JENIS, SUMBER DAN HIERARKI ETIKA
Dosen Pengampu : Mochamad Rozikin, Dr. Drs, MAP
Disusun oleh:
Sahid Rijal NIM. 205030100111051
Mata Kuliah Etika Administrasi Publik Kelas B
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG 2021
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sosial masyarakat, dari tingkat nasional hingga internasional, diperlukan suatu sistem untuk mengatur perilaku seorang administrator. Sistem norma sosial menjadi saling menghormati dan disebut kesopanan, tata krama, tata krama, dsb. Tujuan norma sosial adalah untuk melindungi kepentingan setiap individu, membuat mereka bahagia, damai, dan merasa dilindungi tanpa merugikan kepentingan mereka, dan untuk memastikan bahwa perilaku mereka dilakukan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak asasi manusia.
Etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam perkembangannya. Etika memberi manusia panduan tentang bagaimana mereka hidup melalui serangkaian perilaku sehari-hari. Ini berarti bahwa etika membantu manusia untuk mengadopsi sikap dan tindakan yang tepat dalam kehidupan. Dalam analisis terakhir, etika membantu kita memutuskan tindakan apa yang harus diambil dan yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa etika ini dapat diterapkan pada semua aspek atau aspek kehidupan kita, sehingga etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian mulai dari sumber, jenis dan hierarkinya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja Jenis – Jenis Etika ? b. Apa saja Sumber – Sumber Etika?
c. Apa saja Bentuk Hierarki dalam Etika?
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami Jenis – Jenis Etika b. Untuk memahami Sumber – Sumber Etika c. Untuk memahami Hierarki dalam Etika
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Macam-Macam Etika
a. Etika Deskriptif
Etika Deskriptif berusaha mengevaluasi perilaku berdasarkan kecenderungan atau norma baik dan buruk yang tumbuh bersama dalam kehidupan bermasyarakat. Kerangka etika ini pada dasarnya mengambil kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat sebagai acuan etika. Tingkah laku seseorang disebut bermoral atau tidak tergantung pada bagaimana itu cocok untuk kebanyakan orang.
b. Etika Normatif
Kelompok ini didasarkan pada sifat dasar kesusilaan, yaitu manusia menggunakan norma- norma moral sebagai teladan dalam perilaku dan respon moralnya. Etika mengharuskan manusia untuk menggunakan standar sebagai panutan, tetapi tidak memberikan umpan balik tentang kesesuaian
c. Etika Deontologi
Etika moral terdiri dari menilai perilaku baik atau buruk berdasarkan apakah perilaku tersebut memenuhi kewajiban. Dengan kata lain suatu perbuatan dianggap baik karena perbuatan itu sendiri baik, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita penuhi. Sebaliknya, suatu perbuatan dianggap buruk secara moral, karena perbuatan tersebut buruk secara moral, sehingga kita tidak wajib melakukannya. Keadilan adalah perilaku yang baik, dan kita memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan
d. Etika Teleologi
Etika tujuan mengevaluasi kualitas tindakan berdasarkan tujuan atau konsekuensinya.
Suatu perilaku dianggap baik jika memiliki niat yang baik dan menghasilkan hasil yang baik pula.
Oleh karena itu, untuk pertanyaan tentang bagaimana bertindak dalam situasi spesifik tertentu, jawaban teleologisnya adalah memilih tindakan yang menghasilkan hasil yang baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa etika teleologis lebih kontekstual dan subjektif. Berdasarkan penilaian
kami tentang konsekuensi dari tindakan ini, kami dapat mengambil tindakan yang berbeda dalam situasi lain.
e. Etika Keutamaan
Etika Keutamaan tidak berkaitan dengan konsekuensi tindakan. Juga, jangan mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal. Etika keutamaan mengutamakan pengembangan karakter moral.
2.2 Sumber-Sumber dan Nilai Dalam Perilaku Etika a. Agama
Islam memandang etika sebagai salah satu cabang iman, yang berakar dari pandangan bahwa dunia Islam memandangnya sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling dekat dalam Islam disebut akhlaq. Moralitas adalah seperangkat nilai moral Islam yang secara mendasar ditentukan dalam Al-Qur'an dan dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya (Wan Hamat et al, 2013). Pada prinsipnya ada 2 (dua) jenis akhlak, akhlak yang baik atau akhlak yang buruk. Islam menekankan pentingnya mengamalkan etika yang baik, sebagaimana dicontohkan oleh para utusannya (Shaharuddin, 2005). Nabi Muhammad (SAW) berkata: Saya diutus untuk tujuan menyempurnakan akhlak.” (Imam Malik) Etika bisnis menurut ajaran Islam bersumber langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dalam ajaran Islam, ajaran Islam Etika bisnis menekankan empat hal, yaitu: kesatuan, keseimbangan (balance), kebebasan (kehendak bebas) dan tanggung jawab (responsibility) (Mubyarto: 2002).Ajaran Islam memandang manusia sebagai wakil Tuhan di dunia (khilafah).Individualitas, karena semua kekayaan adalah milik. kepada Tuhan hanya di bumi, dan manusia adalah wakilnya di bumi.
