Chapter 1
Istilah Dasar, Definisi &
Perhitungan
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Well Control = pengendalian sumur
• Well Control Primer
• Well Control Sekunder
• Well Control Tersier
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Tekanan = Gaya per satuan Luas
Unit API:
Pounds per Square Inch (psi)
1 unit area (sq.inch) Gaya (pounds)
Gaya per satuan Luas yang disebabkan oleh kolom fluida dalam kondisi statik (gas atau cairan) yang diketahui kerapatannya
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Tekanan Hidrostatik = Densitas x Kedalaman Vertikal
Satuan API:
Tekanan Hidrostatik = psi Berat Lumpur (MW) = ppg Kedalaman = ft
Tekanan Hidrostatik, psi = 0.052 x ppg x ft
Tekanan Hidrostatik
Formula # 1
Tekanan Hidrostatik tergantung pada berat atau kerapatan dari
fluida dan kolom/kedalaman vertikal
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Bagaimana mendapatkan faktor konversi 0.052?
1 ft
3= 7.48 galon
1 ppg x 7.48 = 7.48 pounds 1 ft² = 144 in
2Jadi :
7.48/144 = 0.052
pound/in² (psi) in 1 ft. unit
Luas Area = P x L
P L
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek Tekanan Hidrostatik
Satu Densitas Fluida
8,000 ft 0 ft
11 ppg
Tekanan Hidrostatik = 0.052 x 11 x 8,000
= 4,576 psi
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek dari densitas fluida dan kedalaman
TVD (ft) 0 ft.
(ppg)MW
LATIHAN
Hitunglah Tekanan hidrostatik dari data dibawah ini :
MW Kedalaman Tekanan
(ppg) TVD Hidrostatik
(ft) (psi)
9.0 8,000 10.0 8,000 10.5 10,000 12.5 10,000
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek dari densitas fluida dan kedalaman
TVD (ft) 0 ft.
MW (ppg)
LATIHAN
Hitunglah Hydrostatic Pressure dari data dibawah ini :
MW Kedalaman Tekanan
(ppg) TVD Hidrostatik
(ft) (psi)
9.0 8,000 3,744 10.0 8,000
10.5 10,000 12.5 10,000
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek dari densitas fluida dan kedalaman
TVD (ft) 0 ft.
MW (ppg)
LATIHAN
Hitunglah Tekanan Hidrostatik dari data dibawah ini :
MW Depth Tekanan
(ppg) TVD Hidrostatik (ft) (psi)
9.0 8,000 3,744 10.0 8,000 4,160 10.5 10,000
12.5 10,000
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek dari densitas fluida dan kedalaman
TVD (ft) 0 ft.
MW (ppg)
LATIHAN
Hitunglah Tekanan Hidrostatik dari data dibawah ini :
MW Depth Tekanan
(ppg) TVD Hidrostatik
(ft) (psi)
9.0 8,000 3,744 10.0 8,000 4,160 10.5 10,000 5,460 12.5 10,000
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek dari densitas fluida dan kedalaman
TVD (ft) 0 ft.
(ppg)MW
LATIHAN
Hitunglah Tekanan Hidrostatik dari data di bawah ini :
MW Depth Tekanan
(ppg) TVD Hidrostatik
(ft) (psi)
9.0 8,000 3,744 10.5 9,000 4,160 10.5 10,000 5,460 12.5 10,000 6,500
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Beberapa Densitas Fluida
0 ft.
3,500 ft.
7,500 ft.
8,000 ft.
10 ppg
9 ppg
11 ppg
Tekanan Hidrostatik dari Beberapa kolom Fluida (di dalam Annulus)
Kolom 1 = 0.052 x 10 x 3,500 = 1,820 psi Kolom 2 = 0.052 x 9 x 4,000 = 1,872 psi Kolom 3 = 0.052 x 11 x 500 = 286 psi
Tekanan Hidrostatik Total = 1820 + 1872 + 286
(di kedalaman 8,000’TVD)
= 3,978 psi
Contoh di atas sering keluar dalam ujian.
Turunnya Tekanan Dasar Lubang (BHP) pada saat mengeluarkan influx.
Tekanan Hidrostatik
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
50 bbls
100 bbls
Well A Well B
Kedua sumur di bor dengan berat lumpur 9 ppg.
Muka Laut yang sama
Efek dari Tekanan Hidrostatik
Sumur mana yang mempunyai Tekanan Hidrostatik lebih tinggi?
Kenapa?
