178 Vol. 3, No. 2, May 2019, pp. 178~193
PENGARUH UPAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2011-2015
Chandralecha Rahmatus Amelia*, Dwi Susilowati, Sudarti
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
* Corresponding author: [email protected]
Artikel Info Abstract
Article history:
Received 15 March 2019 Revised 20 April 2019 Accepted 20 May 2019 Available online 21 May 2019
This study aims to determine the economic growth, wages and local revenue in East Java Year 2011-2015. The type of research used in this study is to use descriptive quantitative research.The analysis tool used in this research is using regression panel data analysis method. Based on the result of regression analysis of panel data obtained t test result (partial test) showing that wage variable (X1) has positive and significant effect to Economic Growth (Y), which means if Wage is higher, then economic growth will increase, Local Revenue has a positive and significant impact on Economic Growth (Y) in East Java, which means if the Revenue of the Region increases then Economic Growth will increase.
Simultaneously F statistic value 1210,824 is bigger than F table 2,42, this means Ho is rejected and H1 accepted.Based on the results of this study, it is necessary to review the existence of the impact of the existence of the influence of Local Revenue and Income (PAD) on Economic Growth in East Java Year 2011-2015 in order to increase economic growth in East Java maximally..
Keyword: Wages; Local Revenue; Economic Growth.
JEL Classification
https://www.aeaweb.org/econl it/jelCodes.php?view=jel
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berhubungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan standar hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang menjadi kutub pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dengan didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan sumber daya lokal, pembangunan ekonomi daerah mengalami kemajuan dari sisi nilai ekonomi.
Menurut (Todaro dan Smith, 2006)pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus–menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya.
Jikatingkat upah meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun, yang artinya jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin berkurang namun penawaran tenaga kerja akan semakin bertambah sehingga produksi semakin meningkat dan pemasukan semakin meningkat pula, oleh
179 karena itu pertumbuhan ekonomi juga akan ikut naik. Tapi sebaliknya, jika tingkat upah menurun maka permintaan tenaga kerja akan semakin meningkat dan penawaran tenaga kerja menurun sehingga produksi akan ikut berkurang dikarenakan tenaga kerja yang dimiliki hanya terbatas dan produksi yang dilakukan menghasilkan output yang sedikit, oleh karena itu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang ikut menurun akibat pemasukan berkurang karena output yang sedikit.. Naiknya upah maka biaya produksi industri akan naik, yang kemudian akan menaikkan harga barang yang diproduksi. Naiknya harga barang akan mengurangi jumlah konsumsi masyarakat.
Upah merupakan faktor utama yang dapat mendorong semangat kerja sehingga diharapkan produktifitas perusahaan akan semakin meningkat. Upah merupakan balas jasa atau penghargaan atas prestasi kerja dan harus dapat memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarga secara layak sehingga dapat memusatkan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dengan dipenuhinya hak pekerja dalam pemberian upah yang selayaknya, dimungkinkan tidak akan terjadi masalah mengenai tuntutan upah oleh para pekerja (Devanto dan Putu, 2011).
Menurut (Haryani, 2002). Jika tingkat upah meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun, yang artinya jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin berkurang namun penawaran tenaga kerja akan semakin bertambah. Tapi sebaliknya, jika tingkat upah menurun maka permintaan tenaga kerja akan semakin meningkat. Naiknya upah maka biaya produksi industri akan naik, yang kemudian akan menaikkan harga barang yang diproduksi. Naiknya harga barang akan mengurangi jumlah konsumsi masyarakat.
Teori ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Dan penelitian oleh (Tambunan, 2006)yang menyatakan Pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan tingkat Pertumbuhan ekonomi daerah.
Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan ekonomi. Daerah yang pertumbuhan ekonomi positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Perspektif ini menyarankan bahwa seharusnya pemerintah daerah lebih berkosentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dari pada sekedar mengeluarkan produk perundangan terkait dengan pajak dan retribusi.
(Harianto dan Hari, 2007)dimana PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat pula, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi – potensi daerah dan meningkatkanpertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri.Secara teori apabila PAD naik, maka Pertumbuhan Ekonomi juga akan ikut naik.pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri.(Tambunan, 2006).
180 Pertumbuhan ekonomi daerah dapat berjalan dengan baik jika Pendapatan Asli Daerah mampu mencukupi kebutuhan fiskal serta dapat memenuhi kebutuhan publik. Hasil analisis menunjukan nilai yang positif dan signifikan pada pengaruh rasio ekonomi di daerah. Nilai yang positif tersebut memenuhi standart pelayanan minimum yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat terselenggara dari pendanaan Pendapatan Asli Daerah. (Kusuma, 2016).
