J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROGRAM LITERASI DAN
NUMERASI FAHRUDIN
[Prodi Ekonomi/Universitas Nurul Jadid, Probolinggo, Indonesia]
Abstract:This study aims to find out how the principal's management strategy is in improving literacy and numeracy programs. The method that the researcher uses is a descriptive qualitative method which uses interview and observation methods. The results of the research obtained by the researchers showed that there was progress in the management strategy carried out by the principal in increasing literacy and numeracy. The achievements that have been made by the principal in this research are rejuvenating the library and monitoring the use of the library which previously did not exist and increasing numeracy by making a counting bulletin in each class.
Keywords: Management Strategy, Principal, Literacy and Numeracy
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan program literasi dan numerasi. Metode yang peneliti gunakan merupakan metode kualitatif deskriptif yang mana menggunakan metode wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian yang didapatkan oleh peneliti yaitu menunjukkan bahwa strategi menejemen yang di lakukan kepala sekolah dalam meningkatkan literasi dan numerasi ada kemajuan. Ketercapainan yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah dalam penelitian ini yaitu peremajaan perpustakaan dan penjawalan penggunaan perpustakaan yang sebelumnya tidak ada dan meningkatkan numerasi dengan membuat mading hitung di setiap kelas.
Kata kunci: Strategi Manajemen, Kepala Sekolah, Literasi dan Numerasi
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah satu indikator kemajuan bangsa dapat dilihat dari minat masyarakat terhadap budaya literasi dan numerasi.
Dimasa kini minat membaca di indonesia masih tergolong rendah, salah satunya dikalangan pelajar. Kondisi ini tentu perlu diperhatikan, karena pada dasarnya semua anak dilahirkan dengan potensi yang sama namun yang membuat berbeda lingkungan. Hal tersebut disebabkan kebiasaan dan cara pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar dalam mengajar di lembaga. Oleh sebab itu, solusi terhadap permasalahan literasi dan numerasi harus segera dirumuskan. Alasannya, jika tidak segera dicarikan solusi maka sumber daya manusia di indonesia dimasa yang akan datang tidak dapat mampu bersaing. Maka dari itu perlu adanya upaya dalam membiasakan literasi dan numerasi bagi peserta didik di seluruh masyarakat indonesia untuk meningkatkan kualitas pemahaman siswa dan masyarakat lainnya.
Dalam sebuah organisasi harus memiliki sumber daya manusia agar organisasi tersebut dapat mengetahui jika keberadaan sebuah sumber daya manusia sangat berperan penting untuk menentukan keberlangsungan organisasi demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam organisasi agar berjalan dengan maksimal sesuai kemajuan zaman.
Semua yang berkaitan dengan organisasi atau lembaga bergerak atas dasar arahan pimpinannya. Lembaga beroperasi dengan baik dan sesuai tujuan tidak lebas dari manajemen pimpinan. Lembaga beroperasi dengan menggunakan semua sumber daya yang ada, untuk bisa menghasilkan produk barang atau jasa dan didistribusikan sampai ke tangan konsumen.
Dalam hal ini sumber daya organisasi meliputi sumber daya manusia, kemajuan teknologi dan sistem (Simamora, 2002). Ketiga sumber daya tersebut tentu tidak asing ditelinga kita untuk meningkatkan kemajuan organisasi atau lembaga. Ketiga sumber daya tersebut juga saling mempengaruhi satu dengan lainnya yang akan diatur dan digunakan oleh pimpinan sebagai menejemen dalam lembaganya.
Sekolah yang menjadi lembaga pedidikan formal memiliki peran yang sangat vital dalam mengembangkan budya literasi dan numerasi. literasi dan numerasi sebagai pembudayaan baca dan tulis merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebagian besar proses pedidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran dalam literasi dan numerasi. Budaya literasi dan numerasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan baik disekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu sekolah yang menerapkan budaya literasi adalah SDN Tanjungsari. Pengembangan literasi dan numerasi mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 di SDN Tanjungsari merupakan tugas dari para pihak terkait disekolah yang dalam manajemen kepala sekolah.
Kesadaran akan pentingnya literasi dan numerasi perlu ditanamkan sejak dini. Sekolah merupakan salah satu tempat yang paling efektif utuk memulai proses pedidikan literasi dan numerasi. Kompetensi literasi dasar (menyimak-berbicara, membaca-menulis, berhitung- memperhitungkan, dan mengamati- menggambar) sedangkan numerasi merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sudah selayaknya ditanamkan sejak di pedidikan dasar, lalu dilanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar dapat
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
menigkatkan kemampuan untuk mengakses informasi dan pengetahuan yang lebih luas lagi.
