• Tidak ada hasil yang ditemukan

jilbab perspektif feminis husein muhammad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "jilbab perspektif feminis husein muhammad"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

Bagaimana perempuan dalam Islam menurut Husein Muhammad dan bagaimana relevansi antara perempuan, feminisme dengan jilbab. Memberikan tambahan penelitian secara filosofis terutama dalam pembahasan yang berhubungan dengan Jilbab dalam Islam menurut Husein Muhammad.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Batasan dan Rumusan Masalah
  • Tujuan dan Manfaat Penelitian
  • Tinjauan Pustaka
  • Metode Penelitian
  • Sistematika Penulisan

Dan metode heuristika yaitu menampilkan konsep jilbab dalamfilsafat menurut Husein Muhammad sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang ada dalam Islam. Skripsi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yakni: bagian awal skripsi, inti pembahasan, dan bagian akhir.

RIWAYAT HIDUP HUSEIN MUHAMMAD

Riwayat Hidup Husein Muhammad

Terlahir dari seorang ibu yang memiliki latar belakang pondok pesantren menjadikan buya Husein tidak lagi asing dalam mengenal bidang keagamaan, sedari kecil buya Husein sudah mulai mempelajari bacaan al-Qur’an pada gurunya yaitu KH. Tidak hanya berhenti di pendidikan menengah saja, buya Husein kembali menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo yang berlokasi di Kediri selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian buya Husein tetap kembali melanjutkan pendidikannya dan menjadi seorang mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) dan mulai menghafal al-Qur’an dan mendalami ilmu agama.

Tidak hanya menjadi mahasiswa biasa, buya Husein kembali menjadi seorang aktifis yang mengikuti banyak keorganisasian di antaranya yaitu:3 a.

Karya-karya Husein Muhammad

Sejumlah makalah seminar/diskusi antara lain: “Islan dan Negara Bangsa”, Pesantren dan Civil Society dan “Islam dan Hak-hak Reproduksi”. Khutbah al-Jumu’ah wa al-Idain, Lajnah min Kibar Ulama al- Azhar (Wasiat Taqwa Ulama-ulama Besar al-Azhar), (Kairo: . Bulan Bintang, 1985). Asy-Syari’ah al-Islamiyyah bain al-Mujaddidin wa al- Muhadditsin, (Hukum Islam antara Modernis dan Tradisionalis), Karya DR.

Mawathin al-Ijtihad fi Asy-Syari’ah al-Islamiyyah karangan Syaikh Muhammad al-Madani; at-Taqlid wa at-Talfiq fi al-Fiqh al- Islami karangan Sayyid mu’in ad-Din; al-Ijtihad wa at-Taqlid baina adh Dhawabith asy- Syar’iyyah wa al-Hayah al- Mu’ashirah (Dasar-dasar Pemikiran Hukum Islam) karangan Dr.

Latar Belakang Pemikiran Husein Muhammad

PANDANGAN UMUM TENTANG JILBAB

Definisi Jilbab

Sedangkan dalam bahasa Internasional atau bahasa Inggris, veil adalah sesuatu yang digunakan sebagai penutup kepala yang bersifat tradisionalis dan adapun veil dalam makna lainnya yaitu : Hubungan pribadi atau emosional, menutupkan sesuatu, penyamaran, kegelapan dan penutup.2. Hingga saat ini jilbab menjadi suatu hal yang semakin berkembang dan terus menjadi mode seorang perempuan dari cara menggunakannya dan mode-mode yang mereka pilih. Menurut Husein jilbab dan hijab adalah dua hal yang sangat berbeda dan memiliki fungsi yang berbeda pula, secara singkat menurut beliau jilbab adalah kain yang digunakan sebagai penutup kepala seorang perempuan sedangkan hijab adalah sekat pemisah antara dua ruang5.

Perempuan-perempuan Anshor pada saat itu mengenakan penutup kepala yang menyerupai burung gagak dan mereka mengenakan pakaian berwarna hitam.

Definisi Hijab Menurut Husein Muhammad

Adapun arti lain dalam Bahasa inggris yaitu jilbab atau veil merupakan penutup kepala , wajah, hidung ataupun mulut. Pada pemahaman kali ini, hijab sering kali kita kenal dengan suatu batasan ruang bergerak bagi seorang perempuan dalam aktivitasnya, Kemudian hijab menjadi batasan untuk seorang perempuan agar tetap dirumah saja dan menutup dirinya dengan tirai. Menurut Leila Ahmed hal itu adalah pemahaman kuno yang mengatakan bahwa Islam mengekang dan menutup rapat kebebasan para perempuan dan melambangkan penindasan terhadap perempuan atau lebih dikenal dengan sebutan degradasi wanita.9.

Adapun yang dikatakan oleh Murtadha Mutaharri, beliau mengatakan bahwa jilbab dalam makna filosofisnya yaitu hijab memiliki makna penutup, sehingga jika dijabarkan maka maksudnya adalah seorang perempuan harus menutup tubuhnya dalam pergaulannya dengan laki-laki yang bukan muhrim.10.

