Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kebaikan, keadilan dan menghargai diri sendiri dan orang lain. Namun Salomo menguraikan perbedaan antara etika, moral, dan moralitas.2 Etika berkaitan dengan dua hal.
Permasalah Etika Sosial
Moralitas tidak akan banyak dipertanyakan jika seseorang tinggal di tengah hutan tanpa pernah berhubungan dengan orang lain. Pertanyaan yang muncul adalah: sejauh mana kebebasan individu dapat dilaksanakan tanpa melanggar kebebasan dan hak asasi orang lain.
Garis Garis Besar Landasan Etika
Setiap manusia dilahirkan dengan hak asasi manusia dan kebebasan memilih yang melekat pada dirinya. Misalnya, hak untuk hidup memerlukan ketentuan bahwa seseorang tidak dapat mempunyai hak atas hidup orang lain, dan hak milik seseorang tidak dapat dialihkan kepada orang lain kecuali dengan izin pemiliknya.
Naturalisme
Perubahan nyata terjadi pada masa Renaisans (sekitar abad ke-15), ketika manusia tidak hanya bergantung sepenuhnya pada kehendak alam, namun mulai tumbuh “kepercayaan diri” untuk bertindak. Pembahasannya sengaja tidak disajikan secara kronologis, karena ternyata beberapa perkembangan yang ada di sekolah-sekolah tersebut mempunyai kemiripan, sekedar penekanan atau berasal dari sekolah-sekolah yang sudah ada sebelumnya.
Individualisme
Hedonisme
Upaya nyata yang dilakukan manusia adalah “hal-hal yang menimbulkan kesenangan”, tetapi bukan kesenangan itu sendiri. Gagasan pokoknya adalah bahwa manusia adalah material, bahwa manusia tidak lagi mempunyai hakikat menjadi manusia ketika ia memisahkan diri dari materi; Selain itu, ada juga konsep yang bermula dari tulisan Karl Marx yang bisa disebut Marxisme.
Idealisme
Namun, manusia tidaklah serendah haiwan dalam memenuhi keinginan mereka untuk mencapai kesenangan, kesenangan atau minat. Kedua ialah idealisme estetik, yang menyimpang dari pandangan bahawa dunia dan kehidupan manusia boleh dilihat dari sudut "karya seni".
ILMU POLITIK: RUANG LINGKUP DAN KONSEP
- Perkembangan Ilmu Politik
- NEGARA
- KEKUASAAN
- KOMPROMI DAN KONSENSUS
- PEMBAGIAN DAN ALOKASI
- Konsep-Konsep Politik
- Masyarakat
- Negara
- Sistem Politik
- Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science) Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu politik
Dalam sejarah perkembangannya, ilmu politik sangat dipengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya, misalnya hukum, sosiologi, dan psikologi. Tradisi hukum formal yang dipengaruhi oleh keilmuan hukum ini juga mempengaruhi kajian ilmu politik Indonesia.
BUDAYA POLITIK, SOSIOLOGI POLITIK, DAN KOMUNIKASI POLITIK
- Budaya Politik
- Konsepsi Budaya Politik
- Tiga Aspek Budaya Politik
- Kewarganegaraan dan Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik
- Kewarganegaraan
- Sosialisasi dan Komunitas Politik
- Sosialisasi Politik
- Agen dan Gaya Sosialisasi
Budaya politik merupakan bidang studi ilmu politik yang benar-benar mencerminkan pengaruh lintas disiplin dengan bidang ilmu sosial lainnya. Sesuai dengan istilah 'kebudayaan politik', kajian ini diawali dengan konsepsi dan kajian mengenai kebudayaan itu sendiri. Konsep budaya politik, yang mencerminkan pengaruh karya Parsons dan bidang ilmu sosial lainnya, tergambar jelas dalam buku karya Gabriel Almond dan G.
Menurut mereka, budaya politik adalah seperangkat sikap, keyakinan, dan perasaan mengenai politik yang ada di suatu negara pada suatu waktu tertentu. Oleh karena itu, budaya politik adalah orientasi dan sikap politik individu dalam kaitannya dengan sistem politik di mana mereka menjadi anggotanya. Jika kita berbicara tentang budaya politik suatu masyarakat, maka yang dimaksud adalah sistem politik yang terinternalisasi dalam kognisi, perasaan dan evaluasi anggota masyarakat tersebut.
Menurut Almond dan Powell, sosialisasi politik adalah suatu proses dimana budaya politik diinformasikan, dipelihara dan diubah.