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Hubungan antara Gradien Tekanan dan Berat Lumpur
Persamaan :
Tekanan = 0.052 x MW x DEPTH
psi ppg ft
Jadi, psi/ft = 0.052 x ppg ft = psi
0.052 x ppg ppg = psi/ft
0.052
Merubah dari ppg ke psi/ft ⇨ dikalikan 0.052 Merubah dari psi/ft ke ppg ⇨ dibagi 0.052
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Gradien Tekanan
Contoh : Air Tawar densitasnya 8.33 ppg. Dalam kolom 1 ft Air Tawar akan mendapatkan tekanan
sebesar :
8.33 x 0.052 x 1 = 0.433 psi Jadi Gradien Tekanan air tawar = 0.433 psi/ft
Densitas Gradien Tekanan
Air Tawar 8.33 ppg 0.433 psi/ft
Air Laut 8.60 ppg
Air Formasi 8.94 ppg
Formula # 2
Tekanan yang disebabkan oleh adanya fluida terhadap
kedalaman
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Densitas Gradien Tekanan
Air Tawar 8.33 ppg 0.433 psi/ft
Air Laut 8.60 ppg 0.447 psi/ft
Air Formasi 8.94 ppg
Contoh : Air Tawar densitasnya 8.33 ppg. Dalam kolom 1 ft Air Tawar akan mendapatkan tekanan
sebesar :
8.33 x 0.052 x 1 = 0.433 psi Jadi Gradien Tekanan dari Air Tawar = 0.433 psi/ft
Gradien Tekanan
Tekanan yang disebabkan oleh adanya fluida terhadap
kedalaman
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Densitas Gradien Tekanan
Air Tawar 8.33 ppg 0.433 psi/ft
Air Laut 8.60 ppg 0.447 psi/ft
Air Formasi 8.94 ppg 0.465 psi/ft
Formula # 2
Contoh : Air Tawar densitasnya 8.33 ppg. Dalam kolom 1 ft Air Tawar akan mendapatkan tekanan
sebesar :
8.33 x 0.052 x 1 = 0.433 psi Jadi Gradien Tekanan dari Air Tawar = 0.433 psi/ft
Gradien Tekanan
Tekanan yang disebabkan oleh adanya fluida terhadap
kedalaman
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Tekanan Dasar Sumur - Bottom Hole Pressure (BHP)
BHP = Tekanan Hidrostatik + Tekanan Permukaan ± Tekanan Dinamik
BHP tidak ada sirkulasi =
Tekanan Hidrostatik karena kolom lumpur
BHP pada saat Drilling =
Tekanan Hidrostatik + Annular Pressure Losses
BHP pada saat Trip-in =
Tekanan Hidrostatik + Tekanan Surge
BHP pada saat Trip-out =
Tekanan Hidrostatik – Tekanan Swab
BHP pada saat shut-in =
Tekanan Hidrostatik + Tekanan Permukaan
Catatan :
Tekanan dinamik adalah tekanan yang disebabkan oleh pergerakan fluida di anulus, seperti halnya annular pressure losses karena sirkulasi atau tekanan swab dan surge.
Seluruh tekanan yang dikenakan pada dasar lubang/sumur
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
BHP pada saat sumur ditutup sesudah terjadinya Kick
(pahat bor di dasar lubang) Di dalam rangkaian bor
= Tekanan Hidrostatik lumpur dalam rangkaian bor (PHDP) + Shut-in Drill Pipe Pressure (PSIDPP)
Di dalam pipa selubung
= Tekanan Hidrostatik lumpur di Annulus (PHA) + Tekanan Hidrostatik Kick fluid + Shut-In Casing Pressure (PSICP)
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek Tekanan Surge & Swab
Bisa menurunkan BHP yang berakibat masuknya influx ke dalam lubang sumur.
TRIPPING OUT of HOLE
Terjadi Tekanan Swab TRIPPING IN HOLE
Terjadi Tekanan Surge
Bisa menimbulkan Formasi pecah yang berakibat
terjadinya hilang sirkulasi.
Pergerakan dari rangkaian bor di dalam lubang menimbulkan
perubahan BHP
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek Surge dan Swab disebabkan oleh :
• Kecepatan pipa digerakkan
• Mud Properties diantaranya viskositas & gel strength
• Ukuran Annulus (OD pipa vs diameter lubang)
• Ukuran dan panjang BHA etc.
Surging and Swabbing harus dihindari dengan mengendalikan 4 faktor di atas.
Swab dapat diketahui dari “TRIP SHEET”
Dengan memonitor penurunan atau kenaikan level lumpur di tangki (Trip Tank atau Pit aktif) pada saat RIH atau POH sesuai dengan
Displasemen Metal pipa bor.
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Indikasi terjadinya Swabbing pada saat Trip-out :
• Over pull
• Level lumpur pemboran tidak turun di Annulus
• Naiknya level lumpur pemboran di Annulus pada saat POH!!
Tekanan Swab dapat disebabkan oleh :
• Viskositas dan Gel Strength yang tinggi
• Pergerakan pipa yang terlalu cepat
• Mud cake yang tebal
• Ukuran Annulus dengan BHA terlalu kecil
• Terjadinya “Balling” di pahat bor, reamer atau stabilizer
Permeabilitas Formasi & cabut pipa di trayek reservoir horisontal menyebabkan terhisapnya fluida di formasi masuk ke dalam
lubang bor.
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Swabbing bisa terjadi di setiap titik di bawah pahat bor, yang mengakibatkan turunnya Tekanan Hidrostatik karena pergerakan pipa ke atas yang menimbulkan efek hisap di bawah pahat bor.