Keberhasilan program-program suatu lembaga pendidikan tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Keberhasilan sekolah merupakan bagian keberhasilan kepala sekolah juga. Bagaimanapun, kepala sekolah merupakan unsur utama bagi keefektivitasan lembaga pedidikan. Kepala sekolah yang baik bersikap dinamis untuk mempersiapkan berbagai macam program pendidik dan konsep pendidikan. Bahkan, tinggi rendahnya mutu suatu sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala sekolah harus melaksaakan fungsi kepemimpinan, yang melibatkan pedidik dan tenaga kependidikan lainnya, dalam rangka memetakan arah pencapaian kualitas sekolah yang diharapkan, memfokuskan perhatian terhadap proses pengajaran dan pembelajaran yang efektif, serta membangun ligkungan belajar yag kondusif untuk menghasilkan peserta didik yang unggul dan berkualitas.
Peran kepala sekolah SDN Tanjungsari menjadi faktor penentu dalam proses pedidikan yang berlangsung disekolah tersebut. Kemajuan lembaga pendidikan memang bukan hanya diperankan oleh kepala sekolah. Namun, peran besar pedidikan akan terwujudkan apabila ada kerjasama antara kepala sekolah, tenaga pengajar, staf sekolah dan semua warga yang ada dalam lingkungan sekolah, sehingga dapat memfokuskan pada upaya bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif dan optimal.
Setiap lembaga pedidikan diharapkan memiliki suatu kebiasaa yang bersifat positif, misalnya berupa budaya yang dibudidayakan lembaga, untuk menjadi pembeda lembaga pedidikan tersebut dengan lembaga pendidikan yang lain. Sehingga lembaga tersebut memiliki keunikan/ keunggulan yang dijanjikan kepada masyarakat sebagai konsumen pendidikan. Oleh karena itu, agar kualitas pendidikan meningkat, selain dilakukan secara struktural perlu diiringi pula dengan pendekatan kurtural yang mana budaya masyarakat sekitar juga menjadi hal penting dalam keefektifan. Masyarakat yang menjadi wali murid juga merasa nyaman saat anaknya mengikuti program sekolah dengan baik. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka beberapa pemimpin dalam bidang pendidikan memberi arahan baru, bahwa culture atau budaya unit-unit pelaksanaan kegiatan yang ada disekolah turut andil dan menjadi salah satu faktor penentu dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang berlangsung pada sebuah lembaga atau institusi pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA Manajemen
Manajemen berasal dari kata,”to manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola. Sedangkan menurut istilah, manajemen didefinisikan dengan pengertian yang berbeda-beda: Pertama, manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah/organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses (Rohiat, 2010:14). Kedua, Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal. Efektif merujuk pada tujuan hasil guna, sedangkan efisien merujuk pada daya guna, cara, dan
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut (Danim, 2009:2).
Pada hakekatnya manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan usaha anggota- anggota organisasi serta pendayagunaan sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wahjosumidjo, 2008:94).
Dari berbagai definisi manajemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya yang ada untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Kepala Sekolah
Menurut Wahjosumidjo (2008: 82) kepala sekolah terdiri dari dua kata, yaitu kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi, sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah juga merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Mulyasa, 2009:24). Jadi kepala sekolah ialah seorang guru yang diberi tugas dan tanggung jawab tambahan untuk memimpin sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Ii, 2010).
Literasi
Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis”
dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Pengertian literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Numerasi
Numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (Kemendikbudristek, 2021).
Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam bilangan dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan di dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan lain sebagainya) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil kesimpulan dan keputusan. Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari. Literasi numerasi juga mencakup kemampuan untuk menerjemahkan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Singkatnya, literasi numerasi adalah kemampuan atau kecakapan dalam mengembangkan pengetahuan dan
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
keterampilan menggunakan matematika dengan percaya diri di seluruh aspek kehidupan.
Literasi numerasi meliputi pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan perilaku positif.
Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika. Keduanya berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, tetapi perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pengetahuan matematika saja tidak membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi. Numerasi mencakup keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi riil sehari-hari. Saat permasalahannya sering kali tidak terstruktur, memiliki banyak cara penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor nonmatematis (Kemendikbudristek, 2021).