PARTISIPASI POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA
Partisipasi Politik
Pengertian Partisipasi Politik
Beberapa pakar mengatakan bahwa tuntutan yang masih dalam batasan sistem, meskipun memerlukan pergantian pemerintahan, masih dapat dikategorikan sebagai partisipasi. Namun apabila tindakan menuntut tersebut dilakukan di luar kerangka aturan dan koridor yang ada, maka partisipasi tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan partisipasi. Tindakan-tindakan tersebut dianggap sebagai tindakan partisipasi negatif sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai partisipasi politik.
Pandangan ini memiliki bias Barat yang cukup kuat, karena sistem politik di negara-negara tersebut sudah relatif mapan dan berfungsi dengan baik, sehingga mudah untuk mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Namun hal ini akan menjadi masalah jika suatu sistem politik tidak berjalan sempurna sebagaimana adanya. Jika masyarakat merasa dirugikan dengan sikap pemerintah, sementara tidak ada saluran untuk menyampaikan keberatan sosialnya, maka tindakan partisipasi positif tentu tidak akan efektif lagi.
Fenomena ini sering terjadi di negara-negara berkembang yang sistem politiknya mengalami gridlock akibat dominasi pemerintah, seperti Huntington dan Nelson yang mencoba memberikan pemahaman lain bahwa tindakan partisipasi negatif seperti ini pada dasarnya dapat dikatakan sebagai tindakan partisipasi juga.
Apatis dan Sinis
Dalam situasi seperti ini, tindakan yang cenderung bersifat destruktif, seperti demonstrasi, boikot, atau pemogokan, seringkali memberikan hasil yang lebih efektif dalam mencapai perubahan. Mereka mengatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai individu, yang tujuannya adalah untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Lipset menilai fenomena tersebut dapat dimaknai sebagai cerminan stabilitas sistem politik yang bersangkutan.
Sikap politik masyarakat yang memandang tindakan dan motif orang lain dengan curiga disebut dengan sinisme. Kalangan sinis juga menganggap politik adalah bisnis kotor, politisi tidak bisa dipercaya, individu menjadi korban manipulasi kelompok yang dilakukan oknum oknum. Secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku masyarakat ikut atau tidaknya juga tergantung pada motivasi atau adanya pendorong dalam diri seseorang.
Orang-orang yang mempunyai karakter sosial dan mempunyai kepedulian yang besar terhadap permasalahan masyarakat biasanya ingin terlibat dalam kegiatan politik.
Tipe Tipe Partisipasi Politik dan Bentuk Bentuk Partisipasi Politik
- Perkembangan Partisi Politik di Indonesia A. Partisipasi Politik dari Masa ke Masa
Sedangkan partisipasi politik inkonvensional adalah tindakan politik yang tidak melalui saluran atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah atau otoritas. Namun pengaruh lingkungan internal lebih terasa melalui partisipasi politik dalam sistem karena berkaitan dengan karakteristik masyarakat yang berpartisipasi itu sendiri. Tingkat partisipasi politik di negara-negara berkembang terutama ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu tingkat pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi dan fasilitas yang memungkinkan terjadinya partisipasi politik.
Salah satu fasilitas yang dapat memungkinkan terjadinya partisipasi politik adalah dengan adanya kelancaran sistem komunikasi dalam masyarakat dan sistem politik. Ketiga faktor umum tersebut setidaknya memberikan kecenderungan umum bahwa partisipasi politik di Indonesia relatif rendah karena tingkat pendidikan dan pendidikan yang tidak merata. Selain itu, tren partisipasi politik lainnya di Indonesia adalah model partisipasi sukarela dan mobilisasi.
Sebagai negara berkembang, tidak dapat dipungkiri bahwa mobilisasi partisipasi politik masyarakat Indonesia juga cukup terlihat.
Demokrasi dan Liberal
Demokrasi Terpimpin
Ruang politik yang bebas pada masa ini membuat partai politik berusaha meraih dukungan masyarakat sebanyak-banyaknya, tidak hanya dalam mendukung kebijakan pemerintah dimana mereka terlibat atau menjadi oposisi, namun juga dalam menghadapi tawaran pemilu tahun 1955. Misalnya, kemampuan verbal Sukarno digunakan untuk membangkitkan minat dan loyalitas masyarakat di majelis umum negara dan seterusnya. Pidato Sukarno efektif dalam membakukan wacana di masyarakat, menidurkannya pada kharisma pribadi Sukarno.
Pemerintah pada saat itu mengerahkan atau mengerahkan lebih banyak masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sebagaimana disebutkan di atas untuk menunjukkan bahwa masyarakat mendukung kebijakan atau gagasan pemerintah. Mobilisasi atau mobilisasi seperti ini biasanya melibatkan ancaman, baik secara halus maupun keras, terhadap anggota masyarakat. Kekuatan populisme Sukarno membuat masyarakat pergi ke tempat-tempat yang mengadakan pertemuan publik.