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan yang penting bagi daerah untuk memenuhi belanjanya. Daerah sendiri berharap dapat mengoptimalkan penerimaan daerah, karena Pendapatan Asli Daerah secara statistik berpengaruh terhadap alokasi belanja modal sehingga bisa menjadi acuan bagi daerah bahwa Pendapatan Asli Daerah berperan penting dalam pembangunan daerah. Oleh karena itu seharusnya daerah lebih optimal lagi dalam menggali sumber-sumber penerimaan sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah akan mmberikan keluasan kepada daerah untuk mengalokasikan kepada kegiatan atau pengeluaran yang nantinya akan memberikan dampak terhadap peningkatan pembangunan daerah utamanya dalam pembangunan infrastruktur.(Sudarti dan Fitriana, 2018)
Peningkatan PAD harus berdampak pada perekonomian daerah(Saragih, 2003). Oleh karena itu, daerah tidak akan berhasil bila daerah tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang berarti meskipun terjadi peningkatan penerimaan PAD. Bila yang terjadi sebaliknya, maka bisa diindikasikan adanya eksploitasi PAD terhadap masyarakat secara berlebihan tanpa memperhatikan peningkatan produktifitas masyarakat itu sendiri.
(Sidik, 2002)menegaskan bahwa keberhasilan peningkatan PAD hendaknya tidak hanya diukur yang diterima, tetapi juga diukur dengan perannya untuk mengatur perekonomian masyarakat agar dapat lebih berkembang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat didaerah.
Penelitian Terdahulu
(Rori, 2016)dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2001 – 2013,mengemukakan bahwa hasil penelitian variabel bebas atau Pendapatan Asli Daerah (PAD)pengaruh positif signifikan terhadap variabel terikat atau Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2001 –2013. Secara teori apabila PAD naik, maka Pertumbuhan Ekonomi juga akan ikut naik. Sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tambunan, 2006)yang menyatakan pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri.
(Virginda, 2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh UMK Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.
Menngemukakan bahwah UMK (Upah Minimum Kabupaten) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi, jika ada perubahan atau kenaikan UMK maka pertumbuhan ekonomi juga akan berubah dan mengalami kenaikan,
181 sebaliknya jika UMK mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi juga akan menurun karena kedua variabel tersebut saling berpengaruh satu sama lain.
Hubungan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Jika dilihat antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu semua hasil penelitian sama menurut teori, pembedanya hanya terletak pada tahun dan tempat penelitian.jika di penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya yang berjudul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2001 – 2013. Disini saya menambahkan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan melakukan penelitian pada Tempat dan Tahun yang berbeda. Dan penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya yang berjudul Analisis Pengaruh UMK Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Disini saya mengganti variabel Tenaga Kerja menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tempat penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian kali ini yang dlakukan di Provinsi Jawa Timur.
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian dalam penelitian ini mencakup seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Untuk keperluan regresi kabupaten/kota yang digunakan dalam olah data regresi 38 Kabupaten/Kota.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui pihak yang bersangkutan dan pihak yang dibutuhkan dalam pencarian data. Sumberdata sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber, baik secara pribadi seperti mencari di internet atau perpustakaan dan diinstansi seperti Badan Pusat Statistik di Jawa Timur.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel adalah data yang diperoleh dengan menggabungkan antara croos section dan data time series. Data croos section dalam penelitian ini adalah data dari Provinsi di Jawa Timur, sedangkan data time series dalam penelitian ini adalah data tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Rumus yang diguanakan adalah sebagai berikut :
Y
it= β
0+ β
1X
1it+ β
2X
2ite
it……….. (1) Dimana :Y = Pertumbuhan Ekonomi i = 38
t = 2011,2012,2013,2014,2015 β = Konstanta
β1 = Koefisien regresi dari X1 β2 = Koefisien regresi dari X2 e = Error Term
Sumber : (Gujarati, 2012)
182 Dalam penelitian ini digunakan uji T-Statistik untuk menguji apakah suatu variable bebas berpengaruh atau tidak terhadap variable terikat. Selain itu untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variable bebas (X1, X2, X3 … Xk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku keragaman variable terikat (Y) digunakan uji F-Statistik. Uji F-Statistik juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variable bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol dan taraf nyata α yang digunakan adalah 5%. Selanjutnya penggunaan Uji Koefisien Determinasi (R2) dapat mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi – variable terikat.
(Gujarati dan Porter, 2007)menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaan data panel yaitu :
1. Dengan mengkombinasikan time series dan cross section, data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif, dan mengurangi kolinieritas antar variabel, derajat kebebasan yang lebih banyak dan efisiensi yang lebih besar.
2. Dengan memperlajari bentuk cross section berulang-ulang dari observasi, data panel lebih baik untuk mempelajari dinamika perubahan.
3. Data panel dapat berinteraksi lebih baik dan mengukur efek-efek yang tidak dapat diobservasi dalam cross section murni maupun data time series murni.
4. Data panel memungkinkan kita untuk mempelajari model perilaku yang lebih rumit.
5. Dengan membuat data tersedia dalam jumlah yang lebih banyak, data panel dapat meminimumkan bias yang dapat terjadi bila kita mengagregatkan individu ke dalam agregat yang luas.
6. Secara garis besar data panel dapat memperkaya analisis empiris dengan berbagai cara yang mungkin tidak terjadi jika hanya menggunakan cross section atau time series.
7. Data panel tidak membutuhkan uji ekonometri. Uji ekonometri dilakukan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan sudah memenuhi asumsi klasik atau tidak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor utama penentu kemajuan suatu negara. Secara umum dikatakan, semakin tinggi petumbuhan ekonomi di suatu negara akan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat negara tersebut. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan dengan persen.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011-2015 Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011-2015
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Total Rata- rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3501 Kab. Pacitan 6,3 6,3 5,9 5,2 5,1 28,8 5,8 3502 Kab. Ponorogo 5,7 6,0 5,1 5,2 5,2 27,3 5,5 3503 Kab. Trenggalek 5,9 6,2 6,0 5,3 5,0 28,5 5,7
(dilanjutkan pada halaman 6)
183
Sumber: Badan Pusat Statistik (2011 – 2015)
Dilihat dari tabel di atas Kabupaten/Kota yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya adalah Kab Bojonegoro mencapai 17,4 persen pada tahun 2015 dan Kabupaten/Kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling rendah yaitu di Kabupaten Bangkalan yang hanya -2,7 persen pada tahun 2015.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pertumbuhan ekonomi paling tinggi terdapat pada Kab/Kota Sumenep dengan total 38,0 persen. Dan
(Lanjutan halaman 5) 3504 Kab. Tulungagung 6,4 6,5 6,1 5,5 5,0 29,4 5,9 3505 Kab. Blitar 5,4 5,6 5,1 5,0 5,0 26,2 5,2 3506 Kab. Kediri 6,0 6,1 5,8 5,3 4,9 28,2 5,6 3507 Kab. Malang 6,6 6,8 5,3 6,0 5,3 30,0 6,0 3508 Kab. Lumajang 6,2 6,0 5,6 5,3 4,6 27,7 5,5 3509 Kab. Jember 5,5 5,8 6,1 6,2 5,3 28,9 5,8 3510 Kab. Banyuangi 7,0 7,2 6,7 5,7 6,0 32,6 6,5 3511 Kab. Bondowoso 6,1 6,1 5,8 5,0 4,9 28,0 5,6 3512 Kab. Situbondo 5,4 5,4 6,2 5,8 4,9 27,6 5,5 3513 Kab. Probolinggo 5,9 6,4 5,1 4,9 4,8 27,1 5,4 3514 Kab. Pasuruan 6,7 7,5 7,0 6,7 5,4 33,3 6,7 3515 Kab. Sidoarjo 7,0 7,3 6,9 6,4 5,2 32,9 6,6 3516 Kab. Mojokerto 6,6 7,3 6,6 6,4 5,6 32,5 6,5 3517 Kab. Jombang 6,0 6,2 5,9 5,4 5,4 28,8 5,8 3518 Kab. Nganjuk 5,7 5,9 5,4 5,1 5,2 27,3 5,5 3519 Kab. Madiun 6,0 6,1 5,7 5,3 5,3 28,4 5,7 3520 Kab. Magetan 5,6 5,8 5,9 5,1 5,2 27,6 5,5 3521 Kab. Ngawi 6,1 6,6 5,5 5,8 5,1 29,1 5,8 3522 Kab. Bojonegoro 10,4 3,8 2,4 2,3 17,4 36,2 7,2 3523 Kab. Tuban 6,8 6,3 5,9 5,5 4,9 29,3 5,9 3524 Kab. Lamongan 6,7 6,9 6,9 6,3 5,8 32,6 6,5 3525 Kab. Gresik 6,5 6,9 6,0 7,0 6,6 33,1 6,6 3526 Kab. Bangkalan 3,3 -1,4 0,2 7,2 -2,7 6,6 1,3 3527 Kab. Sampang 2,5 5,8 6,5 0,1 2,1 17,0 3,4 3528 Kab. Pamekasan 6,2 6,3 6,1 5,6 5,3 29,5 5,9 3529 Kab. Sumenep 6,1 10,0 14,5 6,2 1,3 38,0 7,6 3571 Kota Kediri 4,3 5,3 3,5 5,8 5,4 24,3 4,9 3572 Kota Blitar 6,4 6,5 6,5 5,9 5,7 31,0 6,2 3573 Kota Malang 6,0 6,3 6,2 5,8 5,6 29,9 6,0 3574 Kota Probolinggo 5,9 6,5 6,5 5,9 5,9 30,7 6,1 3575 Kota Pasuruan 6,3 6,3 6,5 5,7 5,5 30,3 6,1 3576 Kota Mojokerto 6,0 6,1 6,2 5,8 5,7 29,8 6,0 3577 Kota Madiun 6,8 6,8 7,7 6,6 6,2 34,1 6,8 3578 Kota Surabaya 7,1 7,4 7,6 7,0 6,0 35,0 7,0
3579 Kota Batu 7,1 7,3 7,3 6,3 7,3 35,3 7,1
184 pertumbuhan ekonomi paling rendah ditunjukkan oleh Kab/Kota Bangkalan yang hanya mencapai 6,6 persen.