METODE PENELITIAN
Metode yang gunakan untuk penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang mana data yang dihasilkan berupa deskriptif dari tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri (Fuchan, 1992). Dengan metode deskriptif dengan melakukan pengamatan dan menganalisis data-data yang didapatkan di lapangan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang sudah terkumpul, sebagaimana adanya tanpa bermaksud memuat kesimpulan yang berlaku untuk umum ataupun generalisasi (Sugiono, 2014).
Metode yang peneliti gunakan mengumpulkan data yang telah didapat yaitu pertama, metode observasi yaitu melakkukan pengamatan secara langsung oleh peneliti. Kedua metode wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang lebih jelas tentang bagaimana strategi manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan program literasi dan numerasi, dengan informan kepala sekolah, para guru dan siswa.
Penelitian dilakukan di SDN Tanjungsari Krejengan, alasan peneliti memilih lokasi tersebut ingin mengetahui sejauhmana strategi manajemen kepalah sekolah dalam meningkatkan literasi dan numerasi terutama pada siswanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis strategi manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan program literasi dan numerasi di SDN Tanjungsari, Krejengan Kabupaten Probolinggo. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa literasi dan numerasi perlu ditingkatkan di Sekolah agar SDM siswa meningkat dengan cara atau strategi yang handal hal ini dilakukan dibawan kebijakan maupun menejemen kepala Sekolah. Selama ini sekolah hanya mengandalkan kehadiran perpustakan sebagai layanan baca untuk anak ketika jam istrahat tiba. Namun kenyataannya ketika bel istrahat berbunyi siswa lebih dominan bermain dan bercengkrama dengan teman-temannya ketimbang memasuki ruang perpustakaan yang sudah ada (Qudsya et al., 2022). Tentu terdapat berbagai faktor yang menyebabkan minat literasi kurang. Berdasarkan acuan buku kunjungan siswa yang ada di perpustakaan memang terlihat jelas datanya hanya beberapa siswa saja yang aktif dan cenderung siswa yang sama disetiap harinya yang berkunjung. Melihat pengaruh gadget yang dengan cepatnya menggeser budaya baca buku, tentu harus menjadi perhatian utama bagi pihak sekolah, anak usia sekolah dasar lebih betah memandangi gadgetnya ketimbang buku. Supaya mengembalikan eksistensi daya baca buku maka wajib setiap sekolah menghadirkan literasi
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
baca yang menarik dan dekat dengan siswa. Melalui pembiasaan dan penyajian bahan baca akan membuat siswa tidak hanya termotivasi untuk membaca tetapi juga memiliki daya baca yang tinggi. Penelitian (Faradina & Nidya, 2017) menunjukkan bahwa program literasi sekolah terhadap minat baca siswa signifikan dalam artian memberikan pengaruh terhadap minat baca anak yang ditandai dengan antusias siswa dan motivasi membacanya. Gerakan literasi dan numerasi tidak hanya di sekolah dasar namun juga tingkat SMP dan SMA, namun di tingkat SD merupakan masa penanaman pembiasaan yang baik, jika dibiasakan membaca sejak awal maka siswa akan terus terbiasa dan tanpa diperintahpun ia akan dengan sendirinya membaca, karena sudah menjadi suatu kebutuhan dan keharusan baginya.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan pihak sekolah diperoleh informasi bahwa Dinas Pendidikan dan Kelompok Kerja Guru telah mensosialisasikan program literasi dan numerasi kepada pihak sekolah. Namun belum diwujudkan secara menyeluruh, dengan alasan keterbatasan biaya, waktu, dan masih minim pengalaman dalam hal tersebut. Tentu hal ini bukanlah masalah yang berat namun kepekaan guru dan kepeduliannya terhadap masalah yang dihadapi siswa berkaitan dengan motivasi membacanya, ketika siswa memiliki motivasi rendah dalam membaca otomatis akan menghambat daya pikir dan pemahamannya dalam menangkap pembelajaran.
Bergeraknya hati seorang guru akan memudahkan segala cara dan kreatifitas guru dalam mendesain pembelajaran literasi dan numerasi dalam kelas yang menarik dan nyaman Semua akan mudah apabila berlandaskan keikhlasan dari tangan-tangan terampil seorang guru. Terkadang ada siswa yang termotivasi untuk membaca, senang memegang dan melihat-lihat buku saja, selanjutnya ada siswa yang senang dengan berhitung namun kurang mempraktekkannya. Hal ini perlu ditingkatkan dengan memperhatikan daya Tarik apa yang dimiliki siswa dalam literasi dan numerasi.
Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan menemukan ruang pustaka yang kurang rapi, kotor dan ruang kurang menarik. Selanjutnya beberapa kelas 4 ditanyakan terkait numerasi tambah dan kurang bilangan kurang mahir sehingga tidak sesuai dengan umurnya. Salah satu cara yang mungkin bisa dilakkukan sementara, pihak sekolah dapat memperbaiki perpustakaan yang ada dengan cara merapikan dan meneta buku, membersihkan, dan mempercantik ruang perpus dengan sesuai anak sekolah dasar. Selanjutnya guru mengarahkan siswa di perpustakaan untuk membaca 10-15 menit sebelum masuk pada pokok materi pembelajaran. Buku yang dibaca merupakan buku materi pelajaran yang akan dipelajari dengan tujuan memberikan pengenalan awal pokok-pokok materi yang akan dipelajarinya, diarahkan oleh guru.
Saat jam istrahat siswa bebas memilih buku bacaan yang akan dibacanya. Terlihat antusias siswa dalam memilih dan membuka selembaran buku sembari membacanya dengan tenang, namun ada beberapa siswa yag memilih bermain dengan alasan sudah membaca semua buku yang ada di perpustakaan. Memang antusias ini akan menjadi pemandangan sementara saja apabila ketersediaan buku tidak update. Keterlibatan dan peran serta guru sangat penting dalam eksistensi daya baca anak didik, guru berperan aktif untuk menanamkan daya baca. Penanaman akan pentingnya membaca dalam kehidupan, terutama untuk mencapai keberhasilan di sekolah. Dengan menyadari pentingnya hal tersebut, akan terdorong untuk melakukan kegiatan membaca sesering mungkin dan berlatih hitung. Selain memberikan dampak positif pada siswa dalam hal pembiasaan membaca, kehadiran perpustakaa juga membiasakan anak untuk berjiwa seni dimana
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
mereka terbiasa ikut berperan aktif menjaga kerapihan susunan bukunya dan kebersihan kelasnya termasuk pojok bacanya dan mampu mengembangkan kemampuan bahasa tulis dan lisan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Yunus, Mulyati dan Yunansah (2017 : 280- 281) menyatakan kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Hal ini dapat mengasah kemampuan siswa dalam berbicara dan keberanian mengemukakan pendapatnya dengan cara berfikir kritis. Gerakan literasi baca perlu ditegaskan untuk setiap sekolah agar serius dalam menerapkannya dilihat dari dampak positif buat siswa dalam mengembalikan budaya baca dan kecintaan membaca untuk memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan tak terbatas bagi peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Sekolah harus siap menyediakan buku-buku baik sumbangan dari pemerintah, membeli buku-buku lelang atau diskonan, sumbangan masyarakat salah satunya dari siswa itu sendiri, dan pertukaran atau kerjasama dengan pihak penerbit ataupun perpustakaan, antar sekolah, atau toko buku. Tujuannya agar buku yang tersedia tidak monoton dan dapat mempersembahkan buku-buku terbaru sehingga siswa memiliki banyak pilihan buku yang akan dibacanya sesuai dengan kegemarannya maupun kebutuhannya. Melihat budaya baca anak sedikit demi sedikit tergerus oleh kehadiran tekhnologi salah satunya gadget yang mempersembahkan berbagai tontonan dan games yang berbagai variant membuat siswa kecanduan dan tidak tertarik lagi dengan buku bacaan dongeng, cerita rakyat, novel dan lainnya yang menyampaikan pesan-pesan moral dan petuah yang baik. Kehadiran literasi pepustakaan memberikan ruang untuk guru berkreatifitas dalam mendesain kelas pojok yang menarik, indah dipandang dan nyaman bagi siswa.
Tidak hanya dari segi desain namun juga ketersediaan buku-buku yang memadai dan tidak monoton sehingga siswa memiliki banyak pilihan bacaan dan juga lebih memperkaya pengetahuannya melalui membaca. Dilihat dari efektivitasnya memberikan efek pembiasaan membaca pada anak dan mengembangkan pengetahuannya melalui membaca tentu akan mengetuk hati seorang guru untuk ikut menghadirkan pojok baca didalam kelas yang dikelolanya. Hal ini menjadi bahan evaluasi bagi sekolah untuk meratakan gerakan literasi pojok baca kelas dan perbaikan sarana dan prasarana terkait dengan desain pojok baca kelasnya.
