• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perempuan Perspektif Husein Muhammad

Dalam dokumen jilbab perspektif feminis husein muhammad (Halaman 67-74)

BAB IV JILBAB DAN PEREMPUAN PERSPEKTIF HUSEIN MUMMAD

B. Perempuan Perspektif Husein Muhammad

hakikat yang sebenarnya.7

Dasar-dasar dan asas pembelaan yang dilakukan oleh Husein Muhammad dalam pembelaan dan kontribusinya terhadap perempuan yaitu:8

a. Gagasan keadilan (‘adalah)

b. Gagasann permusyawaratan (syurah) c. Gagasan persamaan (musawah)

d. Gagasan menghasrgai kemajemukan (ta’addudiyah) e. Gagasan toleransi dalam perbedaan (tasamuh) f. Gagasan perdamaian (ishlah)

akan kaum perempuan selalu menjadi objek dari segala aspek, khususnya sejak dua dekade belakangan ini. Adanya kontrofersi tentang hakikat perempuan lebih rendah dari laki-laki dan menjadi suatu pusat atas kerusakan yang ada dan anggapan tersebut bermula pada cerita tentang turunnya nabi Adam ke bumi yang disebabkan oleh Hawa, kemudian Hawa yang tercipta dari tulang rusuknya adam dan kemudian Adam jatuh cinta padanya hingga menjadi penyebab beliau di keluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi.10

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pemikiran tersebut seakan-akan sudah mensubordinasi perempuan, menjadikan perempuan sebagai suatu kaum yang tidak di muliakan karena menjadi sumber kerusakan yang telah terjadi, sehingga oleh karenanya dalam bab ini akan di uraikan bagaimana pemikiran Husein Muhammad terhadap untuk melakukan pembebasan terhadap hak-hak perempuan yang hingga saat ini masih mendapatkan penindasan.

Dalam sejarah dikatakan bahwa proses penciptaan perempuan lebih sulit dibandingkan dengan penciptaan laki-laki, sejarah mengatakan bahwa hal itu disebabkan karena adanya evolusi terus menerus sehingga seharusnya dari kesulitan penciptaannya tersebut menjadikannya tidak untuk disubordinasi oleh laki-laki.11

10Husein Muhammad, Perempuan Islam dan Negara, Pergulatan Identitas dan Entitas, (Yogyakarta: Qalam Nusantara 2016), h. 132.

11Sitti Arafah, Jilbab: Identitas Perempuan Muslimah dan Tren Busana, Jurnal Agama dan Kebudayaan, (Vol 5, No. 1, 2019), h. 32 (31-38).

Selanjutnya penulis kemudian akan menguraikan bagaimana proses penciptaan perempuan. Pertama, penulis akan menguraikan tentang Husein Muhammad mengungkapkan tentang penciptaan perempuan yang terkandung dalam al-Qur’an Surat al-Nisa Ayat 4 yang menjadi dasar para ulama untuk menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki sehingga hal itu yang kemudian menimbulkan pendapat bahwa yang lebih mulia dari keduanya adalah kaum laki- laki, sedangkan menurut Husein makna ayat ini adalah mengungkap bahwa penciptaan manusia sesungguhnya berasal dari satu (Nafs Wahidah) yang kemudian diciptakanlah sosok yang serupa kemudian dari keduanya tersebut menjadi sepasang yang kemudian oleh karenanya menurut Husein Muhammad sesungguhnya perempuan bukanlah kaum yang lebih rendah dari kaum laki-laki karena ayat tersebut tidak memberikan penjelasan yang pasti tentang makna dari (Zawjaha) pasangannya itu laki-laki atau perempuan, tetapi makna yang paling penting adalah kalimat setelahnya yang menyatakan bahwa perempuan dan laki- laki memiliki hidup yang berpasangan dan kebersamaan sehingga tidak ada anggapan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena dalam ayat lainnya yaitu Q.S Al-Rum Ayat 30 yang kemudian diperjelas bahwa perempuan dengan laki-laki diciptakan sama.12

12 Susanti, Teosofi Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Husein Muhammad antara Feminis Islam dan Feminis Liberal (2014, No. 1, Vol. 4, ISBN), h. 208.

Kedua, perempuan di zaman dahulu kerap kali mendapatkan perhatian yang lebih dalam berbagai macam pembahasan, seperti halnya yang tercatat dalam tradisi dunia, perempuan mendapatkan kisah yang suram dan amat tertinggal, menurut sejarah Yunani Kuno perempuan yang bernama Pandora ia adalah seorang istri yang konon tidak mematuhi suaminya dan ia adalah perempuan yang disebut sebagai pembawa bencana, penular penyakit, kekacauan dan kerusakan dunia. Ia di amanahkan agar tidak membuka suatu kotak oleh suaminya, tetapi ia kemudian melanggar larangan tersebut dan menimbulkan segala macam hal buruk, dengan adanya cerita kuno tersebut kurang lebih selama sepuluh abad pada masa itu perempuan dinilai sebagai sumber dari segala macam kehancuran dunia di Eropa- Kristen.13

Pernyataan di atas sudah tidak lagi berlaku di zaman yang sudah berkembang jauh ini, Husein Muhammad menyatakan bahwa banyak penindasan atau subordinasi terhadap perempuan yang disebabkan oleh kekeliruan dalam pemahaman masyarakat yang selalu beranggapan bahwa perempuan adalah sosok yang lemah lembut sedangkan laki-laki cenderung kasar, atau yang menyatakan bahwa perempuan sebagai seseorang yang emosional sedangkan kaum laki-laki rasional. Dari pendapat tersebut kemudian Husein Muhammad menilai bahwa adanya penyimpangan pemahaman yang