Kemungkinan terbesar terjadinya Swab adalah pada saat pahat bor diangkat Off Bottom , oleh karena itu pengamatan level lumpur pemboran di Annulus harus dijaga pada saat pipa dicabut (contoh : level lumpur pemboran harus turun pada saat cabut sesuai dengan displasemen metal-nya).
KETIKA TERJADI SWABBING , JIKA MEMUNGKINKAN, KEMBALI KE DASAR DAN SIRKULASI BOTTOMS UP
ATAU
SHORT TRIP DIPERLUKAN PADA KONDISI-KONDISI TERTENTU
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Equivalent Circulation Density (ECD)
Equivalent Mud Weight di Annulus
Pada saat pemboran, terdapat serbuk bor & Gas di dalam annulus, akan menyebabkan densitas lumpur pemboran lebih besar dari densitas lumpur pemboran di dalam pipa bor sehingga menimbulkan hambatan atau friksi gerakan ke atas pada lumpur bor.
Equivalent Circulating Density (ECD)
adalah berat lumpur bor di annulus dalam ppg, ditambah dengan total tekanan yang hilang di annulus pada titik tersebut.Pada saat pemboran :
Tekanan keseluruhan
= Tekanan Hidrostatik Lumpur + Annular pressure lossECD = Tekanan Total (psi) pada suatu titik di annulus
0.052 x TVD (ft)
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Equivalent Circulation Density (ECD)
Bottom Hole Pressure pada kondisi dinamik
Tekanan Bottom hole pada saat sirkulasi, akan lebih besar daripada kondisi diam (static condition) karena adanya annular friction losses yang disebabkan oleh tekanan pompa untuk mendorong lumpur pemboran di annulus dari pahat bor ke Flow Line.
Maka,
Circulating Bottom Hole Pressure or Dynamic Bottom Hole Pressure
= Tekanan Bottom hole pada kondisi statik + Annular Pressure Losses
Formula # 6
APL(psi)
0.052 x Well TVD (ft) + Original MW (ppg) ECD (ppg) =
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Cara Menghitung Equivalent Circulating Density (ECD)
Contoh :
Hitung Tekanan Sirkulasi dan ECD dari data di bawah ini : 0 ft
Berat Lumpur 10 ppg
10,000 ft
Friction Losses di Annulus 120 psi
BHP
= 10,000 x 10 x 0.052
= 5,200 psi
Circulating (dynamic) BHP
= 5,200 + 120
= 5,320 psi
Equivalent Circulating Density (ECD)
= 5,320 ÷ [0.052 x 10,000]
= 10.23 ppg
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Tekanan Sirkulasi Pompa
Tekanan Pompa diperlukan untuk
mendorong lumpur boe dari pompa, pipa &
rangkaian bor , keluar dari pahat bor, dan naik di annulus kembali ke permukaan.
Tekanan yang terjadi pada pompa
diakibatkan oleh adanya Friction Losses antara lumpur bor dengan apapun yang dilaluinya.
Tekanan terbesar terjadi pada pompa dan akan turun secara bertahap ke nol saat lumpur bor bergerak sepanjang Sistim Sirkulasi
P p = P
s+ P
ds+ P
b+ P
annCHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Lumpur pemboran dihisap oleh pompa
Lumpur pemboran dipompa pada tekanan yang tinggi akibat adanya Friction Loss dan menimbulkan gaya di pahat bor.
TEKANAN NAIK PADA SAAT MENJALANKAN POMPA
Tekanan Lumpur Bor di Sepanjang Sumur
pada Saat Pemboran
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Lumpur bor naik ke Standpipe , melalui Rotary Hose , Swivel dan Kelly .
PRESSURE LOSS SEDIKIT AKIBAT DARI FRIKSI
Lumpur pemboran turun ke rangkaian bor sampai ke pahat bor
25% PRESSURE LOSS AKIBAT DARI FRIKSI
Tekanan Lumpur Bor di Sepanjang Sumur
pada Saat Pemboran
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Lumpur bor melewati BHA , pahat bor dan menghasilkan Jetting action untuk
membersihkan pahat bor dan
mengangkat serbuk bor dari dasar.
70% PRESSURE LOSS AKIBAT DARI FRIKSI & HAMBATAN
Lumpur bor kembali ke permukaan Membawa serbuk bor ke pengayak, Separators dan tangki lumpur.
PRESSURE LOSS SEDIKIT AKIBAT DARI FRIKSI
Tekanan Lumpur Bor di Sepanjang Sumur
pada Saat Pemboran
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Tekanan Lumpur Bor di Sepanjang Sumur Pada Saat Pemboran
P1 = Tekanan lumpur saat masuk saluran permukaan dan pipa bor (misal 2,200 psi) P2 = Tekanan lumpur saat masuk ke drill collar (misal 1,900 psi)
P3 = Tekanan lumpur saat masuk nosel pahat bor (misal 1,700 psi) P4 = Tekanan lumpur saat masuk ke anulus (misal 130 psi)
P5 = Tekanan lumpur saat masuk flow line (misal 0 psi)
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Circulating (Pump) Pressure
= penjumlahan dari seluruh Pressure Losses di sepanjang Sistim sirkulasi
= P. loss di Stand Pipe + P. loss di rangkaian bor + P. loss di BHA/pahat bor + P. loss di Annulus
PERLU DIINGAT...
