• Tidak ada hasil yang ditemukan

jaksa sebagai pengacara negara dalam penyelesaian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "jaksa sebagai pengacara negara dalam penyelesaian"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Apakah peranan Pendakwaraya sebagai peguam Negara dalam penyelesaian Pertikaian Pentadbiran Negeri Perspektif Dasar Pentadbiran.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis telaah adalah sama-sama membahas mengenai jaksa sebagai pengacara negara, sedangkan perbedaannya peneliti terdahulu membahas mengenai independensi kejaksaan, sedangkan penulis membahas tentang penyelesaian sengketa tata usaha negara dalam sudut pandang Siyasah Dusturiyah. . . Hasil dari disertasi ini adalah tentang Kejaksaan Republik Indonesia, suatu lembaga negara yang mempunyai fungsi menjamin penegakan hukum, menyelamatkan kekayaan negara, menjunjung tinggi wibawa pemerintah dan melindungi kepentingan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kejaksaan Republik Indonesia di bidang perdata dan tata usaha negara diberi wewenang oleh undang-undang. Oleh undang-undang dan dilimpahkan melalui surat kuasa, kompetensi penuntut umum di bidang perdata juga mencakup bantuan hukum. . Persamaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang jaksa, sedangkan perbedaannya pada penelitian sebelumnya membahas tentang peran jaksa, sedangkan penulis membahas tentang jaksa sebagai jaksa negara dalam menyelesaikan sengketa tata usaha negara dalam perspektif siyasah dusturiyah.

Skripsi Andi Fahrudin, Skripsi Universitas Negeri Makassar Tugas dan Wewenang Kejaksaan Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Studi Kasus pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat) 11. Skripsi ini membahas tentang permasalahan tugas dan wewenang Kejaksaan dalam bidang administrasi kependudukan dan kenegaraan (studi kasus di Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat). Kendala yang ditemui dalam Fungsionalisasi Kejaksaan di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara adalah keterbatasan internal dari Kejaksaan itu sendiri yaitu tidak seluruh unsur internal.

11 Andi Fahrudin, “Tugas dan Kewenangan Penuntutan di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Studi Kasus di Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat)”, (Makassar, 2013). Persamaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang pernah penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang Kejaksaan dan Tata Usaha Negara, sedangkan perbedaannya adalah peneliti sebelumnya telah membahas tugas dan wewenang Kejaksaan, sedangkan penulis membahas tentang jaksa sebagai seorang pengacara dalam penyelesaian perselisihan.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, sekunder, dan tersier yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan. Bahan hukum primer adalah suatu bentuk peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat karena dikeluarkan oleh lembaga negara atau pemerintah untuk membantu penelitian. Bahan hukum utama yang digunakan adalah Pasal Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Bahan hukum sekunder yang utama adalah buku-buku untuk jaksa dan Siyasah Dusturiyah, karena buku-buku teks tersebut memuat prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para ulama yang berkualifikasi tinggi. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan pedoman dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa kamus umum, kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Inggris.15. Teknik pengumpulan bahan hukum yang dimaksud adalah perolehan bahan hukum untuk penelitian, teknik pengumpulan bahan hukum yang menunjang dan berkaitan dengan penyajian penelitian ini.

Kajian dokumen merupakan suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan cara menganalisis (Content Analysis). Dalam penulisan hukum, setelah menerima bahan hukum, hal selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis bahan tersebut.

Sistematika Pembahasan

Teknik ini berguna untuk memperoleh landasan teori dengan menelaah dan mempelajari peraturan hukum, buku-buku, dokumen-dokumen dan hasil-hasil penelitian lainnya, baik cetak maupun elektronik, yang berkaitan dengan topik yang akan penulis teliti. Teknik analisis yang digunakan penulis adalah berpikir deduktif yaitu dengan menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari.17. Tinjauan pustaka dan landasan teori, memerinci jaksa sebagai jaksa negara dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara.