Penafsiran Ayat-ayat Mengenai Jilbab

Agaknya banyak perempuan muslim yang mengikuti dan mengamini kedua pendapat tersebut tanpa menelaah lebih jauh asalan kedua pendapat tersebut muncul. Namun, dengan Agaknya banyak perempuan muslim yang mengikuti dan mengamini kedua pendapat tersebut tanpa menelaah lebih jauh asalan kedua pendapat tersebut muncul. Namun sementara ulama kontemporer memahaminya hanya berlaku pada zaman Nabi SAW di mana ketika itu ada perbudakan dan diperlukan adanya pembeda antara mereka dan wanita- wanita merdeka, serta bertujuan menghindarkan gangguan lelaki usil.

Quraish Shihab memahami perintah tersebut hanya berlaku pada zaman Nabi SAW, ketika itu ada perbudakan dan diperlukan adanya pembeda antara mereka dan wanita- wanita merdeka, serta bertujuan menghindarkan gangguan lelaki usil.

Jilbab dan Hijab Dalam Pandangan Beberapa Tokoh Filsuf

Seorang ulama besar Quraish Shihab dalam bukunya mengatakan bahwa jilbab merupakan pakaian kurung yang lebar beserta kerudung di kepalanya dan pakaian tersebut merupakan mode masyarakat di Arab. Adapun tokoh selanjutnya yaitu Haji Agus Salim, beliau berpendapat bahwa jilbab adalah pakaian berbentuk jubah panjang yang menutupi seluruh tubuh seseorang perempuan dan menutupi bagian leher sampai dadanya. Menurut Fadwa El Guindi, tinjauan jilbab tidak hanya bisa dinilai dari normatif saja, Fadwa mengatakan dalam karyanya bahwa jilbab juga dapat dinilai dari sejarah, sosial dan antropologi.

Menurutnya jilbab tidak hanya dikenal oleh agama Islam saja, tetapi dalam agama lain seperti Yahudi dan Nasrani justru lebih erat dengan tradisi penggunaan jilbab dalam kesehariannya dengan sebutan Tifaret atau Miftahat, adapun dalam tradisi Persia, Jilbab juga masyhur sebagai simbol khusus atas kedudukan dan pengelasan kekayaan.21.

Transformasi Jilbab Dalam Islam

Alasan Etis, hal ini menjadi sebuah alasan atas dasar keegoisan dan kecemburuan seorang laki-laki terhadap perempuan agar hany. Pertama, kaum perempuan merasa bahwa mereka memiki suatu kekurangan didalam tubuhnya yang berbeda jika dibaningkan dengan laki-laki. Proses terjadinya pemisahan antara laki-laki dengan perempuan bermula pada saat adanya urbanisasi pada penduduk Arab pada saat itu.

Pada kenyataannya saat ini kaum perempuan sudah banyak memiliki kecerdasan intelektual yang lebih unggul bahkan juga fisik yang kuat seperti halnya laki-laki.

JILBAB DAN PEREMPUAN PERSPEKTIF HUSEIN MUMMAD

Corak Feminis Menurut Husein Muhammad

Husein Muhammad seorang feminis muslim seorang laki-laki yang berusaha membebaskan perempuan dari belenggu-belenggunya saat ini sehingga hal itu kemudian menjadikan bahwa segala bentuk dukungan ataupun pembelaan pada seseorang yang lemah tidak selalu dilakukan dengan kekerasan saja, hal itu kemudian menunjukan pula bahwa perempuan ataupun laki-laki sudah memiliki kecerdasan dan kekuatan yang sama yaitu menggunakan logikanya sebagaimana yang harus dilakukan oleh manusia. Gerakan feminis pertama kali dikenal pada abad oleh seseorang bernama Mary Wollstonecraft, gerakan feminis liberal ini memberikan kecaman keras tentang subordinasi yang terjadi terhadap perempuan yang beranggapan bahwa perempuan memiliki intelektual dan kekuatan yang lemah dibandingkan dengan laki-laki. Sebagaimana yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, Husein Muhammad sangat aktif dalam memberikan kontribusinya dalam aksi pembelaan hak-hak kesetaraan gender antara laki-laki ataupun wanita sehinga tidak ada ketimpangan antara manusia satu dengan manusia lainnya.

Sebagai seorang tokoh pembela perempuan yang memiliki latar belakang dunia pesantren, Husein Muhammad kerap kali dikenal sebagai salahsatu feminis muslim di Indonesia itu sendiri merupakan hal yang sudah banyak didukung dan dikenali oleh masyarakat umum karena feminis pada saat ini tidak hanya identik dengan perempuan saja, melainkan laki-laki pun memberikan dukungan dan membela kesetaraan dan kebebasan perempuan lainnya.6.