Dynamic Bottom Hole Pressure dan Circulating (Pump) Pressure
adalah berbeda
Dynamic Bottom Hole Pressure = Static BHP + APL
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Tekanan (Pori) Formasi
Ada beberapa Tekanan Formasi:
• TEKANAN NORMAL
• TEKANAN ABNORMAL
• TEKANAN SUBNORMAL
Tekanan Normal = 0.465 psi/ft (Fluida Formasi) Tekanan Abnormal = 0.465 – 1.0 psi/ft
Tekanan Subnormal = <0.433 psi/ft
(depleted Reservoir)Note:
Antara 0.465 – 0.433 psi/ft dianggap sebagai gradien tekanan normal transisi dari Air asin dan air tawar
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Porous Permeabel
Tekanan yang disebabkan oleh Fluida yang terperangkap di dalam pori-pori pada suatu formasi. F luida tersebut bisa air, minyak
Dan atau gas.
Tekanan (Pori) Formasi
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
• Under compaction
• Efek Artesian
• Faulting
• Kubah garam
• Efek Tudung Gas
• Charged Sands
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Apabila air yang terperangkap tidak bisa keluar dan mendapat tekanan dari proses sedimentasi dan kompaksi, akan terjadi tekanan abnormal.
Secara singkat, fluida di pori-pori menahan tekanan compacted shale menyebabkan terjadinya tekanan abnormal di seluruh dunia
Sesar naik menyebabkan tekanan Abnormal, bergerak ke atas (lebih dangkal)
Under compacted Shale Faulting
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
Abnormal Location
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Lapisan air yang berhubungan di batuan permeabel di kedalaman yang berbeda akan
menyebabkan terjadinya Tekanan Abnormal.
Tekanan hidrostatik karena kolom air formasi dari puncak ketinggian sampai Cap Rock akan menyebabkan terjadinya tekanan abnormal di bawah Cap Rock.
Sumur Artesis
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Pada lipatan formasi permeabel, tekanan formasi di beberapa tempat akan berhubungan satu dengan yang lain sepanjang lipatan tersebut.
Apabila gas berada di atas air atau minyak, gradien tekanannya akan lebih rendah yang akan menyebabkan terjadinya tekanan Abnormal di bagian atas dari tudung Gas.
Tudung Gas atau
Struktur Antiklinal
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Untuk menentukan tekanan formasi pada bagian atas tudung atau Antiklinal :
1. Tekanan formasi di 5,000’ = 0.465 x 5000 = 2325 psi 2. Tekanan Gas di dalam batuan tudung Antiklin = 2000 x 0.1 = 200 psi 3. Tekanan formasi di puncak Antiklin di bawah batuan tudung
= 2325 - 200 = 2125 psi
Tudung Gas atau Struktur Antiklinal
Data :
• Formasi di sekitar antiklin
mengandung ari garam gradien
= 0.465 psi/ft.
(gradien normal).
• Gradien Gas terperangkap
= 0.100 psi/ft.
normal
Abnormal
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Lapisan pasir di bagian atas
mendapatkan tekanan dari fluida formasi yang lebih besar dari kondisi normal pada kedalaman tersebut karena adanya
UNDERGROUND BLOW-OUT yang tidak terkendali pada sumur sebelumnya
Charged Sands
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Kubah Garam (Salt Dome)
Formasi garam adalah formasi yang impermeabel dan formasi ini adalah formasi yang bergerak (CREEPPING formation).
Pergerakan ini menimbulkan tekanan yang sama terhadap tekanan Overburden pada semua tempat termasuk berat dari
lapisan garam itu sendiri. Formasi di bawah garam sering kali
mempunyai gradien tekanan lebih besar dari 0.465 psi/ft dan bisa mencapai 1.0 psi/ft
Penyebab Terjadinya Tekanan Abnormal
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
GAS CUT MUD (Connection Gas)
Pada saat drilling dengan overbalance minimum, sebagian kecil dari gas akan masuk ke dalam lubang bor saat
connection. Setelah connection dan pompa dijalankan, gas tersebut akan menjadi gas cut mud
• Gas cut adalah gas dari formasi atau lubang bor yang tercampur dengan lumpur pemboran dan akan
menyebabkan turunnya tekanan Hidrostatik Lumpur bor.
• Terjadi penurunan di BHP tetapi tidak kick selama tekanan
hidrostatik dari lumpur bor masih Overbalance .
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
• Gas cut mud akan mengurangi BHP terutama pada saat gelembung gas mendekati permukaan atau di permukaan.