Upah merupakan salah satu rangsangan penting bagi para karyawan dalam suatu perusahaan. Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan pendorong utama, tingkat upah hanya merupakan dorongan utama hingga pada tarif dimana upah itu belum mencukupi kebutuhan hidup para karyawan sepantasnya.Upah sebenarnya merupakan salah satu syarat perjanjian kerja yang diatur oleh pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah.
Tabel 2. Upah Tahun 2011-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik (2011 – 2015)
Berdasarkan tabel 2 Kabupaten/Kota yang memiliki upah paling tinggi terdapat pada Kota Surabaya sebesar 2.710.000 rupiah pada tahun 2015 dan
No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 T otal Rata-rata
1 Kab. Pacitan 34.384.122 44.996.860 57.170.729 101.276.945 89.469.532 327.298.188 65.459.638 2 Kab. Ponorogo 52.711.777 77.381.703 97.508.562 198.730.423 177.247.642 603.580.107 120.716.021 3 Kab. T renggalek 61.066.268 67.278.000 80.964.727 132.951.069 124.094.459 466.354.523 93.270.905 4 Kab. T ulungagung 85.903.715 110.502.918 121.702.682 275.699.829 213.010.206 806.819.350 161.363.870 5 Kab. Blitar 66.516.349 77.035.611 96.052.864 188.827.430 176.939.479 605.371.733 121.074.347 6 Kab. Kediri 59.635.566 83.051.911 126.027.415 291.948.593 272.923.275 833.586.760 166.717.352 7 Kab. Malang 118.526.589 154.258.004 192.761.419 411.182.984 333.189.098 1.209.918.094 241.983.619 8 Kab. Lumajang 76.100.994 87.053.508 107.282.152 194.073.104 170.242.765 634.752.523 126.950.505 9 Kab. Jember 180.265.836 211.617.937 290.135.238 230.162.038 508.051.017 1.420.232.066 284.046.413 10 Kab. Banyuangi 89.805.508 119.657.071 161.975.810 283.488.703 249.036.994 903.964.086 180.792.817 11 Kab. Bondowoso 50.306.445 57.780.072 67.783.637 134.684.701 122.173.828 432.728.683 86.545.737 12 Kab. Situbondo 50.300.616 57.029.936 67.497.522 129.640.578 125.963.802 430.432.454 86.086.491 13 Kab. Probolinggo 45.795.957 70.908.007 86.529.976 195.263.627 184.119.657 582.617.224 116.523.445 14 Kab. Pasuruan 125.426.507 152.010.251 198.792.757 421.442.630 372.454.140 1.270.126.285 254.025.257 15 Kab. Sidoarjo 345.350.321 597.756.024 721.794.682 1.115.332.939 1.090.575.714 3.870.809.680 774.161.936 16 Kab. Mojokerto 74.649.507 107.073.749 190.236.221 357.924.994 400.009.300 1.129.893.771 225.978.754 17 Kab. Jombang 104.547.796 117.508.370 143.932.388 304.065.301 256.125.950 926.179.805 185.235.961 18 Kab. Nganjuk 83.520.966 98.689.210 118.056.876 255.880.471 237.473.871 793.621.394 158.724.279 19 Kab. Madiun 49.302.291 57.699.226 65.988.752 120.673.156 128.526.430 422.189.855 84.437.971 20 Kab. Magetan 54.217.720 61.417.896 74.500.000 141.162.943 122.839.547 454.138.106 90.827.621 21 Kab. Ngawi 35.313.791 51.643.044 74.197.569 169.237.013 138.773.976 469.165.393 93.833.079 22 Kab. Bojonegoro 93.164.433 135.696.734 195.973.048 291.244.903 262.951.712 979.030.830 195.806.166 23 Kab. T uban 92.129.701 119.899.647 185.414.623 291.079.944 260.939.261 949.463.176 189.892.635 24 Kab. Lamongan 101.835.721 108.606.010 124.605.655 272.409.285 266.767.894 874.224.565 174.844.913 25 Kab. Gresik 167.580.556 325.314.636 423.216.536 700.587.793 842.196.737 2.458.896.258 491.779.252 26 Kab. Bangkalan 42.964.505 62.836.209 83.249.441 135.785.489 122.079.313 446.914.957 89.382.991 27 Kab. Sampang 40.355.865 52.287.297 63.041.057 123.039.103 121.298.165 400.021.487 80.004.297 28 Kab. Pamekasan 44.787.208 56.161.276 67.760.658 171.518.203 125.125.996 465.353.341 93.070.668 29 Kab. Sumenep 47.485.184 69.786.758 91.136.807 162.371.865 166.654.328 537.434.942 107.486.988 30 Kota Kediri 86.275.238 101.473.836 126.965.344 207.526.194 166.936.404 689.177.016 137.835.403 31 Kota Blitar 48.617.780 54.987.443 56.370.064 102.480.469 82.436.369 344.892.125 68.978.425 32 Kota Malang 536.304.844 175.985.121 262.741.056 406.772.634 353.424.747 1.735.228.402 347.045.680 33 Kota Probolinggo 56.618.503 60.446.049 73.520.993 135.062.800 108.620.977 434.269.322 86.853.864 34 Kota Pasuruan 29.821.982 33.207.159 51.343.071 99.567.178 92.731.225 306.670.615 61.334.123 35 Kota Mojokerto 31.755.162 48.055.974 60.803.126 90.269.505 92.842.136 323.725.903 64.745.181 36 Kota Madiun 33.654.007 46.553.990 55.683.801 134.584.331 111.379.356 381.855.485 76.371.097 37 Kota Surabaya 1.769.625.575 1.443.395.291 2.570.793.945 3.247.459.154 3.520.137.339 12.551.411.304 2.510.282.261 38 Kota Batu 22.500.000 31.494.481 39.248.798 77.328.244 80.150.000 250.721.523 50.144.305
185 Kabupaten/Kota yang memiliki upah paling rendah terdapat pada Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacita dan Kabupaten Ponorogo yang hanya sebesar 705.000 rupiah pada tahun 2011.