Perempuan Perspektif Husein Muhammad

Dasar-dasar dan asas pembelaan yang dilakukan oleh Husein Muhammad dalam pembelaan dan kontribusinya terhadap perempuan yaitu:8. 12 Susanti, Teosofi Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Husein Muhammad antara Feminis Islam dan Feminis Liberal (2014, No. 1, Vol. 4, ISBN), h. Pernyataan di atas sudah tidak lagi berlaku di zaman yang sudah berkembang jauh ini, Husein Muhammad menyatakan bahwa banyak penindasan atau subordinasi terhadap perempuan yang disebabkan oleh kekeliruan dalam pemahaman masyarakat yang selalu beranggapan bahwa perempuan adalah sosok yang lemah lembut sedangkan laki-laki cenderung kasar, atau yang menyatakan bahwa perempuan sebagai seseorang yang emosional sedangkan kaum laki-laki rasional.

Kedua yaitu aliran yang mengusungkan kesetaraan antara hak dan kewajiban kaum perempuan dengan kaum laki-laki sebagai manusia yang setara, perempuan memiliki hak dan wewenang yang sama baik dalam bidang fisik maupun intelektual sehingga haknya untuk berpendapat dan mengekspresikan kemampuannya dan tidak serta merta terbatasi karena gendernya, aliran ini diyakini oleh sebagian ulama muslim lainnya yang kemudian dikenal dengan aliran progresif.

Kedudukan Perempuann Sebagai Pemimpin

Seperti pandangan Husein Muhammad tentang larangan untuk perempuan menjadi seorang pemimpin sholat dalam Islam, sebenarnya karena perempuan seringkali disebut sebagai Fitnah, oleh karenanya dalam pandangan liberalnya jika dalam posisi-posisi tertentu maka perempuan memiliki hak yang sama untuk menjadi seorang pemimpin lainnya.21. Pada hakikatnya penciptaan perempuan memiliki persamaan sebagaimana laki-laki diciptakan, hal ini kemudian menurut Husein Muhammad menjadi poin penting bahwa perempuan memiliki kemampuan dan peran yang sama seperti laki- laki sehingga tidak ada pengecualian untuk perempuan menjadi seorang pemimpin dalam ruang publik atau dalam lingkup keluarganya sendiri sepanjang. 21 Erni Zulaiha, Prinsip Liberalisme dalam Metodologi Tafsir Feminis: Pembacaan pada Karya-Karya Husein Muhammad , Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Vol 18, No.

Wahid Hasyim sudah melibatkan seorang perempuan untuk menjadi Hakim sehingga seharusnya seiring dengan majunya pekembangan itu, perempuan sudah tidak lagi dapat dinilai dari kelemahannya sehingga tidak mampu untuk mejadi pemimpin.23.

Jilbab Sebagai Simbol Kebaikan Perempuan

Simbol non verbal ialah simbol yang berasal dari anggota tubuh, simbol berupa suara, simbol menjadi suatu tanda dalam mengetahui ruang dan waktu, dan simbol yang memiliki makna sebagai tradisi atau kultur.25. Simbol verbal yaitu suatu simbol yang dihasilkan untuk menjadi sarana komunikasi.26 Simbol-simbol agama menjadi suatu isu besar bagi dunia terutama isu simbol penggunaan jilbab, di Perancis jilbab mendapatkan penolakan dan larangan ketat di sekolah-sekolah umum karena ia menjadi simbol suatu agama keyakinan tertentu bahkan pada tahun 1980an di negara Indonesia memberikan aturan yang serupa yaitu mengenai larangan dalam penggunaan kain penutup kepala dan termasuk didalamnya penggunaan jilbab.27.

Jilbab Sebagai Simbol Perbudakan

PENUTUP

Kesimpulan

Tidak ada jaminan bahwa pemakai jilbab adalah perempuan shalehah, dan sebaliknya perempuan yang tidak memakai jilbab bukan perempuan shalehah. Hal ini karena jilbab tidak identik dengan kesalehan dan ketaqwaan seseorang konstruksi sosiallah yang memberikan “label”. Selain itu pula perempuan yang memilih memakai atau tidak memakai hendaknya mempelajari dan mencari tahu tentang dalil-dalil seputar jilbab.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa jilbab tidak hanya dapat ditinjau dari keagamaan saja, jilbab dapat ditinjau secara luas bahkan dapat ditinjau secara filosofis sebagaimana fokus yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya.

Saran

Dukungan Feminis yang dilakukan oleh Husein Muhammad tidak hanya dilakukan secara tulisan dan karya saja, lebih daripada itu Husein Muhammad terus aktif memberikan wawancara-wawancara, kajian-kajian dan seminar- seminar tentang perempuan. Padahal jika ditinjau dari filsafat itu sendiri makna jilbab sangatlah jauh dengan pemahaman yang penulis pahami sebelumnya sehingga hal ini menjadikan tinjauan yang sangat bagus dan sejalan dengan perkembangan zaman saat ini. Berdasarkan hasil penelitian tentang jilbab yang disampaikan oleh Husein Muhammad ini penulis sadar bahwa penilaian tentang jilbab sering kali diberikan bukan berfokus pada objek jilbab tersebut, penilaian tentang jilbab justru seringkali ditinjau dari siapa pengguna jilbab tersebut yang menurut penulis hal ini merupakan suatu hal yang berbeda.

Dalam penelitian ini penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada, penulis menyadari adanya kekurangan dalam referensi- referensi sehingga memberikan pemahaman yang masih terbatas dalam penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait