• Tidak ada hasil yang ditemukan

4&"_ - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "4&"_ - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A*-y &&xL-

ls* ' qlu^*>'c '

OIeh:

YUIiIANA ItiPM: l2MW52

t6

1",0_l

f"^rr^t1J

t

PROGRAM STUDI BIMBINqAI{ I'AN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGTiRUaN oaN

ILMLT

PENDIDIKAIY

(STKIP) PGRI SUFIATENA BARAT

, BAIIANG

2016

PEI\TYESUAIAN

DIRI PADA USIA LANJUT YANG MEIIIKAH KEMBALI Dr

KABUPATEFT

mt (}K SEI{ATAN

ARfiKILILffiIAH

4&"_

il'"

(2)

PENYESUAIAN DIRI PADA USIA LANJUT YANG MENIKAH KEMBALI DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

Oleh:

Yuliana*

Jarudin, M.A., Ph.D**

Wira Solina, M.Pd**

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

This research is motivated by the phenomenon that the researchers found in their field there ar elderly who remarry often quarreled, it is difficult to adjust with family couples and different oppinion to uninportant thing. The purpose of this study describe: 1) the adjustment in the elderly who remarry seen from a personal aspect, 2) the adjustment in the elderly who remarry seen from the social aspect. This research is quantitative descriptive. The population of this research is all elderly remarrying in Nagari Alam Pauh Duo subdistrict Pauh Duo regency of south solok total 39 people. The sampling used total sampling technique, with a sample of 39 people. The instrumrnt used questionnaire. Technique analysis data using techniques percentage.

The result of the research revealed that: 1) self adjustment in the elderly who remarry seen looked by personal aspect is on good criteria, 2) self adjustment in the elderly who remarry seen looked the social aspect is on good criteria.

Key term: self adjustment, elderly.

PENDAHULUAN

Menjadi tua adalah proses yang biasa, manusiawi dan dialami semua orang. Ada orang yang merasa susah, gelisah, dan bingung menghadapi lanjutnya usia, tetapi tidak kurang orang yang selalu gembira dan bahagia di hari tuanya. Menurut Jahja (2011:311) “Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu masa di mana seseorang telah “beranjak jauh”

dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.”

Menurut Hurlock, (2002:380), Seseorang akan menjadi semakin tua pada usia limapuluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enampuluhan, tergantung pada lajur kemunduran fisik dan mentalnya. Istilah

“keuzuran” (senility) digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan apabila sudah terjadi disorganisasi mental.

Seseorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian, dan terasing secara sosial, maka penyesuaian dirinyapun buruk, biasanya disebut “uzur”.

Hurlock (2002:385) mengemukakan

“Tugas-tugas perkembangan usia lanjut yaitu menyesuaikan diri dengan menurunnya

kekuatan fisik dan kesehatan; menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga; menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup;

membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia; membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan; dan menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.”

Menurut Tihami dan Sahrani (2014:6)

“Pernikahan merupakan sunnahtullah yang umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh- tumbuhan, ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.” Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata perkawinan.Menurut Aziz (Riyadi, 2013:56) “Perkawinan (menghimpun atau mengumpulkan), salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi.”Menurut Mas’adi (Riyadi, 2013:56)

“Perkawinan adalah sebuah aqod (perikatan) yang dikukuhkan dengan penerimaan mahar kepada pengantin perempuan dan dengan

(3)

kesaksian atas kerelaan pengantin perempuan terhadap perkawinan tersebut.”

Walgito (Riyadi, 2013:57) menyatakan

“Dalam perkawinan adanya ikatan lahir batin, yang berarti bahwa dalam perkawinan itu perlu adanya ikatan tersebut kedua- duanya.Ikatan lahir adalah ikatan yang menampak, ikatan formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.Oleh karena itu perkawinan pada umumnya diinformasikan kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat mengetahuinya.”

Menikah di saat usia lanjut merupakan salah satu cara agar usia lanjut terhindar dari rasa kesepian dan kesendirian. Menurut Hurlock (2002:426) “Salah satu cara orang lanjut usia dalam mengatasi masalah kesepian dan hilangnya aktivitas seksual yang disebabkan karena tidak mempunyai pasangan hidup, adalah dengan cara menikah kembali.

Menikah lagi pada masa dewasa ini merupakan hal yang biasa dari pada masa lalu, sebagian karena sikap sosial terhadap pernikahan pada usia lanjut sekarang lebih ditolerir dari pada waktu dulu, terutama kehilangan pasangan hidup dikarenakan perceraian, sebagian lagi karena dewasa lebih banyak orang lanjut usia yang masih hidup dari pada masa dulu.”

Hurlock (2002:426) mengemukakan dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam menikah kembali yaitu perbedaan usia dan masalah penyesuaian diri. Biasanya orang lanjut usia menikah dengan orang yang kira- kira seumur juga namun sekarang ada kecendrungan yang besar untuk menikah dengan orang yang lebih muda. Jika hal ini terjadi, masalah perbedaan umur timbul pada waktu menikah kembali akan semakin sulit karena perbedaan usia menghambat penyesuaian minat dan nilai. Bila menikah dengan pasangan yang kira-kira seusia maka penyesuaiannya akanlebih mudah. Pada orang lanjut usia alasan menikah kembali adalah agar ada teman untuk berjalan-jalan atau melakukan hal-hal lainnya, jatuh cinta merupakan alasan kedua lainnya.

Menurut Fatimah (2010:207)

“Penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, dan tidak percaya pada potensi dirinya., sedangkan penyesuaian sosial mencakup hubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, dan anggota masyarakat luas secara umum.”

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan pada tanggal 30 Oktober sampai 13 Januari 2016 pada 3 pasang usia lanjut yang menikah kembali pada usia 60 tahun atau lebih ditemukan bahwa pernikahan ini tidak rukun, sering bertengkar, sering berbeda pendapat terhadap hal-hal yang sepele dan pria tersebut sering pulang ke rumah anak istri sebelumnya.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 29 Maret 2016 kepada 4 pria usia lanjut yang menikah kembali peneliti menemukan permasalahan dimana usia lanjut merasa sulit dalam menyesuaikan pendapat, usia lanjut merasa sulit menyesuaikan diri dengan keluarga pasangan, merasa canggung dengan suasana pada rumah pasangan, usia lanjut merasa kurang diurus dan merasa tidak betah di rumah pasangan. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 3 orang istri usia lanjut, peneliti menemukan bahwa istri usia lanjut merasa sulit dalam mengelola kebutuhan rumah tangga karena uang yang diberikan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, suami kurang bisa menyesuaikan diri dengan anak-anak istri dan suami suka membandingkan pernikahan yang sebelumnya dengan pernikahan yang sedang dijalani.

Kemudian ditambahkan lagi pada tanggal 02 April 2016, peneliti melakukan wawancara kepada salah seorang anak istri usia lanjut, peneliti menemukan bahwa pria usia lanjut tidak bisa berintekrasi seperti bermain dengan cucu-cucu dan pria terlihat lebih sering pulang kerumah anak istri sebelumnya. Selanjutnya keterangan yang di dapatkan dari anak pria lanjut usia yaitu anak merasa ayahnya kurang diurus dan diperhatikan

.

Melihat fenomena di atas maka peneliti sebagai calon guru pembimbing tergugah untuk melaksanakan penelitian mengenai

“Penyesuaian Diri Pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali di Kabupaten Solok Selatan.”

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi.

2. Penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial.

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

(4)

1. Bagaimana penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi?

2. Bagaimana penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi.

2. Penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2005:83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.”

Populasi penelitian ini adalah seluruh usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok selatan yang berjumlah 39 orang. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Total Sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 39 orang.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Mahmud (2011:148) menyatakan “Data interval adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang diurutkan berdasarkan atribut tertentu dan jarak tiap objek atau kategori adalah sama, pada titik ini tidak terdapat angka nol mutlak.”

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Wali Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Yusuf (2005:525) angket adalah “Suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan kepada kelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”.

Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Yusuf (2005:115

)

persentase dapat dihitung dengan rumus:

P = x 100%

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo kabupaten Secara Umum

Berdasarkan data pada Tabel 1 bahwa gambaran umum mengenai penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan pada kategori baik 76,92%, pada kategori sangat baik 17,95%, pada kategori cukup baik 5,13%, dan tidak seorangpun dari mereka yang penyesuaian dirinya yang kurang baik dan sangat kurang baik. Dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan berada pada kategori baik.

Klasifikasi Kategori F % 214,2-255 Sangat Baik 7 17,95

173,4-214,1 Baik 30 76,92

132,6-173,3 Cukup Baik 2 5,13 91,8-132,5 Kurang Baik 0 0,00

51-91,7

Sangat

Kurang Baik 0 0,00

Jumlah 39 100

(5)

2. Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali Dilihat Dari Aspek Pribadi di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali Dilihat Dari Aspek Pribadi di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Berdasarkan data pada Tabel 2 bahwa penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan pada kategori baik 84,62%, pada kategori sangat baik 12,82%, pada kategori cukup baik 2,56%, dan tidak seorangpun dari mereka yang penyesuaian dirinya kurang baik dan sangat kurang baik.

3. Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali Dilihat Dari Aspek Sosial di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali Dilihat Dari Aspek Sosial di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan pada kategori baik 64,10%, pada kategori sangat baik 17,95%, pada kategori cukup baik 17,95%, dan tidak seorangpun dari mereka yang penyesuaian dirinya kurang baik dan sangat kurang baik.

PEMBAHASAN

1. Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali Dilihat Dari Aspek Pribadi di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Berdasarkan data yang dikumpukan maka penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan dapat diketahui bahwa penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari Aspek Pribadi di Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan tergolong ke dalam kategori Baik.

a. Adanya Rasa Sayang

Dari hasil pengolahan data tentang penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi adanya rasa sayang di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan berada pada kategori baik.

Berdasarkan keterangan di atas maka sesuai dengan pendapat Sundari (2005:21) penyesuaian diri yang berhasil adalah: 1) bila mana dia mampu secara sempurna memenuhi kebutuhan tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi yang lainnya., 2) bila tidak mengganggu manusia lain dan memenuhi kebutuhan yang sejenisnya, dan 3) bila mana bertanggung jawab terhadap masyarakat dimana tempat dia berada. Selanjutnya sesuai dengan pendapat Fatimah (2010:207) yang menyatakan keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, contohnya pada usia lanjut dengan adanya rasa sayang maka hubungannya bisa bertambah lebih harmonis.

b. Menerima Kenyataan

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi menerima kenyataan di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan berada pada kategori Baik.

Klasifikasi Kategori F % 105-125 Sangat Baik 5 12,82

85-104 Baik 33 84,62

65-84 Cukup Baik 1 2,56

45-64 Kurang Baik 0 0,00

25-44

Sangat

Kurang Baik 0 0,00

Jumlah 39 100

Klasifikasi Kategori F % 109,2-130 Sangat Baik 7 17,95

88,4-109,1 Baik 25 64,10

67,6-88,3 Cukup Baik 7 17,95 46,8-67,5 Kurang Baik 0 0,00

26-46,7

Sangat

Kurang Baik 0 0,00

Jumlah 39 100

(6)

Menurut Sobur (2013:537) orang yang tidak menerima dirinya atau kenyataan akan berhadapan dengan keadaan frustasi yang menjadikannya mereka tidak berdaya dan gagal, sehingga tingkat penyesuaian pribadinya buruk. Selanjutnya sesuai dengan pendapat Fatimah (2010:207) yang menyatakan keberhasilan penyesuaian diri pribadi di tandai oleh tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, jadi berhasilnya penyesuaian diri tersebut harus bisa menerima kenyataan.

c. Percaya Pada Potensi Diri

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek pribadi percaya pada potensi diri di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan berada pada kategori Sangat baik.

Berdasarkan keterangan di atas maka sesuai dengan pendapat Sundari (2005:21) penyesuaian diri yang berhasil adalah: 1) bila mana dia mampu secara sempurna memenuhi kebutuhan tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi yang lainnya., 2) bila tidak mengganggu manusia lain dan memenuhi kebutuhan yang sejenisnya, dan 3) bila mana bertanggung jawab terhadap masyarakat dimana tempat dia berada. . Senada dengan itu menurut Hurlock (2002:243) apabila orang berusia lanjut mempunyai kemampuan yang kuat untuk berhasil mereka akan mencapai puncak keberhasilan pada usia lanjut tersebut.

2. Penyesuaian Diri pada Usia Lanjut yang Menikah Kembali Dilihat dari Aspek Sosial di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan dapat diketahui bahwa penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan tergolong ke dalam kategori baik.

a. Anggota Keluarga

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial anggota keluarga di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan berada pada kategori sangat baik.

Menurut Hurlock (2002:293) penyesuaian diri yang paling penting dilakukan dalam hidup berkeluarga adalah penyesuaian diri dengan keluarga dan anggota keluarga pasangan agar dapat menjalin hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain. Maka dari itu anggota keluarga harus menciptakan suasana rukun sehingga dapat saling menghargai atau menghormati antara sesamanya. Senada dengan itu menurut Santrock (2011:222) menyatakan orang-orang lanjut usia ingin menikah kembali atau memang menikah kembali, para peneliti telah menemukan bahwa beberapa orang lanjut usia mengalami tekanan sosial yang negatif terhadap keputusannya untuk menikah kembali, sangsi-sangsi negatif ini berkisar dari kemarahan hingga penolakan dari anak- anaknya yang telah dewasa, meskipun demikian, mayoritas anak-anak dewasa mendukung keputusan orang tuanya yang telah lanjut usia untuk menikah kembali.

b. Teman Sebaya

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial teman sebaya di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan berada pada kategori baik.

Menurut Dagun (2002:87) menyatakan interaksi antara teman sebaya pada masa usia lanjut itu menambah dimensi penting dalam perkembangan usia lanjut. Dengan adanya interaksi dengan teman sebaya mempermudah usia lanjut untuk berkomunikasi antara sesamanya. Menurut Fatimah (2010:206) teman sebaya yaitu dimana seseorang membentuk suatu hubungan yang harmonis antara sesamanya agar terjalinnya komunikasi yang baik diantara mereka.

c. Lingkungan Sekitar

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali dilihat dari aspek sosial lingkungan sekitar di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok berada pada kategori baik.

Hal ini senada dengan pendapat Ali dan Asrori (2014:98) yang menyatakan bahwa

“Perbedaan individu dalam penyesuaian dirinya terhadap interaksi sosial antara lain dipengaruhi perbedaan lingkungannya.

”Menurut Hurlock (2002:439) lingkungan sekitar adalah lingkungan pergaulan budaya dimana orang-orang berusia lanjut bertempat tinggal bertahun-tahun dalam hidupnya. Juga mempengaruhi jenis penyesuaian yang dilakukan dihari tua, karena lingkungan

(7)

tersebut merupakan negara kesadaran, dimana sikap lingkungan sosial terhadap orang usia lanjut negatif dan tidak menyenangkan terhadap kondisi seperti itu mempersulit mereka yang tumbuh dalam lingkungan tersebut dalam menghormati orang-orang berusia lanjut.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Temuan peneliti ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.

Penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan dilihat dari aspek Pribadi berada pada kategori baik

.

2.

Penyesuaian diri pada usia lanjut yang menikah kembali di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan dilihat dari aspek sosial berada pada kategori baik

.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran untuk:

1. Usia lanjut, agar orang usia lanjutdalam menjalani pernikahannya kembali agar adanya rasa sayangserta mampu menerima pasangan diharapkan untuk bisa saling menyayangi, mencintaiserta saling memperhatian dan menghargai antara satu sama lain,sehingga orang usia lanjut lebih bisa untuk menjalani pernikahan kembali di usia lanjut tersebut, selanjutnya usia lanjut sebaiknya menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya dan mendekatkan diri dengan lingkungan masyarakat agar diterima baik oleh teman sebaya dan lingkungan masyarakat dengan adanya pernikahan kembali di usia lanjut tersebut.

2. Keluarga, diharapkan agar dapat memperhatikan orang usia lanjut dalam penyesuaian diri terhadap pernikahan yang dijalaninya tersebut, agar orang usia lanjut merasa diperhatikan dalam pernikahan kembalinya.

3. Tokoh masyarakat, diharapkan agar dapat membantu orang usia lanjut dengan menerima dan mendekatkan orang usia lanjut tersebut dengan lingkungan

sekitarnya, agar orang usia lanjut dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan sekitarnya serta membantu mengatasi permasalahan penyesuaian diri pernikahan kembali pada masa usia lanjut.

4. Pengelola program studi bimbingan dan konseling agar dapatmembekali mahasiswa dengan ilmu pengetahuan terkait dengan penyesuaian diri dalam menghadapi pernikahan kembali di usia lanjut sehingga di lapangan lebih mudah dalam mengentaskan permasalahan usia lanjut yang mengalami pernikahan kembali.

KEPUSTAKAAN

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori.

2014. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).

Jakarta: Bumi Aksara.

Dagun, Save M. 2002. Psikologi Keluarga.

Jakarta: Rineka Cipta.

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia.

Hurlock, B. Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan.

Jakarta: Kencana.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Riyadi, Agus. 2013. Bimbingan Konseling Perkawinan (Dakwah dalam Membentuk Keluarga Sakinah).

Yogyakarta: Ombak Duo.

Santrock, John W. 2011. Life Span

Development (Perkembangan Masa Hidup) Edisi 13. Jakarta: Aksara.

Situ, Sundari HS. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.

Tihami dan Sahrani Sohari. 2014. Fikih Munakahat (Kajian Fikih Nikah Lengkap). Jakarta: Rajawali Pers.

(8)

Yusuf A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Karena Kalimantan Timur telah dipilih sebagai provinsi percontohan melalui dukungan FCPF, hasil SESA mencerminkan:  Risiko dan kekhawatiran lingkungan dan sosial, dan sejauh mana

Table 4: Frequency distribution of the mobile agility framework Ubiquity Uniqueness Total Operational Agility 50 9 59 Customer Agility 22 4 26 Partnering Agility 4 0 4