LANDASAN TEORI

Jaksa Dalam Siyasah Idariyah

  • Pengertian,Tugas dan Ruang Lingkup Siyasah Idariyah
  • Pengertian Dan Kedudukan Jaksa Dalam Siyasah Idariyah
  • Ruang Lingkup Sengketa Tata Usaha Negara Dalam Siyasah Idariyah . 23
  • Pengertian Jaksa dan Tugas Jaksa
  • Tugas Jaksa Sebagai Pengacara Negara
  • Kasus Hukum Yang Termasuk Dalam Sengketa Tata Usaha Negara
  • Tugas Jaksa Sebagai Pengacara Negara Dalam Sengketa Tata Usaha

Mengajukan kasasi untuk kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara; Penuntut umum adalah jaksa dengan kekuasaan khusus yang bertindak untuk dan atas nama negara atau pemerintah dalam perkara atau perkara perdata atau tata usaha negara.31. Dalam ketatanegaraan dan ketatanegaraan, jaksa yang mempunyai kewenangan khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.”

040/A.J.A/12/2010 tanggal 13/12/2010, Kejaksaan selaku Jaksa Agung diberi tugas dan fungsi di bidang ilmu perdata dan tata usaha negara (DATUN), yang meliputi antara lain. 31 Instruksi Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (JAM DATUN), XXII, Jaksa Agung RI, hal. Perbuatan hukum lainnya adalah tugas Kejaksaan untuk bertindak sebagai mediator atau mediator apabila terjadi perselisihan atau perselisihan pendapat antar instansi pemerintah/pemerintah daerah, BUMN di bidang perdata dan ketatanegaraan.

Merupakan perbuatan hukum di bidang perdata dan ketatanegaraan untuk menyelamatkan kekayaan negara atau. Pengadilan berwenang menyelidiki, menyelesaikan, dan menyelesaikan perselisihan mengenai tata usaha negara, apabila semua tindakan administratif yang bersangkutan telah diterapkan. Mahkamah Agung membawahi beberapa badan peradilan, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

Yang membedakan Peradilan Tata Usaha Negara dengan Mahkamah Agung TUN adalah wilayah hukumnya. Yurisdiksi Peradilan Tata Usaha Negara berada pada tingkat kabupaten/kota, sedangkan Mahkamah Agung Tata Usaha Negara berada pada tingkat provinsi. Contoh dan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang pertama adalah Pulau D, salah satu pulau buatan yang pengembangannya dilakukan oleh PT Kapuk Naga Indah.

Kasus dan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara ini merupakan salah satu contoh kasus yang mendapat perhatian khusus dari warga DKI Jakarta. Contoh gugatan dan keputusan dukaran tata usaha negara yang kedua adalah gugatan yang diajukan oleh warga Bukit Duri atas Surat Peredingan (SP) 1 (satu) yang gesarkan oleh Kelapa Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Selatan. Kasus gugatan dan putusan PTUN ini pun ramai diperbincangkan publik mengingat jumlah kasus penggusuran semakin meningkat.

Berkenaan dengan tugas dan wewenang kejaksaan di bidang perdata dan ketatanegaraan sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 disebutkan bahwa tugas dan wewenang jaksa adalah: Di bidang perdata dan ketatanegaraan, jaksa dapat bertindak dengan kekuasaan khusus baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. .

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jaksa Sebagai Pengacara Negara Dalam Aturan Hukum Jaksa

Ketentuan mengenai badan-badan lain tersebut ditegaskan dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kehakiman. Ketentuan mengenai badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman antara lain Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan RI, dan badan lain yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya undang-undang mengenai Kejaksaan yang berlaku saat ini adalah UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, dimana undang-undang ini dibuat untuk mengatur kedudukan, susunan dan tugas serta wewenang Kejaksaan.