Fungsi Manajemen Kepala Sekolah SDN Tanjungsari
Ada empat fungsi manajer atau manajemen (Pidarta, 2011:2), yaitu: Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu (Sagala, 2011:56).
Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman serta menentukan strategi, kebijakan, taktik, dan program (Rohiat, 2010:3).
Kepala Sekolah SDN Tanjungsari mengacu pada tugas kepala sekolah yang semestinya, sehingga memulai dengan tugas pokok kepala sekolah yang ada di Sekolah tersebut. Fokus perhatian pada literasi dan numerasi kepala sekolah berencana ini
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
memberikan masukan terhadap waktu baca siswa dan berhitung siswa yang selama ini sudah menjadi rencana dulu kepala sekolah. Berkerjasama dengan guru kelas dari kelas 1 hingga kelas 6. Rencana awal menata ulang ruang perpustakaan yang dulunya tidak terpakai, membuat menarik ruangan.
Selain ruang perpustakaan yang di perperbaharui, selanjutnya waktu pembelajaran literasi dan numerasi yang menjadi rencana berikutnya. Siswa waktu membaca yang awalnya di perpustakaan pada saat istirahat saja kali ini rencana kepala sekolah yaitu waktu membaca 15 menit sebelum masuk kelas setiap pagi dan setelah istirahat. Kepala sekolah berhadap rencana ini dapat memberikan stimulus bagi para guru dan siswa dalam pengembangannya.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan struktur organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2008:141). Menurut Ula (2013: 18-19) Pengorganisasian adalah proses pembagian kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, mengalokasikan sumber daya, dan mengkoordinasikannya demi efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Kepala Sekolah SDN Tanjungsari menyesuaikan dengan tugas masing-masing guru, rencana yang akan dilakukan perubahan sedikit yang berdapat pada pengetahuan siswa-siswi. Kepala sekolah mengadakan rapat dan menyampaikan rencana literasi dan numerasi sehingga keterlibatan guru ini yang dirasa sangat efektif dalam program literasi dan numerasi. Kedekatan dari guru ini menjadi senjata yang mampu mengajak siswa berliterasi dan numerasi (membaca dan berhitung) dengan penuh motivasi dari seorang guru. Organisasi perusahaan tidak akan berjalan dan tumbuh dengan baik, tanpa didukung sumber daya manusia yang handal dan kompeten (Halisa, 2020). Harapan kepala sekolah guru dapat bekerjasama antar sesama dan menyamakan persepsi bahwa program literasi dan numerasi perlu dijalankan bersama-sama. Selanjutnya para guru dapat berkolaborasi dengan mengatur jadwal penggunaan perpustakaan antar kelas.
Serta para guru juga bisa meningkatkan kualitas mengajarnya sehingga tujuan bisa maksimal di Lembaga. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas yaitu dengan meningkatkan dan menjaga kinerja karyawan, maka tujuan perusahaan pun akan dapat dicapai secara maksimal (Ratnasari, dkk. 2021).
c. Actuating (Penggerakan)
Fungsi penggerakan menggambarkan bagaimana seorang manajer mengarahkan dan mempengaruhi bawahan dan bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dalam menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama (Rohiat, 2010:3).
Penggerakan merupakan salah satu fungsi terpenting dalam manajemen karena usaha- usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital tapi tak akan ada output konkrit yang dihasilkan tanpa adanya implementasi aktivitas yang diusahakan dan diorganisasikan dalam suatu tindakan actuating atau usaha yang menimbulkan action (Marno, 2008:20).
Kepala Sekolah SDN Tanjungsari dengan para guru segera memulai dengan mengawali rapat mendiskusikan program literasi dan numerasi. Berikut penjadwalan literasi di perpustakaan.
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
Tabel.1. Penjadwalan penggunaan perpustakaan Kelas/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu
1 v
2 v
3 v
4 v
5 v
6 v
Berdasarkan dengan jadwal diatas hasil dari kesepakatan para guru, penggunaan perpustakaan pada pagi sebelum masuk kelas dan pada saat istirahat kurang lebih 10 menit sampai 15 menit literasi di dampingi oleh guru kelasnya. Sehingga ruang perpustakaan bisa berbagi dengan kelas lainnya.
d. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan erat kaitannya dengan perencanaan karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur (Rohiat, 2010:3). Oleh karena itu, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan oleh setiap pelaksana terutama yang memegang jabatan pimpinan. Tanpa pengawasan, pimpinan tidak dapat melihat adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang telah digariskan dan juga tidak akan dapat menyusun rencana kerja yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang lalu (Marno, 2008:24).