Pemaksaan yang lebih parah biasanya tidak ada pada saat itu dan justru semakin menguat pada masa pemerintahan Orde Baru.
Orde Baru
- Pemilu-Pemilu di Indonesia
Oleh karena itu, politik massa mengambang tidak berlaku bagi partai pendukung pemerintahan Orde Baru. Tak heran jika melihat data statistik tingkat partisipasi pemilu pada pemilu Orde Baru begitu tinggi hingga melebihi 90%. Untuk memperlancar upaya tersebut, pemerintah Orde Baru mendorong partai-partai peserta pemilu 1971 untuk bergabung menjadi dua partai, PPP dan PDI.
Meski Golkar masih menjadi kekuatan dominan, penurunan suara Golkar dan peningkatan suara PDI dipandang pemerintah Orde Baru sebagai peringatan untuk berhati-hati. Perhatian pemerintah Orde Baru diwujudkan dalam upaya penggantian Ketua Umum PDI Soejardi yang dianggap berhasil meningkatkan perolehan suara PDI pada tahun 1992. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan mengapa pemilu Orde Baru tidak dapat berjalan secara ideal. disebutkan di atas.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa eksistensi partai politik pada pemilu Orde Baru hanya sebatas itu saja.
TOKOH POLITIK TERNAMA
- Soekarno dan Marhaen Si Petani A. Profil Singkat
- Belajar dari Petani
- Jonh F. Kennedy dan Mimpi Menginjakkan Kaki di Bulan
- Profil Singkat
- Belajar dari Perang untuk Mengakhiri Perang
- Mahatma Gandhi Nasionalisme Kemanusiaan A. Profil Singkat
- Perjuagan Tanpa Kekerasan
- Mikhail Gorbachev Akhir Komunisme Soviet dan Lembaran Baru
- Raih Kepercayaan, Dapatkan Posisi, dan Lakukan Perubahan
Alhasil, Kennedy menjadi sangat populer di mata masyarakat Amerika Serikat karena program pergi ke bulan ini. Bukan hanya karena ancaman rudal dari Uni Soviet yang bisa menghancurkan Amerika Serikat jika diluncurkan, tapi juga karena tekanan dari para petinggi negara tersebut. Jalur diplomasi Kennedy, yang lebih mengutamakan perdamaian daripada pengabdian pada perang, mendapat pengakuan dari warga Amerika Serikat.
Di satu sisi, proyek ini merupakan persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet di bidang pesawat luar angkasa. Untuk operasi penyelamatan ini, Kennedy menerima Medali Angkatan Laut dan Korps Marinir dari Angkatan Laut Amerika Serikat.43. Dan itulah gaya kepemimpinan yang akhirnya muncul pada era Kennedy menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.
Johnson menyetujui NSAM 273 pada 26 November 1963, yang membatalkan penarikan pasukan Amerika di Vietnam.
KISARAN KONSEPTUAL
Pertanyaan lebih lanjut yang kemudian muncul adalah apakah 'daerah' siap – baik secara kelembagaan maupun perilaku aparaturnya – menerima desentralisasi kewenangan, bagaimana model ideal sikap pemerintah daerah yang mampu beradaptasi dengan otonomi daerah, dan bagaimana mewujudkan aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa, sehingga pemerintah daerah dapat secara efektif menjadi agen pembangunan yang optimal dan menjalankan peran pelayanan publik secara optimal. Pertama, salah satu hakikat desentralisasi kewenangan politik dan ekonomi kepada daerah adalah pembangunan masyarakat daerah yang sejahtera dan demokratis. Tidak ada perubahan signifikan pada tingkat perilaku; kecenderungan lama birokrasi daerah yang terkesan lamban, kaku, tidak efisien, tertutup (tidak transparan) dan ‘korup’ masih terlihat jelas.
Kebijakan daerah (peraturan daerah) terkait aparatur birokrasi daerah kaitannya dengan UU Kepegawaian yang steril. Pengambilan kebijakan daerah terhadap aparatur pemerintah daerah harus ditindaklanjuti dengan upaya penegakan hukum, artinya pejabat yang diduga kuat melanggar standar/etika ketenagakerjaan harus diproses melalui dua mekanisme. Variabel-variabel tersebut menjadi kata kunci untuk membangun rezim pemerintahan daerah yang bersih dan otoriter.
Mungkin ada baiknya mempertimbangkan pembentukan komisi anti korupsi daerah sebagai lembaga independen di daerah yang bertanggung jawab kepada DPRD.
KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN
Konsepsi pola kegiatan pemimpin
Pentingnya seni dan ilmu kepemimpinan
DAFTAR PUSTAKA