b. Filosofi
Filosofi juga menjadi acuan yang dikembangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai moral. Doktrin-doktrin ini dikembangkan dari hasil pemikiran manusia dan terus berkembang setiap tahun. Dengan munculnya etika, salah satu perkembangan ajaran filosofis adalah dari Socrates, ia percaya bahwa keberadaan manusia memiliki tujuan dan baik dan jahat memainkan peran penting dalam mendefinisikan hubungan antara manusia dan lingkungan dan antara satu sama lain. Socrates percaya kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan manusia pada
dasarnya jujur. Munculnya sikap jahat merupakan penyimpangan dari diri sendiri. Ia juga memperkenalkan gagasan hukum moral, yaitu hukum moral lebih tinggi dari hukum manusia.
c. Perkembangan Budaya
Budaya adalah warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Nilai-nilai atau kaidah- kaidah yang ada sebelumnya menjadi acuan, dilestarikan sesuai dengan ajaran para pendahulu, kemudian menjadi standar perilaku sehari-hari. Sebagai lambang negara-negara Asia, ciri yang paling menonjol adalah budaya kasih sayang, kerjasama dan hubungan kekeluargaan yang erat.
Hal ini juga berlaku untuk budaya Indonesia. Semangat gotong royong dianggap sebagai salah satu akar budaya Indonesia. Diperkuat dengan semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika, ini berarti bahwa meskipun berbeda, mereka tetap satu. Seiring dengan perkembangan dan perkembangan ekonomi, nilai-nilai gotong royong telah mengalami banyak perubahan. Nilai-nilai individualistis dan mengutamakan kepentingan pribadi semakin mengemuka dan menjadi mayoritas perilaku di negara kita saat ini.
d. Hukum
Hukum adalah seperangkat aturan yang dirumuskan oleh pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Hukum menentukan harapan etis yang diharapkan masyarakat dan mencoba mengatur dan mendorong perbaikan apa yang dianggap buruk atau buruk di masyarakat. Indonesia menerapkan sistem hukum yang bercampur dengan sistem hukum utama, yaitu sistem hukum dari benua Eropa yang dibawa oleh Belanda ketika menjajah Indonesia. Pada saat yang sama, ada juga hukum berdasarkan hukum adat dan agama di beberapa daerah, seperti Aceh. Pada umumnya para pengusaha lebih bersedia untuk menjadikan hukum sebagai cermin moralitasnya, karena kejelasan aturan dan sanksi yang diberikan oleh dokumen hukum memiliki status yang lebih spesifik daripada hukum moral semata.
2.3 Hirarkhi Etika
Pelayanan publik mempunyai empat tingkatan etika. Pertama, etika atau moral pribadi, yaitu pengaruh orang tua, keyakinan agama, budaya, adat istiadat dan pengalaman masa lalu.
Kedua adalah etika profesi, yaitu serangkaian norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan profesi tertentu. Ketiga adalah etika organisasi, yaitu serangkaian aturan dan norma yang bersifat formal dan tidak formal yang menuntun perilaku dan tindakan anggota organisasi yang
bersangkutan. Keempat, etika sosial, yaitu norma-norma yang menuntun perilaku dan tindakan anggota masyarakat agar keutuhan kelompok dan anggota masyarakat selalu terjaga atau terpelihara (Shafritz & Russell, 1997).
Hierarki etika justru cenderung membingungkan aktor pelayanan publik, karena nilai etika dari keempat tingkatan ini saling bersaing. Misalnya, fungsi penempatan, bila atasan dipengaruhi oleh etika sosial, maka atasan akan mendahulukan orang yang berasal dari daerah yang sama sehingga sering menimbulkan kesan adanya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Bila atasan didominasi oleh etika organisasi, atasan barangkali akan melihat yang berlaku dalam organisasi, seperti sistem “senioritas” atau bisa jadi atasan didominasi oleh system.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Setelah kita memahami jenis, sumber dan hierarki dalam etika. Kita bisa memahami bahwa ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada dalam masyarakat kita bisa lihat dari perkembangan dan berbagai bentuk etika yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari- hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Mahsur. (2019). Etika Pelayanan Publik di Indonesia. Journal of Governance Innovation.
1(1).
Ismail Nurdin, M. S. (2017). Etika Pemerintahan: Norma, Konsep, dan Praktek bagi Penyelenggara Pemerintahan. Lintang Rasi Aksara Books.
Nurazizah, N. (2016). Etika Sunda (Studi Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian). Doctoral dissertation, UIN Walisongo, 20-24.