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pendapatan Asli Daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat.
Tabel 3. Pendapatan Asli Daerah Tahun 2011-2015
No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Total Rata-rata
1 Kab. Pacitan 34.384.1 22
44.996.
860 57.170.
729 101.27
6.945 89.469.
532 327.298.188
65.459.638 2 Kab. Ponorogo 52.711.7
77 77.381.
703 97.508.
562 198.73
0.423
177.24
7.642 603.580.107
120.716.021 3 Kab. Trenggalek 61.066.2
68 67.278.
000 80.964.
727 132.95
1.069
124.09
4.459 466.354.523
93.270.905 4 Kab. Tulungagung 85.903.7
15 110.50
2.918 121.70
2.682 275.69
9.829
213.01
0.206 806.819.350
161.363.870 5 Kab. Blitar 66.516.3
49 77.035.
611 96.052.
864 188.82
7.430
176.93
9.479 605.371.733
121.074.347 6 Kab. Kediri 59.635.5
66 83.051.
911 126.02
7.415 291.94
8.593
272.92
3.275 833.586.760
166.717.352 7 Kab. Malang 118.526.
589 154.25
8.004 192.76
1.419 411.18
2.984
333.18
9.098 1.209.918.094
241.983.619 8 Kab. Lumajang 76.100.9
94 87.053.
508 107.28
2.152 194.07
3.104
170.24
2.765 634.752.523
126.950.505 9 Kab. Jember 180.265.
836 211.61
7.937 290.13
5.238 230.16
2.038
508.05
1.017 1.420.232.066
284.046.413 10 Kab. Banyuangi 89.805.5
08 119.65
7.071 161.97
5.810 283.48
8.703
249.03
6.994 903.964.086
180.792.817 11 Kab. Bondowoso 50.306.4
45 57.780.
072 67.783.
637 134.68
4.701
122.17
3.828 432.728.683
86.545.737 12 Kab. Situbondo 50.300.6
16 57.029.
936 67.497.
522 129.64
0.578
125.96
3.802 430.432.454 86.086.491 13 Kab. Probolinggo 45.795.9
57 70.908.
007 86.529.
976 195.26
3.627
184.11
9.657 582.617.224
116.523.445 14 Kab. Pasuruan 125.426.
507 152.01
0.251 198.79
2.757 421.44
2.630
372.45
4.140 1.270.126.285
254.025.257 15 Kab. Sidoarjo 345.350.
321 597.75
6.024 721.79
4.682 1.115.3
32.939 1.090.5
75.714 3.870.809.680
774.161.936 16 Kab. Mojokerto 74.649.5
07 107.07
3.749 190.23
6.221 357.92
4.994
400.00
9.300 1.129.893.771
225.978.754 17 Kab. Jombang 104.547.
796 117.50
8.370 143.93
2.388 304.06
5.301
256.12
5.950 926.179.805
185.235.961 18 Kab. Nganjuk 83.520.9
66 98.689.
210 118.05
6.876 255.88
0.471
237.47
3.871 793.621.394
158.724.279 19 Kab. Madiun 49.302.2
91 57.699.
226 65.988.
752 120.67
3.156
128.52
6.430 422.189.855
84.437.971 20 Kab. Magetan 54.217.7
20 61.417.
896 74.500.
000 141.16
2.943
122.83
9.547 454.138.106
90.827.621 21 Kab. Ngawi 35.313.7
91 51.643.
044 74.197.
569 169.23
7.013
138.77
3.976 469.165.393
93.833.079
(dilanjutkan pada halaman 9)
186
Sumber: Badan Pusat Statistik (2011 – 2015)
Berdasarkan tabel 3 Kabupaten/Kota yang memiliki pendapatan asli daerah paling tinggi terdapat pada kota Surabaya mencapai 3.520.137.339 milliar rupiah pada tahun 2015. Dan Kabupaten/Kota yang memiliki pendapatan asli daerah paling rendah terdapat pada Kota Batu yang hanya sebesar 22.500.000 milliar rupiah pada tahun 2011.
Hasil estimasi analisis data panel dengan metode polled least square, fixed effect dan random effect adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Olah Data Regresi
Variabel Common
Effect
Fixed Effect
Random Effect
C
Coeffiecient 8943.077 23515.91 24817.09
t-statistic 2.076636 23.04854 12.23916
Prob 0.0392 0.0000 0.0000
(Upah) Coeffiecient 0.000155 0.002381 -0.000736
t-statistic 0.039966 2.214575 -0.703706
Prob 0.9682 0.0283 0.4825
(PAD) Coeffiecient 0.000103 2.66E-05 3.79E-05
t-statistic 28.20844 13.85397 21.06956
(Lanjutan halaman 8)
22 Kab. Bojonegoro 93.164.4 33
135.69 6.734
195.97 3.048
291.24 4.903
262.95
1.712 979.030.830
195.806.166 23 Kab. Tuban 92.129.7
01 119.89
9.647 185.41
4.623 291.07
9.944
260.93
9.261 949.463.176
189.892.635 24 Kab. Lamongan 101.835.
721 108.60
6.010 124.60
5.655 272.40
9.285
266.76
7.894 874.224.565
174.844.913 25 Kab. Gresik 167.580.
556 325.31
4.636 423.21
6.536 700.58
7.793
842.19
6.737 2.458.896.258
491.779.252 26 Kab. Bangkalan 42.964.5
05 62.836.
209 83.249.
441 135.78
5.489
122.07
9.313 446.914.957
89.382.991 27 Kab. Sampang 40.355.8
65 52.287.
297 63.041.
057 123.03
9.103
121.29
8.165 400.021.487 80.004.297 28 Kab. Pamekasan 44.787.2
08 56.161.
276 67.760.
658 171.51
8.203
125.12
5.996 465.353.341
93.070.668 29 Kab. Sumenep 47.485.1
84 69.786.
758 91.136.
807 162.37
1.865
166.65
4.328 537.434.942
107.486.988 30 Kota Kediri 86.275.2
38 101.47
3.836 126.96
5.344 207.52
6.194
166.93
6.404 689.177.016
137.835.403 31 Kota Blitar 48.617.7
80 54.987.
443 56.370.
064 102.48
0.469 82.436.
369 344.892.125
68.978.425 32 Kota Malang 536.304.
844 175.98
5.121 262.74
1.056 406.77
2.634
353.42
4.747 1.735.228.402
347.045.680 33 Kota Probolinggo 56.618.5
03 60.446.
049 73.520.
993 135.06
2.800
108.62
0.977 434.269.322
86.853.864 34 Kota Pasuruan 29.821.9
82 33.207.
159 51.343.
071 99.567.
178 92.731.
225 306.670.615
61.334.123 35 Kota Mojokerto 31.755.1
62 48.055.
974 60.803.
126 90.269.
505 92.842.
136 323.725.903
64.745.181 36 Kota Madiun 33.654.0
07 46.553.
990 55.683.
801 134.58
4.331
111.37
9.356 381.855.485
76.371.097 37 Kota Surabaya 1.769.62
5.575 1.443.3
95.291 2.570.7
93.945 3.247.4
59.154 3.520.1
37.339 12.551.411.304 2.510.282.261 38 Kota Batu 22.500.0
00 31.494.
481 39.248.
798 77.328.
244 80.150.
000 250.721.523
50.144.305
187
Prob 0.0000 0.0000 0.0000
(dilanjutkan pada halaman 10) (Lanjutan halaman 11)
R-squared 0.862467 0.996855 0.596247
Ad R-squared 0.860989 0.996031 0.591905
F-statistic 583.2035 1210.824 137.3386 Prob (F-statistic) 0.000000 0,000000 0,000000
*Signifikan 1% **Signifikan 5% ***Signifikan 10%
Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Berdasarkan hasil olahan data pada tabel diatas maka diperoleh model persamaan sebagai berikut :
Common Effect : Yit= 8943.077 + 0.000155 X1 + 0.000103 X2 + Ԑit Fixed Effect : Yit = 23515.91+ 0.002381 X1+ 2.66E-05 X2 +Ԑit Random Effect : Yit = 24817.09 + (-0.0007306 X1) +3.79E-05 X2 + Ԑit Tabel 5. Hasil olah Data Uji Chow Dan Uji Hausman
Uji Chow
Effect Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 172.056080 (37,149) 0,0000
Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. Df. Prob.
Cross-section
Random 350.716835 2 0,0000
Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Uji chow dilakukan untuk memilih antara teknik Common Effect dan Fixed Effect. Dari hasil pengujian dapat diketahui probabilitas cross-section F sebesar 0,0000 < dari pada α = 5 %. Dengan demikian pengambilan keputusan adalah menolak Ho dan menerima H1 bahwa model yang lebih sesuai digunakan adalah Fixed Effect Model.
Uji hausman dilakukan untuk memilih antara teknik Fixed Effect dan Random Effect. Dari hasil pengujian dapat diketahui probabilitas cross-section random sebesar 0,0000 < dari pada α = 5%. Dengan demikian pengambilan keputusan adalah menolak Ho dan menerima H1 bahwa model yang lebih sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
Tabel 6. Hasil Olah Data Regresi Fixed Effect
Variabel Coefficient Std. Error t-statistic Prob.
