola tanam, intensitas tanam dan tingkat produksi pertanian di

Studi ini difokuskan pada efisiensi pengalokasian air irigasi antara kebutuhan penggenangan dan ketersediaan air pada Daerah Irigasi DI Kedungkandang Malang dengan membandingkan antara