JAWABAN NO 01
Menurut syariat Islam dan tuntunan Perkawinan yang benar hukum pernikahan dapat digolongkan menjadi 5 (lima) kategori yaitu: wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Penggolongan hukum Perkawinan tersebut berdasarkan keadaan dan kemampuan seseorang untuk melaksanakan Perkawinan.
Berikut penjabaran dari 5 kategori hukum sebagai berikut:
1. Wajib
Perkawinan akan berstatus hukum wajib apabila seseorang sudah memiliki kemampuan untuk menikah dan membangun rumah tangga serta ia juga tidak mampu lagi untuk menahan diri dari hal-hal yang dapat membawa dirinya ke dalam perbuatan zina. Wajib dilaksanakannya bagi orang tersebut untuk melaksanakan pernikahan karena dikhawatirkan jika tidak menikah ia bisa melakukan perbuatan yang menjurus ke perbuatan yang sifatnya zina.
2. Sunnah
Berdasarkan pendapat para ulama pernikahan status hukumnya sunnah jika seseorang memiliki kemampuan untuk menikah atau sudah siap berumah tangga akan tetapi masih mampu membentengi dirinya sari sesuatu yang bisa menjerumuskan dirinya pada perbuatan zina/maksiat. Dalam artian, seseorang hukumnya sunnah untuk melaksanakan pernikahan jika ia tidak dikhawatirkan akan melakukan perbuatan zina jika ia belum menikah. Meskipun demikian, Islam senantiasa menganjurkan umat-umatnya untuk menikah jika sudah memiliki kemampuan karena melaksanakan pernikahan merupakan salah satu bentuk ibadah.
3. Haram
Perkawinan dapat menjadi haram hukumnya apabila dilaksanakan oleh orang yang tidak mempunyai kemampuan dan tanggung jawab untuk membina rumah tangga dan apabila ia menikah dikhawatirkan dia akan menelantarkan istrinya. Selain itu, jika pernikahan dilaksakan dengan maksud untuk menganiaya atau menyakiti seseorang juga haram hukumnya dalam Islam atau jika dilaksanakan pernikahan tersebut dengan tujuan untuk menghalangi seseorang agar tidak menikah dengan orang lain akan tetapi ia kemudian menelantarkan pasangannya.
4. Mubah
Perkawinan hukumnya boleh atau mudah dilakukan apabila seseorang mempunyai kemampuan untuk menikah namun ia dapat tergelincir dalam perbuatan maksiat (zina) jika ia tidak melakukannya.
Pernikahan akan bersifat mubah jika ia menikah hanya semata-mata untuk memenuhi syahwatnya saja dan bukan bertujuan untuk membina rumah tangga sesuai ajaran syariat Islam namun ia juga tidak terlalu dikhawatirkan akan menelantarkan istrinya.
5. Makruh
Perkawinan akan dikategorikan makruh hukumnya apabila dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk membangun rumah tangga serta ia dapat menahan dirinya dari perbuatan maksiat (zina) sehingga jika ia tidak menikah maka tidak dikhawatirkan terjerumus ke dalam perbuatan maksiat (zina).
JAWABAN NO 02
Yang dimaksud dengan istilah akad nikah merupakan akad yang mitsaqan ghalidzon adalah perjanjian yang kuat nan agung tidak hanya antara laki-laki dan perempuan maupun keluarganya tapi juga dengan Allah SWT, artinya pernikahan bukan perjanjian yang bisa dimain-mainkan, dalam mengucapkan akad ijab Kabul semua pihak baik calon suami-istri dan juga wali harus benar benar memikirkan konsekuensinya dan mempersiapkan diri sebaik mungkin baik dari segi kemampuan lahirian dan juga batiniah agar pernikahan bisa menjadi media untuk dekat dengan sang pencipta bukan malah sebaliknya menjadi hamba yang paling dibenciNya.
Akad nikah adalah sebuah perjanjian suci yang dilakukan antara seorang pria dan seorang wanita untuk menjadi suami istri dalam Islam. Akad nikah ini dilaksanakan dengan tujuan membentuk keluarga yang sah menurut ajaran agama Islam. Dalam akad nikah, laki-laki (wali) dan perempuan (wali atau wakil
perempuan) sepakat untuk melangsungkan ikatan perkawinan yang sah dengan disaksikan saksi-saksi yang hadir. Sedangkan akad muamalah merupakan istilah yang lebih umum merujuk pada segala bentuk perjanjian atau kontrak dalam Islam yang berkaitan dengan urusan dunia, seperti urusan jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam dan lain sebagainya adapun akad muamalah ini dapat melibatkan beberapa pihak dalam perjanjiannya.
Perbedaan utama antara akad nikah dengan akad muamalah lainnya terletak pada sifatnya. Akad nikah adalah perjanjian yang berkaitan dengan urusan perkawinan dan menjalin hubungan kekeluargaan antara dua individu, sedangkan akad muamalah yang lain adalah perjanjian yang berkaitan dengan urusan dunia atau transaksi ekonomi antara individu atau pihak yang terlibat.
JAWABAN NO 03
Kesetaraan gender dalam islam ialah suatu pemahaman yang merujuk pada adanya persamaan antara pria dan wanita seperti persamaan hak dan kewajiban, tanggung jawab yang sama di hadapan sang pencipta.