C 23515.91 1020.277 23.04854 0,0000
Upah 0.002381 0.001075 2.214575 0,0283
PAD 2.66E-05 1.92E-06 13.85397 0,0000
R-squared 0.996855
188 Adjusted R-
square 0.996031
(dilanjutkan pada halaman 11) (Lanjutan halaman 10) F-statistic 1210.824
Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Dari data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan alat analisis Regresi Panel. Diperoleh koefisien regresi dan konstanta dengan persamaan sebagai berikut :
Log Yit = 23515.91 + 0,002381 X1+ 2.66E-05 X2 + Ԑit
Untuk interpretasi dari estimasi model data panel dijelaskan sebagai berikut : 1. Log Y = 23515,91 ; hasil ini menunjukkan bahwa jika variabel independent
(Pertumbuhan Ekonomi) dianggap nol, maka rata-rata nilai pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan sebesar 23515,91 persen.
2. β1: Upah = 0,002381; hasil ini menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel upah (X1) sebesar 0,002381 rupiah, berarti ada pengaruh positif antara upah terhadap pertumbuhan ekonomi (Y) sebesar 0,002381. Jadi apabila upah naik 1 persen maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi 0,002381persen. Sebaliknya, apabila upah turun 1 persen maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.002381persen.
3. β2 : Pendapatan Asli Daerah = 2.66E-05 ; hasil ini menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel pendapatan asli daerah (X2) sebesar 2.66E-05 rupiah, berarti ada pengaruh positif antara variabel pendapatan asli daerah terhadap ertumbuhan ekonomi (Y) sebesar 2.66E-05. Jadi apabila pendapatan asli daerah naik 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 2.66E-05 persen. Sebaliknya, apabila pendapatan asli daerah turun 1 persen maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.66E-05 persen.
Nilai Intercpt berbeda pada masing-masing Kabupaten/Kota menunjukkan keunikan model tersebut. Dibawah ini menunjkkan 5 Kab/Kota dengan nilai intercept tertinggi dan 5 Kab/Kota dengan 5 nilai intercept trendah.
Tabel 7. Hasil Intercept Tertinggi Model Fxed Effect
CROSSID Kab/Kota Intercept
1 Kota Surabaya 191411,80 2 Kab. Sidoarjo 51467,48 3 Kab. Pasuruan 41627,29 4 Kota Kediri 36289,16 5 Kab. Gresik 30939,22
Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa ketika suatu Kabupaten/Kota, pada saat upah dan pendapatan asli daerahnya dalam
189 kondisi nol, maka pertumbuhan ekonomi akan sebesar nilai intercept. Data diatas menunjukkan 5 Kabupaten/Kota dengan tingkat intercept tertinggi.
Yang pertama adalah Kota Surabaya dengan nilai intercept 191411,80. Yang kedua Kab. Sidoarjo yang nilai interceptnya 51467,48. Yang ketiga Kab.
Pasuruan yang nilai interceptnya 41627,29. Diurutan keempat adalah Kota Kediri dengan nilai intercept 36289,16 , dan yang terakhir Kab. Gresik dengan nilai intercept sebesar 30939,22.
Tabel 8. Hasil Intercept Terendah Model Fixed Effect CROSSID Kab/Kota Intercept
1 Kota Mojokerto -24255,76 2 Kota Blitar -24151,78 3 Kota Pasuruan -23709,11 4 Kota Madiun -20380,35 5 Kab, Pamekasan -20119,01
Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa ketika suatu Kabupaten/Kota, pada saat upah dan pendapatan asli daerahnya dalam kondisi nol, maka pertumbuhan ekonominya akan sebesar nilai intercept. Data diatas menunjukkan 5 Kabupaten/Kota dengan tingkat intercept terendah.
Yang pertama adalah Kota Mojokerto dengan nilai intercept -24255,76. Yang kedua yaitu Kota Blitar dengan nilai intercept -24151,78. Yang ketiga Kota Pasuruan, nilai interceptnya -23709,11. Kemudian yang keempat Kota Madiun dengan nilai intercept -20380,35. Yang terakhir Kab. Pamekasan dengan nilai intercept -20119,01.
1. Uji F (Simultan)
Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan (serentak) antara seluruh variabel bebas (Upah dan Pendapatan Asli Daerah) terhadap variabel terikat (Pertumbuhan Ekonomi).
Rumusan Hipotesis :
Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
H1 : Ada pengaruh signifikan antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Kriteria Pengujian :
Ho diterima bila F hitung < F tabel Ho ditolak bila F hitung > F table
Nilai df1 = k-1 = 5-1 = 4 dan df2 = N-k = 190-5 = 185 pada α = 5%
(0,05) maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2,42.
190 Tabel 9. Hasil Uji Signifikan Secara Simultan (Uji F)
Hipotesis (H1) Nilai Kondisi Kesimpulan Upah dan
Pendpaatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
F hitung =
1210.824 F hitung > F
tabel Ho ditolak, F tabel = 2,42 1210.824>2,42 H1 diterima Pada α = 5% (0,05)
Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai F statistik lebih besar dari pada nilai F tabel. Nilai F hitung (1210.824) > F tabel (2,42), hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Upah dan Pendapatan Asli Daerah) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Pertumbuhan Ekonomi).