• Pencegahan jika terjadi Gas Cut adalah mengontrol laju pemboran sehingga hanya ada satu
Connection Gas di dalam lubang sebelum melakukan Connection
• Mempercepat waktu Connection
Peralatan di permukaan (Surface Equipment) untuk menangani Gas Cut Mud adalah Vacuum Degasser
GAS CUT MUD (Connection Gas)
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
TRIP MARGIN
• Pada saat cabut pipa, ada kemungkinan terjadinya swabbing di dalam sumur
pemboran yang menyebabkan penurunan BHP dan terjadi aliran.
• Penambahan ekstra berat lumpur agar aman pada saat Tripping dan Connection disebut
“Trip Margin”.
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
RISER MARGIN pada Floating Rigs
• Jika Marine Riser (karena kecelakaan atau disengaja) dilepas dari kepala sumur di dasar laut, Tekanan
Hidrostatik dari kolom lumpur bor di dalam Riser digantikan oleh tekanan hidrostatik air laut.
Berkurangnya tekanan hidrostatik di lubang bor akan menyebabkan Kick.
• Hilangnya tekanan hidrostatik yang dikonversikan ke dalam berat lumpur (ppg) disebut “Riser margin”
Riser Margin (ppg) = ______ Loss of Hydrostatic (psi)_________
0.052 x Vertical Column , ft [ BOP-Well TVD ]
Formula # 37
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
SHALLOW GAS
• Terjadinya Kick sangat cepat dan Reservoir yang
dangkal mempunyai permeabilitas yang tinggi, waktu yang dibutuhkan sangat terbatas.
• Formasi lemah dan resiko terjadinya kawah.
• Menyebabkan terjadinya blowout dan kerusakan serius pada personnel, rig & peralatannya.
Oleh karena itu.. Prioritas utama pencegahan Shallow Gas Kick adalah : 1. Keselamatan Personil
2. Pencegahan kerusakan atau kehilangan Rig
3. Pengamanan investasi pada sumur tersebut
Platform
Hilang !!!
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
UNTUK MENGHINDARI SHALLOW GAS KICK – Pengeboran Pilot Hole
(Top hole diameternya selalu lebih besar & formasinya lunak, kemampuan mengangkat serbuk bor dan Annular Velocity sangat rendah)
– POH pumping pada saat tripping.
– Kendalikan laju pemboran.
APABILA TERJADI SHALLOW GAS KICK!!
– Naikkan kecepatan pompa sampai laju maksimum dan mengarahkan aliran melalui Diverter.
– Apabila lumpur bor habis, pompakan air laut untuk rig lepas pantai.
– Jangan menutup BOP, hanya Diverter yang digunakan.
Penanganan SHALLOW GAS
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Masalah SHALLOW GAS pada FLOATING RIGS
• Shallow gas kick bisa menyebabkan Marine Riser Collapse (dengan mode Diverter ).
• Titik terlemah dari Marine Riser equipment yang mudah rusak pada saat Shallow Gas Kick adalah Slip Joint Packers
• Keuntungan dari Floating Rigs dibandingkan dengan Rig lepas pantai yang lain adalah bisa keluar (move off) keluar dari lokasi lebih cepat.
• Untuk Surface drilling pada Floating Rig, Marine Riser seringnya tidak digunakan karena alasan keselamatan dan Rig-nya bisa dipindahkan keluar dari lokasi, membiarkan Shallow Gas agar berkurang
tekanannya atau lubang runtuh.
• Keuntungan adanya katup Fill-up (katup dump atau flood) pada Marine Riser adalah :
o
Mengisi Riser pada saat Shallow Gas Kick dengan air laut
o
Mengisi lubang dengan air laut apabila terjadi hilang sirkulasi
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Prosedur Pengendalian SHALLOW GAS
Apabila sumur mengalir pada saat Flow Check :
• Buka katup saluran Diverter menurut arah angin
• Tutup Diverter Packer
• Pompakan keluar Kick dengan laju pemompaan maksimum dengan lumpur bor yang ada
• Evakuasi personil yang tidak berkepentingan dari rig ALIHKAN DAN TINGGALKAN!
Pada Saat Pemboran
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Pada saat Tripping
• Pasang Slips pada posisi koneksi
• Pasang FOSV pada posisi terbuka, kemudian ditutup
• Buka katup saluran Diverter sesuai arah angin
• Tutup Diverter Packer
• Sambungkan ke Kelly atau Circulating Head
• Buka FOSV
• Sirkulasi untuk mengeluarkan Kick dengan laju
pemompaan maksimum dengan lumpur bor yang ada
• Evakuasi personil yang tidak berkepentingan dari rig
Prosedur Pengendalian SHALLOW GAS
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Efek dari Tekanan Sirkulasi karena perubahan MW dan SPM
P
2= P
1x MW
2MW
1Dimana :
P1 = Tekanan Sirkulasi lama P2 = Tekanan Sirkulasi baru MW1 = Berat Lumpur lama MW2 = Berat Lumpur baru
P
2= P
1x (SPM
2)
2(SPM
1)
2or
P
2= P
1x SPM
2 2SPM
1Dimana :
P1 = Tekanan Sirkulasi lama P2 = Tekanan Sirkulasi baru SPM1 = Pump Stroke lama
SPM2 = Pump Stroke baru
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Contoh 1
Pada saat laju pompa 40 SPM tercatat tekanan pompa 1,000 psi. Berapa tekanan pompa pada 30 SPM?