Adapun kesetaraan gender dalam pernikahan dalam upaya mewujudkan keluarga yang samawa ialah dengan cara mengedepankan hal-hal yang menjunjung tinggi keseimbangan dan keserasian serta kerja sama antara suami dan istri, dalam rumah tangga suami dan istri merupakan mitra dalam menjalani hidup yang harus saling melengkapi satu sama lain. contoh peran kesetaraan gender dalam pernikahan adalah ketika seorang suami mendukung istrinya untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi darinya sehingga mampu membantah stigma yang ada pada masyarakat bahwa seorang perempuan atau istri tidak perlu berpendidikan tinggi hal tersebut lantaran perempuan dianggap dianggap tidak ada gunanya berpendidikan tinggi karena pada akhirnya hanya akan menjadi ibu rumah tangga
JAWABAN NO 04
Menurut saya ayat ini juga berlaku terhadap pencatatan perkawinan dimana surat Al-Baqarah ayat 282, be risi anjuran untuk mencatat semua transaksi muamalah khususnya mua’malah tidak secara tunai, baik jual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa danlain sebagainya. Selain itu transaksi tersebut juga harus saksikan oleh dua orang laki-laki. Hal ini bertujuan untuk menghindari kekeliruan, keraguan, dan ketidakpastian. Perkawinan dalam alQur’an surat an-Nisa’ ayat 21 disebutkan bukanlah muamalah biasa akan tetapi perjanjian yang kuat. Bila transaksi muamalah tidak tunai dianjurkan untuk dicatatkan, harusnya perkawinan yang memiliki kedudukan yang special yaitu perjanjian yang sangat kuat, begitu luhur, agung, dan sakral lebih utama lagi untuk dicatatkan. Kesamaan pencatatan transaksi mu'amalah tidak secara tunai dengan pencatatan perkawinan bisa dilihat dari segi illat hukumnya. Bahwa pencatatan transaksi mu'amalah tidak secara tunai illat hukumnya untuk menguatkan persaksian dan menghindari keraguan. Begitu juga dengan percatatan perkawinan bahwa illat hukumnya sebagai bukti bahwa telah terjadi suatu perkawinan. Sehingga dalam memahami Qs. Al Baqarah (2) ayat 282 yaitu dengan pendekatan qiyas, sehingga ditemukan landasan hukum tentang pentingnya pencatatan perkawinan.
Imam Syafii mengatakan bahwa “setiap peristiwa pasti dana kepastian hukumnya dan umat Islam wajib menjalankannya”. Jika ternyata tidak ditemukan aturan hukumnya maka menggunakan ijtihad melalui metode qiyas. Lantas bagaimana jika ada pernikahan yang tidak tercatat dalam peraturan perundang- udangan? Pada hakikatnya pencatatan perkawinan dalam islam bukan merupakan salah satu rukun dan syarat dari sahnya perkawinan jadi status pernikahan tetap sah walaupun tidak dicatatatkan asal dilaksanakan sesuai dengan rukun dan syarat sah perkawinan yang telah ditetapkan.
JAWABAN NO 05
Pembatalan Perkawinan dapat dilakukan apabila perkawinan tersebut tidak sah atau para pihak yang melangsungkan perkawinan tidak memenuhi syarat dalam KHI dijelaskan bahwa salah satu hal yang menyebabkan batalnya ikatan perkawinan ialah apabila perkawinan tersebut dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah: semenda: dan sepersusuan dan sudah jelas bahwa batas usia perkawinan tidak termasuk rukun dan syarat yang menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan jadi bi la terdapat pasangan yang menikah dibawah batasan usia yang telah ditetapkan dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 perkawinannya tidak boleh dibatalkan sebab karena perkawinan tersebut sah.
JAWABAN NO 06
Yang dimaksud dengan dilarang melakukan perkawinan dalam islam adalah keadaan dimana seseorang dilarang melangsungkan perkawinan karena dihalangi oleh suatu alasan yaitu adanya hubungan nasab atau hubungan darah, maka hukum islam melarang orang yang bersangkutan. dari melaksanakan akad nikah.
Yang dimaksud dengan penundaan perkawianan adalah sebuah keputusan dimana seseorang memutuskan untuk menunda perkawinan dengan berbagai alasan, seperti ingin fokus kariri dulu atau belum mempunyai kesiapan mental dan materialis untuk membangun rumah tangga.
Yang dimaksud dengan pembatalan perkawinan adalah suatu keadaan dimana pembatalan ikatan perkawinan berdasarkan keputusan pengadilan agama yang menyatakan bahwa suatu perkawinan tidak pernah sah sejak akad nikah dilangsungkan. Adapun beberapa alasan pembatalan perkawinan dapat dilakukan salah satunya ialah terdapat salah satu rukun dan syarat sah pernikahan yang tidak terpenuhi.
Terkait dengan permasalahan ke dua apakah pernikahannya dilarang atau ditunda menurut saya pernikahan tersebut tidak boleh dilarang karena di dalam al-qur’an dijelaskan bahwa Laki-laki yang berzina tidak boleh menikah kecuali dengan wanita yang berzina juga namun perkawinan mereka semestinya ditunda terlebih dahulu untuk mencari kepastian hukum dari status perkawinan janda tersebut.
JAWABAN NO 07
Menurut saya perkawinan pasangan tersebut boleh dan sah untuk dilakukan, hal ini didasarkan pada pandangan Imam Syafi'i, Menurutnya wanita yang hamil akibat zina boleh dan sah dinikahi oleh laki-laki lain yang tidak menzinahinya, serta sesudah akad nikah mereka boleh melakukan hubungan suami-istri tidak perlu menunggu anaknya lahir. Alasannya adalah bahwa wanita hamil karena zina tidak termasuk dalam kategori wanita yang haram dinikahi oleh umat Islam sebagaimana yang tercantum dalam surat an- Nisa' ayat 22-24 sehingga boleh dan sah dinikahi oleh laki-laki lain yang tidak menghamilinya serta boleh menggaulinya sesudah akad nikah