2. Uji t (Parsial)
Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara parsial (individu) antara masing-masing variabel bebas (Upah dan Pendapatan Asli Daerah) berpengaruh terhadap variabel terikat (Pertumbuhan Ekonomi).
Rumusan Hipotesis :
Ho : tidak ada pengaruh signifikan antara (X1, X2) terhadap Y H1 : ada pengaruh signifikan antara (X1, X2) terhadap Y Kriteria pengujian :
Ho ditolak apabila t hitung > t tabel H1 diterima apabila t hitung < t tabel
Dari hasil estimasi regresi data panel dapat diketahui nilai t hitung dan nilai probabilitas masing-masing variabel bebas. Hasil estimasi tersebut tampak pada tabel berikut :
Tabel 10. Hasil Analisis Regresi (Fixed Effect) Variabel Coefficient Std.
Error t-statistic t-Tabel Prob.
Upah 0.002381 0.001075 2.214575 1,97287 0.0283 PAD 2.66E-05 1.92E-06 13.85397 1,97287 0.0000 Sumber : Data diolah Eviews9, 2017
Berdasarkan hasil estimasi di atas, maka berikut ini dapat dijelaskan pengujian pengaruh signifikan masing-masing variabel bebas (Upah dan Pendapatan asli daerah) terhadap variabel terikat (pertumbuhan ekonomi) sebagai berikut :
191 a. Upah (X1)
Variabel upah (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 2.214575 dan nilai probabilitas sebesar 0,0283. Hal ini berarti nilai t hitung (2.214575) > t tabel (1,97287) dan nilai probabilitas 0,0283 < α = 5%
(0,05). Maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Upah (X1) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar 0.002381.
b. Pendapatan Asli Daerah (X2)
Variabel pendapatan asli daerah (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 13.85397dan nilai probabilitas 0,0000. Hal ini berarti nilai t hitung (13.85397) < t tabel (1,97287) dan nilai probabilitas 0,0000 < α
=5% (0,05). Maka Ho ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi (Y) sebesar 2.66E-05.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.596 247atau 59,62%. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel bebas yang terdiri dari upah dan pendapatan asli daerah dalam menjelaskan variabel terikat yaitu Pertumbuhan ekonomi sebesar 59,62%. Sedangkan sisanya 40,38%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Timur secara parcial dengan nilai signifikansi 0,0283 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung (2,214575) lebih besar dari t tabel (1,97287).
2. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Timur secara parsial dengan nilai signifikansi 0,0000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung (13,85397) lebih besar dari t tabel (1,97287).
Upah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Timur secara simultan dengan nilai F hitung (1210.824) > F tabel (2,42), hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Upah dan Pendapatan Asli Daerah) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Pertumbuhan Ekonomi).
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil maka dapat direkomendasikanbeberapa saran yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yaitu :
Dengan dilakukannya penelitian ini menunjukkkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi semakin meningkat dari tahun ke tahun, oleh
192 karena itu sebaiknya pemerintah meningkatkan Upah dan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa Timur agar Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur semakin meningkat. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa upah menghasilkan 0.002381, jadi apabila upah meningkat sebesar 1 persen maka meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.002381. Dan Pendapatan Asli Daerah menghasilkan 2.66E-05, jadi apabila Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar 1 persen maka meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.66E-05. Dari penjelasan diatas hasil terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka pemerintah diharapkan lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan yang lebih signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Devanto, dan Putu. 2011. "Kebijakan Upah Minimum Untuk Perekonomian Yang Berkeadilan: Tinjauan Uud 1945". Journal of Indonesian Applied, Vol., No., hlm.
Gujarati, D. N. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Kelima. Jakarta:
Salemba Empat.
Gujarati, D. N., dan D. Porter. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Buku 2 edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Harianto, D., dan A. P. Hari. 2007. "Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Pendapatan Per Kapita".
Simposium Nasional Akuntansi X, Vol. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007, No., hlm.
Haryani, S. 2002. Hubungan Industrial di Indonesia. Yogyakarta: AMP YKPN.
Kusuma, H. 2016. "Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia". Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol. 9, No. Universitas Muhammadiyah Malang, hlm.
Rori, C. F. 2016. "Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2001 – 2013".
Vol., No., hlm.
Saragih, J. P. 2003. Desentralisasi Fiskal Dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sidik, M. 2002. "Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Derah dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah". Makalah disampaikan Acara Orasi Ilmiah, Vol. Bandung. 10 April 2002, No., hlm.
Sudarti, dan N. Fitriana. 2018. "Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Jumlah Penduduk Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Riau". Universitas Muhammadiyah Malang, Vol., No., hlm.
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia sejak Orde Lama hingga pasca krisis. Jakarta: Pustaka Quantum
Todaro, M. P., dan S. C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.
193 Virginda, R. R. 2015. "Analisis Pengaruh UMK Terhadap Jumlah Tenaga Kerja, Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Tahun 2013". Vol., No., hlm.