13 Muhammad Ainun Najib, Tasawuf dan Perempuan Pemikiran Sufi Feminisme KH Husein Muhammad, Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin, (Vol. 08 No. 01 Edisi Juni 2020), h. 206.

menjadikan pernyataan tersebut seolah-olah sudah menjadi kodrat yang artinya tetap dan tidak bisa untuk di ubah karena sudah berasal dari Tuhan padahal pernyataan-pernyataan tersebut terjadi karena kehidupaan social dan budaya di lingkungan masyarakat dan bukan berasal dari Tuhan.14

Pada kenyataannya saat ini kaum perempuan sudah banyak memiliki kecerdasan intelektual yang lebih unggul bahkan juga fisik yang kuat seperti halnya laki-laki. Sebagai seorang tokoh Feminis laki-laki, Husein Muhammad melandaskan pembelaannya terhadap perempuan karena sebagai pembuktian adanya HAM yaitu dengan dasar kebebasan sesama manusia yang kemudian pembelaan tersebut disandarkan pada sudut pandang Islami, seperti pendapatnya mengenai bolehnya seorang perempuan untuk menjadi imam sholat dan menjadi pemimpin, karena berdasarkan tauhid atau monoteisme sehingga menurutnya semua manusia tidak dipandang berdasarkan gender sehingga kemudian pengulikan terkait kebebasan perempuan merupakan suatu bencana besar yang harus segera dituntaskan dan diberikan haknya sebagai pembelaan atas ketidakadilan yang dialami oleh perempuan pada saat ini agar tidak ada lagi ketimpangan yang disebabkan karena subordinasi gender.

Berdasarkan pada uraian-uraian dalam pembahasan yang penulis sampakan pada bab-bab sebelumnya yang memberikan

14 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai atas Tafsir Wacana Agama dan Gender (Yogyakarta: IRCiSoD 2019), h. 49.

pemahaman bahwa perempuan dengan jilbabnya merupakan dua konsep yang berbeda, sehingga penilaian atas baik dan buruk perempuan terpisah dengan jilbab, jilbab dengan definisi sebagai suatu objek penutup yang memisahkan antara satu dengan yang lainnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Husein Muhammad bahwa jilbab itu sendiri sudah ada dalam peradaban masyarakat Islam pada masa itu. Dalam pemberian makna tersebut kemudian dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya jilbab tidak dapat dijadikan sebagai suatu simbol atau identitas atas keyakinan dalam suatu agama melainkan jilbab hanyalah sebuah mode atau tradisi terntentu.

Untuk memahami makna tauhid itu sendiri kemudian Husein Muhammad menjelaskan dalam tulisannya bahwa Tauhid yang dimaknai oleh Husein Muhammad adalah suatu pebebasan diri atau pemberontakan terhadap pemahaman-pemahaman sesama manusia yang mengatasnamakan keunggulan, kelebihan atau kekuatan apapun yang artinya bahwa adanya kesetaraan mahluk di hadapan Tuhan.15

Hal itu kemudian menjadi alasan bahwa perempuan selama ia masih menjadi mausia tidak ada larangan bagi mereka untuk mendapatkan haknya sebagai manusia, tidak juga menjadikan jilbab sebagai dalih atas semua gerakannya sebagai manusia. Dalam memahami ketimpangan tersebut kemudian Husein Muhammad

15 M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005) Hlm, 150-156.

menyebutkan bahwa ada dua aliran besar yang memberikan pendapatnya sebagai berikut:16

pertama yaitu aliran yang menganggap bahwa perempuan adalah mahluk yang diciptakan oleh Tuhan dalam tingkat kedua setelah kaum laki-laki, aliran ini meyakini bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang patut dipermasalahkan lagi karena ini sudah menjadi ketetapan, takdir dan hakikat dari Tuhan yang tidak dapat di ubah oleh manusia sehingga dampak dari anggapan ini yang kemudian menyebabkan kaum perempuan tidak mendapatkan hak dan kebebasannya yang tidak sama dan perempuan, mereka hanya mendapatkan sebagian dari laki-laki sehingga aliran ini kemudian dikenal sebagai aliran yang radikal.

Kedua yaitu aliran yang mengusungkan kesetaraan antara hak dan kewajiban kaum perempuan dengan kaum laki-laki sebagai manusia yang setara, perempuan memiliki hak dan wewenang yang sama baik dalam bidang fisik maupun intelektual sehingga haknya untuk berpendapat dan mengekspresikan kemampuannya dan tidak serta merta terbatasi karena gendernya, aliran ini diyakini oleh sebagian ulama muslim lainnya yang kemudian dikenal dengan aliran progresif.

Aliran tersebut yang kemudian sampai saat ini masih terus dikenal di kalangan masyarakat sebagai feminisme yang terus

16Husein Muhammad, Perempuan Islam dan Negara, Pergulatan Identitas dan Entitas (Yogyakarta: Qalam Nusantara 2016), h. 120.

memperjuangkan kaum perempuan agar mendapatkan kebebasan dan hak yang sama sebagaimana sesama manusia sejalan dengan asas perjuangan yang dilakukan oleh Husein Muhammad dalam melakukan pembelaan terhadap perempuan.17

Dalam dokumen jilbab perspektif feminis husein muhammad (Halaman 67-74)

Dokumen terkait