Tekanan pompa baru, P2 = 1,000 x (30)2 = 562 psi (40)2
Contoh 2
Pada saat berat lumpur bor 11 ppg tercatat tekanan pompa 1,000 psi dengan laju pompa 40 SPM. Berapa tekanan pompa pada 40 SPM jika berat lumpur bor naik menjadi 13 ppg?
Tekanan Pompa baru, P2 = 1,000 x 13 = 1,182 psi 11
Efek dari Tekanan Sirkulasi karena perubahan
MW dan SPM
CHAPTER 1
Istilah Dasar, Definisi & Perhitungan
Contoh 3
Pada saat laju pompa 40 SPM dan berat lumpur bor 11.0 ppg tercatat tekanan pompa 1,000 psi. Berapa tekanan pompa jika laju pompa diturunkan ke 30 SPM
Dan berat lumpur bor dinaikkan ke 13.0 ppg?
Tekanan Pompa baru, P2 = 1,000 x (30)2 = 562.5 psi (40)2
Tekanan Pompa baru, P3 = 562.5 x 13 = 665 psi11
Efek dari Tekanan Sirkulasi karena
perubahan MW dan SPM
Certification Program
IWCF DRILLING WELL CONTROL
Chapter 2
Perhitungan Volume Sumur
Chapter 3
Slow Pump Rate (SCR),
Leak Off Test (LOT) & MAASP
CHAPTER 2 & 3
Volume dari Trip Tank (kotak)
= L x W x H
Volume dari Sumur /Pipa Pemboran (Silinder)
= π x R
2x H
Atau
= π x D
2x H
4
Note:π
=H
D R L
w
H
22 7
Volume
CHAPTER 2 & 3
Kapasitas Pipa Pemboran per foot
Dihitung dengan
=
π
x ID² x H4
ID = inch 1 ft² = 144 in² 1 ft³ = 0.1781 bbl Oleh karena itu
bbl/ft. = 3.1429 x ID2 x 0.1781 4 x 144
= ID² 1029.4
H
Pipa Pemboran
IWCF : bbl/ft data diberikan
CHAPTER 2 & 3
Metal Displacement per ft
Dihitung dengan
=
π
x OD² - ID² x H4
OD/ID = Inch 1 ft² = 144 in² 1 ft³ = 0.1781 bbl Oleh karena itu :
bbl/ft. = 3.1429 x (OD2 - ID2) x 0.1781 4 x 144
= OD² - ID²
1029.4
H
IWCF : bbl/ft data diberikan
Pipa Pemboran
CHAPTER 2 & 3
Closed End Displacement (CED) per ft
Metal Displacement String Capacity
H
Sangat berguna pada saat cabut basah atau stripping in.
Dihitung dengan
Displasemen Metal + Kapasitas Pipa
=
π
x OD² x H4
ID = Inci
1 ft² = 144 inci² 1 ft³ = 0.1781 bbl Oleh karena itu :
bbl/ft. = 3.1429 x (OD2) x 0.1781 4 x 144
= OD² 1029.4 IWCF : bbl/ft data diberikan
Pipa Pemboran
CHAPTER 2 & 3
Kapasitas Annulus per ft
D = diameter dalam dari lubang atau selubung d = diameter luar dari pipa bor
Annulus
Annular Capacity (between hole/string) String Capacity
D
H
dDihitung dengan
Volume Anulus + Volume CED
=
π
x D² - d² x H4
D/d = Inch
1 ft² = 144 in² 1 ft = 0.1781 bbl Oleh karena itu :
bbl/ft. = 3.1429 x (OD2) x 0.1781 4 x 144
= D²
- d
²1029.4
IWCF : bbl/ft data diberikan
10.6
9 ⅝ 4197
8 ½ 4197
5420 5380
KILL SHEET CALCULATION – Drill String Components Length
10.6
9 ⅝ 4197
8 ½ 4197
5420 5380
CURRENT WELL DATA – Casing Components Length
10.6
9 ⅝
8 ½ 4197 4197
5420 5380 620
4416 384
Drillpipe Length = Hole MD – DC Length – HWDP Length
= 5420 – 620 – 3 84
= 4416
Drill String Component Length
10.6
9 ⅝
8 ½ 4197 4197
5420 5380 620
4416 384
0.0178 0.0087 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
Drill String Volume
10.6
9 ⅝
8 ½ 4197 4197
5420 5380 620
4416 384
0.0178 0.0087 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.0
DP/HWDP/OH Length = Hole MD – DC Length – Casing Shoe MD
= 5420 – 620 – 4197
= 603
Annulus Length
620 603 4197
10.6
9 ⅝
8 ½ 4197 4197
5420 5380 620
4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
Annulus Volume
620 603
0.0259 0.0459
16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97
10.6
9 ⅝
8 ½ 4197 4197
5420 5380 620
4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
Well & System Volume
620 603
0.0049 0.0459
16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95
Pump Output
620 4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0049 0.0459
16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95
10.6
9 ⅝
8 ½ 4197 4197
5420 5380
CHAPTER 2 & 3
Keluaran Pompa
Diameter Liner
(inci) Panjang Langkah (inci)
10 12 14 14 16 16
4 0.048 0.054 - - - -
4½ 0.062 0.071 0.083 0.078 - -
5 0.077 0.089 0.104 0.099 0.113 0.106
5½ 0.094 0.110 0.128 0.123 0.141 0.133
6 0.113 0.132 0.154 0.149 0.170 0.163
6½ 0.133 0.156 0.183 0.177 0.203 0.196
7 0.155 0.183 0.213 0.208 0.238 0.231
7½ - 0.211 0.246 0.241 0.275 0.268
1½ 2 2 2½ 2½ 3
Diameter Rod (inci)
Keluaran pompa Dupleks pada efisiensi 100% bbl/stroke)
Keluaran pompa = 0.000162 x S x [2 (D)2 - d2]
Keluaran Pompa Sebenarnya (True Pump Output – TPO) = keluaran pompa x efisiensi
CHAPTER 2 & 3
Diameter Liner
(inci) Panjang Langkah (inci)
7 8 9 10 11 12
4 0.027 0.031 0.035 0.039 0.043 0.047
4½ 0.034 0.039 0.044 0.049 0.054 0.059
5 0.043 0.049 0.055 0.061 0.067 0.073
5½ 0.051 0.059 0.066 0.074 0.081 0.088
6 0.061 0.070 0.079 0.087 0.096 0.105
6½ 0.072 0.082 0.092 0.103 0.113 0.123
7 0.083 0.095 0.107 0.119 0.131 0.143
7½ 0.096 0.109 0.123 0.137 0.150 0.164
Keluaran pompa tripleks pada efisiensi 100% (bbl/stroke)
Keluaran pompa (bbl/stroke) = 0.000243 x S x D2
True Pump Output (TPO) = Pump Output x efficiency
= 0.000243 x 12 x 62
= 0.1050 bbl/stroke
= 0.102 bbl/stroke
= 0.1050 bbl/stroke x 0.97
Keluaran Pompa
CHAPTER 2 & 3
Diameter Liner (inci)
Panjang Langkah (inci)
7 8 9 10 11 12
4 0.027 0.031 0.035 0.039 0.043 0.047
4½ 0.034 0.039 0.044 0.049 0.054 0.059
5 0.043 0.049 0.055 0.061 0.067 0.073
5½ 0.051 0.059 0.066 0.074 0.081 0.088
6 0.061 0.070 0.079 0.087 0.096 0.105
6½ 0.072 0.082 0.092 0.103 0.113 0.123
7 0.083 0.095 0.107 0.119 0.131 0.143
7½ 0.096 0.109 0.123 0.137 0.150 0.164
Keluaran Pompa Tripleks pada efisiensi 100% (bbl/stroke)
Keluaran Pompa (bbl/stroke) = 0.000243 x S x D2
True Pump Output (TPO) = Pump Output x efficiency
= 0.000243 x 12 x 6.52
= 0.1232 bbl/stroke
= 0.120 bbl/stroke
= 0.1232 bbl/stroke x 0.97
Keluaran Pompa
Keluaran Pompa (Slow Circulating Rate)
620 4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0049 0.0459
16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95
0.102 0.120
CHAPTER 2 & 3
Kick dikeluarkan dengan sirkulasi sesuai dengan Slow Circulation Rate (SCR) dengan Tekanan sirkulasi laju mematikan sumur yang sudah diperhitungkan
• Memastikan bahwa Slow Circulation Pressure + SIDPP memudahkan untuk pemompaan dan tidak melebihi batas kemampuan saluran permukaan.
• Memudahkan menaikkan berat lumpur pemboran yang keluar dan
disirkulasian sesuai dengan kemampuan kapasitas pencampuran lumpur.
• Memberikan waktu yang lebih lama untuk pengaturan Choke
• Memberikan waktu yang cukup untuk pembuangan Kick di permukaan, terutama pada saat kondisi kritis ketika influx Gas mencapai batasan maksimum dari Mud Gas Separator (MGS)
• Mengurangi Annular Pressure Losses agar bisa menjaga BHP dengan lebih baik
• Mengurangi Choke Line Friction Losses (Subsea)
Slow Circulation Rate (SCR)
CHAPTER 2 & 3
Tekanan SCR dicatat dengan pahat bor didekat dasar sumur untuk tiap-tiap pompa :
• Pasa saat awal aplusan
• Sesudah perubahan berat lumpur bor
• Sesudah penggantian ukuran nosel pahat bor atau BHA
• Setelah melalui trayek pengeboran yang panjang (i.e. 500 ft) pada satu Shift
• Setelah perbaikan pompa
Tekanan SCR harus dicatat dari Gauge yang digunakan pada saat operasi mematikan sumur
(DP Pressure Gauge di Panel Choke)
Slow Circulation Rate (SCR)
SCR
620 4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0049 0.0459
16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95
0.102 0.120
30 400 500
CHAPTER 2 & 3
Apabila seluruh volume sudah diketahui, Strokes dan waktu dalam menit dapat dihitung.