Dalam Penjelasan Umum undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Kejaksaan Republik Indonesia, seperti halnya alat-alat negara lainnya, merupakan alat revolusi untuk melaksanakan pembangunan nasional yang bersifat universal, yang direncanakan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau Negara Kesatuan Republik Indonesia. sosialis. masyarakat yang mengemban amanah penderitaan rakyat, karena Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum, maka segala tindakan yang dilakukan Kejaksaan adalah untuk melindungi hak asasi manusia rakyat dan hukum negara. Dalam Penjelasan Umum UU No. 16 Tahun 2004 antara lain disebutkan bahwa pemberlakuan undang-undang ini bertujuan untuk mereformasi Kejaksaan agar kedudukan dan perannya sebagai lembaga pemerintah lebih stabil dan dapat mengambil alih kekuasaan. Selain itu, jika kita melihat ketentuan Pasal 24 ayat (3) UUD 1945, tidak dikatakan bahwa “badan-badan lain” tersebut harus dimasukkan ke dalam peradilan, namun hanya disebutkan bahwa ketentuan-ketentuan dari badan-badan tersebut diatur dalam Undang-undang. hukum.

Sedangkan undang-undang yang mengatur tentang Kejaksaan menegaskan bahwa Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang menjalankan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Kewenangan penting lainnya diatur lebih lanjut dalam Pasal 30. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindak pidana tidak hanya memenuhi tugas pokok penuntut umum, tetapi menurut undang-undang juga diserahi tugas lain, yaitu di bidang perdata. Masa jabatan penuntut umum dalam perkara perdata dan hukum diatur dalam Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang mengatur bahwa dalam perkara perdata, Kejaksaan mempunyai kekuatan khusus baik di dalam maupun di luar negeri dapat bertindak. pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

Bidang kuasa al-hisbah, yang menilai pelanggaran undang-undang Syria di luar mahkamah, bukan kerana tuntutan pihak pendakwaan, tetapi hanya kerana pelanggaran itu. Muhtasib ialah istilah bagi pegawai al-hisbah yang mengawasi pelaksanaan undang-undang dan akhlak yang dilanggar oleh sesiapa sahaja. Tetapi di wilayah al-hisbah mereka bertanggungjawab memberi bantuan kepada orang yang tidak dapat mengembalikan hak mereka tanpa bantuan pegawai al-hisbah.

Jaksa mengadili pelanggaran hukum di pengadilan, sedangkan wilayah Al-Hisbah menangani pelanggaran hukum Syariah di luar pengadilan. Kedudukan kejaksaan sebagai lembaga negara tidak dijelaskan secara jelas dalam siyasah dusturiyah, namun tugas dan fungsi kejaksaan secara garis besar mungkin serupa dengan al-Hisbah. Penuntutan yang ada dalam peradilan umum terdapat dalam peradilan Islam yaitu dalam wilayah al-Hisbah atau dalam bahasa modern dapat juga disebut dengan Qadha’ Hisbah.

Daerah al-hisbah merupakan lembaga yang mengadili pelanggaran hukum syariah di luar pengadilan, bukan karena tuntutan jaksa, melainkan semata-mata karena adanya pelanggaran. Daerah al-hisbah bertugas memberikan bantuan kepada masyarakat yang tidak dapat memulihkan haknya tanpa bantuan petugas al-hisbah.

Referensi

Dokumen terkait

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana , Rineka Cipta, 1993, hlm.. diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan Pengadilan

Putusan Hakim oleh Jaksa dalam Perkara Pidana Korupsi adalah proses. pelaksanaan putusan Hakim oleh pejabat fungsional

Jaksa sebagai pengacara negara adalah Jaksa dengan Kuasa Khusus bertindak untuk dan atas nama negara atau pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kejaksaan

Jaksa sebagai pengacara Negara diberi wewenang selaku eksekutor dalam pengambilan aset hasil korupsi dan pembayaran uang pengganti dalam perkara korupsi, jaksa

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (1) UU Kejaksaan yaitu, “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum

Jaksa sebagai pengacara Negara diberi wewenang selaku eksekutor dalam pengambilan aset hasil korupsi dan pembayaran uang pengganti dalam perkara korupsi, jaksa

juga telah mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka (1) yang berbunyi : Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi

Pada tahun 2004 dengan keluarnya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004, kedudukan jaksa semakin mempertegas posisi Jaksa sebagai pejabat fungsional yang diberi wewenang