Kepala Sekolah SDN Tanjungsari selaku pipimpinan dapat mememberikan pengawasan pada para guru dan siswa-siswi. Salah satu cara yang dapat dilihat atau diukur keberhasilan program literasi dan numerasi dengan meminta guru mencoba pemahaman siswa terhadap isi dari apa yang dibaca siswa tersebut. Sehingga kepala sekolah mengawasi para guru sedangkan guru mengawasi bagaimana perkembangan peserta didiknya dalam program literasi dan numerasi yang dilaksanakan setiap hari oleh pihak sekolah. Pencapaian keberhasilan dalam suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya, yaitu para pegawai mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik itu dari sisi kualitas maupun kuantitasnya (Pratama, 2019).
Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting.
Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan.
Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran guru. Dalam bukunya, Sanjaya mengatakan bahwa peran guru adalah:
1. Guru sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apa pun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain (Sanjaya, 2010:21).
2. Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru bertanya: bagaimana caranya agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran? Pertanyaan itu sekilas memang ada benarnya. Melalui usaha yang sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru. Oleh sebab itu, akan lebih bagus manakala pertanyaan tersebut diarahkan pada siswa, misalnya apa yang harus dilakukan agar sisw mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal. Pertanyaan tersebut mengandung makna kalau tujuan mengajar adalah mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat peran fasilitator dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2010:23).
3. Guru sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa (Sanjaya, 2010:24.
4. Guru sebagai demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Dengan demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif (Sanjaya, 2010:26).
5. Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Di samping itu, setiap
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing (Sanjaya, 2010:27).
a. Guru sebagai motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, bisa dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi (Sanjaya, 2010:28).
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi yang kuat untuk berhasil dalam pendidikannya. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
b. Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan (Sanjaya, 2010:31).
KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis data dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan strategi manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan literasi dan numerasi harus tidak lepas dari tiga hal tersebut yaitu Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC) sehingga tujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam literasi dan numerasi tercapai. Ketercapainan yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah dalam penelitian ini yaitu peremajaan perpustakaan dan penjawalan penggunaan perpustakaan yang sebelumnya tidak ada, meningkatkan numerasi dengan membuat mading hitung di setiap kelas. Kepala sekolah SDN Tanjungsari berkolabirasi dengan semaksimal mungkin dan guru dapat menjadi beberapa peran yang sudah dibahas diatas sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan dalam pembelajaran maupun dalam mendidik siswa.
J K
VOL.4 NO. 2 (2023) 1-11
JURNAL KEADABAN
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B. (2010). Manajemen Kepala Sekolah…, Dhanty Insan Annisa, Fakultas Agama Islam UMP, 2016. 9–33.
Kemendikbudristek. (2021). Modul Literasi Numerasi Di Sekolah Dasar. Modul Literasi Numerasi Di Sekolah Dasar, 1, 22. http://ditpsd.kemdikbud.go.id/upload/filemanager/2021/06/2 Modul Literasi Numerasi.pdf
Qudsya, H., , Yuni faska ayu , Cindy melinda putri, S. maharani, Maharani, S., & Regita Faradila Eka Fitri, A. F. H. (2022). Jurnal Pendidikan dan Konseling. 4(6), 1707–1715.
Abidin Yunus, dkk. 2017. Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Bandung . Bumi Aksara.
Halisa, Novia Nour. “Peran Manajemen Sumber Daya Manusia ‘Sistem Rekrutmen, Seleksi, Kompetensi Dan Pelatihan’ Terhadap Keunggulan Kompetitif: Literature Review.” ADI Bisnis Digital InterdisiplinJurnal, vol. 1, no. 2 Desember, 2020, pp. 14– 22, https://doi.org/10.34306/abdi.v1i2.168.
Ratnasari, Sri Langgeng, et al. “Pengaruh Peranan Sumber Daya Manusia, Pelatihan, Dan Disiplin Ke Terhadap Kinerja Karyawan.” JENIUS (Jurnal Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia), vol.
4, no.2, 2021, p. 153, https://doi.org/10.32493/jjsdm.v4i2.9084.
Pratama, Siswa. Analisa Pengaruh Sumberdaya Manusia, Prasarana Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Studi Pada Pegawai Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. no. 1, 2019, pp. 235–49.