Strokes = Volume (bbls) . keluaran pompa (bbl/stroke) Menit = Strokes .
Laju pompa (SPM) Contoh :
Volume pipa bor = 84.98 bbls, Keluaran pompa = 0.102 bbl/stroke Sirkulasi dengan laju pompa = 30 SPM
Strokes dari permukaan ke pahat bor = 84.98 ÷ 0.102 = 833.137 strokes
≈ 833 strokes Waktu sirkulasi, permukaan ke pahat bor = 833 ÷ 30 = 27.76 menit
≈ 27.8 menit
Strokes dan Waktu untuk Sirkulasi
Strokes Pompa Waktu
0.102 0.120
30 400 500
620 4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0049 0.0459
16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95
833 27.8
429 2012 2441 3274
14.3 67.1 81.4 109.1
Kick Data
0.102 0.120
30 500 600
9 ⅝ 4197
8 ½ 4197
5420 5380 10.6
834 27.8
429 2012 2441 3274 3922 7196
14.3 67.1 81.4 109.1 620
4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0259 16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95 0.0459
833 27.8
429
2441
3274 109.1
2012
14.3 67.1 81.4
CHAPTER 2 & 3
Kick Data : Panel Kendali Jarak Jauh
Tekanan Shut-in tercatat pada Gauges yang digunakan dalam operasi mematikan sumur.
INGAT!! Reset Stroke Counter ke nol sesudah memompa sebanyak volume Surface Line
CHAPTER 2 & 3
Tekanan Shut-in tercatat pada Gauges yang digunakan dalam operasi mematikan sumur.
INGAT!! Reset Stroke Counter ke nol sesudah memompa sebanyak volume Surface Line
Kick Data : Panel Kendali Jarak Jauh
Kick Data
0.102 0.120
30 400 500
9 ⅝ 4197
8 ½ 4197
5420 5380 10.6
834 27.8
429 2012 2441 3274 3922 7196
14.3 67.1 81.4 109.1 620
4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
84.98 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0259 16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95 0.0459
833 27.8
429
2441
3274 109.1
2012
14.3 67.1 81.4
83
CHAPTER 2 & 3
Kick Data
600
500 6
CHAPTER 2 & 3
Kill Mud Weight
600
500 6
10.6 5380500
KMW = (500 ÷ 5380 ÷ 0.052) + 10.6
= 1.787246 + 10.6
= 12.387246
≈ 12.39 ppg pembulatan ke atas sampai 2 desimal
≈ 12.4 ppg pembulatan ke atas 1 desimal
12.4
CHAPTER 2 & 3
Initial Circulating Pressure
600
500 6
10.6 5380500
ICP = 400 + 500
= 900 psi
12.4
400 500
900
CHAPTER 2 & 3
Final Circulating Pressure
600
500 6
10.6 5380500
FCP = (12.4 ÷ 10.6) x 10.6
= 1.169811 x 400
= 467.92
≈ 468 psi pembulatan ke atas 0 desimal
12.4
400 500
900
10.612.4 400
468
CHAPTER 2 & 3
Penurunan Tekanan Setiap 100 Strokes
(K) = 900 - 468
= 432 psi
(K)/100 strokes = (432 x 100) ÷ 833
≈ 51.86 psi/100 strokes pembulatan 2 desimal 600
500 6
10.6 5380500
12.4
400 500
900
10.612.4 400
468
900 468 432
= 43200 ÷ 833
= 51.860744
432833 51.86
Jadwal Tekanan – Pressure Schedule
0.102 0.120
30 400 500
9 ⅝ 4197
8 ½ 4197
5420 5380 10.6
834 27.8
429 2012 2441 3274 3922 7196
14.3 67.1 81.4 109.1 620
4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
85.02 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0259 16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95 0.0459
833 27.8
429
2441
3274 109.1
2012
14.3 67.1 81.4
12.4
900 468 432 432
833 51.86
10.6 400
400 500
900 600
500 6
10.6 5380500
468 12.4
0.102 0.120
30 400 500
9 ⅝ 4197
8 ½ 4197
5420 5380 10.6
834 27.8
429 2012 2441 3274 3922 7196
14.3 67.1 81.4 109.1 620
4416 384
0.0178 0.0088 0.0049
85.02 3.04 3.34 78.60
620 603
0.0259 16.06 27.68 43.74 4197 0.0489 205.23 248.97 333.95 0.0459
833 27.8
429
2441
3274 109.1
2012
14.3 67.1 81.4
12.4
900 468 432 432
833 51.86
10.6 400
400 500
900 600
500 6
10.6 5380500
468 12.4